Sejak aku masih kecil, aku ini hanyalah gadis jalanan yang hanya berdiam diri mengemis di jalanan yang sama, menunggu orang lewat dan melihat berapa yang mereka berikan padaku. Tidak akan banyak yang mereka berikan, yang paling banyak terkadang, tadahan tanganku hanya dibuat untuk membuang bekas permen karet yang telah mereka kunyah dan tak sedikit yang memberiku koin sisa dari kantung baju mereka.
Semuanya tentu saja aku terima dengan sangat pasrah, aku sadar dimana kasta ku berada, dan ini semua hanyalah dunia penyesalan untuk ku, bahkan aku yang tak punya harapan seperti gadis kecil lain di luar sana hanya bisa kedinginan di malam hari, kepanasan di siang hari dan di setiap detik menjadi pelampiasa tendangan orang-orang yang lewat dengan tidak jelas.
Selama berada di tempat yang sama, aku pernah mengalami hal yang begitu menegangkan untuk pertama kalinya, saat itu adalah hal yang sangat buruk, ketika aku duduk di pinggir jalan dengan tubuh yang bahkan masih lusuh dan menyaksikan orang berlalu lalang dengan mobil bagusnya. Hanya duduk menatap dan berharap sesuatu.
"Kapan aku bisa punya mobil bagus, baju mewah dan berjalan tanpa banyak pikiran di umurku yang segini..." terus saja merenung hingga sesuatu terjadi.
Dua mobil hampir bertabrakan di perempatan jalan yang saat itu kebetulan sangat sepi, untung nya mereka benar-benar tidak melakukan nya jadi tak ada korban jiwa karena mereka sama-sama menginjak rem mobil masing-masing.
Seharusnya itu tak akan jadi masalah, tapi satu orang dari mobil tadi keluar dari mobilnya membawa tongkat pemukul sambil mengatakan sesuatu yang kesal.
"Kau bajingan!! Sialan, apa yang kau lakukan!! Kau tidak lihat jalan atau apa!!" langsung memukul beberapa kali kaca mobil satunya, namun, tak berakhir di sana.
Pemilik mobil itu keluar dan langsung menembak mati kepala orang tersebut, membuat setengah kepala nya hancur dengan banyaknya darah kental maupun cair keluar menciprat di bagian depan mobil mereka berdua, tak hanya itu, satu mata miliknya keluar bergelantungan dengan tali saraf yang masih bisa menahan bola mata tersebut, menjijikan, tapi juga mengerikan, keadaan jalanan memang sepi dan saksi wajah orang penembak hanyalah aku saja.
Aku bahkan menyaksikan semuanya dan yang paling penting, aku yang ingat wajah orang yang membawa pistol tersebut. Tatapan kosong ku terus menyaksikan hal itu membuat ku ingat dengan setiap detik dan ingatan ku, ku pastikan tak akan hilang dengan mudah.
Sampai sana, mayat tersebut langsung di masukan ke dalam mobil pria tersebut, beberapa orang suruhan juga menyingkirkan TKP dengan membersihkan darah, juga mencuri mobil korban tadi, jadi tidak meninggalkan bekas apapun termasuk mobil dan mayat itu, di bawa pergi.
Dari sanalah, aku menyadari bahwa orang bahaya tersebut yang berani beraninya dan dengan seenak jidatnya membunuh di tempat publik, adalah seorang Bos Geng. Hal seperti itu sudah biasa terjadi, seseorang yang menganggap dirinya berkuasa dalam hal kotor apapun itu yang membuatnya bisa di sebut sangat tinggi, maka pembunuhan yang dilakukannya pun tentu tidak akan bisa mengancam apapun yang dia miliki.
Hal itu tentunya bukan urusan ku disini, tetapi mau bagaimana lagi, hari-hari yang tak berselang lama terjadi, ada beberapa anggota Polisi maupun Detektif yang berjalan di sekitar tempat itu dan saling berbicara agak jauh dari tempat milik ku.
Yang aku dengar, mereka membicarakan kejadian yang baru saja terjadi itu, pembunuhan yang sangat bersih di tempat umum yang kebetulan sekali sepi, tak ada saksi satupun.
"Apakah benar pembunuhan terjadi di sini?"
"Ya, menurut keluarga korban, korban berpamitan pergi dan menemukan petunjuk bahwa pembunuhan pasti di sini, tapi pertanyaan nya, siapa pelaku nya? Kenapa harus sekali kebetulan tempat ini sepi dan tak ada akses CCTV yang bahkan tak ada yang berfungsi disini, tempat yang menjengkelkan, kita juga tidak dapat petunjuk kecuali bertanya pada saksi yang bahkan hantu pun tak akan melihat."
"Ya, memang, kita tak akan tahu jika di sini tak ada keamanan, tak ada perekaman publik sama sekali, jelas tempat ini sepi karena tidak aman. Dan bicara soal saksi, benar, di sini tempat sepi, ketika pembunuhan terjadi, tak ada saksi mata seorang pun."
Mereka sempat terdiam di antara aku melihat dan mengawasi mereka dari jauh, tetapi mereka mendadak menoleh bersamaan ke arah ku. Benar-benar aneh, aku tak mau menjadi apapun di sini apalagi terlibat dalam hal itu. Tetapi mau bagaimana lagi, mereka malah mendekat padaku membuat ku terdiam waspada.
"Hei, kau... Gembel seperti mu kenapa bisa punya wajah yang manis?" mereka malah mengatakan hal aneh. Tapi, terima kasih pujian nya, aku memang gadis yang masih manis tapi kau lihat sendiri aku sedang di jalanan, tubuhku kotor dan yang membuat orang menilai ku manis, hanya mata besar dan rambut pirang turunan, turunan? Aku bahkan tak tahu orang tua ku seperti apa.
"Kau benar, dia tampak sangat manis mungkin jika ketika dewasa, dia akan cantik."
"Tapi disini, yang mengherankan adalah, dia adalah pengemis di sini."
Mereka berbicara semakin aneh sekali, entah itu basa basi atau bukan menjadikan ku sebagai bahan bicara mereka dan malah mengabaikan ku, tidakkah kalian berpikir sekali saja bahwa kalian menghalangi uang masuk ke dalam kaleng di depan ku hingga aku berani bicara.
"Hei, Tuan, menyingkir lah dari sini, kalian menjadi mengganggu."
"Oh, nak, kita disini sedang ingin bertanya sesuatu padamu dengan sangat serius, pastikan bahwa kau tidak mengatakan nya dengan orang lain," tatap salah satu di antara mereka.
"Memang nya aku ini punya siapa, aku saja tidak dilahirkan dari manusia..."
"Woh, mulut miliknya tajam sekali... Langsung saja bicara padanya."
"Baiklah nak, kami hanya ingin bertanya apakah kau menyaksikan pembunuhan yang baru-baru ini terjadi di sini yakni antara dua orang dan salah satu dari mereka menembak dengan pistol lalu membersihkan tempat kejadian perkara dengan cepat sehingga tak seorang pun tahu kecuali saksi mata di sini, yakni kau sendiri, kami berpikir tak ada saksi mata, tapi semakin banyak informasi yang kami tanyakan pada orang-orang di sekitar sini, semuanya hanya menunjuk mu dan juga mengarahkan pertanyaan kepadamu karena kau yang setiap hari selalu mencari uang di sini."
Oh, cukup tahu, jadi selama ini mereka semua selalu mengingatku, orang-orang yang di sini, mereka semua mengenal ku dan menebak kalau aku selalu ada di sini setiap hari mencari uang demi sesuap nasi masuk ke dalam perutku, tapi kenyataannya, mereka yang sudah mengenal ku disini, kenapa tak memberikan aku sembako? Atau uang? Kalian pikir aku di sini sedang bermain, duduk dengan permainan aneh yakni, mengemis? Dasar orang-orang tolol.
"Ah, jadi soal itu yah, aku bisa memberitahu kalian bagaimana kejadian nya kecuali, kalian harus melakukan sesuatu yang membuat ku buka mulut."
"Dia cerdik sekali..."
"Pantas saja bukan dilahirkan dari manusia."
"Ck, sudahlah, baiklah kami akan memberikan mu apapun kecuali kau memberitahu kami siapa orang itu, jika tidak kenal, hanya katakan saja ciri-cirinya dan bentuk wajahnya," kata salah satu dari mereka.
"Baiklah, untung nya aku punya ingatan tajam, aku bisa membantu kalian," ini salah satu cara aku bisa makan.
"Setuju," ada yang mengulur tangan hingga kontrak terikat.
Tampak aku duduk di dalam mobil dengan tenang dan sedikit terkesan dengan hal yang aku coba pertama seumur hidup ku ini.
"Ini bahkan pertama kalinya aku naik mobil yang meskipun sederhana."
Lalu ada salah satu dari mereka tadi yang masuk ke bangku supir dan menatap ku di bangku belakang. "Hei, gadis, aku pemilik mobil ini, nama ku Marito, salah satu Detektif atau Polisi Pelacak yang paling terpercaya dalam kasus pembunuh, aku lah yang paling banyak bicara dengan mu tadi, dan juga rekan ku tadi merupakan Polisi yang suka bercanda dan dia selalu menganggap kasus apapun itu enteng, aku salah mengajak nya tadi, dia naik mobil nya sendiri, jadi selama perjalanan, kau akan semobil dengan ku," kata lelaki itu yang mengaku bernama Marito.
Aku hanya mencoba pura-pura mengerti, memang benar sih, dia banyak bicara.
"Ah begitu, jadi, kalau begitu bisa beritahu aku kenapa aku sampai harus di bawa begini, apa aku semacam di culik? Bukankah yang harus aku lakukan hanyalah bilang wajah orangnya kemudian kalian akan memberikan aku imbalan, kan?" aku menatap, meskipun firasatku begitu tetapi wajah ku tetap tenang.
"Kau akan bertemu dengan atasan kami, pastinya harus bicara baik jadi ganti bajumu," Marito mengulurkan sebuah kotak baju kecil membuat ku bingung lalu aku mengambilnya, itu hanyalah gaun putih kecil untuk gadis kecil seumuran ku, yeah, mari buat perjanjian dan jangan lupa siapkan bahan-bahan perkataan.
Sesampainya di tempat tujuan, pertama kalinya aku melihat gedung besar di sana. "Wah, wah... Benar-benar tinggi," aku keluar dengan pakaian ku dan Polisi Pelacak tadi menjadi menoleh padaku, seketika wajahnya terkejut menatap ku sangat lama. Mungkin dia terkejut karena melihatku begitu manis di sini dengan pakaian yang dia berikan padaku tadi.
"Hei, apa yang kau lihat?" aku menatap tajam.
"Tidak ada, hanya saja kau kelihatan begitu manis dengan pakaian itu. M-maksudku, akh, sudahlah," dia malah menggeleng tak melanjutkan pujian untuk ku dan malah menyadarkan dirinya sendiri lalu berjalan duluan membuat ku terkejut dan mengejar nya.
Lalu kami masuk ke dalam ruangan seperti yang aku tahu, itu adalah kantor. Kemudian, aku mendengar dia sendiri berbicara dengan nada yang begitu formal sekali.
"Tuan besar, aku menemukan bantuan yang semoga bisa membantu kasus ini," tatap Marito, di sana ada Pria Paruh Baya menatap ku yang berjalan mengikuti Marito masuk.
"Manis sekali, dia putri mu?"
"Hah?! Bukan, aku saja belum menikah, dia hanyalah gadis saksi mata, mungkin dia bisa membantu Anda," tatapnya.
"Hm... Baiklah kalau begitu, pergilah," Bos besar itu menatap lalu Marito menundukkan badan dan berjalan pergi sementara aku terdiam bingung.
"Baiklah, selanjutnya, kamu akan membantu para Detektif itu memecahkan kasus pembunuhan kemarin yah, jika apa yang dikatakan kamu benar, aku akan memberikanmu imbalan, aku akan menanyai mu setiap detail ciri-cirinya, sebelum mulai, bisa aku tahu nama mu?" dia langsung bicara pada intinya, ya sudah, aku akan mengatakan nya di mulai dengan nama ku.
"Chandrea."
Kupikir, yeah, hari ini aku bukan gadis kecil lagi, itu hanyalah awal dimana aku tumbuh dan menjadi penting di antara kasus aksi yang begitu sangat menegangkan, ini aku, Chandrea, kekasih kematian mu.
Di bulan November adalah hal yang bisa dikatakan sebagai penerimaan mahasiswa baru yang akan masuk di kampus sana. Termasuk seorang wanita yang dari awal terlihat sangat mencolok di antara banyaknya mahasiswa maupun mahasiswi yang normal.
Dengan sepatu sneakers hitam putih, rambut panjang pirang, kaus kerah tinggi dan juga memakai kemeja yang tidak di kancing kan, membuat semua orang berpikir dia adalah seorang model. Memakai celana yang cocok di kakinya membuat mereka juga berpikir, baju yang aneh pun juga akan cocok di pakai olehnya.
Seperti yang di bayangkan juga, memiliki sikap yang sangat friendly. "Halo!! Halo kalian yang menatap ku... Ehehhehem..." dia tertawa sungguh sangat manis dan cantik. Bahkan semua lelaki-lelaki yang melihat nya menjadi tertarik padanya.
"Siapa dia?"
"Di tanda pengenal nya, dia bernama Chandrea, nama yang bagus untuk wanita seperti nya."
"Dia sungguh sangat cantik dan juga seksi..."
"Menurut mu apa dia akan berteman dengan kita yang begitu memiliki banyak circle?" mereka mulai berencana berteman dengan nya.
Tapi siapa sangka, di pemikiran wanita itu yang bernama Chandrea menjadi memikirkan sesuatu. "Aku ke kampus ini, karena umur ku memang harus ada di kampus... Ehehewhmm... Aku sungguh sangat senang mereka melihat ku begitu... Tapi maaf yah, aku cari teman yang sangat unik dulu..."
Chandrea, dia adalah wanita yang akan di kenal oleh kampus. Dia adalah gadis yang saat itu berhasil mendapatkan perhatian dari kemampuan nya, wanita yang pandai dalam ingatan aksi sejak kecil dan juga merupakan wanita yang sangat terlihat trending. Seperti yang diceritakan di chapter pertama. "Gadis manis itu telah menjadi wanita cantik dan terlihat memiliki apa yang dia mau, termasuk sikap yang tak banyak orang punya."
"Hei cantik," beberapa orang datang. "Kenalin," dia mengulur tangan dan berniat akan berkenalan dengan nya.
Chandrea hanya tersenyum dan tertawa gumam itu. "Ehehehem..." hanya tertawa setelah itu berjalan pergi membuat tangan itu terabaikan, sikap yang aneh dan terlihat bodoh sekali.
Orang itu menjadi berwajah tak percaya. "Apa?! D-dia sombong!? Tapi kenapa senyumnya tidak menggambar kan sekali?"
Begitulah cara wanita ini menolak, dia terlalu menikmati dunia sebagai wanita gila yang menebarkan tawa yang begitu gila dan sangat menikmati hal itu.
"Hei, tunggu," lihatlah siapa yang tidak menyerah, lelaki tadi menghentikan nya membuat Chandrea berhenti berjalan dan menjadi menatapnya bahkan tatapannya itu tak berubah dan hanya menggunakan senyuman kecil itu.
"Hei, aku menawarimu untuk berkenalan, kenapa kau begitu tidak sopan? Apa kau harus di ajari? Paling tidak dengan sebuah perkataan, kau seperti orang aneh dengan jawaban senyuman mu itu," lelaki itu menatap agak mengerikan.
Tapi siapa sangka, Chandrea kembali membalas. "Ehehem…" dengan hal yang sama.
Seketika lelaki itu memasang wajah aneh. "Lupakan saja, kau begitu aneh, cantik-cantik aneh…" akhirnya dia menyerah dengan sikap wanita itu.
Dia terus melakukan hal itu terus menerus, ketika ada yang mendekat pasti melakukan hal yang sama dengan cara yang sangat aneh sehingga mereka juga mulai berpikir bahwa dia aneh, tapi dia tetap fokus pada tujuan nya.
Hari berhari, banyak sekali orang yang hampir semuanya ingin berkenalan dengan nya, tapi dia terus melakukan hal yang sama. Melewati mereka sesudah memberikan mereka senyuman gumam itu, bahkan itu di sebut senyuman khas yang langka. Kini mereka hanya bisa menganggap wanita itu sebagai wanita biasa yang tak mau berteman, padahal tampilan nya sangat menarik sekali, sayangnya kerjaan seharinya di kampus hanya berjalan jalan tidak jelas.
"Kenapa begitu susah berteman denganya? Padahal dia cantik, dia seperti model, lumayan jika menggodanya dan suatu keberuntungan jika dia langsung menerimanya, tentu saja dengan atau tanpa hambatan, dia hanya terus melemparkan tawanya itu…"
"Yeah, itu benar sekali, dia seperti sulit di dapatkan," kata beberapa lelaki yang mengobrol membicarakan Chandrea yang kebetulan lewat di antara mereka dan mereka hanya menatap dengan tatapan agak tertolak karena tidak bisa kembali mengulang untuk mencoba mengajak Chandrea berkenalan.
"Apakah di sini tidak ada yang menarik, aku ingin seseorang seperti kutu buku... Hm..." pikir Chandrea yang berjalan di lorong kampus, akhirnya dia bisa bosan dengan senyum yang perlahan kecil, permintaan yang aneh untuknya, kenapa harus meminta kutu buku jika di sana banyak yang ingin sekali berteman dengan nya, inilah yang di sebut "cari rasa"
Tapi siapa sangka, ia melihat seorang gadis yang sedang menata salah satu loker miliknya yang berisi bukunya sendiri di lorong khusus loker, tampilan nya seperti gadis culun.
Bagaimana tidak, dia memakai kacamata, rambut berantakan, wajah penuh jerawat dan tidak terawat dan juga baju yang ia kenakan, sangat ketinggalan jaman.
"Oh, aku menemukan nya..." Chandrea langsung senang di dalam hatinya, dia bahkan juga langsung mendekat.
Di sisi pandang gadis itu, dia tampak sedang fokus sambil terus membersihkan sesuatu hingga ia menutup loker nya, namun siapa sangka ada tangan lentik yang mengarah padanya. Tepatnya tangan itu menahan tubuhnya di loker samping membuat palang untuk gadis tersebut.
Ia terdiam dan menoleh yang rupanya dia melihat Chandrea yang tersenyum padanya. "Eheheheemm... Halo... Mari ber-te-man~" tatap Chandrea mengatakan itu dengan mudahnya membuat gadis itu terkejut dan dia tak tahu harus apa.
Ia seperti ketakutan, lalu ia memutuskan untuk berbalik dan langsung berlari pergi membuat Chandrea terdiam bingung.
"Apa? Kenapa dia menolak ku begitu? Padahal aku ingin berteman dengan kutu buku, apa salahnya menerima tangan ku... Apa aku terlihat mengerikan atau apa?" ia masih bingung.
Sementara itu, gadis tadi tampak terengah-engah melihat sekitar lalu berhenti berlari.
"Ha—Ha—Akhirnya, aku benar-benar tidak percaya... Wanita yang begitu bebas itu ingin berteman dengan ku, aku tidak percaya dia mau berteman dengan ku, benar-benar deh," ia menggeleng.
Tapi tiba-tiba saja, ada beberapa orang lelaki datang dan langsung mendekat padanya membuat nya terkejut, tapi ia tampak pasrah, hal itu nampaknya mengatakan bahwa itu hanya seperti biasa nya. Yah, hari biasa di kampus, layaknya yang selalu ada.
Tak lama kemudian, gadis itu tampak merangkak mengambil buku dan tasnya yang berantakan dibawah tempatnya tadi sambil menangis.
"Hiks, Kenapa... Kenapa ini sangat menyakitkan... Aku tak mau hidup begini..."
Tapi ada suara normal langkah kaki dengan sepatu sneakers berjalan mendekat dan berjongkok dengan seksi menatapnya. Hal itu membuatnya menoleh dan rupanya itu Chandrea yang memasang wajah bingung memutar kepalanya.
"Hm? Apa yang sedang kamu lakukan di sini? Apa kamu sedang cosplay menjadi bayi yang menghancurkan barang mu sendiri? Dan juga merangkak... Ehehehemm... Oh ya, mari kita berteman," Chandrea mengulur tangan dengan senyuman nya meskipun perkataan nya tadi seperti orang polos.
Tapi siapa sangka, gadis culun itu malah mengambil barangnya dengan sangat terburu-buru dan langsung berlari pergi darinya membuat Chandrea bingung.
"Apa yang terjadi? Apa aku gagal lagi?" ia terdiam sambil melihat di bawah lagi, ada bekas berantakan dan di bagian baju gadis tadi, ada beberapa jejak kaki sepatu yang membuat Chandrea berpikir bahwa yang telah terjadi adalah, baru saja ada pembullyan di sana.
Oh, tentu saja, itu hal yang biasa, iblis dari neraka memang puas jika menindas gadis culun yang paling di benci kampus, semuanya, tanpa terkecuali, tak ada yang suka kutu buku, dan tak ada yang bisa melawan iblis pembully.
Siangnya, gadis culun itu tampak berjalan di balkon kampus. "Aku benar-benar sudah lelah... Aku ingin menenangkan pikiran ku dulu tapi ini sungguh, masih sangat begitu sakit... Apakah tak ada cara lain lagi... Aku benar-benar tak bisa melakukan ini..." ia tampak putus asa. Lalu berjalan perlahan ke ujung balkon.
Sepertinya dia akan mengakhiri hidup nya itu, hal yang biasa untuk gadis cupu sepertinya, terlalu banyak tertindas dan dia sudah tidak kuat lagi.
"Aku tidak mau tahu lagi dengan apa yang aku lakukan..." ia mencoba mengumpulkan niat untuk bunuh diri.
Tapi siapa sangka, ada aroma rokok yang ia cium membuat pandangan nya menoleh ke bagian pintu masuk balkon tadi.
Dia menjadi bingung sekaligus terkejut karena ia menyadari ada orang di sana. "Kenapa aroma rokok bisa tercium di sini, padahal udara di sini tinggi, apa jangan-jangan, memang ada orang lain?" ia penasaran dan langsung mengintip.
Siapa sangka, itu adalah Chandrea yang duduk sambil merokok, duduk dibawah seperti layaknya preman dan menghembuskan beberapa kali asap rokok yang tebal dan juga ponsel yang ada di telinga nya.
Dia berbicara dengan nada serius. "Hm... Lakukan saja hal itu, putar kepala mereka, dan masukan ke neraka," kalimat itu yang di dengar oleh gadis itu dengan nada suara yang serius membuat nya terkejut. Tanpa sadar, isakan terkejut itu dapat terdengar.
Lalu Chandrea menoleh dan langsung mematikan ponselnya. Dia tidak memiliki ekspresi apapun, dia hanya memasang wajah senyum dan tertawa gumam setelah tahu itu adalah gadis culun. Bahkan langsung berdiri dan juga membuang rokoknya jauh sekali. "Eheheheemm... Kebetulan sekali bertemu lagi, mari berteman," dia mengulur tangan pada gadis itu.
Tapi entah kenapa pandangan gadis itu menjadi tambah ketakutan, mungkin karena apa yang dikatakan Chandrea tadi, pendengaran nya mengatakan bahwa wanita yang begitu aneh di depan nya ini memang begitu aneh.
Keheningan sesaat membuat Chandrea memutar kepala menatap dengan bingung. "Hm...? Ehehemm, tidak papa, aku akan menunggumu," dia seperti orang aneh yang sangat tak berakal, itu bukan lagi di sebut sebagai wanita friendly di kampus, tapi dia seperti wanita gila di mata gadis kutu buku itu.
Perkataan yang bodoh itu membuatnya kesal. "Hentikan itu!!! Kau benar-benar wanita yang sungguh sangat buruk!! Dan semua orang di kampus ini!!" teriaknya bahkan langsung berlari pergi membuat Chandrea terdiam menatap tangan nya sendiri. Tapi dia tersenyum kecil.
"Aku memang wanita buruk..."
"Hei culun, bawakan tas ini untuk kami," kata dua orang wanita yang tampaknya terlihat seperti wanita kampus yang sama berandalnya dengan lelaki nakal di sana, mereka dengan beraninya meletakan kedua tas ransel itu di atas meja gadis culun tersebut, sekarang, dia tampak sangat menyedihkan, bahkan wanita pun berani menindasnya, dia hanya di suruh-suruh saja.
Dia mencoba menolak dengan baik-baik. "Ma-maaf, tapi, aku juga harus membawa tas ku sendiri,"
Namun mendadak satu tangan wanita itu memukul mejanya sambil berteriak. "Hooii!! Kamu itu cuma kutu buku, apa masalahnya membawa dua tas ini untuk ke laboratorium, kita membawa tas ke sana sekalian mau pulang setelah praktek dari ruangan itu, jadi ini tugasmu membawa tas-tas kami, apa kamu mengerti?!" dia benar-benar sangat memaksa membuat gadis itu gemetar dan langsung berdiri membawa kedua tas itu.
Wanita-wanita itu menjadi tertawa kecil puas, lalu berjalan duluan darinya, tapi tak sampai di sana, padahal sudah di bawakan tas mereka, malah mengganggu nya.
"Hei... Lain kali, kau itu harus menjadi babu di kampus ini, kau akan di suruh banyak orang," salah satu dari wanita itu menepuk nepuk keras bahunya, dia seperti berwajah tertekan, inilah yang disebut sebagai penindasan dan ini sudah kelewatan keterlaluan.
Kemudian, hal itu tak sengaja dilihat oleh Chandrea yang sebelumnya hanya berniat berjalan ke lorong sambil bergumam dengan senang. "Ini adalah jalan menuju laboratorium, mahasiswa kelas XX pasti berjalan lewat sini termasuk gadis kemarin yang menganggap ku wanita buruk... Eheheemmm," dia tampak gembira dan tak sabar ingin mengganggu gadis kutu buku itu, tapi siapa sangka, dia melihat dua wanita tadi yang ada di depan dan masih mengganggu gadis culun itu dengan sangat kasar, mereka terus tertawa dan mengganggunya juga mengejeknya sambil berjalan akan ke laboratorium.
Chandrea yang melihat hal tersebut menjadi terdiam, bahkan senyuman nya langsung hilang, dia juga mengepal tangan.
Kemudian dia berjalan mendekat dan mendadak mendorong salah satu wanita itu membuat mereka bertiga termasuk gadis kutu buku itu menoleh ke arahnya.
"Akhhh…. Siapa kamu?!!" dia langsung marah ke Chandrea dan menarik tangannya sendiri dengan kencang, tapi teman nya yang satunya terkejut. "Hei, itu Chandrea, wanita gila itu, aku dengar rumornya kemarin," dia berkata dengan pelan.
"Memang nya mau apa huh, kau hanya lah wanita gila," dia mencari gara-gara pada Chandrea yang menatap tajam membuat kedua wanita penindas itu terkejut menatap tatapan tajam miliknya.
Tanpa melakukan hal apapun, Chandrea langsung mengambil kedua tas ransel milik kedua wanita itu dari gadis culun itu, bahkan tak hanya sampai sana, dia juga melempar kedua tas ransel itu sangat jauh dari tempat mereka membuat kedua wanita itu terkejut sekaligus kesal.
"Kamu, berani-beraninya!!" dia akan berteriak pada Chandrea, tapi ia terdiam menatap mata tajam milik Chandrea, bahkan hanya dengan mata itu membuat kedua wanita itu terdiam kaku dan langsung berjalan pergi dari sana.
Setelah mereka pergi meninggalkan Chandrea dengan gadis kutu buku itu yang terselamatkan. Bahkan Chandrea tersenyum menatapnya.
"Ehehehem, Akhirnya, kita akhirnya bertemu lagi, ayo berkenalan," Chandrea mengulur jabatan tangan, tapi gadis itu tampak masih ragu sambil mengatakan sesuatu.
"Sekarang mereka akan semakin menindasku," dengan nada yang rintih kemudian berjalan buru-buru meninggalkan Chandrea yang terdiam, akhirnya dia gagal lagi untuk berkenalan dengan nya. Tapi kalimat itu tadi menjadi terngiang-ngiang di kepala Chandrea.
Sorenya, "hm... Harus kah aku mencari cara untuk berteman dengan nya? Hm..." Chandrea tampak berpikir di halaman kampus setelah kampus selesai.
Kebetulan terlihat ada bus kampus di sana. "Eh itu... Bus jemputan sekolah bukan?" ia terdiam bingung, tapi ia terkejut ketika melihat gadis culun tadi yang masuk ke bus itu.
"Wah, kesempatan emas untuk mendekatinya," dia langsung berjalan mendekat ke bus itu.
Sementara itu di dalam, gadis culun itu tadi duduk di depan bangku, sendirian dan selama banyak orang lewat, tidak ada yang mau duduk dengannya membuatnya menundukkan wajah dengan harus menerima kenyataan pahit.
"Aku memang bukan orang trending seperti kalian, hanya saja, ini benar-benar menguji mental ku sekali..."
Tapi siapa sangka, ada yang meletakan pantat nya di samping kursinya membuat nya terkejut karena ada yang mau duduk dengan nya, ia lalu menoleh dan rupanya itu Chandrea. Awalnya ia memang agak senang karena ada yang duduk dengan nya, tapi ia malah terpucat ketika melihat itu adalah Chandrea.
"Ehehehemm... Halo..." dia kembali menatap dengan tawa gumam itu.
Hal itu membuat gadis culun itu tentunya tambah terpucat dan langsung mengalihkan pandangan wajah.
"Hei, kenapa? Aku hanya ingin berteman dengan mu, apa salahnya sih?" Chandrea menatap.
"A-apa maksudmu…?!" dia tampak menatap sangat takut.
"Yeah, hanya ingin berteman dengan seseorang sepertimu eheheem, jangan khawatir, aku tidak akan menggigit, rawr… eheheemm,"
Tapi tak lama kemudian ada yang datang, 3 orang lelaki dan rupanya mereka mirip dengan orang yang mendekati gadis culun tadi seperti menindasnya.
Seharusnya mereka masuk hanya untuk duduk di bangku menunggu bus sekolah mengantar ke tempat mereka, tapi mereka malah menghambat hanya karena kebetulan menatap gadis kutu buku yang duduk dekat jendela tepatnya duduk di samping Chandrea.
Dengarkan saja bagaimana dia menyapa dengan baik.
"Hei Culun, kau duduk bersama wanita gila ini?" salah satu lelaki itu menatap dan benar-benar menyapa.
"Ehehehemm... Sebutan yang sangat bagus untukku," Chandrea malah tertawa membuat gadis culun itu terdiam bingung.
"Hei, dia sedang mengejek mu," tatapnya.
"Ah hahaha pintar sekali... Kudengar wanita gila ini tidak mau berteman dengan siapapun. Mau bagaimana lagi, kau sebentar lagi akan di kenal sebagai wanita gila... Yang hanya tertawa gumam..." kata lelaki itu, tapi siapa sangka, dia mengeluarkan permen karet mulutnya dan menempelkan permen karet itu ke rambut gadis cupu itu membuat Chandrea menjadi menurunkan senyum nya menatap itu.
"Apa kau sekarang bisa menertawakanku?" lelaki itu menatap pada Chandrea yang memasang wajah serius sambil membalas. "Belum, tapi nanti."
"Kalau begitu, katakan padanya aturan di sini," lelaki itu menatap gadis cupu itu lalu dia mengatakan nya pada Chandrea.
"J-jangan main-main dengannya," dia mengatakan nya dengan ketakutan.
"Itu benar," lelaki itu mengangguk dengan sombong.
Chandrea yang mendengar itu menjadi terdiam kesal dan lansung berdiri menatap nya, semua orang di bus bahkan menatap nya. Ia menoleh kepada dua wanita yang duduk bersama lalu mengambil parfum dari tangan salah satu dari mereka sambil meminta izin.
"Boleh aku mengambil ini sayang."
Lalu kembali menatap ke lelaki itu. Mereka saling berhadapan di bus yang belum menyala bahkan belum berjalan karena sang supir juga sedang melongoh menatap hal itu.
Lelaki itu terdiam bingung menatap Chandrea, tapi ia akan tercengang karena ketika penutup parfum itu di buka, bahkan Chandrea langsung meminum parfum itu membuat semuanya benar-benar terpaku melihat itu hingga parfum itu habis, dia langsung menyalakan sebuah korek api zippo miliknya yang ia ambil dari sakunya. Tentu saja dia punya, karena terakhir kali, dia sudah terlihat bisa merokok.
Lelaki itu terkejut, tapi siapa sangka, dia sudah terkena api dari semburan parfum itu. Api menyambar dengan sangat kuat dari alkohol yang terkandung dalam parfum, bahkan api tersebut masih mengenai kepalanya hingga ketika hilang, rambut nya menjadi kaku panas dan wajahnya terpanggang.
"Eheheheeeemm... Haha..." Chandrea tertawa puas. Bahkan semuanya tercengang melihat itu, benar-benar tidak percaya. Lelaki itu terdiam menatap tawa itu, dia lalu mundur dan berjalan pergi menjauh darinya, tepatnya berjalan keluar dari bus di ikuti teman-teman nya. Dia sudah di permalukan oleh Chandrea.
"Ha... Benar-benar sampah," Chandrea menyindir dengan wajah prihatin bahkan gadis cupu itu masih terdiam menatap nya dengan tak percaya.
Chandrea lalu tersenyum dan tertawa lagi.
"Ehehheemm, ayo kenalan," dia tampak mengulangi hal tadi, sepertinya dia memang tidak akan menyerah karena ingin berkenalan dengan nya.
Kali ini, gadis cupu itu menjadi terbuka hatinya. "Kupikir, dia memang sudah menyelamatkanku dan selalu membela ku," dia tampak masih berwajah ragu, tapi sebelum benar benar menerima Chandrea, dia bertanya sesuatu.
"Sebenarnya, apa yang sedang kau bicarakan saat di balkon, kau bicara dengan seseorang di ponsel dan kau membicarakan hal yang aneh," tatap nya membuat Chandrea agak menoleh dengan membuang wajahnya seperti menyembunyikan sesuatu, tapi ia mencoba tersenyum kecil, kemudian tersenyum kecil. "Ehehehem, aku hanya menjalankan sebuah pekerjaan, tapi jangan khawatir, waktu itu aku hanya bercanda, ehehehemm,"
"Aku tidak percaya padamu," gadis itu menatap agak ragu membuat Chandrea terdiam dan mencari cara. "Ehehehm, aku pikir kamu hanya melihat keburukan ku soal merokok kan?" tatapnya.
"Semuanya melakukan itu, mereka merokok tak peduli wanita atau laki-laki, kampus ini memang bermasalah," kata gadis itu dengan wajah yang sangat khawatir dan kecewa, seharusnya orang sepertinya memang memiliki sikap cemas yang tinggi karena dia berbeda dari kebanyakan orang yang sudah di sebut umum di sana.
"Ah, lupakan itu, baiklah, aku menyetujuinya," tambahnya menerima permintaan pertemanan milik Chandrea bahkan menyetujuinya dengan masih tak terpercaya lalu mengangkat perlahan tangan nya dan menerima tangan itu membuat Chandrea semakin tertawa gumam.
"Ehehehemmmm... Aku suka ini..."
Hari berikutnya, Chandrea berjalan di pinggir kota, dia melihat sekitar sambil merogoh sesuatu di sakunya.
Dia bersantai sambil menguap dengan ditutup tangan nya. Lalu ketika tangan nya turun, di bibirnya sudah ada satu putung rokok. Dia menyalakan nya sambil berjalan terus dengan langkah yang teratur.
"Kemarin, kampus seperti biasa sekali... Aku akhirnya bisa berteman dengan gadis kutu buku itu, tapi kenapa aku lupa nama nya, padahal kemarin baru saja kenalan..." ia terdiam bingung sendiri, sepertinya hari ini adalah hari libur kampusnya.
Lalu kebetulan di saat itu juga ponselnya berbunyi membuat nya mengangkatnya sambil merokok.
Namun di saat itu juga, ada banyak sekali orang lewat terus menatapnya. Mereka melirik dan mulai bergosip masing masing.
"Lihat itu, dia wanita, tapi kenapa merokok…?"
"Benar-benar sudah rusak masa depan nya, dia pasti tidak akan dapat apapun termasuk uang..." pikir mereka yang sangat tampak seperti mencari cari kesalahan orang.
"Padahal cantik, tapi kenapa masa depannya begitu?"
"Apa dia tidak punya didikan dari orang tua atau bagaimana?"
"Sepertinya begitu, sungguh sangat miris sekali..."
"Adakah yang mau mematikan rokoknya, kemudian menamparnya lalu menginjak rokoknya... Agar dia selamat dari hal itu?"
"Masa depan yang suram sekali..."
Tapi Chandrea yang kebetulan mendengar itu dia benar-benar tidak peduli dengan perkataan gosip kecil mereka bahkan perkataan keras yang di dengarnya.
"Terus saja bilang begitu, aku tak peduli kalian bicara apa... Payah... Sudah jelas aku punya masa depan baik di sini... Aku punya rumah besar, mobil mewah dan bawahan yang siap menjilat sepatu ku," pikirnya dengan wajah tidak peduli.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!