NovelToon NovelToon

My Soul

#1 Awal

Di sebuah jalan pinggiran kota Tokyo terdapat berjejer-jejer pedagang kaki lima. Mereka menjual makanan khas kota itu. Dari mereka ada yang menarik perhatian, seorang gadis manis mengenakan kalung berbandul setengah hati tengah berteriak menyebutkan nama makanan yang dia jual.

“Bakpao.. bakpao... murah saja hanya 15 yen, siapa mau?”

Pemilik nama lengkap Yukie Matsuda itu tengah menjual bakpao buatannya.

Setiap hari setelah selesai sekolah Yukie selalu menghabiskan waktu untuk berjualan, karena lahir dari keluarga miskin dan kini telah menjadi anak yatim piatu mengharuskannya untuk bekerja keras agar bisa bertahan hidup.

Terlebih lagi dia kini tinggal bersama Paman dan Bibinya sehingga mau tak mau Yukie bekerja banting tulang juga untuk membantu biaya hidup mereka.

Bibinya pemalas sehingga setiap hari dia selalu meminta Yukie untuk menjual bakpao. Dia harus mau walaupun terpaksa akarena jika menolak Bibinya akan mengusir Yukie dari rumah.

Hanya itu yang bisa Yukie lakukan untuk bertahan hidup yang terpenting ada tempat untuk dirinya berteduh di kala hujan dan panas teriknya matahari.

“Ayo bakpaonya Kak, Bu silakan” di bawah terik sinar matahari Yukie memakai topi seperti caping untuk menjaganya agar tak kepanasan.

Di sisi lain terlihat seorang pemuda tengah membawa tas ransel seperti baru saja melakukan perjalanan jauh. Dia terlihat linglung seperti buta arah.

“Bodoh sekali kenapa aku bisa sampai lupa meminta kartu ATM kepada ayah. Mana uangku hanya cukup untuk membeli minuman tadi. Astaga aku kembali ke Jepang kenapa malah menjadi gelandangan seperti ini!" gumamnya.

Pemilik nama lengkap Daiki Nakagawa ternyata baru saja kembali dari Amerika. Semenjak dia berumur 6 tahun Daiki hanya tinggal bersama Ayahnya di sana.

Kini ketika dia sudah dewasa sang Ayah meminta Daiki untuk kembali ke negaranya.

Hari itu mungkin menjadi hari sial baginya karena ternyata sang Ayah lupa memberinya uang serta ATM sehingga Daiki tak bisa membeli makanan karena perutnya yang sudah keroncongan.

Hanya ada sisa beberapa lembar uangnya di dalam dompet namun ternyata itu hanya cukup untuk membeli minuman.

"Perutku lapar sekali! Ya Tuhan! aku ingin segera sampai di rumah bertemu Ibu dan Daisuke tapi kalau perutku kelaparan seperti ini bagaimana aku bisa bertahan jalan sampai ke rumah? Mana jarai ke rumah masih sangat jauh" sembari berjalan Daiki terus bergumam kesal.

Tak hayal dia pun terkadang menendang apapun yang ada di depannya.

"Bakpaonya silakan bapaonya hanya 15 Yen silakan silakan ada rasa coklat, stroberi, daging, dan juga abon."

Mendengar suara teriakan pedagang yang menjual bakpao di tepi jalan di mana Daiki berada membuat perutnya semakin keroncongan membayangkan bakpao hangat dengan isi berbagai macam pilihannya itu masuk ke dalam perut membuat mulut Daiki dipenuhi oleh air liur yang mulai banjir.

Cacing di dalam perutnya semakin membabi buta air liurnya semakin deras. Entah apa yang melintas di otaknya namun tiba-tiba senyum nakal itu menghiasi bibirnya. Daiki perlahan mendekati penjual bakpao itu.

Dengan gayanya yang sok dia memesan beberapa macam bakpao dan langsung dimakan di tempat.

"Silakan Tuan" sapa Yukie setelah melihat Daiki berdiri di sana.

"Beri aku 1 bakpao isi daging, 2 rasa cokelat dan 1 rasa strawberry" ucapnya sembari menunjuk ke arah bakpao yang masih terlihat panas berasap di atas kompor.

Dengan senang hati Yukie mengambil bakpao sesuai dengan pesanannya..

"Silakan, Tuan" Yukie meletakkan bakpao pesanan Daiki di atas mangkuk lalu memberikannya kepada lelaki itu.

Dengan raut wajah yang tak sabar Daiki langsung melahap bakpaonya. Yukie sangat gembira ketika ada pembeli yang sangat menyukai bakpao jualannya.

Karena makan dengan terburu-buru Daiki sampai kesusahan saat menelan bakpaonya. Dia memukul bagian dadanya agar makanan yang tersangkut di tenggorokan segera masuk ke dalam perut.

Melihat Daiki kesulitan menelan makanannya maka Yukie berinisiatif memberinya segelas minuman teh dingin.

"Silakan Tuan, teh ini gratis kau bisa memintanya lagi kalau tehnya sudah habis" Gadis itu terlihat sangat ceria penuh senyum di wajahnya ketika sedang berjualan bakpao dan melayani pelanggan di tepi jalan.

Namun nyatanya senyum itu tak pernah terlihat di bibirnya ketika dia sampai di rumah.

Dengan senang hati Daiki menerima teh gratis itu dan langsung meneguknya hingga habis tanpa sisa. Lagi lagi setelah bakpao di tangannya habis Daiki langsung melahap sisa bakpao lainnya. Tak lama setelah menghabiskan beberapa bakpaonya Daiki mulai terlihat bingung, kini hanya tinggal 1 buah di mangkok.

Setelah sadar bahwa dia tak bisa membayar bakpao itu Daiki mulai terlihat gelisah. Dia membuang pandangannya ke sekitar untuk memastikan waktu yang tepat karena dia berencana untuk kabur.

"Jadi, berapa semua total bakpao yang sudah aku makan?" dia masih bersikap seolah memiliki uang untuk membayar bakpaonya, tangannya sibuk meraih sisa 1 bakpao yang terdapat di mangkok seakan-akan dia tak ingin melewatkan bakpao yang sangat lezat itu.

"Satu bakpaonya 15 Yen, jadi semua total bakpao 60 Yen" senyum manis itu masih bertahan di bibirnya, Yukie sengaja menunggu uang dari Daiki namun secara tiba-tiba pemuda itu justru kabur tanpa membayar tagihannya.

"Aku akan kembali lagi besok untuk membayar 60 Yen, Anggap saja ini hutang" tanpa rasa bersalah Daiki berucap sambil berlari.

Yukie yang terkejut membulatkan mata kemudian dia bergegas mengejar Daiki.

"Hei! Bayar dulu 60 yen mu kau tidak bisa hutang! Kau harus membayarnya sekarang Jangan kabur!" Yukie menghentikan langkah kakinya karena kelelahan. Percuma saja dia mengajar karena Daiki berlari dengan sangat kencang.

"Tenang saja aku anggap ini hutang besok aku pasti akan kembali untuk membayarnya!" Sahut Daiki dari kejauhan sambil berlalu.

Nafasnya terengah-engah dadanya sampai terasa panas akhirnya Yukie kembali ke tempat semula. "Awas aja kalau sampai aku bertemu denganmu lagi! Aku tidak akan membiarkanmu lolos!" Yukie mengusap keningnya yang basah karena keringat.

Dia jelas sangat marah karena uang hasil dagangan bakpao hari ini pastinya akan ditagih oleh bibinya yang sangat kejam.

Entah bagaimana nanti jika bibinya tahu ada seorang pemuda dengan sengaja menghabiskan bakpao tanpa membayarnya.

"Astaga! Bagaimana nanti aku harus menghadapi Bibiku?" Gumamnya.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

Di tempat lain di waktu yang sama, seseorang mirip dengan Daiki sedang melangkah keluar dari sebuah minimarket. Hampir 99% tak ada yang berbeda dari wajahnya alis, keningnya, matanya, hidung dan juga bibir serta postur tubuhnya yang tinggi dan tegap nyaris mirip namun yang membedakan hanya belahan rambutnya bahkan panjang rambut mereka pun sama.

Dia adalah Daisuke nakagawa, Kakak dari Daiki Nakagawa.

#2 Siapa?

Daiki dan Daisuke mereka Kakak adik kembar identik.

Jika dilihat secara bersamaan antara Daiki dan lelaki yang bernama Daisuke itu maka tak ada yang bisa membedakan diantara mereka berdua jika orang awam yang melihatnya. Namun untuk yang teliti bisa membedakan di antara keduanya hanya perlu dengan melihat belahan rambutnya.

Ditangannya terdapat bingkisan berisi coklat dan es krim pesanan dari adik perempuannya. setelah keluar dari minimarket dia masuk ke dalam mobil setelahnya mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan tinggi menuju ke rumah.

Layaknya saudara kembar pada umumnya entah kenapa Daisuke ingin sekali melewati jalan yang tak pernah dia lewati selama ini. Namun tiba-tiba siang itu dia ingin sekali melewati jalan yang ternyata tadi Daiki juga tempat melewatinya.

Seperti seakan batinnya menggerakkan insting Daisuke dari alam bawah sadarnya.

Seperti ada sesuatu yang menarik di jalan itu hingga akhirnya Daisuke memutuskan untuk melewatinya. Daisuke menekan salah satu tombol yang terdapat di samping kiri tangannya dengan begitu kap mobil yang dikendarai seketika terbuka memperlihatkan pemandangan di atas sana.

Bentuk awan putih yang bergerombolan di langit menghiasi cerahnya hari itu, bercampur dengan langit yang berwarna biru, serta pepohonan di sepanjang jalan. Dia juga bisa menikmati angin segar yang menyapu wajahnya.

Di ujung jalan terdapat lampu merah yang menyala Daisuke pun menghentikan mobilnya. Dia membuang pandangannya ke sekitar. Daisuke baru tahu kalau di sepanjang jalan itu terdapat banyak sekali pedagang kaki lima yang menjual berbagai macam makanan.

Jalanan yang hampir bertahun-tahun itu tak dilewatinya ternyata menampakkan perbedaan yang sanagt mencolok dari beberapa tahun yang lalu.

Dulu sewaktu dia masih kecil keluarganya sering sekali melewati jalan itu, sejenak bayangan kenangan dulu membuat Daisuke melamun saat teringat dengan gadis kecil yang sempat dia temui.

"Bakpaonya Pak, Bu... silakan bakpaonya ayo diborong semua tinggal 5 buah" suara Yukie yang lantang mampu membuyarkan lamunan Daisuke, dia langsung mengalihkan perhatian ke arah lain.

Lelaki itu menoleh mencari di mana sumber suara itu berasal dan setelah melihat seorang gadis tengah menjual bakpao perhatian Daisuke mulai tertuju padanya.

Tak lama dia melangkah turun dari mobil.

Dengan mengenakan setelan santai dan raut wajah yang ramah dipenuhi senyuman Daisuke melangkah mendekat ke arah Yukie.

"Kau bisa membungkus semua bakpaomu untukku?"

Tanpa menoleh ke arah Daisuke dengan sangat senang Yukie langsung membungkus sisa bakpaonya.

Akhirnya bakpaonya laris manis, walaupun setoran hari itu berkurang karena Daiki yang tak membayar tagihannya namun Yukie tetap bersyukur.

"Silakan, Tu" ucapnya seketika terhenti saat melihat wajah Daisuke. Matanya langsung membulat penuh dipenuhi amarah.

"Kau!" Tudingnya.

Daisuke yang kebingungan mulai menunjuk wajah dengan jarinya.

"Kau mengenalku?" Daisuke tak pernah ingat kalau sebelumnya mereka pernah bertemu karena jika melihat dari ekspresi wajah Yukie, dia seolah mengenal dirinya.

"Tuan!! jangan sok bertingkah bodoh! Kau belum membayar tagihan bakpaomu tadi, dan sekarang kau sok-sokan membeli semua sisa bakpaoku?” ucapnya sembari menarik kembali bakpao yang sudah dibungkus dan mengurungkan niatnya memberikan bakpao itu kepada Daisuke.

Mendengar celoteh Yukie, Daisuke dibuat kebingungan. Dia sama sekali tak mengerti dengan apa yang perempuan itu bicarakan.

"Tunggu Nona, kau bilang aku belum membayar tagihan bakpaoku? Jelas saja aku belum membayarnya karena aku belum menerima bakpaoku. Kemarikan bakpao itu aku akan membayarnya sekarang" Daisuke mengulurkan tangannya meminta bakpao yang sudah dibungkus oleh Yukie, namun perempuan itu tetap kekeh tak mau memberikannya sebelum Daisuke membayar bakpao yang sudah dimakan tadi.

"Kau bayar dulu semua bakpao yang sudah kau makan tadi! Enak saja kau sudah menghabiskan 4 bakpaoku tapi kau tidak mau membayar justru pergi lari begitu saja!" Ucapnya kesal karena Yukie berfikir kalau Daisuke sedang berpura-pura tak ingat dengan bakpao yang sudah dimakan.

Namun kenyataannya Daisuke memang tidak tahu menahu dengan apa yang sedang dibicarakan Yukie. Karena sifatnya yang penyabar dan penyayang Daisuke sama sekali tak marah ataupun geram mendengar tudingan yang dilontarkan terhadapnya.

Dia malah tersenyum geli kemudian mengambil dompet dan mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membayar semua tagihan yang dituduhkan padanya.

“Baiklah Nona tenang, aku akan membayar semuanya, ok?" Daisuke kemudian memberikan yang itu kepasa Yukie.

"Berapa total semuanya? Apakah ini cukup?"

Yukie melirik sinis pandangannya terlihat menyelidik kearah Daisuke.

"Aku baru sadar, cepat sekali dia ganti baju" gumamnya dalam hati, kini pandangannya berubah ke arah sisi lain melihat mobil berwarna hitam yang terparkir di sana.

"Dia terlihat kaya dan mampu dari penampilannya saja terlihat sangat bergaya tapi kenapa tadi dia membeli bakpao bukan membayarnya, tapi malah justru lari??" dengan kesal Yukie kemudian memberikan bungkusan bakpao itu.

"Nih ambil!"

Daisuke pun membayar semua tagihan bakpao miliknya dan tagihan bakpao yang Yukie tuduhkan kepadanya. Bahkan pemuda itu tersenyum manis saat memberikan uang kepada Yukie.

"Terima kasih atas bakpaonya” setelahnya Daisuke bergerak melangkah kembali ke mobil.

Yukie dibuat terdiam bertanya-tanya bagaimana bisa sifat seseorang berubah begitu drastis dalam beberapa menit. Karena bakpaonya sudah habis Yukie pun membereskan tempat dagangannya.

“Bagaimana bisa dia terlihat berbeda, Oh bukan maksudku orang yang sama namun sifatnya berbeda. Di awal tadi waktu dia memakan bakpao terlihat begajulan dan sembrono tapi ketika dia datang lagi namun dia terlihat sopan dan sangat ramah" Yukie dibuat kebingungan memikirkan sifat Daiki dan Daisuki yang menurutnya 1 orang yang sama.

"Ah entahlah!"

Daisuke sudah kembali masuk ke dalam mobil namun sebelum menyalakan mesinnya dia sempat terdiam memikirkan ucapan di gadis penjual bakpao.

"Dia bilang beberapa saat sebelumnya aku sempat datang dan memakan bakpaonya tapi aku tidak mau membayar? Perasaan setelah beberapa tahun yang lalu baru kali ini aku menginjakkan kakiku di jalan ini" dengan penuh rasa penasaran Daisuke akhirnya meninggalkan tempat itu.

Ciiiiiiiiiiitttt!!!

Seketika Daisuke menginjak rem hingga mobilnya berhenti mendadak. Dia teringat akan sesuatu, jika gadis itu bilang orang yang memakan bakpaonya adalah dirinya berarti tak lain orang itu pasti karena sangat mirip dengan wajahnya.

Daisuke yakin bahwa yang memakan bakpaonya adalah Daiki, adik kembarnya. Entah kenapa feelingnya sangat kuat bahwa adiknya belum terlalu jauh meninggalkan tempat itu.

Daisuke sengaja mengemudikan mobilnya perlahan sembari mengawasi setiap sisi jalan, berharap Daiki belum jauh meninggalkan tempat itu.

“Aku merasa tidak datang ke tempat ini sebelumnya, jika gadis itu bilang aku sempat memakan bakpaonya dan tidak membayar, itu berarti... aku yakin bahwa dia adalah Daiki!!” gumamnya dalam hati sembari menyisiri setiap jalan.

“Daiki?? Di mana kau?”

#3 Saudara kembar

Daiki berjalan menuyusi trotoar menuju kembali ke rumah. Banyak sekali yang telah berubah dari kota itu selama dia tinggal di Amerika.

Kini dia telah menginjak kelas 2 SMA. Pindahnya dia ke Jepang berarti Daiki akan sekolah di tempat yang sama dengan Kakaknya, Daisuke. Kebetulan sang Ibu yang bernama Izumei Nakagawa adalah pemilik yayasan yang menaungi sekolah terbesar di mana Daisuke belajar.

Sehingga dengan mudah Daiki bisa masuk ke sekolah elite dengan semua murid memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata. Meskipun Daiki tak terlalu pandai dia yakin kalau Ibunya bisa membuat dirinya sekolah di sana.

Tingkahnya yang usil, tengil namun dingin dan suka berulah semaunya, pasti akan selalu membuat Kakaknya kerepotan.

Daiki melangkah sembari membuang pandangannya ke sekitar melihat bahwa kota itu sudah sangat berubah dan berbeda membuatnya sedikit bingung dan seperti kehilangan arah.

Tempat yang sangat familiar baginya adalah tempat tadi di mana Yukie berjualan bakpao karena dulu Daiki sering menghabiskan waktunya di sana dengan teman masa kecilnya.

Saat sedang asik-asiknya berjalan ada saja penggangu yang tiba-tiba menghadnag Daiki.

“Hei!” terlihat 3 orang lelaki menghadang jalannya. Dilihat dari cara berpakaian menunjukkan bahwa mereka sepertinya berandalan yang sering meminta bahkan tak segan merampas uang ke setiap pengguna jalan yang lewat.

Melihat tubuhnya yang gempal, lengan penuh dengan tato tak membuat nyali Daiki menciut. Selama tinggal di Amerika bersama Ayahnya si pemegang sabuk hitam dan menjuarai kompetisi Jujutsu sejak muda, Daiki selalu mendapat pelatihan bela diri dari Ayahnya.

Keahliannya kini menurun pada Daiki, semenjak berubuh 6 tahun dia tinggal bersama Ayahnya, Daiki sudah dilatih untuk mengenal Jujutsu. Sikap cuek, dingin dan tengilnya itu dia dapatkan dari Takashi Nakagawa, Ayahnya. Berbeda jauh denagn Daisuke yang hangat dan penuh kelembutan serta kasih sayang karena dia mendapatkan semua itu dari Izumie, Ibunya.

Daiki mengamati wajah mereka satu persatu dengan gaya tengilnya membuat ketua dari komplotan itu mendadak kesal karenanya.

“Mau apa kalian?” tanya Daiki dengan suara berat, tanpa rasa takut sedikitpun.

Melihat tatapan Daiki yang tajam membuat ketua yang memiliki tubuh paling besar itu merasa tertantang.

“Hei anak kecil! Berani-beraninya kau menatapku seperti itu! Serahkan semua uangmu padaku!” perintahnya sembari mengulurkan tangan. Laki-laki itu sengaja memamerkan otot di pergelangan tangannya yang nampak menonjol sengaja untuk membuat Daiki ketakutan.

Akan tetapi tak sedikitpun Daiki terpancing. Dia justru dengan santai melangkah maju melewati mereka bertiga menyingkirkan ketua komplotan karena menghalangi jalannya.

“Aku tidak ada waktu meladeni kalian! Menyingkir dari hadapanku!” dengan santai dia berucap dan melewati mereka begitu saja.

Ketua berandalan semakin terlihat geram dengan sikap Daiki, merasa tak terima karena telah di anggab remeh dia pun meraih pundak Daiki lalu menarik kemejanya sampai robek. Bukan karena ketua itu yang kuat namun Daiki yang terlalu kuat menahan tubuhnya agar tak tertarik kebelakang.

Daiki langsung menoleh menatap kemejanya yang robek di bagian pundaknya tak lama pandangannya beralih ke lelaki bertubuh gempal yang telah merusak pakaiannya.

“Kau! Siaalaaan!”

Bugh!!

Daiki menghadiahi satu pukulan keras tepat di hidungnya hingga darah segar langsung mencuat keluar.

“Kau! Berani-beraninya merusak pakaian mahalku!!” Daiki hampir mendaratkan lagi satu pukulan di wajahnya namun dua lelaki lainnya berhasil menahan Daiki dengan meraih lengannya. Satu di sisi kiri dan satu lagi di sisi kanan.

“Kau berani memukul? Awas saja aku akan membalas lebih dari ini!” dia hampir memukul wajah Daiki yang berusaha berontak melepaskan diri, namun yang terkena pukulan justru anak buahnya sendiri.

Daiki dibuat tertawa karena bisa menghindar dari pukulannya.

Kedua lelaki itu nampak kualahan menjaga Daiki yang sangat kuat, mereka akhirnya melepaskan Daiki dan menyerang bersama. 1 lawan 3.

“Kenapa? Kalian tidak berani satu lawan satu? Sini maju bertiga... aku akan menghabisi kalian!” ocehan Daiki mendapat respon dari ketiga berandal itu dengan ekspresi wajah sedikit ketakutan.

“Kenapa? takut? Hah!” Daiki semakin berani melawan mereka.

Mereka bertiga akhirnya ramai-ramai menyerang Daiki. Berkat keahlian bela diri yang dia dapatkan dari Ayahnya membuat Daiki dengan mudah bisa mengalahkan mereka bertiga.

Dari kejauhan nampak mobil Daisuke yang melintas mencari keberadaan Adiknya. Melihat seseornag tengah di serang oleh 3 sekawan berandalan, Daisuke akhirnya menepikan mobilnya mendekati mereka lalu membunyikan klakson mobil untuk membuat mereka berhenti berkelahi.

Daiki yang hampir menang merasa jengkel karena terganggu dengan klakson mobilnya pun marah. Setelah 3 berandal itu lari menyelamatkan diri dia langsung menoleh dengan tatapan kesal.

“Astaga hampir saja aku mengalahkan mereka bertiga” gumamnya.

“Kau! Kenapa tiba-tiba datang dan mengganggu?!” Daiki masih mengamati laki-laki yang tengah menunduk sembari turun dari mobil.

Daisuke tak tahu bahwa yang dia tolong adalah adiknya, dia turun dari mobil karena ingin memastikan kondisi Daiki baik-baik saja.

“Kau tidak apa-a” ucapannya langsung terputus, melihat wajah lelaki didepannya sangat mirip dengan wajahnya merasa seperti sedang bercermin.

Begitu juga dengan Daiki, dia tak menyangka akhirnya bertemu kembali dengan sang Kakak. Mulutnya menganga speechless melihat wajahnya yang sangat mirip dengan dirinya.

“Daiki?” tawa bahagia itu langsung menghiasi wajahnya, dengan mata berbinar Daisuke langsung memeluk erat adiknya.

Daiki pun merasa sangat bahagia namun dia tak pandai mengekspresikan rasa bahagianya sehingga yang ada hanya rasa canggung dan senyum tipis yang terlihat.

Saking senangnya Daisuke sampai mencium pipi Daiki di sebelah kiri dan kanan.

“Mmmmmuah! Aku sangat merindukanmu.”

“Daisuke! Itu menggelikan! Semua orang melihat kita... menjauh dariku” Daiki berusaha mengusap pipi bekas ciuman Kakaknya. Dia bahkan mendorong tubuh Kakaknya agar menjauh.

“Ayolah Daiki apa kau tidak merindukanku? Berapa tahun kau meninggalkanku?” raut wajah Daisuke berubah muram setelah mendapat penolakan dari Daiki, karena dia ingin memeluk Adiknya lagi.

“Daisuke! jangan seperti ini, hentikan... aku juga, aku juga sebenarnya rindu” ucapnya lirih, Daiki termsauk orang yang tak bisa dengan mudah mengungkapkan perasaannya.

“Peluk aku sekali lagi, ya... aku mohon” Daisuke sampai menangkupkan kedua tangannya memohon di depan Daiki.

“Ya ampun Daisuke, berapa tahun kita tidak bertemu kenapa kau jadi melow seperti ini? Awas minggir tidak ada peluk-peluk... aku ingin segera pulang bertemu dengan Ibu” tanpa menghiraukan Kakaknya, Daiki langsung meloncat masuk ke dalam mobil.

Tak ada pilihan lain, Daisuke pun akhirnya memenuhi keinginan Adiknya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!