NovelToon NovelToon

Menantu Bar-bar Itu Aku

menjadi pembantu gratisan

"Mas aku lelah ,mending kita ngontrak ajalah. Biar sepetak nggak masalah asal cuma berdua." Rengek Karina.

"Kamu itu kenapa sih, tiap hari yang dibicarakan cuma ngontrak Mulu. Ngontrak itu mahal,kan sayang duitnya." Jawab Rudi.

Selalu saja Rudi menolak ketika Karina meminta untuk hidup ngontrak agar bisa pisah dari keluarga Farhan dan bisa hidup mandiri berdua saja.

Karina sudah merasa sangat lelah harus hidup satu atap dengan keluarga Farhan yang sangat toxic.

Tok.. Tok.. Tok..

pintu kamar digedor dengan keras. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Bu Marni ,mertua Karina yang suka semena-mena.

"karin ,piring kok belum di cuci sih." Teriak Bu Marni dari luar pintu.

"Mas ". Rengek Karina mencoba mencari pembelaan dari sang suami.

"Sudah kamu kerjakan saja apa yang ibu perintahkan, inget kita ini cuma numpang disini."

Rasanya percuma juga Karina merengek, toh Punya suami tak pernah mau membela istrinya yang dijadikan pembantu oleh keluarga nya.

Karina pun dengan enggan keluar kamarnya, "apa sih Bu berisik tau malam-malam gedor-gedor pintu kamar kenceng banget."

"Kamu tuli ya ,cucian piring numpuk itu. Enak saja habis makan nggak mau nyuci. Kamu harus inget ya ,kamu tuh cuma orang lain yang numpang disini karena kebetulan dinikahi Rudi." Cerocos Bu Marni tanpa jeda.

"Aku juga terpaksa kok Bu numpang disini, karena anak ibu itu gak mau diajak pindah. Padahal kan enak ngontrak sendiri gak apa-apa biarpun hanya sepetak asalkan nyaman dan tidak ada pengganggu."

Mendengar ucapan sang menantu, membuat Bu Marni semakin murka, "berani ya kamu melawan mertua mu sendiri, Rudi lihat nih istri macam apa begini. Kamu tuh jadi suami nasehatin istri yang bener Rud, jangan sampai istrimu itu berani sama kamu apalagi sama orangtuamu juga."

"Eh Bu, aku juga lama-lama capek dijadikan pembantu gratisan dirumah ini. Nih ya dirumah ini bukan cuma ada aku, ada ibu, ada Rina Rani juga. Aku tuh udah masak , nyapu ,nyuci ,ngepel semua aku yang kerjain. Timbang nyuci piring itu juga bekas makan semua orang yang ada disini masa harus aku lagi."

"Karina cukup, lebih baik kamu cuci piring saja dulu biar cepat kelar. Kalau debat terus yang ada gak bakal beres tuh cucian. Benar kata ibu kita disini hanya numpang jadi harus sadar diri." ucap Rudi yang malah membela ibunya.

"Tuh dengerin kata suami."

Dengan malas akhirnya Karina pun mengalah lalu berjalan menuju dapur untuk mencuci piring kotor.

"Dasar suami gak punya perasaan, istrinya ditindas dijadiin pembantu keluarga nya kok diem aja malah seakan mendukung. Keluarga laknat ya gini. YaAllah,dosa apa sebenarnya yang hamba lakukan sehingga memiliki mertua seperti itu." gumam Karina disaat mencuci piring.

Rudi adalah anak pertama, Mempunyai ibu bernama Marni yang merupakan seorang janda. Farhan juga memiliki adik kembar yang masih sekolah kelas 3 SMA bernama Rina dan Rani.

Bu Marni memiliki warung didepan rumah,ya walaupun tidak terlalu besar tetapi cukup untuk menghidupi anak-anaknya. Dari warung itu lah Bu Marni membesarkan dan menyekolahkan Rudi dan adik kembarnya.

Tapi setelah Rudi bekerja semua tanggung jawab dilimpahkan kepada Rudi. Seperti kebutuhan sehari-hari rumah makan listrik ,bahkan biaya Sekolah Rina dan Rani yang membiayai sekarang Rudi.

Sebagai istri,karina mencoba memahami posisi suaminya yang bekerja sebagai manager di sebuah pabrik dibidang produk pangan, yang gajinya harus dibagi-bagi untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga nya. Gajinya sih lumayan, mungkin sekitar 7 jutaan belum termasuk bonus akhir bulan.

Harusnya dengan gaji segitu cukup kalau dibantu dengan keuntungan dari warung Bu Marni. Tapi sayangnya Bu Marni enggan mengeluarkan uang sepeserpun untuk kebutuhan rumah sehari-hari dan juga biaya sekolah si kembar.

Uang keuntungan dari warung Bu Marni sekarang disimpan sendiri yang katanya untuk hari tua nanti.

***

"Mas bangun" , Karina menggoyang-goyangkan tubuh Rudi, " Ini udah jam setengah 7 loh, kamu gak kerja?."

"Iya iya ih brisik banget sih karin." Rudi pun akhirnya bangun juga meskipun bibirnya masih menggerutu.

"Kamu tuh aneh ,namanya bangunin orang ya harus brisik lah biar cepat bangun. Kalau pelan-pelan bukan bangunin namanya ,tapi bisikin." Karina terkekeh.

Tak mau berdebat akhirnya Rudi pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan bersiap ke kantor.

Semua orang kini sudah berkumpul di meja makan.

Hari ini Karina memasak sayur kangkung ,tempe goreng ,telur dadar yang sudah dipotong potong menjadi 5 bagian.

"Yah Mbak ,kok kangkung lagi ,tempe lagi. mbok ya sesekali masak ayam. kalau begini kapan kita jadi pinter, nutrisi saja gak terpenuhi." ucap Rina begitu melihat menu yang ada di meja makan.

"Iya bener." Sahut Rani.

"Heh anak prawan, taunya cuma makan tidur sekolah main udah itu aja. Nggak pernah mau tau gimana pusing nya ngatur uang belanja yang dikasih dengan nominal pas-pasan. Asal kalian tau ya ,mbak masak ya sesuai dengan jatah bulanan yang masmu kasih. Kalau ngasih nya dikit ya mana bisa masak ayam."

"karin ,aku tuh ngasih 1 juta ya hanya untuk makan. Kamu bilang itu kecil nominalnya?." protes Rudi yang tak terima istrinya menganggap 1 juta itu kecil.

Karina nyengir sehingga kelihatan deretan giginya yang putih, "Suamiku sayang ,1 juta itu gede kok kalau untuk makan jatah satu Minggu saja. Tapi kalau untuk 1 bulan itupun untuk makan orang satu rumah yang isinya 5 orang dewasa kamu pikir itu banyak? Hello ,udah bisa masak begini saja Alhamdulillah."

"Aku langsung berangkat saja. sarapan  dipabrik saja nanti, sudah tidak selera makan rasanya."

"Mas minta uang saku ." Ucap Rani sebelum Rudi pergi.

Rudi pun mengeluarkan uang 20an ribu 1 lembar dari kantongnya.

"Terimakasih mas." Ucap si kembar secara bersamaan.

***

"Tumben rud kamu sarapan dikantin." Sapa firman teman Rudi di satu devisi.

"Lagi sebel sama istri." Jawab Rudi singkat sambil memasukkan nasi kedalam mulutnya.

firman duduk dikursi yang berada didepan Rudi ,ikut nimbrung sarapan bersama.

"Kenapa lagi, pasti istri lu minta ngontrak lagi ya." Tebak firman.

"Dia bilang kalau uang jatah untuk belanja sehari-hari itu kecil jadinya masak cuma itu-itu Mulu. Satu juta kok dibilang kecil , jatuh nya istri tidak tau diuntung kan."

"Satu juta untuk seminggu?". Tanya firman dengan santainya.

Rudi melotot mendengar pertanyaan sahabat nya itu, "Sejuta buat sebulan lah ,gila kamu masa iya sejuta buat seminggu itu buat makan apa buat foya-foya."

Firman tertawa mendengar jawaban Rudi, "hahahaha.. satu juta buat makan sebulan terus yang makan 5 orang dewasa? Gila kebangetan deh kamu rud. Aku nih ya yang belum nikah aja tau loh sejuta buat makan sebulan itu kurang. masak iya kamu yang seorang direktur tidak tau, apa tidak mau tau. wajar saja istrimu itu protes."

"Kok kamu jadi belain Karina sih. Suami itu sudah bekerja keras mencari uang untuk keluarga. Nah istri itu harus nya pinter-pinter lah mengelola uang biar cukup sampai gajian selanjutnya. hargai seberapa pun suami memberi."

"Terserah deh bro yang jelas kalau aku yang jadi istrimu, sudah minta Pisah aja mending."

"Mana mungkin dia minta pisah dari aku, hidup dia aja cuma numpang dan bergantung sama aku. sudah lah aku balik ke ruangan dulu ya." Rudi pun pergi meninggalkan firman yang belum selesai menghabiskan sarapannya.

"Yaampun Rudi Rudi, harusnya kamu itu bersyukur punya istri kaya Karina .Lihat saja nanti kalau Karina udah sadar dan benar-benar merasa capek dengan keluargamu, kelar kalian semua."

Karina dan Rudi dulunya bekerja ditempat yang sama ,yaitu dikantor tempat Rudi sekarang bekerja. Karena peraturan tidak membolehkan karyawan yang menikah ,tidak boleh bekerja di satu pabrik. akhirnya Karina mengalah dan memilih resign saja.

Untuk keluarga Karina sendiri, tak merestui pernikahan antara karina dan Rudi. entah karena apa, mungkin karena feeling orang tua Karina tidak ingin anaknya menikah dengan Rudi.

Namun sayang ,karena cinta buta akhirnya Karina tetap memilih menikah dengan Rudi dibandingkan mendengar ucapan kedua orangtuanya saat itu.

Sebulan pertama pernikahan Rudi dan Karina pun berjalan mulus layaknya pengantin baru pada umumnya.

Namun di bulan-bulan berikutnya, semua tak lagi sama. meskipun perlakuan Rudi masih sangat baik tapi keluarga Rudi yang toxic itu mulai berulah menjadikan Karina seperti pembantu gratisan dirumah mereka.

Karina merupakan anak tunggal dari keluarga yang lumayan cukup berada. Hanya saja setelah memilih menikah dengan Rudi, Karina sudah tidak dianggap anak oleh orangtuanya.

Dan setelah pernikahan yang sudah selama hampir 2 tahun ini, Karina tak pernah menghubungi maupun pulang ke rumah orangtuanya.

Bersambung...

karina marah

"Karina, langit mendung mau hujan kayaknya. Itu jemuran belum diangkat." Teriak Bu Marni dari arah warung.

Posisi Karina saat ini sedang tiduran didalam kamarnya ,jadi tidak mendengar teriakkan mertua nya.

"Duh mana sih itu anak. bentar ya Bu Sri, saya manggil mantuku dulu takut keburu hujan ini."

"Yaudah sih Bu Marni, tinggal diangkat dulu jemuran nya. siapa tau Karina nya lagi sibuk didalam." Ucap Bu Sri.

"Sibuk ngapain ,lah wong Karina itu anaknya pemalas kok. kalau gak disuruh ya nggak bakal dikerjain. Anak jaman sekarang mesti sering dikasih tau Bu Sri, biar nggak manja dan leha-leha saja bisanya."

Bu Marni masuk kedalam rumah sambil berteriak memanggil menantunya, "Karin, Karina... kamu dimana? angkat jemuran ini sudah mau hujan!".

Tetap saja tidak ada jawaban dari Karina.

Dokkk.. dokkk.. dokkk.. Bu Marni menggedor-gedor pintu kamar Karina dengan kencang.

Dengan enggan Karina membukakan pintu kamarnya, "Apa sih Bu berisik banget, ganggu aja deh."

Bu Marni melotot mendengar ucapan menantunya, "Apa kamu bilang ibu ganggu. Dari tadi dipanggil gak nyaut nyaut teryata malah asik asik tidur ya. Tuh angkat jemuran sudah mau hujan." tunjuk Bu Marni kearah luar rumah.

"Astaga, ibu teriak-teriak cuma buat nyuruh aku angkat jemuran? Bu timbang angkat jemuran doang apa susahnya. Udah aku cuciin loh semua baju satu keluarga disini."

"Gak usah membantah ya kamu! Cepat angkat jemuran, kamu tuh harus sadar kalau..."

"Kalau aku cuma numpang disini kan ,aku hanya orang asing yang kebetulan dinikahi oleh anak ibu iya kan." Belum selesai Bu Marni bicara, Karina sudah menyahut.

"Nah tuh, kamu sadar siapa kamu disini. Udah sana buruan ibu masih ada pembeli." Bu Marni keluar terlebih dahulu meninggalkan Karina.

"Dasar, orang tua manggil dari ternyata malah enak-enak tidur dikamar." Gerutu Bu Marni dengan suara kencang, sengaja agar orang yang belanja di warungnya mendengar.

"Biarkan saja to Bu Marni, siapa tau Karina memang capek jadi tidur. Perkara angkat jemuran saja gak usah dipanjangin." ,Sahut Bu Ratih tetangga yang sedang belanja diwarung Bu Marni.

"Iya tu Bu Marni, kan kasihan Sinta pasti capek beberes rumah sendirian." sahut Bu Sri.

"Eh itu memang sudah kewajiban seorang istri dan menantu Bu ibu. Karina kan istrinya Rudi, jadi wajar dia yang lakuin semua pekerjaan rumah." ucap Bu Marni.

"Eh Bu Marni ,Karina itu istri dan menantu bukan pembantu tau." bela Bu Sri.

Para tetangga disekitar sini sudah tau kelakuan buruk keluarga Rudi terhadap Karina yang semena-mena.

Dari dalam rumah Sinta keluar bersama dengan Rina, "Tuh Rin, angkat jemuran yang sudah kering nanti yang masih belum kering kamu taruh diteras sana." Tunjuk Karina ke arah tali jemuran yang berada di teras.

"Iya." jawab Rina singkat .

"Loh loh, kok jadi Rina yang angkat jemuran." Bu Marni tak terima salah satu anak kembarnya disuruh suruh oleh Karina.

"Tau tuh bu, mbak Karin maksa. kalau gak mau besok gak bakal di cuciin bajuku katanya."

Bu Marni melotot tajam kearah Karina, "Enak saja kamu nyuruh nyuruh anakku. Gak bisa Rina itu harus belajar."

"Bu, anak perawan tuh jangan diajarin males dong. timbang angkat jemuran sebentar doang. Justru ibu harus terimakasih sama aku, karena mau mendidik anak ibuk biar gak jadi gadis pemalas. Iya kan Bu ibu?" ,Tanya karina yang mencari pembelaan.

"Iya Bu Marni, biarin aja sih. Biar Rina nanti bisa ngelakuin pekerjaan rumah tangga." Sahut Bu Sri.

"Bu." Ucap Rina.

"Udah buruan angkat sekarang atau..."

"Iya iya, ih nyebelin banget sih mbak." Rina berjalan dengan menghentakkan kakinya.

Bu Marni Hanya bisa diam menyaksikan anaknya disuruh oleh Karina. Mau melawan tapi disini sedang ada ibu ibu yang sedang belanja.

"Bu Marni, aku sudah nih belanjanya."ucap Bu Sri.

Bu Marni mulai menghitung belanjaan yang dibeli oleh Bu Sri. " Semua jadi 34 ribu."

Bu Sri memberikan uang pecahan 20 ribuan sebanyak 2 lembar.

"Nih kembaliannya 6 ribu." Bu Marni memberikan kembalian kepada Bu Sri.

"aku juga sudah Bu Marni." ucap Bu Ratih.

***

Pukul 16.30 jam kerja usai. Kini para karyawan bersiap siap untuk pulang tak terkecuali Rudi. Rudi langsung berjalan menuju parkiran.

"Sore pak Rudi, udah mau pulang pak?" Tanya Lisa salah satu bawahan Rudi di pabrik.

"Sore Lisa ,iya nih mau pulang. aku duluan ya."

"Eh anu pak Rudi ,maaf bisa numpang ikut pulang gak ya kebetulan kita kan searah nih. Motor aku tadi pagi dibengkel."

"Oh boleh Lisa, sekalian kita kan searah juga."

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Lisa senang karena di perbolehkan untuk pulang bersama. Sejujurnya, Lisa sangat mengagumi sosok Rudi atasannya. Menurut Lisa, Rudi itu orangnya sudah ganteng ,seorang direktur, gaji juga pasti oke dong ya.

walaupun sudah memiliki istri, tak mengurangi rasa kagum Lisa terhadap sosok Rudi.

Awalnya Rudi biasa saja terhadap Lisa. tapi lama kelamaan Rudi merasa nyaman dekat dengan Lisa. Namanya juga laki-laki, kalau disodorkan barang gres juga pasti lama-lama kepincut juga.

"Sudah sampai Lis."

Posisi saat ini Rudi membonceng Lisa. dengan Lisa memeluk erat dari belakang. Bahkan dada Lisa sengaja dipentokkan dipunggung Rudi.

"Ah terimakasih banyak pak Rudi. sampai tidak sadar saya saking nyaman nya bersandar dipunggung pak Rudi hehehe.. Mampir dulu yuk pak rudi." Ajak Lisa.

"Kapan-kapan saja ya Lis, takut istri di rumah nyariin."

"Yasudah hati-hati dijalan ya pak Rudi."

Rudi pun mengangguk, kemudian melanjukan kembali motornya untuk pulang kerumah.

"Akan aku buat kamu mencintaiku pak Rudi. aku tidak peduli Kamu itu pria yang sudah beristri. Aku bahkan rela jika harus jadi yang ke dua." Gumam Lisa begitu Rudi sudah tidak terlihat.

***

"Tumben baru sampai mas?." Tanya karina begitu Rudi masuk kedalam rumah.

"Iya jalan macet banget." Rudi berbohong, padahal habis nganterin cewek pulang.

"Yasudah mandi dulu sana mas, setelah itu kita makan malam." ,Rudi mengangguk patuh lalu berjalan menuju kamar mandi.

Kini semua orang sudah berkumpul di meja makan untuk makan malam.

"Yah sayur tadi pagi, bosen tau mbak." Protes Rani saat mengetahui makan malam dengan sayur sisa tadi pagi.

"Kalau tidak suka gak usah makan." Karina membalas sinis ucapan adik iparnya.

"Tuh Rud, kamu lihat sendiri bagaimana kelakuan istrimu. Adikmu cuma ungkapin unek-uneknya ,toh kenyataannya memang benar begitu kan. Apa yang dibilang Rani memang benar. Apa kamu gak bosan makan pakai itu itu Mulu."

Karina tidak peduli dengan ucapan mertuanya, lebih memilih menikmati makanan untuk mengisi tenaga. Debat dengan keluarga toxic seperti ini juga butuh tenaga ekstra.

"karin besok masak lah ayam, aku juga bosan makan pakai itu itu Mulu. Benar kata Rani."

karina menengadahkan kedua tangannya didepan muka Rudi.

"Kenapa itu tangan?." Tanya Rudi.

"Minta uang lah buat beli ayam besok. Kamu pikir makan enak cukup pakai uang satu juta buat sebulan. Aku juga bosen sih makan kangkung tempe terus, pengen juga makan ikan atau ayam gitu."

"Baru dua Minggu aku kasih jatah kan untuk belanja sehari-hari. satu juta masa iya udah habis sih." Protes Rudi.

"Rud, istrimu tuh gak becus mengelola uang. boros dia itu pasti uangmu ditilep sama dia." Bu Marni pun ikut mengompori Rudi.

Bruak.. Karina menggebrak meja.

Karina marah ,selalu dituduh seperti itu. Bayangkan saja satu juta untuk satu bulan,itu pun untuk 1 keluarga yang isinya 4 orang dewasa mana cukup coba.

"Cukup ya mas! kamu kira kalau gas habis, minyak, beras, bumbu dapur semua pada habis terus beli pakai uang apa coba? Ya uang 1 juta itu. Dan ibu juga, aku sudah terlalu sabar ya ngeladenin ucap ibu. jangan mentang-mentang aku cuma numpang disini kalian bisa seenaknya memperlakukan aku seperti ini.

Kalau ibu mau makan enak ya modal, keluarin duit buat beli makanan enak. jangan bisanya nuduh aku boros lah ,tidak pintar kelola duit lah. Kalian pikir duit 1 juta itu gede? Hello, gimana kalau mulai sekarang aku minta jatah uang untuk belanja harian saja.

Setiap hari aku minta jatah khusus untuk beli sayur saja. urusan gas beras dan lainnya tidak termasuk didalamnya. Mas Rudi ngasih banyak ya kita makan enak. begitu juga sebaliknya kalau ngasih nya kecil ya jangan harap makan enak. Oke mulai sekarang aku putuskan untuk meminta uang belanja harian biar kalian tau tiap hari aku belanja habis berapa." ucap Karina mengutarakan unek-uneknya.

"Sudahlah hanya masalah kecil jangan kamu besar-besar kan Karin, ini kita mau makan loh." Ucap Rudi.

Karina meletakkan sendok dengan kasar, "Apa kamu bilang mas, masalah sepele? Tapi kalian semua selalu mengungkitnya. Kamu pikir aku tidak punya perasaan mas. pernah gak kamu bela aku disaat keluarga mu menghina aku? Gak pernah mas, justru kamu sama saja malah ikutan menghinaku."

Bu Marni dan kedua anak kembarnya hanya diam menyaksikan percekcokan antara Rudi dan karina. Padahal awal mulanya juga karena mereka, tapi jika Karina sudah ngomel-ngomel mereka hanya bisa diam saja.

Setelah makan malam Karina masuk kedalam kamarnya disusul oleh Rudi.

"Ngapain pakek dikunci segala mas?" ,tanya karina yang curiga karena suaminya ikut masuk kedalam kamar dan menguncinya.

Rudi tersenyum manis penuh n4fsu dan mendekat kearah Karina, "Mas kangen karin, mas kepengen."

"Halah kamu nih mas, giliran minta jatah baik-baikin bicaranya manis bener kayak gula. Tapi giliran dimintai duit aja pelit banget."

"Iya maafin mas ya, kita harus sadar diri disini hanya numpang."

"Ya makanya ayo kita pindah mas, kita ngontrak berdua saja." Ajak Karina.

"Iya nanti mas pikirkan ya. Sekarang mas mau minta jatah kangen ni."

Karina hanya bisa pasrah mengikuti kemauan suaminya. Akhirnya Rudi dan karina pun melakukan olahraga malam bersama.

"Ah." ,ucap Rudi ketika sudah mencapai klimaksnya. Seketika tubuh Rudi pun ambruk kesamping.

"Yaampun mas baru mau enak, belum ada 10 menit udah selesai aja sih. Mas bangun dong aku kan belum selesai." , Karina menggoyang-goyangkan tubuh Rudi yang sudah tertidur dikasur.

"Aku capek karin, udah ah aku mau tidur." ,Rudi membungkus tubuh nya dengan selimut lalu tidur membelakangi Karina.

"Kebiasaan, maunya enak sendiri gak mau enakin istri. Giliran udah selesai ditinggal molor, dasar laki-laki egois. Kalau begini terus gimana mau punya anak coba." Gerutu Karina.

Bersambung...

menantu vs mertua

Pagi hari seperti biasa, rutinitas Karina setiap hari yaitu masak dan beres-beres rumah. tentu saja sebelum masak, Karina terlebih dahulu membeli sayuran di tukang sayur yang biasa mangkal setiap pagi didepan gang.

"mang minta ayam sekilo dong." ,pinta Karina.

"iya neng, sebentar mamang ambilkan."

"loh mbak Karin, kok tumben beli ayam? Biasanya juga kangkung, kalau enggak ya bayam sama tempe." ucap salah seorang ibu-ibu yang juga sedang membeli sayur.

Karina tersenyum lebar, sehingga memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi, "iya nih Bu, bosen tau nggak sih makan kangkung dan tempe terus udah kaya embek saja. Sesekali kan pengen juga gitu makan ayam."

"iya bagus itu mbak Karin, biar ada vitaminnya."

Karina hanya mengangguk, kemudian kembali memilih milih sayur yang akan dibelinya untuk hari ini.

Setelah menimbang nimbang, Karina memutuskan untuk membeli ayam sekilo, sawi, bakso, wortel ,tak lupa tempe dan juga bumbu dapur yang tinggi sedikit.

Rencananya Karina hari ini akan masak ayam goreng lengkuas, sayur orak-arik sawi campur bakso dan wortel, tak ketinggalan juga tempe goreng untuk pelengkap nya.

"sudah mang".

"total semuanya jadi 53 ribu neng."

Karina menyerahkan uang pecahan lima puluh ribuan dan juga sepuluh ribuan.

"masih ada 7 ribu ya mang. Kasih dadar gulung saja mang."

"siap neng, uangnya pas ya. Ini belanjaannya, terimakasih banyak."

"sama-sama mang. ibu ibu, kalau begitu saya permisi duluan ya."

"iya mbak Karin."

sesampainya di dapur, Karina langsung mengeluarkan semua belanjaan yang dibelinya tadi.

Pertama-tama Karina membersihkan ayam. setelah bersih, ayam kemudian direbus bersama dengan bumbu bumbu yang sudah dihaluskan dan juga lengkuas parut. Baru setelah meresap bisa digoreng nantinya. Menunggu ayam meresap, Karina memotong sayuran untuk membuat orak-arik.

Pokoknya hari ini Karina ingin makan makanan yang enak. mumpung tadi pagi Rudi suaminya memberikan uang 50 ribu sebelum Karina belanja sayur. walaupun uang 50 ribu masih kurang sebenarnya, tapi tak masalah untuk Karina. Daripada tidak diberi sama sekali.

Sambil masak, Karina juga makan dadar gulung yang tadi dibelinya. lumayan bisa buat mengganjal perut dulu.

karena Karina sudah cukup cekatan dan mahir dalam urusan masak memasak, maka tak butuh waktu lama semua menu yang dimasak pun sudah tertata rapi dimeja makan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 06.10 pagi. setelah selesai masak, Karina masuk kedalam kamarnya untuk membangunkan suaminya.

"mas bangun! buruan mandi, udah jam 6 pagi ini."

Rudi hanya merenggangkan kedua tangannya, lalu kembali tidur. Melihat suaminya yang kembali tertidur, Karina pun berinisiatif mengambil air dan menyiprat-nyipratkan air tersebut tepat diwajah Rudi.

Sontak membuat Rudi langsung beranjak dari kasur dan bangun dari tidurnya, "Karina, kamu itu apa-apaan sih."

"habisnya kamu dibangunin nggak bangun-bangun mas. Yasudah aku inisiatif bangunin pakai air saja biar bangun. Dan terbukti kamu langsung mau bangun kan." ucap Karina dengan santainya.

"ya nggak pakai air juga Karin." ,protes Rudi.

"terus pakai apa dong mas?".

Rudi lebih memilih tak menjawab pertanyaan istrinya. Akan semakin panjang jika ditanggapi terus menerus nantinya. Rudi akhirnya memilih untuk mandi saja.

Sementara Karina menyiapkan baju yang akan dipakai suaminya.

****

Kini semua orang sudah berkumpul dimeja makan untuk sarapan pagi.

Dimeja makan sudah tersaji menu masakan yang tadi Karina masak. Semua menu terlihat nikmat dan menggugah selera.

"wuah hari ini makan enak nih." ,ucap Rani begitu melihat menu yang ada diatas meja makan.

Rina pun mengangguk membenarkan ucapan kembarannya, "iya, tumben mbak Karina masak enak. kalau bisa setiap hari mbak masaknya seperti ini terus. Biar kita semua napsu makan."

"iya dong, hari ini mbak masak enak. Bosen juga makan kangkung terus. Kebetulan tadi pagi mas mu ngasih duit mbak 50 ribu, yasudah mbak beliin ayam sama yang lainnya ini. Tenang, mbak akan masak enak setiap hari kalau mas mau ngasih duit banyak buat beli sayur."

Mendengar ucapan menantunya membuat Bu Marni melotot tajam kearah Karina, "apa Kamu bilang? Rudi tadi pagi ngasih uang 50 ribu sama kamu? Memangnya uang 1 juta yang diberikan Rudi kemana?".

"habis lah Bu." ,ucap Karina dengan santainya.

"habis kamu bilang? Buat apa saja, kamu tilep ya uang anakku?" , tuduh Bu Marni dengan berapi-api.

Karina menghela napas panjang, "ibu pikir kalau beras habis, gas, bumbu dapur, belum lagi sabun dan kebutuhan lainnya kalau habis belinya pakai duit apa?. Ya pakai duit satu juta itu."

"Rudi, sepertinya istrimu itu nggak pinter ngatur duit. Buktinya baru pertengahan bulan saja sudah habis tak tersisa. Besok nggak usah dikasih uang lagi! pasti yang satu juta masih dan diumpetin sama istrimu itu."

Bu Marni mencoba memprovokasi anaknya, sebenarnya kalau masih juga tidak masalah uang tersebut untuk Karina. katanya uang suami itu uang istri juga.

"yasudah nggak apa-apa kalau mas Rudi nggak ngasih uang. palingan juga nggak ada yang dimasak dan berakhir kita semua tidak makan." ,jawab Karina dengan nada santai.

Disisi lain ,Rudi merasa pusing menyaksikan keributan yang hampir terjadi setiap waktu. Setiap kali istri dan ibunya bersatu sudah pasti akan ada keributan.

"sudah-sudah, lebih baik sekarang kita sarapan takutnya aku , Rina dan Rani akan terlambat."

Semua orang akhirnya berhenti berbicara dan memilih untuk sarapan. Setelah selesai sarapan, semua orang kini melakukan aktivitas masing-masing.

Rudi berangkat kekantor, Rina dan Rani berangkat sekolah, Bu Marni jaga warung sedangkan Karina membereskan pekerjaan rumah seperti nyapu, ngepel, cuci piring, cuci baju dan masih banyak pekerjaan lainnya.

"CK.. Ya ampun, begini banget nasibku. Dari wanita karir menjadi pembantu gratisan." ,gumam Karina lalu menghela napas berat.

Di otaknya ada sedikit terbesit rasa menyesal, tidak mendengarkan ucapan orangtuanya dulu. Coba saja dulu Karina mendengarkan orangtuanya, sudah pasti hidupnya tidak akan susah seperti sekarang ini.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. biar bagaimanapun ini ada pilihan Karina sendiri. Tentu saja harus dijalani dengan ikhlas dan sabar. Selama suami tidak berselingkuh, maka Karina akan tetap bertahan hidup bersama dengan Rudi.

Sementara diwarung, Bu Marni sibuk melayani pembeli. Meskipun bukan warung besar, namun warung Bu Marni cukup ramai yang beli.

"total semuanya jadi 23 ribu bu."

"ini uangnya, kembaliannya dikasih penyedap masakan saja Bu Marni."

"uangnya jadi pas ya Bu, ini penyedapnya." ,Bu Marni menyerahkan barang belanjaan.

Ditengah-tengah melayani para pembeli, tiba-tiba saja perut Bu Marni terasa mules. Sepertinya panggilan alam.

"Karina, sini sebentar kamu." ,teriak Bu Marni begitu melihat menantunya sedang menjemur pakaian.

Dengan langkah malas, Karina menghampiri ibu mertuanya, "ada apa sih Bu, memangnya tidak lihat aku sedang jemur pakaian."

"Minta tolong, jagain warung sebentar. Ibu mau ke kamar mandi sebentar, inget jangan pernah ambil uang warung!." ,ucap Bu Marni kemudian langsung berlari pergi.

"huh dasar emak-emak nyebelin." ,gerutu Karina.

Memang suka seenaknya sendiri Bu Marni ini, sudah minta tolong tapi ngancam lagi. Untung saja sabarnya Karina itu seluas samudra.

"Loh kok mbak Karin yang jaga warung? Bu Marni nya kemana?"

"eh Bu Ratih, ibu sedang kekamar mandi. Belanjanya sudah?".

"sudah mbak, tolong dihitung kan ya."

Karina menganggukkan kepalanya, "total semua jadi 46 ribu Bu Ratih."

"ini uangnya mbak." , ucap Bu Ratih yang menyodorkan uang 50 ribu.

"ini kembaliannya 4 ribu ya Bu. Terimakasih banyak."

"sama-sama mbak Karin. Eh iya mbak, aku baru ingat. Kemarin sore ada bapak-bapak datang kerumah saya, bapak-bapak itu menanyakan tentang mbak Karin sama saya loh."

Karina mengernyitkan keningnya, "bapak-bapak?".

Bu Ratih mengangguk, "iya mungkin umurnya seumuran dengan Bu Marni, mertuanya mbak Karina."

Karina menebak-nebak siapa kira-kira bapak-bapak yang Bu Ratih maksud, "kira-kira ciri-cirinya seperti apa Bu Ratih? Dan bertanya apa beliau?".

Bu Ratih tampak mengingat-ingat kembali, "orang itu pakai peci, punya kumis, kulitnya sawo matang. orang itu bertanya kepada saya tentang kehidupan mbak Karina disini, perlakuan keluarga suaminya bagaimana dan bertanya tentang keadaan mbak Karina. Saya tanya beliau siapanya mbak Karin, katanya keluarga jauh dari mbak Karin. Saya suruh mampir kesini, katanya sedang buru-buru."

Degh.. Karina memikirkan satu nama. Ciri-ciri yang Bu Ratih sebutkan mengarah kepada bapak Karina yang ada dikampung.

"mbak, mbak Karina tidak kenapa-kenapa kan? Maaf ya mbak kalau saya lancang mengatakan keadaan mbak Karina yang sebenarnya kepada bapak-bapak itu."

Karina tersenyum getir, "tidak apa-apa kok Bu Ratih. Terimakasih banyak sudah memberi tau semuanya sama saya."

"sama-sama mbak Karin, kalau begitu saya permisi dulu ya mbak." ,Karina mengangguk.

Tak berselang lama Bu Marni sudah kembali ke warung, "sudah, kamu bisa lanjutkan pekerjaanmu."

Tanpa menjawab ucapan mertuanya, Karina berlalu pergi begitu saja.

"kesambet apa tuh bocah, tumben diem saja mulutnya. Biasanya ngoceh Mulu." ,gumam Bu Marni.

Bersambung..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!