Di sebuah kamar tampak seorang wanita tengah bersantai menikmati membaca sebuah novel online. Novel yang akhir-akhir ini banyak menjadi pembicaraan karena kisah pemeran utama yang luar biasa mengharukan. Dimana novel ini menceritakan tentang seorang wanita sebatang kara yang berjuang hingga akhirnya dia menjadi permaisuri kekaisaran.
Kisah itu berjudul "Mawar berduri." menceritakan tentang Silvia yang seorang anak sebatang kara yang berhasil menjadi permaisuri karena menyelamatkan pangeran kekaisaran.
Setelah melalui banyak halangan dan rintangan akhirannya Silvia bisa menjadi permaisuri. Tapi siapa sangka pada saat yang sama dunia justru mengalami kehancuran.
"Apa-apaan ini !" Ujarnya dengan penuh emosi.
"Akhir macam apa itu ?"Kesalnya.
Ia tanpa sengaja membaca seseorang yang menjadi penyebab kehancuran dunia.
'Rionard Alexander Kaiserslautern'.Batinnya.
"Huh...andai saja ada seseorang yang bisa menyadarkan pada si Rion ini jika berbuat jahat itu merugikan diri sendiri." Gumamnya dengan mengambil kacang kulit di sampingnya.
"UHUK." Kacang kulit yang belum terkelupas itu menyangkut dengan sempurna di tenggorokannya sehingga sangat sulit bernafas bagi wanita muda bernama Alana itu. Ia tadi hanya hendak mengupas kacang itu dengan menggunakan gigi depannya tapi siapa sangka ia justru menelannya.
"UHUK..HNG.." Nafasnya mulai tidak teratur, pandangan wanita itu semakin menggelap hingga tidak bisa melihat apapun.
"To-tolong...." Lirihnya dengan nafas tercekat.
Hingga akhirnya kesadaran Alana menghilang sepenuhnya.
*
*
*
"HEI BANGUN SAMPAI KAPAN KAU TIDUR !"Teriak seorang wanita dengan pakaian pelayan pada seorang wanita yang masih tidur di atas tempat tidurnya.
"ASTAGA ! Anak ini ! dia baru saja menjadi pelayan tapi sudah sangat menyulitkan." Ujar Pelayan tersebut.
"Huh anak baru itu, dia terlihat aneh pada saat memasuki tempat ini." Ujar salah seorang wanita lainnya.
"Iya dia benar-benar sangat suram bahkan aku mengajaknya bicara tapi dia sama sekali tidak mendengarkan ku." Sahut yang lainnya.
"Huh...wanita yang suram." Ujar Pelayan lainnya.
Setelah itu mereka terus membicarakan wanita yang masih menutup matanya itu. Hingga suara teriakan terdengar dari perempuan yang menjadi topik pembahasan.
"AKHH..SIALAN !"Teriaknya membuat semua mata menatap ke arahnya.
Sedangkan wanita yang baru saja berteriak itu menatap seluruh orang yang ada di ruangan itu. Matanya berkedip beberapa kali.
'Dimana aku ? Apa ini sebuah prank ? Acara televisi mungkin ? tapi...aku bukan artis.' Batinnya saat melihat pakaian dan tempat yang aneh ini. wanita-wanita di sana menggunakan pakaian pelayan sedangkan ruangan ini terlihat seperti bangunan kuno.
"Ada apa dengan mu Alana !"Ujar salah seorang pelayan wanita itu dengan nada sinisnya.
"Kau mengenalku ? Apa kita saling kenal ? atau aku memang terkenal ?"Tanyanya.
"Kau gila ? cepat ganti pakaianmu !"
"Untuk ?" Tanah Alana yang masih merasa bingung. Tadi dia hanya membaca novel lalu tersedak oleh kacang.
"Tentu saja untuk kerja, kau itu adalah pelayan pribadi yang mulia putra mahkota. Jika kau seperti ini maka kau akan di bunuh oleh yang mulia Rion." Peringat salah seorang wanita di sana.
"Rion ? Siapa Rion ?" Tanya Alana.
"Anak ini apa kau mau mati, memanggil yang mulai hanya dengan nama." Rutuk salah seorang wanita di sana.
'Oh ayolah aku tidak tau apa-apa, jadi prank ini terlalu berlebihan.' Batinnya.
"Mona kau urus dia, aku pusing melihatnya. Jika yang mulia bangun dan belum ada dia maka kita semua akan di bunuh." Ujar wanita dengan rambut hijau itu.
Sedangkan gadis bernama Mona tampak menganggukkan kepala lalu berjalan ke arahnya. Sedangkan wanita yang lain sudah pergi meninggalkan tempat itu untuk melakukan tugasnya masing-masing.
"Namamu Alana bukan ? ini bajumu ayo ganti. Kau harus cepat pergi ke tempat yang mulia jika tidak maka nyawamu bisa melayang."Ujar Mona.
"Yang mulia siapa yang mulia itu ?"tanya Alana dengan memegang baju khas pelayan itu.
"Tentu saja yang mulia Rionard Alexander Kaiserslautern." Ujar Mona.
"Sebentar...itu..hah !" Kejutnya saat mendengar nama itu. Itu adalah pemeran penjahat di novel itu. Si penghancur dunia.
"Em boleh aku tau apa nama kerajaan ini ?" Tanya Alana.
"Slauternland" Jawab Mona.
Mendengar hal itu mata Alana membulat.
"Hei Mona apa ini prank ? atau acara televisi ? katakan padaku jika ini hanya prank ?" Ujar Alana.
"Prank ? Apa itu ?"Tanya Mona dengan wajah bingung.
Alana seperti merasakan pukulan di jantungnya.
'Apa aku bertransmigrasi ? yang benar saja ?'Batinnya.
"Baiklah sekarang apa aku ? Maksud ku apa aku ini anak bangsawan ? atau ehem putri dari negara yang di kalahkan lalu di paksa untuk menjadi pelayan ?"Tanya Alena.
'Aku adalah pembaca berpengalaman bahkan aku ini berada di level yang lebih tinggi dari pembaca lainnya.' Batinnya.
"Bukan ? setauku kau hanya datang dari desa kecil. Karena ekonomi yang sulit jadi kau pergi melamar pekerjaan ke istana putra mahkota menjadi pelayan pribadi."Jelas Mona.
Senyuman Alana luntur seketika saat mengetahui kenyataan.
"Aku ? rakyat biasa ? Huh astaga plot macam apa ini ? Dan aku juga pelayan pribadi penjahat itu tidak maksudku yang mulia putra mahkota." Ujar Alana.
"Yup tepat sekali." Mona menganggukkan kepalanya.
"Jadi siapa namaku ?"Tanya Alana.
"Namamu Alana, tapi kenapa kau menanyakan namamu sendiri ? Lagipula sedari tadi kau tampak aneh ?"Tanya Mona.
"Oh itu tentu saja AKH ! kepalaku sakit sekali." Ujar Alana dengan bakat akting seadanya.
"Kau kenapa ?"Tanya Mona.
"Sebenarnya aku...aku memiliki penyakit aneh jadi terkadang aku suka lupa dengan diriku sendiri gitu. Ini sudah bawaan lahir jadi aku sudah terbiasa tapi tenang saja semakin lama aku akan kembali ingat kok hehehe." Ujar Alana.
'Ayolah percaya...aku sudah mengarangnya dengan bagus loh.'Batin Alana.
"Ternyata begitu, pantas saja awal kesini kau benar-benar terlihat tidak baik. Ternyata kau ada penyakit ya..." Ujar Mona. Wanita itu tampak mulai bersimpati karena yang Alana katakan.
"Ya begitulah..."Alana mengeluarkan ekspresi sedihnya.
"Huh cepat pakai bajumu lalu aku akan mengantarmu ke kamar putra mahkota," Ujar Mona.
"Apa...aku tidak bisa mengganti dengan pekerjaan lain ?" Tanya Alana memelas.
"Tidak bisa !"Jawab Mona.
"Huh baiklah." Dengan berat hati Alana harus mengikuti apa yang di minta oleh Mona.
*
*
*
Hingga kini mereka telah tiba di sebuah pintu besar bahkan sangat besar menurut Alana.
"GLEK." Alana menelan ludah dengan kasar dan hendak memutar badannya.
"Aku sakit perut."Ujarnya yang membalikkan diri namun dengan cepat di tahan oleh Mona.
"Alana..."Ujar Mona.
"Aku mohon...aku akan mati.."Ujar Alana.
"Kau akan langsung mati jika kabur sekarang." Ujar Mona.
"Huh..baiklah.." Dengan keberanian yang ia kumpulkan ia membuka tempat itu.
"Dah Alana tenang saja aku akan sering mengantar bunga ke kuburanmu."Ujar Mona yang berjalan pergi meninggalkannya.
"Bajingan ini !"Umpat Alana saat melihat kelakuan Mona.
"Siapa yang kau sebut bajingan ?"Ujar seorang pria yang begitu tampan dengan mata hitam dan juga rambut berwarna yang sama. Pria itu duduk di atas kasur dengan bagian badan yang terlihat.
Alana benar-benar tidak bisa mengatakan apapun lagi. Bahkan mulutnya sampai terbuka lebar.
"Luar biasa." Gumamnya.
"Siapa yang kau sebut bajingan ?"Ujar seorang pria yang begitu tampan dengan mata hitam dan juga rambut berwarna yang sama. Pria itu duduk di atas kasur dengan bagian badan yang terlihat.
Alana benar-benar tidak bisa mengatakan apapun lagi. Bahkan mulutnya sampai terbuka lebar.
"Luar biasa." Gumamnya.
...****************...
Alana masih terdiam di depan pintu, dengan menatap pria itu. Sedangkan pria itu yang merasa aneh dengan tatapan Alana segera menatap tajam padanya.
"Apa yang kau lihat ?"Tanyanya dengn dingin.
"Ha ? maafkan saya yang mulia putra mahkota." Ujar Alana yang sudah menyadari keadaannya saat ini.
Pria itu mengernyitkan dahinya.
Ia mengambil kemeja putih yang ada di nakas tepat di samping tempat tidurnya. Lalu ia memakainya perlahan.
Alana tidak bisa berkata-kata karena ia benar-benar tau watak pria yang sedang ia hadapi ini. Pria ini arogan, dingin, jahat, kejam dan tidak berkedip saat membunuh.
"SLING."Pedang sudah berada di depan lehernya membuat tubuh Alana sedikit gemetar tapi ia menahannya.
"Yang mulia...di pagi yang begitu cerah ini tidak baik untuk membunuh orang." Ujarnya saat menatap ujung pedang yang sudah ada di depan lehernya.
"Kau ? pelayan baru ?"tanyanya dengan menyipitkan matanya.
"Sa-saya pelayan baru anda hehehe...tolong bisa anda sedikit menggeser pedang milik anda ini. Saya takut mungkin akan ada angin nanti yang menyebabkan terjadinya kecelakaan." Ujar Alana. Seumur hidup baru kali ini ia di todong menggunakan pedang.
"Kau memerintah ku ?"Ujar pria itu yang justru semakin mendekat kan pedangnya hingga sedikit menggores kulit leher milik Alana.
"Ma-na berani saya memerintah anda, saya benar-benar tidak berani." Ujar Alana.
'Tidak mungkin aku mati secepat ini kan ?'Batinnya.
"Kau terlalu berisik !"Geram pria itu. Ia mulai melayangkan pedangnya ke arah Alana.
"HAH BAJINGAN !" Teriak Alana pada saat pedang semakin mendekat ke lehernya ia bahkan sudah memejamkan matanya.
Tapi siapa sangka ia tidak merasakan sakit sedikit pun. Pedang yang ia tunggu juga tidak mengenai lehernya. Perlahan ia membuka matanya.
"AKH !" Teriaknya tertahan saat melihat bagaimana wajah pria itu yang sudah ada di depan wajahnya.
Alana memperhatikan mata hitam itu, mata yang begitu menyimpan banyak misteri di dalamnya.
"Kau baru saja mengumpat ku ?"tanyanya.
"Ti-tidak yang mulia...saya tidak berani." Ujar wanita itu.
"Hahaha seperti ini lebih baik, cepat bersihkan kamarku ! sebelum aku selesai mandi maka semuanya harus bersih tanpa noda sedikitpun !"Pintanya yang langsung pergi begitu saja. Bahkan pria itu juga meninggalkan pedangnya di depan Alana.
"BUGH." Gadis itu terduduk di lantai.
"Kepalaku hampir saja melayang." Gumamnya.
Tapi setelah itu ia segera bangkit dan membersihkan seluruh ruangan dengan secepat mungkin agar ia bisa pergi dan tidak perlu bertemu dengan pria jahat itu lagi.
Hingga akhirnya seluruh ruangan telah bersih sempurna lalu ia berjalan dengan begitu perlahan keluar dari kamar itu.
"Mau kemana kau ?"Tanya sosok pria yang baru saja keluar dari pemandiannya. Alana segera memutar badannya hingga menatap pria itu.
"Saya tidak kemana-mana yang mulia." Ujar Alana. Tapi pada saat ini otaknya benar-benar tidak sejalan dengan matanya yang tidak berkedip memperhatikan tubuh pria itu yang hanya di tutupi oleh jubah mandi miliknya.
"Bantu aku berpakaian." Ujar Pria itu.
"Ba-bantu apa yang mulia ?"Tanyanya.
"Apa aku harus mengulang perkataan ku ?"Tanyanya.
"Tidak yang mulia." Jawab Alana dengan cepat lalu segera berjalan mendekat ke arah pria itu.
"BRAK."
"PLASH !"
Jendela kamar itu tiba-tiba saja pecah berantakan lalu entah dari mana datang orang-orang dengan pakaian serba hitam.
'Apa-apaan ini.' Batinnya.
Alana memutar badannya dengan cepat, ia harus cepat keluar dari tempat ini sebelum nyawanya melayang.
"Ternyata begitu, bajingan yang di kirim oleh permaisuri ya..." Ujar Rion yang masih bisa di dengar oleh Alana.
Ia dengan cepat menolehkan kepalanya, ia ingat betul ada scan di mana Rion di serang oleh suruhan ibu suri lalu entah bagaimana kutukan pada pria ini kambuh dan menghancurkan kediaman miliknya sendiri. Seluruh pelayan yang ada di istana putra mahkota tidak ada yang selamat dari tragedi itu.
Alana membulatkan matanya saat mengingat scan itu. Bagaimana jika saat ini adalah scan itu ? Ia akan mati jika kutukan pria ini bangkit dan begitu pula dengan seluruh orang-orang yang ada di tempat ini.
Jadi ia menghentikan langkahnya sejenak tapi kemudian ia tetap berlari keluar dari ruangan itu.
"Akh Masa bodolah." Gumamnya lalu kembali menutup pintu.
Sedangkan di dalam kamar Rion hanya sekilas saja memperhatikan tingkah dari wanita itu.
'Ternyata sama saja.' Batinnya.
Ia melawan seluruh orang-orang itu, tampak sekali jika Rion jauh lebih hebat dari mereka. Bahkan tidak ada kesulitan baginya.
"BLASH."
"BUGH."
"AKU !"
"SLING !"
Hingga kini akhirnya seluruh orang-orang yang mengarangnya hanya tinggal satu orang saja. Rion berjalan dengan santai. Pedang yang ada di tangannya mulai meneteskan darah. Pria yang tersisa itu tampak sedikit bergetar tapi kemudian ia mengeluarkan sebuah botol kecil dari dalam saku bajunya.
"Jika aku mati maka semua orang harus tau bahwa anda monster." Gumamnya lalu menghempaskan botol itu ke atas lantai.
"PLANG." Botol kaca itu pecah membuat aroma di ruangan itu.
"Sialan kau !" Geram Rion sebelum akhirnya ia membunuh pria itu. Kali ini pria itu tampak bagai hewan buas. Ia benar-benar mencabik tubuh pria tadi hingga tidak berbentuk.
"Bunuh semua..."Gumamnya lalu berjalan perlahan ke luar dengan tubuh yang di penuhi darah.
Darah menetes di lantai itu membuat kesan mengerikan dari pria itu semakin terasa.
"Bunuh..bunuh semua."Gumam nya dengan mata yang sudah berwarna merah. Langkah kakinya semakin dekat dengan pintu tapi pada saat ia baru memegang gagang pintu sosok wanita dengan cepat membuka pintu hingga menabrak tubuh pria itu.
"BRAK !"
"BUGH."
"AKH." Pria itu langsung mencengkram erat leher Alana. Tapi wanita itu dengan sekuat tenaga melawan.
"Bunuh...aku akan membunuhmu..." Ujar pria itu dengan menatap tajam Alana yang sudah dalam genggaman tangannya. Bahkan kali ini kaki gadis itu tidak lagi bertemu dengan lantai.
"Ti-tidak ada yang akan mati...ambil ini !" Alana mengambil sebuah botol kristal dari saku bajunya lalu meminumkan pada pria itu.
"Mi-minum ini ! minum ini.."Alana berusaha dengan sekuat tenaga agar pria itu meminumnya.
"BUGH." Karena perlawanan yang begitu keras dari Alana hingga kini mereka sama-sama jatuh ke atas lantai. Alana dengan sekuat tenaga naik ke atas tubuh pria itu.
"Mi-minum ini..." Ujarnya dengan terus menahan botol itu pada mulut Rion.
Hingga akhirnya perlahan mata merah milik pria itu kembali berubah menjadi hitam pekat. Dia yang awalnya mengamuk kini menjadi tenang kembali.
"Huh...anda ke-kembali...syukurlah.." Gumam Alana.
"BRUGH." tubuhnya jatuh pingsan dengan posisi dirinya yang masih ada di atas tubuh Rion.
"Dia..."Gumam pria itu.
"Huh...anda ke-kembali...syukurlah.." Gumam Alana.
"BRUGH." tubuhnya jatuh pingsan dengan posisi dirinya yang masih ada di atas tubuh Rion.
"Dia..."Gumam pria itu.
...****************...
Saat ini seorang gadis masih dengan nyaman tidur di atas kasurnya yang tampak kecil dan juga biasa saja.
"Kasihan sekali, ini baru hari pertama tapi dia sudah seperti ini." Ujar salah seorang pelayan.
Sebenarnya pelayan-pelayan disini sangat terkejut saat melihat ajudan putra mahkota yang membawa wanita ini kesini. Saat ini leher wanita itu di perban dengan begitu rapi, di bagian telapak tangan ia juga mendapatkan luka dan beberapa goresan di wajahnya. Tapi untungnya luka-luka itu tidak akan membekas.
"Hnggh." Leguh Alana.
"Lihatlah dia sudah sadar..." Ujar salah seorang pelayan yang ada di sana. Saat ini mereka memang sudah dalam jam istirahat sehingga begitu banyak yang melihat keadaan Alana seperti ini.
Perlahan mata itu terbuka menampilkan manik mata coklat muda miliknya.
"Huh...air.." Gumamnya.
"Cepat berikan dia air !" Ujar salah seorang wanita yang ada disana.
"GLEK, GLEK." Alana menerima air tersebut dan meminumnya dengan begitu cepat.
"Kau tidak apa ?"tanya seorang wanita.
"Tidak apa-apa terimakasih."Ujar Melisa.
"Huh kami pikir kau akan mati, kau tau akan susah mencari pelayan untuk pengganti mu jika kau mati." Ujar pelayan yang tampak lebih senior di banding yang lainnya.
"Jika aku mati maka aku akan menghantui anda." Ujar Alana.
Semua orang langsung memandangnya, sebenarnya yang berbicara tadi adalah Amira. Pelayan yang mengurus segalanya di sini atau bisa dikatakan jika Amira lah kepala pelayan di tempat ini tapi tanpa pengangkatan apapun. Jadi tidak ada yang berani melawan ucapan wanita itu tentu saja kecuali Alana. Jika dia di pecat itu malah lebih bagus lagi.
"Kau ! pelayan kurang ajar !" Ujar Amira yang tampak begitu marah.
"Ya...anda yang mulai duluan jika tidak terima maka pergi sana ! Jika anda mau memecat saya maka pecat saja ! Saya tidak takut." Ujar Alana.
"KAU !" Geram Amira.
"Dasar jalang tidak tau di untung !" Ujarnya lalu pergi begitu saja.
"Dasar orang jahat !" Gerutu Alana.
Setelah Amira pergi tampak orang-orang yang ada di sana menatap heran padanya.
"Hei kau baru saja membangunkan singa," Ujar Mona.
"Aku bukan membangunkan singa,tapi orang seperti itu memang harus di beri pelajaran. Lagipula bukan dia yang menggaji kita lalu kenapa dia yang merasa paling berkuasa !" Ujar Alana. Selalu saja ada orang-orang seperti itu di sini atau pun di dunianya dulu.
"Kau benar-benar tidak ada takutnya Alana." Ujar Mona.
"Jika tidak salah kenapa harus takut." Ujar Alana.
"Huh kau ini benar-benar ya..." Ujar Mona yang tampak sudah pasrah itu.
"Oh ya Alana apa yang sebenarnya terjadi kenapa tuan Robin yang membawa mu kesini ? Apa terjadi sesuatu ? Maksudku apa yang terjadi padamu hingga kau terluka parah seperti ini." Ujar Mona.
"Aku...aku.." Alana sedikit bingung dengan apa yang harus ia katakan. Karena pada dasarnya Rion menyembunyikan mengenai kutukannya itu. Oleh sebab itu jika ia mengatakan sebenarnya dan orang-orang tau maka Alana sudah pasti kehilangan kepalanya kali ini.
"Aku..."
"Alana..! yang mulia putra mahkota mencarimu !" Ujar pelayan wanita yang tampak begitu tergesa-gesa.
Semua orang memandang ke arah Alana dengan tatapan kasihan. Menurut mereka Alana baru saja siuman tapi kenapa sudah di panggil lagi. Ditambah kondisi wanita ini juga tidak cukup baik.
"Cepat Alana ! Sepertinya suasana hati yang mulia tidak cukup baik kali ini." Ujar pelayan itu.
' Perasaan suasana hatinya memang tidak pernah baik.' Batin Alana.
"Baiklah aku akan pergi." Ujar Alana. Padahal saat ini tubuhnya masih begitu nyeri. Tapi sudah harus bekerja lagi.
'Inikah yang di namakan kerja bagai kuda ?' batin Alana. Dengan berat hati ia melangkahkan kakinya menyusuri lantai. Orang-orang yang lain hanya menatap iba atas kepergian wanita itu tapi kemudian mereka hanya bisa menghela nafas. Walau merasa kasihan tapi mereka juga tidak bisa melakukan apapun.
Hingga kali ini Alana lagi-lagi berada di kamar pria itu. Dia memperhatikan seisi ruangan yang tampak bersih. Siapa yang akan menyangka tempat ini tadinya adalah lautan darah. Rion tampak tidak terlalu memperdulikannya. Pria itu hanya sibuk dengan berkas yang ada di tangannya.
'Kenapa dia memanggilku jika dia hanya ingin agar aku berdiri disini seperti patung.' kesal Alana. Ini baru sehari ia berada di tempat ini tapi nyawanya terancam berkali-kali.
"BRAK !" Tiba-tiba saja pria itu meletakkan berkas-berkas itu dengan begitu kasar.
"AKH AYAM !"Latahnya.
"Kau kesini !" Perintahnya.
"Iya yang mulia." Ujar Alana. Ia hanya mematuhi apa yang pria ini perintahkan.
Hingga akhirnya kini Alana berdiri di hadapan pria itu.
"Apa ini ?"Ujarnya dengan mengeluarkan sebuah botol dari saku bajunya. Alana agak sedikit kaget melihatnya karena itu adalah botol yang ia gunakan tadi.
"Itu botol yang mulia." Ujar Alana.
"Tentu saja aku tau ini botol ? apa kau pikir aku bodoh ? Yang ingin kutanya adalah apa isi dari botol ini ?" Tanya pria itu dengan tatapan tajamnya.
"Itu larutan bunga mawar yang di beri sedikit air suci yang mulia." Jelas Alana.
"Bunga mawar dan air suci ? bagaimana bisa kau tau mengenai obat penekan dari kutukanku ?" Tanya Rion yang saat ini telah berdiri dari tempat duduknya.
"Tentu saja dari Novel." Ingin sekali Alana mengatakan hal itu.
"Itu...ibu saya sudah mengajarkan saya jika ada kekuatan jahat seperti kerasukan setan maka anda bisa memberikan larutan bunga mawar dan air suci." Bohong Alana.
"Kerasukan setan ? Kau pikir aku kerasukan setan ?" Tanya Rion.
'Ya tidak mungkin lah kalau kau kerasukan setan, kan kau sendiri setannya.' batin Alana.
"Tidak yang mulia, saya hanya mengira saja." Ujar Alana.
"Kau pikir kau bisa membohongi ku ?" Ujar Rion dengan menarik dagu Alana. Sedikit kasar hingga luka yang ada di leher alana kembali berdarah.
"Sttss." Ringis wanita itu.
"Sa-saya benar-benar tidak berbohong yang mulia." Ujar Alana.
"Hmm aku akan mengawasi mu mulai hari ini, jika ada satu saja yang membuatku curiga maka...kau tau apa yang akan terjadi bukan ?" Ujar Rion.
"BUGH." Ia melepaskan pegangan pada dagu wanita itu tapi itu justru membuat Alana terjatuh.
"Pergilah !" Perintahnya pada gadis itu.
"Baik yang mulia." jawab Alana lalu secepat mungkin meninggalkan tempat itu.
"Dia... benar-benar tidak punya hati." Gumam Alana saat merasa bokongnya sedikit sakit. Sebenarnya pria itu tidak mendorongnya hanya dia saja yang sedikit kehilangan keseimbangan karena takut.
'Dasar bajingan gila !'Batin Alana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!