Laudya Bahira, seorang gadis cantik dengan tinggi badan lumayan tinggal yakni sekitar 165 cm, hidung sedikit mancung dan kulit putih.
Dia merupakan Anak pertama dari Dua bersaudara, masa kecilnya begitu bahagia namun tidak bertahan lama. dimana saat usianya menginjak tahun ke 15, Laudya harus mendapatkan kenyataan pahit dimana Ayah nya meninggal karena kecelakaan.
Semenjak kepergian Ayahnya, Ibu nya lah yang mencari nafkah untuk Mereka. namun hanya bisa sampai Laudya berkuliah saja, Ibu nya sudah mulai sakit-sakitan, dan berlatih membuka usaha Catering di rumahnya.
Saat masih Menjadi Seorang Mahasiswi, Laudya sudah bekerja part time di salah satu cafe dekat kampusnya. sehingga bisa membantu perekonomian keluarga nya sedikit demi sedikit.
Sampai lulus kuliah, Laudya Akhirnya diterima bekerja di salah satu perusahaan besar yang ada di kota tersebut.
Tidak ada yang menarik dalam hidupnya, setiap waktunya ia hanya menghabiskan nya dengan bekerja.
Di saat teman-teman nya sibuk pacaran dan pergi ke tempat wisata saat libur kerja, Laudya memilih untuk membantu Ibunya membuat pesanan orang lain.
*
Laudya merenggangkan kedua otot-otot tangannya yang sudah terasa kaku. ia menghela nafasnya lega karena kerjaan yang diberikan atasannya sudah ia selesaikan tepat jam makan siang tiba.
“Akhirnya selesai juga.” Gumam Laudya.
Dua Orang perempuan menghampiri Meja kerja nya Laudya. Mereka adalah teman dekatnya dari mereka masih kuliah.
“Yuk kantin, Hari ini Lo gak bawa bekalkan?” Tanya Safa.
Hampir setiap hari Laudya akan membawa bekal dari rumah, katanya sih agar lebih menghemat pengeluaran nya.
“Yuk.” Balas Laudya.
Mereka bertiga berjalan menuju kantin yang ada di perusahaan tersebut, saat masuk ke area kantin, ternyata sudah lumayan ramai.
Safa bertugas memesan makanannya, Laudya membeli Minum dan Dea mencari tempat yang kosong.
Dan kini ketiganya sudah berada di salah satu tempat berada di kantin dan yang paling pojok, menurut mereka Makan itu kalau di tempat rame enaknya di pojokan.
“Tumben banget Lo gak bawa bekal, kesiangan?” Tanya Dea pada Laudya.
“Iya, semalam Bantu Ibu bikin Kue selesai di jam dua belas malam. eh subuhnya malah bablas kesiangan.” Jawab Laudya.
“Hari ini Kitakan pulang jam tiga Sore, Gimana kalau nonton dulu.” Ajak Safa.
“Gue gak bisa, soalnya masih ada pesanan catering buat Besok. jadi harus mulai nyicil bikin bumbu.” Ucap Laudya.
“Gue juga sama, ada janji sama Mas pacar.” Ucap Dea.
“Yaudah lain kali aja.” Ucap Safa lemas.
Setiap hari Sabtu memang Mereka akan pulang di jam Tiga Sore, sementara di hari biasanya akan Pulang pada jam Enam Sore.
Suasana Kantin tiba-tiba menjadi hening yang tadinya sangat berisik, Mereka bertiga tidak begitu penasaran kenapa menjadi kening.
Karena setiap kali suasana kantin tiba-tiba berubah, berarti Ceo perusahaan nya ada di sana.
Laudya Merasa dirinya seperti sedang yang memperhatikan, ingin mencari kebenaran tersebut tapi tidak Berani menengok.
Laudya melirik jam tangannya, ternyata waktu Istirahat nya sekitar lima belas menit lagi. Ia mempercepat Makannya karena ingin segera ke tempat kerjanya lagi, berlama-lama di sana semakin perasaannya tidak nyaman.
“Gue Sudah selesai, kalau gitu Gue duluan ya.” Pamit Laudya.
“Eh cepat banget Lo makannya, mau kemana sih memangnya?” Tanya Dea.
“Toilet.” Jawab Laudya.
Tanpa menghiraukan kedua temannya, Laudya Pergi begitu saja meninggalkan Area kantin.
“Kok Gue ngerasa ada yang terus merhatiin ya? tapi kira-kira siapa?” Gumam Laudya.
Laudya mempercepat langkah kakinya agar segera sampai di toilet.
.
Laudya baru saja keluar dari dalam Toilet, namun ia dikejutkan saat melihat Bos nya berada di sana.
Tadinya ia ingin bercermin dulu, namun tidak jadi karena atasannya sedang bercermin.
Laudya hanya menundukkan kepalanya hormat sebelum pergi dari sana, baru beberapa langkah terdengar atasannya tersebut memanggil dirinya.
“Hei, tunggu dulu.” Ucapnya, dengan suara beratnya.
Laudya sempat terdiam, karena ia tidak tahu Atasannya itu memanggil dirinya Atau bukan.
“Kamu yang pakai kemeja Biru muda.” ucapnya lagi.
Laudya menatap pakaiannya, ternyata dirinya memakai kemeja warna biru muda. Laudya membalikan tubuhnya dan menunjuk pada dirinya sendiri, “Saya, Pak?” Tanya Laudya adaj sedikit Gugup.
“Menurut kamu disini ada siapa lagi selain saya dan kamu?”
Laudya mendekat tapi tidak sampai dekat banget, ia harus menjaga jarak agar atasannya merasa nyaman.
“Ini bukan musimnya Corona lagi ya, lebih deketan. Lagian saya tidak akan memakanmu.“
Laudya memberanikan diri untuk lebih dekat. “Ada yang bisa saya Bantu, Pak?” Tanya Laudia.
“Kamu bisa pakai Dasi?” tanya nya.
“Bisa, Pak.” jawab Laudya.
Atasannya yang bernama Maxim Alexander tersebut menyodorkan Dasinya pada Laudya.
“Tolong bantu sama pakaikan, Saya tidak bisa.” Ucap Maxim datar.
Dengan perasaan sedikit Ragu Laudya mengambil Dasi tersebut dan mulai memakaikan nya pada Maxim.
Agak heran Menurut nya, kalau tidak bisa terus satiap harinya siapa yang Memakaikan dasi.
Perasaannya sedang tidak karuan, karena sekarang posisinya sangat dekat bahkan Laudya takut ada karyawan lain datang.
Yang membuatnya semakin Gugup bukan hanya jarak mereka sangat dekat saja, tapi dari tadi Maxim terus memandang wajah Laudia dengan intens bahkan sepertinya sampai tidak berkedip.
Laudya merasa lega setelah selesai. “Sudah selesai Pak, kalau begitu saya pamit.”
“Nama?” tanya Maxim.
“Hah-” Laudya agak sedikit loading.
“Nama kamu siapa?” Tanya Maxim kembali.
“Nama saya Laudya, Pak.”
“Panjang nya?”
“Bahira, nama saya Laudya Bahira.” jawab laudya.
Terlihat Maxim mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu ia mengangkat tangannya memberikan pertanda menyuruh Laudya pergi dari sana.
karena sudah semakin Gugup, dengan cepat Laudya pergi bahkan sepertinya ia lupa untuk berpamitan.
“Cantik.” Gumam Maxim dengan senyuman tipisnya.
*
Sudah jam Tiga Sore, semua karyawan sudah pada merapikan tempat kerjanya bersiap-siap untuk Pulang, begitu juga dengan Laudya.
“Di luar ternyata lagi Hujan, Lau bawa jas hujan gak?” Tanya Dea.
“Bawa,gak mungkin lupa.” Jawab Laudya.
“Bawa berapa?” Tanya Dea.
“Ya satu lah, ngapain bawa banyak-banyak.”
Seketika Dea menjadi lesu. “Yah Gue kira bawa dua, tadinya mau Minjem.”
“Lain kali deh Gue bawa dua, buat jaga-jaga kalau Lo mau nebeng.” Ucap Laudya.
Saat mereka Keluar dan sudah berada di lobi perusahaan, ternyata disana banyak karyawan yang sedang menunggu Hujannya reda dan ada juga yang menunggu jemputan.
“Gue duluan ya.” Pamit Laudya pada kedua temannya.
Lagi-lagi ia merasa seperti ada yang sedang memerhatikan, membuat bulu kuduk nya merinding dan cepat-cepat berjalan menuju parkiran Motor.
“Sebenarnya siapa sih yang merhatiin Gue?” Gumam Laudya dalam hatinya.
**
Laudya datang ke kantor agak terlambat, saat ia masuk ternyata tempat kerjanya sudah ada yang mengisinya sampai ia mengerutkan keningnya.
“Mbak, Kok Tempat saya ada yang menepati? terus ini saya kerja dimana?” Tanya Laudya.
“Loh bukannya kamu sekarang jadi sekretaris nya Pak Maxim ya? kamu lupa?” Tanya Perempuan yang ditanya Oleh Laudya.
Dahi Laudya semakin mengerut, apalagi setelah mendengar ucapan kedua tenaga.
“Selamat ya, Sekarang Lo naik tingkat jadi Sekretaris.” Ucap Dea. ia menyalami tangan Laudya dan disusul oleh Safa.
“Ini maksudnya gimana? sekretaris Apa?” Tanya Laudia.
Orang-orang yang berada di dalam ruangan tersebut saling Melirik, Sekarang mereka paham seperti nya Laudia tidak membuka Grup kerjanya.
“Aduh Bu sekretaris kalau punya HP itu sering-sering di buka, gini nih ada info penting jadi gak tahukan.” Ucap Safa gemas.
Karena penasaran, Laudya membuka Ponselnya dan benar saja ada info yang sangat mengejutkan untuk dirinya.
Dimana di Grup Pesannya Ketua Divisi mereka mengatakan kalau Mulai hari ini Laudya sudah tidak bergabung dengan Mereka lagi, dan sudah berpindah posisi menjadi Sekretaris nya Pak Maxim.
Laudya juga membuka email-nya, Ada Email masuk dari perusahaan. bahwa ia sudah resmi menjadi Sekretaris.
Laudya menghela nafasnya, Ia bingung harus berekspresi seperti apa. Dirinya senang karena naik jabatannya dan itu pertanda Gaji nya juga akan ikut naik, Tapi Ia juga ada rasa takut apalagi setelah kejadian kemarin di mana dirinya membantu Maxim memakaikan Dasinya.
Bahkan sampai sekarang ia masih merasa Gugup dan tidak ingin berpapasan dengan Bos nya itu.
Namun apalah daya, Mulai hari ini ia akan selalu berurusan dengan Pria yang sedang ingin ia hindarinya itu.
Pintu ruangan tersebut terbuka, Asisten Pribadi Maxim masuk dan meminta Laudya mengikutinya. mau tidak mau Laudya harus patuh dan mengikutinya dari belakang.
Mereka sudah sampai di lantai paling atas, Asisten pribadi Maxim yang bernama Nanda mempersilahkan Laudya masuk ke dalam ruangan CEO.
“Bapak tidak ikut Masuk?” Tanya Laudya.
“Saya masih banyak pekerjaan, dan yang dipanggil oleh Pak Maxim hanya kamu.” Jawab Nanda.
“Tapi saya sedikit takut, ini gak bisa di temenin gitu?”
“Maaf ya Bu Laudya, Saya tidak bisa. kalau gitu saya permisi.” Pamit Nanda.
Laudya mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum masuk. kemudian ia mengetuk pintu ruangan CEO tersebut.
tok tok tok
Ckelk
“Masuk.” Titah Maxim.
Dengan langkah Kaki agak sedikit gemetar, Laudya terus melangkah dan berhenti tepat di hadapan Maxim.
“Kenapa Saat saya datang kamu tidak ada di depan? Bukannya sebelumnya sudah ada info kalau kamu akan menjadi sekretaris saya?” Tanya Maxim.
Laudya menundukkan kepalanya tidak berani menatap Atasannya. “Maaf Pak, Dari semalam saya tidak Pegang Hp. jadi saya tidak tahu dan baru tahu sekarang.” Jawab Laudia.
“Kalau gitu buang saja Hp nya, ngapain kamu punya hp tapi kalau tidak dipergunakan dengan baik.” Ucap Maxim dengan tegas.
Laudya menggigit Bibirnya, ia ingin membalas ucapan nya Maxim. tapi takut salah ucap.
Tanpa Laudya sadari, kalau Sekarang Maxim sudah berada tepat di hadapannya.
“Jangan di gigit Bibirnya.” Bisik Maxim.
Laudya mendongakkan kepalanya betapa terkejutnya ia saat melihat wajah atasannya sudah berada tepat di depan mata.
Laudya mundur kebelakang karena ia tahan kalau dekat-dekat dengan Maxim, apalagi Wangi Parfum menurutnya sangat enak dan nyaman untuk di hirup.
Sementara Maxim, ia merapikan Jas nya dan kembali ke tempat duduknya.
“Mulai hari ini kamu akan menjadi Sekretaris saya, tempat kerja kamu ada di luar ruangan saya. setiap pagi usahakan harus ada kopi susu di meja saya, dan kamu juga harus mencatat apa saja pekerjaan saya setiap harinya.” Ucap Maxim.
“Ngerti?” Tanya Maxim.
“Ngerti Pak.” Jawab Laudya.
“Oh ada lagi, setiap ada pertemuan dengan klien kamu tidak pergi ikut, cukup Nanda saja. tapi kalau pertemuan nya di luar kota atau luar negeri baru kamu harus ikut.”
Laudya hanya bisa mengiyakan setiap perkataan Maxim, setelah itu ia diminta untuk keluar dan mulai bekerja.
Laudya sudah duduk di tempat kerjanya, Nanda sudah memberikan arahan dan beberapa berkas yang harus ia pelajari dan kerjakan.
“Semoga kedepannya berjalan dengan lancar.” guman Laudya
dreet dreet
Laudya mengangkat panggilan telepon yang ada di atas meja kerjanya, dimana disana sudah disiapkan.
Belum sempat bicara Laudia sudah mendengar suara Maxim dan memintanya untuk masuk ke dalam ruangannya.
“Baru beberapa menit duduk sudah di panggil lagi, Semangat!”
Laudya kembali masuk ke dalam ruangan
Maxim. “Ada yang bisa saya bantu, Pak?”
“Saya hampir lupa, ada satu lagi yang harus sering kamu lakukan. Setiap beberapa menit lagi masuk Jam Makan siang, kamu harus menyiapkan nya untuk saya.”
“Siap Pak, Apakah masih ada yang harus saya lakukan selain itu?” Tanya Laudya.
“Untuk sekarang tidak ada, nanti akan saya hubungi kamu lagi kalau saya ada perlu.” Jawab Maxim.
Karena sudah tidak ada yang mau bicarakan, Laudya berpamitan untuk kembali ke tempat kerjanya.
Setelah Laudia keluar, Maxim mengetuk-ngetuk meja nya menggunakan jarinya.
“Baru hari pertama, dan hari-hari selanjutnya kamu harus menjadi milik saya, Cantik.” Ucap Maxim Dengan senyum smirknya. Sebenarnya sudah lama Maxim menargetkan Laudia untuk menjadi miliknya, bahkan saat Laudia mengikuti wawancara dengan pihak perusahaan.
Dan selama ini ia hanya bisa memantau dari jauh, dan menurutnya Sekarang sudah waktunya ia mendekat.
Bahkan orang tuanya saja sudah mengetahuinya, karena ia tidak sengaja keceplosan saat orang tuanya membahas soal perjodohan, Dan Maxim keceplosan kalau dirinya sedang memantau seorang gadis. Beruntungnya Orang tua Maxim tidak menargetkan harus memiliki Menantu dari kalangan Atas, dan saat sudah mengetahui, Papi nya Maxim langsung meminta orang suruhannya untuk mencari tahu latar belakang Laudya.
Soal dari kalangan atas atau bawah memang tidak di permasalahkan, tapi yang mereka inginkan adalah Calon Menantunya itu berasal dari keluarga yang baik-baik dan tidak memiliki riwayat kejahatan.
.
Di jam Makan siang, Laudya sedang menata Makan yang sempat ia beli dari kantin. tadi saat Laudia bertanya kepada Maxim ingin Makan siang dengan apa, Maxim menjawab terserah dan boleh membeli di kantin juga.
“Pak Makanannya sudah saya tata, kalau gitu saya pamit keluar. karena sudah ditunggu oleh teman-teman saya.”
“Mau ngapain?” Tanya Maxim.
Dengan Perasaan sabar Laudya menjawab,
“Mau makan siang, Pak.”
“Disini aja sama saya, sepertinya saya tidak akan Habis kalau Makan sendiri.”
“Emmm, Bapak bisa Makan siang dengan Pak Nanda.” Ucap Laudya dengan hati-hati.
“Dia sudah pergi keluar, katanya mau ketemu tunangan nya. Cepat duduk dan Makan.”
Karena tidak ingin membuat Maxim marah, Laudya menuruti nya dan ia juga mengabari kedua Temannya kalau dirinya tidak bisa makan siang bersama Mereka.
Hari pertama menjadi Sekretaris nya Maxim tidak begitu buruk, Walaupun masih beradaptasi tapi Laudya bisa mengatasinya.
Pekerjaan nya tidak begitu sulit, mungkin karena hari pertama. Nanda hanya memberitahu tugas-tugas Sekretaris itu apa saja dan Nanda juga memberitahu Laudya kalau dia tidak boleh membantah permintaan Bos nya.
Satu hal yang membuat Laudya was-was adalah, Ketika Nanda memberitahu kalau Bos nya itu orang nya agak Tempramental dan tidak mau dibantah dan harus dituruti dengan cepat kalau sedang memerintah.
Laudya Melirik jam tangannya, sudah jam Lima Sore dan sebentar lagi sudah waktunya jam pulang kerja. hari ini ia akan pulang seperti karyawan lainnya, namun untuk kedepannya ia akan pulang tergantung Bos nya dan itu lagi-lagi disampaikan oleh Nanda selaku Asisten Pribadi Maxim.
“Akhirnya Pulang juga, Semoga aja Ada Angkot lewat” Gumam Laudya. Hari ini ia tidak membawa Motornya karena sedang di bawa ke bengkel, Jadi mau tidak mau ia harus menggunakan angkutan umum.
Dan biasanya kalau Sore susah dapat Angkot, ada tapi kadang sudah penuh penumpang nya.
Laudya merapikan Meja kerjanya, setelah semuanya rapi baru ia pergi. soal Bos nya, Laudya sudah mendapatkan izin pulang di jam sekarang.
Laudya melangkahkan kakinya keluar, ia berjalan agak cepat agar tidak ketinggalan Angkot.
Laudya berdiri di pinggir jalan, sudah ada beberapa Angkot lewat tapi semuanya penuh. “Kalau gini lebih baik pesan ojol aja.” Gumamnya.
Baru saja ingin memesan sudah terdengar suara klakson mobil berhenti tepat di hadapannya. kaca mobil tengah terbuka dan menampakkan Bos nya, tidak lain tidak bukan adalah Maxim.
“Masuk.”
Laudya malah diam sedang mencerna perkataan Bos nya barusan, kemudian ia Melirik kanan kiri karena takutnya ada orang disana selain Dirinya.
Ternyata tidak ada siapa-siapa dan itu berarti perintah Bos nya itu untuk dirinya.
“Mau sampai kapan kamu berdiri disana, cepat naik.” Perintah Maxim sekali lagi.
“Eh, Gak usah pak. Saya pesan Ojol Aja.” Tolak Laudya.
Maxim menggeram kesal, ia tidak suka ada yang Menolak perintah nya sekalipun orang itu termasuk orang yang dirinya sukai.
“Cepat Naik, atau kamu saya pecat.” Ancam Maxim.
Laudya menggelengkan kepalanya, ia tidak mau dipecat karena masih membutuhkan uang. dan ia juga teringat dengan ucapan nya Nanda tadi siang, dengan cepat Laudya Masuk ke dalam mobil Bos nya, tapi ia memilih duduk di kursi dengan samping Pak Sopir.
“Belakang.” Tekan Maxim.
Baru saja ingin duduk sudah mendengar perintah lagi, Laudya harus keluar lagi dan berpindah duduk menjadi di samping Maxim.
“Apartemen.” Ucap Maxim pada Supirnya.
Laudya mengerutkan keningnya, kenapa tujuan mereka sekarang jadi ke Apartemen. apa mungkin Mereka akan mengantarkan Bos nya dulu lalu mengantarkan dirinya pulang?.
Suasana di dalam mobil sangat hening, tidak ada yang mengeluarkan suaranya sama sekali.
Mobil yang diTumpangi Mereka sudah berhenti di Basement Apartemen, Maxim keluar lebih dulu sementara Laudia masih berada di dalam mobil.
Maxim membungkukkan badannya menatap Wajah Laudya dengan lekat.
“Kenapa gak turun? hemm”
Laudya semakin bingung, kenapa ia harus diMinta turun juga. ini bukan tempat tinggalnya jadi Laudya masih duduk santai di dalam mobil.
“Kan ini bukan alamat saya, Pak.” Jawab Laudya.
“Ya saya tahu, Kamu ada kerjaan lain dengan saya, cepat turun.” titah Maxim.
Dengan terpaksa dan penuh kewaspadaan, Laudya keluar dari dalam mobil Maxim dan mengikut langkah kaki Atasan nya tersebut.
Pikirannya sudah mulai tidak tenang, Laudya takut terjadi apa-apa dan dirinya akan terus tetap waspada.
“Kira-kira mau ngapain ya? Kok Gue takut di apa-apain.” batin Laudya.
“Semoga semuanya Aman sampai bisa pulang.” Lanjut Laudya dalam Hatinya.
Beruntungnya dulu pas masih sekolah dirinya pernah mengikuti Ekstrakulikuler bela diri, jadi kalau nanti Maxim berbuat yang tidak senonoh, Laudya bisa menghajar nya.
kini Mereka sudah sampai di depan pintu Apartemen, sebelum masuk, Maxim lebih dulu menatap Laudya.
“Saya tahu apa yang ada di pikiran kamu, dan kamu tidak perlu khawatir karena saya tidak akan berbuat yang tidak-tidak sama kamu.”
“Terus, kenapa Bapak meminta saya ikut ke apartemen Bapak?” Tanya Laudya.
Maxim tidak menjawab, ia masuk begitu saja
dan disusul oleh Laudya.
“Tolong Masak buat saya dan bereskan kamar saya.” Perintah Maxim.
“Saya mau mandi dulu, selesai Mandi kamu harus sudah Selesai Memasaknya.” Lanjut Maxim.
Melihat Maxim masuk ke dalam kamarnya, Laudya memutuskan untuk langsung ke Dapur dan melihat ada apa saja di dalam lemari pendingin untuk bisa ia masak.
Saat membuka kulkas nya ternyata lumayan banyak bahan-bahan masakan disana, awalnya ia kira disana tidak akan ada apa-apa selain minuman bersoda, Ternyata Pikiran nya salah.
Laudya mulai memasak tapi ia hanya memasak beberapa menu saja karena yang akan memakannya hanya satu orang.
“Perasaan kerjaan sekretaris gak sampai di bawa ke rumah gini deh, apalagi malah di suruh Masak. Aneh banget.” Gumam Laudya.
“Semoga aja cocok di lidah nya.”
Setelah selesai memasak ternyata bertepatan dengan Maxim baru keluar kamar, saat Laudya akan meminta izin untuk membersihkan kamarnya, Maxim malah memintanya untuk ikut makan.
Karena tidak mau mendapatkan Masalah, Laudya menuruti nya ikut makan. selesai Makan dan mencuci piring kotor bekas mereka makan, baru ia membersihkan dan merapikan Kamar dan ruangan lainnya.
Saat Makan barusan, Laudya bisa melihat Maxim sangat lahap. Sehingga membuat Laudya merasa senang dan tenang.
“Berasa jadi art, ini sih ceritanya Sekretaris merangkap sekaligus jadi art.” Ucap Laudya dengan pelan agar tidak bisa di dengar oleh Bos nya.
Laudya Melirik jam tangannya, ternyata Sudah jam tujuh malam dan pekerjaan nya juga sudah selesai, ia mencari keberadaan Maxim untuk meminta izin Pulang.
Ternyata Maxim ada di Ruangan tamu sedang memegangi Macbook nya. “Pak, Pekerjaan saya sudah selesai, apa sekarang saya boleh pulang?” Tanya Laudya.
Maxim mendongkakkan kepalanya menatap Laudya, “Saya antar kamu pulang.” Maxim berdiri dan mengambil Kunci mobilnya, ia berjalan lebih dulu dan disusul oleh Laudya.
Untuk kali ini Laudya tidak akan menolak, karena ia juga sedang menghemat. jadi biarkan saja Bos nya itu mengantarkan dirinya pulang.
Laudya beberapa kali menghela nafas nya, sudah mah capek otak habis kerja. Eh sekarang malah di suruh kerja lagi dan yang pasti capeknya itu fisiknya.
“Kerjaan Gue malah jadi double gini dah.” Ucap Laudya dalam Hatinya.
Laudya hanya bisa mengomel di dalam hatinya saja, kalau secara terang-terangan mana berani dia. yang ada malah kena semprot Bos nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!