NovelToon NovelToon

PENJARA ANGKER

Part 1

Brakkk !!!

Sebuah pintu jeruji besi di tutup keras oleh seorang sipir penjara yang postur tubuh nya setengah gempal bertinggi badan 178 cm, dan yang satu nya lagi kurus, bertinggi badan hampir sama, mereka berdua berwajah bengis dan sadis.

Tok tok tok tok tok tok tok tok

Suara langkah sepatu pantofel yang beradu dengan lantai, menggema di sepanjang lorong penjara yang mereka lewati. Mereka mengapit seorang terpidana pelaku pembunuhan yang di hukum seumur hidup.

Kedua sisi lengan napi itu di piting erat oleh sipir yang ada di kanan kiri nya. Ia nampak keheranan dengan kondisi penjara tersebut yang suasana nya sepi senyap, seperti nya banyak kamar sel tahanan yang kosong. Sesekali ia mendengar samar-samar suara orang merintih minta makan dari balik pintu tahanan yang tebal.

Sepasang kakinya nampak kewalahan mengimbangi langkah kaki para sipir yang berjalan terburu-buru. Maklum, dia dalam kondisi masih setengah sadar karena pengaruh obat bius yang di suntikan ke tubuh nya belum sepenuh nya hilang.

Ngiiiiik!

Denyit suara pintu jeruji besi di buka.

"Ini kamar kematian mu tuan " ucap salah satu sipir penjara dengan nada setengah mengejek sambil mendekatkan mulut nya ke arah telinga kanan nya dan tangan mereka kompak mendorong tubuh nya masuk ke dalam kandang pesakitan itu

"Hahahahahahaha !" Mereka pun tertawa dengan tatapan mata membully

Ketika di dorong, tubuh kurus nya sedikit terjungkal dengan posisi badan nya merangkak di lantai. Ia langsung menoleh ke arah dua sipir itu yang sedang asyik menertawakan nya.

Dengan tatapan kesal tapi kondisi mata nya masih sayup karena pengaruh obat bius. Ia sebelum di kirim ke penjara angker warisan kolonial itu, di bius terlebih dahulu dengan tujuan supaya dia tidak tahu jalan pulang.

Ngiiiiik brakk !!!

Pintu besi tebal itu sekarang terkunci rapat.

"Ingat, taati aturan! kalau kau tidak ingin mati di tangan kami tuan" pesan nya lewat lubang pintu dengan nada datar di depan pintu yang sudah terkunci rapat.

Sipir yang tinggi kurus, dengan muka seperti tengkorak hidup berwajah bengis itu mengakhiri ucapan nya dengan senyum kecut.

Tok tok tok tok tok tok tok tok

Suara sepatu pantofel mereka pun perlahan terdengar lirih, menjauh dari lorong penjara yang pengab dan minim pencahayaan. Di lorong itu hanya di terangi bholam lampu 5 watt tiap 15 meter nya, dan tiap kamar tahanan hanya di beri 1 bholam lampu 5 watt. Bisa di bayangkan betapa remang-remang nya ruangan penjara itu jika malam tiba.

"Ini penjara apa? sunyi sekali di sini. Akh, kepala ku" gumam nya sesaat setelah itu ia merintih merasakan pusing di kepala nya, mungkin efek dari obat bius.

Ia pun langsung merebahkan badan nya di atas ranjang besi tua yang di beberapa bagian sudah karatan dan cat nya pun hampir sudah tidak ada karena di makan usia. Tanpa sadar ia tertidur pulas di kamar tahanan yang pengap dan gelap, yang hanya di terangi lampu bholam 5 watt, itu pun menyala nya jika sudah masuk waktu malam.

Dunggg...dunggg...dunggg..dunggg.. dunggg... dunggg...dunggg !!.

Suara jam menara di luar menunjukan pukul tujuh malam. Suara itu terdengar sangat nyaring di kesunyian malam, bahkan di tiap sudut kamar tahanan pun terdengar jelas.

Part 2

"Ughhh, jam berapa sekarang?" Gumam nya, di sertai perlahan mengangkat punggung nya

Ia terbangun setelah mendengar dengungan bourdon dari jam menara tersebut. Sekarang posisi dia duduk di atas ranjang dengan kedua kaki lurus ke depan, sedangkan kepala nya tertunduk dan tangan kirinya memijit-mijit bagian tengkuk yang sedari tadi terasa nyeri.

Sejenak ia memperhatikan sekeliling kamar penjara itu, yang tinggi tembok nya tiga meter. Di bawah nya terdapat WC jongkok dan wastafel usang yang terbuat dari plasteran semen. Meskipun bangunan dan fasilitas nya sudah usang, tapi penjara warisan kolonial belanda itu masih berdiri kokoh dengan ciri khas arsitektur bangunan-bangunan eropa.

kemudian Ia beranjak dari tempat tidur nya setelah sejenak melakukan gerakan rotasi leher (gerakan memutar leher).

"Aneh, penjara ini sunyi sekali" gumam nya, sambil sepasang matanya mengintip di balik celah pintu yang lebar nya hanya 6 cm dan panjang nya 25 cm.

"Apa hanya aku saja yang ada di penjara ini?" Sambung nya penuh tanda tanya, sambil duduk di tepi ranjang dengan kepala tertunduk.

Kruuuk,,,kruuuk,,,kruuuk,,,kruuuk

Tiba tiba di tembok sebelah kanan dari kamar sebelah, terdengar suara kuku-kuku yang mencakar-cakar tembok. Ia pun langsung mengarahkan pandangan nya ke tembok tersebut.

"Hey, apakah di sebelah ada orang?!" Tanya nya

Ia turun dari ranjang perlahan mendekat ke tembok itu dengan merangkak di atas lantai, kemudian ia pelan-pelan menempelkan telinga sebelah kiri nya ke tembok itu dengan wajah tegang.

"Hey, kamu dengar aku tidak?!" Tanya nya lagi dan masih menempelkan telinga nya di tembok itu. Namun tetap tidak mendapatkan jawaban juga, sedangkan suara itu masih berlanjut.

Kruuuk,,,kruuuk,,,kruuuk,,,kruuuk,,,

"Tolong jawab aku, kamu siapa?! Dengan wajah serius ia menaikkan nada bicara nya, lalu suara itu tiba-tiba berhenti. Wajah nya pun semakin tegang dan penasaran.

"Kamu dengar aku tidak?!"

Kali ini nada nya setengah emosi. Ia mematung sejenak mempertajam pendengaran nya dengan posisi merangkak menyamping dinding tebal itu sambil telinga kirinya di tempelkan ke tembok.

Duuuuugg !!!!

Tiba-tiba suara tembok di pukul sangat keras mendarat tepat di telinga yang ia tempelkan ke dinding. Spontan ia terpental kaget dan menatap serius tembok itu di sertai wajah tegang. Kedua kaki nya mendorong mundur badan nya dan kedua tangan nya bertumpu di atas lantai menahan badan nya yang setengah miring ke belakang.

Ia pun memutuskan untuk tidak memperdulikan suara itu. Dia bergegas naik ke ranjang besi nya dan merebahkan badan nya miring ke kiri, sambil kedua telapak tangan nya menutup erat telinga nya dan memejamkan mata nya rapat-rapat.

Selang beberapa saat suara itu hilang dengan sendiri nya. Ia kembali membuka matanya perlahan dan melepas kedua tangan nya yang membekap telinga nya.

Dunggg...Dunggg....!!

Jam menara yang ada di luar menunjukan jam dua tengah malam. Sepasang mata nya masih gelisah dan cemas, entah apa yang sedang di pikiran nya.

Hingga menjelang subuh, dia masih terjaga di atas ranjang besi tua yang sudah karatan. Hari pertama nya di penjara warisan kolonial itu tidak bisa tidur pulas, seperti di penjara yang sebelum nya.

Tok tok tok tok tok tok tok!

Suara langkah kaki sepasang sepatu pantofel terdengar semakin dekat ke arah kamar tahanan nya dan berhenti sejenak. Kemudian melangkah lagi dan seperti itu berulang-ulang. Kali ini langkah kaki itu berhenti di depan pintu kamar tahanan nya.

Part 3

Pranggg !!

Piring seng bundar yang berisi nasi dan sayur di lempar begitu saja lewat lubang bawah pintu tahanan yang lebar nya hanya 10 cm dan panjang nya 30 cm, lubang itu jarak nya 20 cm dari lantai.

"Tunggu pak !! " teriak nya dari dalam sel, sambil kepala nya mendekat ke arah lubang itu.

Sekarang posisi dia tengkurap di lantai, mencoba menghentikan sipir penjara yang akan beranjak pergi melanjutkan tugas nya lagi.

"Kenapa Prapto?" Tanya nya dengan suara kalem dan berat.

"Apakah di kamar sebelah kanan saya ada penghuni nya pak ?!"

Tanya nya penasaran sambil mencoba mata nya melihat wajah sipir dari lubang persegi panjang tersebut. Mendengar pertanyaan itu, Sipir itu mematung sejenak

"Tidak" jawab nya singkat, lalu ia langsung beranjak pergi melanjutkan tugas nya.

Mendengar jawaban itu, Prapto pun langsung kaget. Ekspresi wajah nya panik setengah takut, mata nya bengong tak berkedip, ritme nafas nya pun seperti nya kaget mendengar jawaban itu.

"Jadi suara kuku-kuku menggaruk-garuk tembok itu siapa?" Gumam nya dalam hati,

Dia terduduk di atas lantai dengan posisi kakinya lurus ke depan dan kedua tangan nya bertumpu di lantai menyangga badan nya. Ia seperti nya tidak berselera makan makanan penjara yang baru saja di antarkan untuk nya.

"Hoooeekkk !"

Baru dua suapan ia langsung muntah. Ternyata ada kaki belakang kecoa yang ikut termakan dan nyangkut di sela-sela giginya.

"Hoooeekk Hooeeeek !!

"Anjing! sialan!" ia mengumpat penuh emosi

Pranggggg!

Piring seng itu di tendang nya hingga isinya berantakan tak karuan. Setelah itu ia mondar-mandir seperti ingin melampiaskan emosi nya lagi entah kemana.

"Sial sial siaaaalll !!!" Umpat nya sambil kedua tangan nya menggenggam dan di pukulkan ke dinding di atas kepala nya.

"Kenapa harus di penjara ini kenapaaaa?" Ia teriak emosi dan jalan mondar-mandir di ruangan sempit itu sambil bertolak pinggang.

"Ya Tuhan, kenapa aku di pindah kesini?" Sesal nya dengan ekspresi wajah nya menangis tetapi tidak keluar air mata nya.

Kepala nya di sandarkan di tembok dengan di topang tangan kiri nya, sedangkan tangan kanan nya memukul-mukul tembok di atas kepala nya.

"Hu,hu,hu,hu,hu..." ia masih menangisi nasibnya.

Tiba-tiba ia lari ke pintu dan langsung berteriak-teriak melalui celah persegi panjang horisontal bagian atas pintu.

"Penjagaaaa !!!,penjagaaaa !!! keluarkan aku dari siniiii !!!" Teriak nya dengan wajah kesal dan marah.

Selang tak berapa lama, di ujung lorong pintu penjara muncul seorang penjaga dan berteriak keras

"Apa kau yakin ingin keluar dari kamar mu ?!!" Teriak sipir tersebut, yang berbadan tinggi gempal dan lengan kanan nya di penuhi tatto wajah iblis. Suara nya begitu nyaring terdengar di lorong tersebut.

"Ya, keluarkan aku dari siniiii !!!" Jawab nya langsung tanpa ragu.

"Guk guk guk guk guk guk guk"

Suara anjing pit bull hitam lari kearah pintu nya. Ternyata sipir itu sengaja melepaskan anjing pit bull nya yang ganas.

"Guk guk guk guk guk guk guk"

Anjing itu menyalak di depan pintu nya, wajah nya pun berubah jadi panik dan cemas.

"Bagaimana Praptooo? masih ingin keluar kau !!!? Teriak nya dari pintu ujung lorong penjara.

Prapto pun memilih tak menjawab nya. Dia hanya diam panik dan setengah takut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!