NovelToon NovelToon

EARLY

Bab 1

Hai readers ini karya pertama ku jadi mohon kritik dan sarannya jika ada yang belom pas.

jangan lupa pencet vote, like dan komentar yaa dan jangan lupa share 😊

🌼🌼🌼

" Inara Early Wijaya" panggil seseorang sedikit berteriak. Nara pun menoleh untuk mengetahui siapa yang memanggilnya.

" bisa gak usah teriak gak,gue gak budeg" peringat Nara saat temannya sudah berjalan sejajar dengannya.

" hehehe sory, sorry" Anala merangkul pundak Nara.Anala adalah satu2nya sahabat Nara di jogja.

"tumben kamu pakek hijab?" Tanya Nala. Nara dulu sempat mengenakan hijab, namun entah mengapa setelah pindah ke jogja ia melepas hijabnya, tapi ia tak pernah melupakan kewajiban sebagai seorang muslimah, ia selalu melaksanakan sholat 5 waktu,.terkadang jika tidak sibuk ia sempatkan sholat dhuha, dan ia sering bangun tengah malam untuk melaksanakan tahajud.

Nara menepis tangan Nala dari puncaknya." gue mau ke tempat Abi".

Nala hanya membulatkan mulutnya tanpa bersuara, lalu berjalan mengikuti Nara hingga parkiran. " Ra kamu gak mau ke toko dulu gitu?" tanya Nala. Nara melanjutkan usaha sang ayah yang industri, yang memiliki puluhan cabang di bagian pakaian dan beberapa swalayan.namun Nara juga membuka toko sendiri walaupun kecil, ia memiliki toko bunga, yang di beri nama Early Flories, dan Nala salah satu pegawainya.

" mesti loe mau numpang" tebak Nara saat sudah sampai di depan mobilnya, Nala hanya tersenyum mendengar pernyataan sang sahabat.

" ya udah naik, gue anterin loe dulu" pintar Nara.

" ahh baper dech aku, matur sembah suwun, juragan" balas Nala yang masih mematung di depan mobil Nara, Nara lebih dulu memasuki mobilnya.

tin ..

tin...

" tunggu" Nala berlari memasuki mobil Nara

...****************...

Setelah menempuh mengantar Anala, Nara tancap gas menuju pesantren Al Fath, butuh waktu 20 menit dari toko bunganya ke pesantren Al fath.

Kini Nara sudah sampai di ndalem milik sang paman. " Assalamualaikum " Nara memasuki rumah milik sang paman, yang tampak begitu ramai dengan mba ndalem, yang sedang memasak.

" Waalaikumsalam " balas Nyai Hilya.atau biasanya Nara memanggil Umi.

Nara mencium tangan Nyai Hilya, kemudian Nyai Hilaya memeluk Nara dengan erat, " Umi tuh kangen banget lho.. nduk sama kamu,kamu kok ndak pernah kesini" ujar Umi Hilya lalu mengajak Nara untuk duduk di ruang keluarga.

" maaf yaa mi, akhir -akhir ini nana lagi sibuk di kantor sama UAS juga Nana" balas Nara.

" ada acara apa mi? kok tumben mb ndalem banyak banget yang masak" imbuh Nara.

"ada dech, nanti kamu siap-siap yaa, Umi udah siapin baju di kamar kamu, ada tamu penting" balas Umi Hilya.

Setelah berbincang sejenak Nara pun naik keatas

kamarnya untuk mengistirahatkan dirinya, Nara memang memiliki kamar sendiri di rumah sang paman, Waktu berjalan cukup cepat kini adzan Magrib berkumandang, Nara yang baru saja bangun segera membersihkan diri dan sholat.Setelah menyelesaikan sholatnya Nara turun untuk menemui sang paman, sesampainya di tangga paling bawah Nara mendapati banyak sekali orang di ruang keluarga.

" ehh Nara, sudah bangun to nduk" sapa Umi Hilya saat melihat sang keponakan di tangga.

Nara hanya mengagguk lalu ingin kembali naik ke kamarnya, karena tak enak dengan tamu pamannya, karena penampilannya yang mengenakan baju tidur dengan lengan pendek dan juga celana di bawah lutut.

" ehh Ra sini dulu salim dulu sama tamunya abi" pinta Rahman, paman Nara.

Tak mau buang waktu Nara menyalami tamu Rahman, sepasang suami istri yang umurnya sekisaran 55 tahunan dan pria kisaran umur 28 tahun.Nara hanya mencium tangan Nyai Fatimah, tamu pamanya yang perempuan,karena ia tau pasti kedua pria berbeda generasi itu tidak mau menyentuh yang bukan mahramnya.

" sama kiyai Jauhary dan Gus Atlas belom nduk" ujar Nyai Hilya yang mendapati sang keponakan hanya mencium tangan Nyai Fatimah.

Nara mengerutkan keningnya, pasalnya sang bibi menyuruhnya menyalami pria yang bukan mahramnya, tapi tak mau ambil pusing Nara kemudian menyalami kiyai Jauhary lalu ke Gus Atlas yang berada di sebelah Kiyai Jauhary, saat Nara mencium tangan Gus Atlas, kemudian Gus Atlas menaruh sebelah tangannya di pucuk kepala Nara dan berdoa.

Degh

Bab 2

Atlas Ambrose Wildan atau kerap di sapa Gus Atlas, namun saat di pesantren milik abahnya ia sering di panggil dengan Gus Wildan, anak ke 2 dari kiyai Jauhary dan Nyai Fatimah yang memiliki pondok pesantren terbesar di Jawa.tepatnya di Kediri pesantren Al hikmah, selain mengurus pondok Atlas adalah seorang dokter spesialis ortopedi dan memiliki usaha textil yang di kelola bersama sahabatnya.

" Mi apa Inara akan menerima semua ini?" tanya Atlas pada sang Umi saat mereka hendak, mengunjungi sang istri yang ia nikahin 4 tahun yang lalu tanpa di ketahui oleh sang mempelai wanita.

" InsyaAllah le.. Umi dengar istri mu itu wanita yang penurut, toh kamu juga di pilih oleh kedua orang tuanya" balas Nyai Fatimah.

...****************...

Kini Atlas beserta Kiyai Jauhary dan Nyai Fatimah berada di pondok pesantren Al fath, Atlas memang ingin memberi tahu kebenarannya kepada sang istri, karena ia sudah cukup lama menyembunyikan pernikahannya dengan sang istri yang di lakukan secara mendadak.

"maaf ya Mb kita datangnya kecepatan, soalnya tadi sekalian ada acara di daerah sini" permintaan maaf Nyai Fatimah kepada Nyai Hilya.

" ah gak papa mb, tapi maaf Naranya masih di kamar, saya ndak tega kalo ganggu sekarang kasian tadi habis dari kantor terus kuliah" balas Nyai Hilya.

" oh yaa, anak dan mantu mu mana Ry?" tanya Kiyai Rahman kepada Kiyai Jauhary.

" mereka sedang dalam perjalanan, mereka tadi tidak ikut acara jadi mereka menyusul" jawab Kiyai Jauhary.

Mereka pun melanjutkan obrolannya hingga seorang perempuan yang menjadi topik obrolanpun tiba di anak tangga terakhir.Nyai Hilya memanggilnya untuk menghampiri dan memberi salam, Ia hanya menurut setelah menyalami Abah dan Ummi, saat tiba ia menyalami Atlas, Atlas pun mengakat sebelah tangannya dan berdoa untuk sang istri.

...****************...

Bada Sholat Isya, Nara kembali turun dengan mengenakan gamis yang sudah di siapkan oleh Nyai Hilya, saat menapakan kakinya di tangga terakhir, Ia tertegun mengapa banyak sekali orang, bahkan anak tertua Kiyai Rahman dan Nyai Fatimah yang kini tinggal di pulau Sumatera pun pulang, " apa Nayya lamaran ya?" monolog Nara dalam hatinya,

Tak mau ambil pusing Nara menghampiri seluruh keluarga kiyai Rahman yang berada di ruang tamu.

" eh nduk.. sini nduk duduk dekat Umi" titah Nyai Hilya pada Nara, Nara mengikuti perintah sang Bibi duduk di antara Nyai Hilya dan juga Nyai Fatimah.

" ekhm jadi gini ndukk" ucap kiyai Rahman membuka obrolan.

" maaf sebelumnya kita menyembunyikan hal penting ini dari kamu cukup lama" imbuh Kiyai Rahman

 Nara mengerutkan dahinya, berusaha mencerna ucapan Kiyai Rahman, " maksud Abi?" Nara melirik ke arah semua orang yang berada di sana, yang tampak begitu tegang.

Kiyai Rahman menyodorkan sebuah ponsel yang menampilkan sebuah video akad nikah pria yang sedang duduk di hadapannya menjabat tangan sang ayah.

" maaf bi, Nana belom paham maksudnya, kenapa lelaki ini menjabat tangan ayah? dan mengucap akad? dan kenapa yang di sebut nama Nana?" Hujanan pertanyaan Nara yang membuat semua orang menundukkan kepalanya, mereka bingung harus menjawab apa,.soal pertanyaan Nara, mereka takut jika Nara tak menerima semua ini

"Mi, ini maksudnya gimana sih mi? Nana bingung" Nara mengegam tangan Nyai Hilya, agar segera mendapatkan jawab .

"biar abah yang jelaskan nduk" potong Kiyia Jauhary, yang melihat Nyai Hilya dan Kiyai Rahman tampak menahan tangis.

Nara menoleh ke arah Kiyai Jauhary , " jadi video itu di ambil 4 tahun yang lalu, tepatnya seminggu sebelum ayah dan bunda kamu kecelakaan, Ayah kamu dulu sering sekali sowan ketempat Abah, ada satu hari ayah kamu sowan dan pertemu dengan Anak abah yang ini" Kiyai Jauhary menepuk pundak Atlas, dan seketika Atlas medongakan kepalanya, bertemu dengan tatapan sang istri yang begitu tajam.

"Ayah kamu berniat menjodohkan kamu dengan Atlas, saat itu abah hanya berfikir jika itu becandaan saja, dan Atlas mendengar itu semua, tanpa sepengetahuan siapapun Atlas mencari tahu lebih dalam tentang kamu nak, dan mulai Istikhoroh cukup lama, tepat seminggu sebelum kecelakaan abah sedang sowan kesini bersama dengan keluarga abah, bertepatan Ayah dan bunda kamu sedang berkunjung kesini, Ayah kamu meminta kepada abah, agar menjodohkan Atlas dengan anaknya, saat abah menawarkan Atlas, Atlas langsung setuju karena sebelumnya dia sudah pernah sholat istikhoroh , mendengar itu ayahmu berubah pikiran untuk menikahkanmu dengan Atlas saat itu juga, tanpa memberitahukan mu terlebih dahulu,kita semua setuju dengan keputusan ayahmu, setelah akad nikah di adakan disini dengan sangat sederhana seperti di dalam video tersebut, Ayah mu menitipkan mu kepada suami ini nak, dan meminta Atlas untuk kuliah kembali jurusan bisnis, dan Atlas menyanggupi itu semua setelah lulus kedokteranya selesai, dan setelah lulus bisnis dia baru berani untuk bertemu dengan mu nak" penjelasan Kiyai Jauhary atas semua yang terjadi, sebenarnya ia ingin Nara sejak lama, namun di cegah oleh sang anak dengan alasan ia ingin lulus dulu dari kedokteran spesialisnya dan juga kuliah bisnisnya.

Nara yang shock hanya termenng, sedangkan Nyai Hilya sudah menangis sejadi jadinya, mengingat kejadian 4 tahun lalu, dimana sang adik ipar meminta anaknya di nikahkan agar ada yang menjaga dan membimbingnya, setelah seminggu pernikahan Nara dan Atlas sebuah peristiwa buruk terjadi.

" kenapa Umi dan Abi sembuyiin ini semua dari Nara ?" pertanyaan muncul dari mulut Nara, setelah keadaan ruang tamu hening.

" jangan salahkan Kiyai Rahman dan juga Nyai Hilya Nara, karena ini semua keinginan saya" balas Atlas yang sedari tadi hanya menyimak.

" 4 tahun bukan waktu yang sebentar bagi saya, jika anda tidak siap untuk menikah dan berumah tangga, jangan pernah mengucapkan Ijab Qabul, dan kenapa anda menerima permintaan KONYOL Ayah saya" Nara mulai meninggikan suaranya, saat berbicara dengan Atlas.

" Nana dia suami mu jaga bicara mu, tidak pantas seorang istri meninggikan suaranya kepada suami" peringat Abian anak sulung Kiyai Rahman dan juga Nyai Hilya.

Emosi Nara bertambah setelah mendengar perkataan Abian " Terus Kak Abi mau Nana gimana kak? Kakak mau Nana bersikap apa?4 tahunan kak, 4 tahun Nana jadi istri orang tanpa Nana ketahui, 4 tahun Nana di bohongi sama kalian semua, Kakak mau Nana bersikap bagaimana? Kakak mau Nana menerima ini semua setelah apa yang kalian lakukan ke Nana" Nara sudah menangis di lantai, Aisha istri Abian menghampiri Nara untuk menenangkanya.

" maaf ini semua salah saya Nara, jangan salahkan mereka semua karena mereka hanya menuruti keinginan saya, saya tidak bisa berjanji menjadi suami yang baik untuk kamu, tapi saya akan mengusahakan yang terbaik bagi kamu, dan keluarga kita." ujar Atlas yang sudah terduduk di depan Nara.

Nara mengakat kepalanya menatap ke arah Atlas, " memang ini semua memang salah anda, kenapa anda menerima permintaan konyol Ayah saya, asal anda tau saya bukan orang yang paham agama,bahkan saya tidak mengenakan hijab dan satu lagi saya bukan orang suci asal anda tau" setelah mengatakan hal itu Nara bangkit dan kemudian berlalu pergi naik ke kamarnya, di susul oleh Abian.

" Nduk Ais tolong susul suamimu dan adik mu nduk" Pinta Kiyai Rahman pada Aisha.

" nggeh Abah" Aisha kemudian menaiki anak tangga menyusul Abian dan juga Nara.

" Kiyai Jauhary, Nyai Fatimah maaf atas perilaku Nana, saya juga paham betul perasaan Nana,apa boleh kita kasih waktu buat Nana untuk menerim semua ini?" Kiyai Rahman merasa tak enak hati kepada keluarga Kiyai Jauhary tapi ia tak menyalahkan Nara, ia mencoba memahami posisi Nara.

Kiyai Jauhary menatap ke arah sang putra keduanya, Atlas yang di tatap sang abah hanya mengaggukan kepalanya, seolah tau pertanyaan sang abah, " tidak apa apa kiyai, saya juga paham perasaan Nara, memang ini semua salah kita lebih tepatnya Atlas karena ia terlalu takut untuk menemui istrinya " Kiyai Jauhary menghampiri Kiyai Rahman dan memeluknya.

Kiyai Rahman tersenyum kepada Kiyai Jauhary " terimakasih Kiyai, saya dan keluarga akan memberi pengertian kepada Nana secara perlahan"

" maafkan anak saya mb" lirik Nyai Hilya

" tidak apa apa mb, ini bukan salah Nara kok" jawab Nyai Fatimah lalu merangkul Nyai Hilya.

...****************...

Sedangkan di lantai atas Abian berusaha untuk mengetuk pintu kamar Nara, yang sedari tadi di kunci.

" Nana buka pintunya Na" ujar Abian sedikit berteriak karena sedari tadi Nara seakan menulikan pendengaranya.

" mas udah mas, kita kasih waktu dulu buat Nana, biar Nana mencerna semua peristiwa ini dulu" Aisha mencoba untuk menenagkan sang suami.

"aku harus ngasih tau dia Mi, kalo apa yang ia lakukan kepada suaminya itu salah, dan dia mempermalukan Abi dan Umi di hadapan Kiyai Jauhary dan keluarganya dengan sifat ke kanak-kanakanya" emosi Abian.

" mas kalaupun aku di posisi Nana, aku bakal lakuin hal yang sama, dia juga sakit mas, dia juga malu harus bersikap seperti itu di depan banyak orang, tapi ini juga salah kita 4 tahun kita menyembunyikan hal besar dari dia, pernikahan bukan hal yang main2 mas" Aisha yang terbawa emosi, sedikit meninggikan suaranya.sedetik kemudian ia sadar karena berbicara terlalu tinggi kepada suaminya " Maaf mas, aku kelepasan"

Sedangkan di dalam kamar Nara, Nara menangis sejadi jadinya di dalam kamar mandi dan di guyur oleh Air dari shower yang ia nyalakan.

" kenapa Ayah menikahkan Nara secara diam-diam tanpa memberitahu Nara?kenapa Yah?Nara tidak pantas untuk laki - laki itu" gumam Nara masih di guyuran Shower.

Bab 3

Keesokan harinya Nara terbangun di pukul setengah 4 pagi,kepalanya terasa begitu pusing, saat ingin berdiri dari ranjangnya ia terjatuh karena merasakan kepalanya yang begitu sakit.

" Astagfirullah" gumam Nara sambil memegang kepalanya.

" huh sakit banget kepala gue, mesti gara- gara tadi malam nih" imbuh Nara berkata pada dirinya.

Nara terduduk di lantai cukup lama hingga adzan subuh berkumandang,Nara kemudian bangkit secara perlahan untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat.

Setelah selesai sholat Nara cukup lama berdoa kepada Yang Maha Kuasa dan meminta petunjuk apa yang harus ia lakukan. Setelah menangis di bawah guyuran Shower selama satu setengah jam, Nara kemudian membersihkan dirinya dan beristirahat,namun sebelum tidur ia melaksanakan sholat Istikhoroh terlebih dahulu.namun ia belom mendapatkan petunjuk atas sholat tersebut.

...****************...

Sedangkan di bawah keluarga Atlas masih berada di kediaman Kiyai Rahman,mereka memutuskan untuk menginap.

"apa mb Nana belom keluar min?" bisik Agnia adik Atlas pada Jasmin putri bungsu Kiyai Rahman yang merupakan teman semasa kecil, keluarga kiyai Rahman dan kiyai Jauhary memang sudah kenal baik sedari dulu,jauh sebelum kiyai Rahman membangun pesantren.

Jasmin hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Atlas yang sedari tadi menoleh ke arah tangga mengharapkan sang istri turun,namun sang istri tak kunjung turun.

" nanti pasti turun kok Gus, Nana hari ini ada jadwal ngajar di pesantren, dia orang yang bertanggung jawab, dia tidak akan meninggalkan tanggung jawabnya begitu saja" Ujar Bintara anak kedua kiyai Rahman.

Atlas hanya menarik kedua sudut bibirnya mendengar pernyataan Bintara.

" Silahkan dimakan dulu Kiyai, Nyai, Ning, Gus" Kiyai mempersilahkan semua untuk sarapan.

" Balqis tolong panggilan onty Nana nduk" pinta Nyai Hilya kepada sang cucu anak pertama dari Abian dan Aisha yang berusia sekitar 8 tahun, bukan tanpa sengaja ia menyuruh Balqis, jika Balqis yang mengajak Nara, sudah di pastikan ia tak akan menolak, meski sering bertengkar Nara sangat sayang kepada keponakannya.

Sambil menunggu Nara mereka berbincang- bincang. " Jadi Nara juga mengajar di sini mb?" tanya Nyai Fatimah, yang mendengar ucapan Bintara.

" Iya mb, jika hari jumat sampai minggu, kalo minggu ngajar bimbel Nara ada jadwal mengajar Bahasa Inggris disini, jadi sering nginep di sini, tapi kalo weekday dia lebih pilih untuk tinggal di apartemennya." balas Nyai Hilya.

" kenapa dia tidak tinggal disini saja?"

" Seminggu setelah kepergian Ayah dan Bundanya, Nara memutuskan untuk pindah kesini, dari pada melanjutkan sekolahnya hingga selesai di Jakarta, entah apa alasannya sampai sekarang dia tidak ingin memberitahu, dan dia lebih pilih tinggal di apartemen milik sang ayah yang berada di sini, setelah pindah entah apa yang di alami Nana ia memutuskan melepas jilbabnya hingga sekarang, dia hanya memakai jilbab saat berada di sini." Nyai Hilya memang sangat menyayangi keponakanya itu seperti anaknya sendiri, karena yang di milik Nara hanyalah mereka, Kiyai Rahman dan Bunda Nara hanya 2 bersaudara sedangkan Ayah Nara anak tunggal.

Tak selang berapa lama Balqis turun dan mengandeng tangan Nara yang sudah siap untuk mengajar dengan setelah rok dan blouse yang di masukan kedalam roknya dan hijab yang di ikat kebelakang, memang tak mencerminkan sebagai Ustdazah, Nara merasa bukan Ustdazah toh disini ia mengajar pelajaran umum bukan agama.

" geser bang"pinta Nara pada Bintara karena kursi yang tersisa hanya antara Bintara dan juga Atlas.

" duduk situ emang kenapa sih?" protes Bintara.

" Tar geser tar, jangan bikin mood adek mu tambah rusak" pinta Kiyai Rahman.Mau tak mau Bintara harus pindah tempat duduk di samping Atlas.

Mereka pun memulai sarapannya dengan hening,hanya ada suara dentingan sendok dan piring, Atlas menoleh ke arah Nara yang hanya memakan satu lembar roti, yang tampak begitu cepat.

plak

sebuah pukulan yang cukup keras dari Binatara.

" aws" lirih Nara sambil mengusap kakinya yang di pukul oleh Bintara.

plak

Balasan Nara dengan memukul lengan Bintara " apa sih main pukul, pukul aja loe sakit tau gak?" protes Nara.

" Kaki loe gak sopan " balas Bintara menunjukkan ke arah kaki Nara yang sudah di atas kursi. Nara langsung menurunkan kakinya.

srett

Suara decitan kursi milik Nara, sang empu yang sudah berdiri. " Umi, Abi Kiyai, Nyai,Ning Gus, Nana pamit dulu,Nana harus buat soal terlebih dahulu untuk ulangan nanti, Assalamualaikum " pamit Nara yang menuju ke madrasah.

" Waalaikumsalam " balas semuanya yang berada di meja makan.

Atlas memandang punggung sang istri hingga tak terlihat, ia ingin sekali berbicara dengan sang istri meminta maaf dan menjelaskan semua yang terjadi.

" sabar yaa Gus" bisik Binatara.

" Gus Atlas apa tidak mau tinggal disini dulu?" tanya Kiyai Rahman yang sudah selesai makan.

Atlas menoleh kepada kiyai Rahman " emm tidak usah kiyai, saya juga harus mengajar di pondok abah, dan juga ada beberapa pasien yang sedang menjalankan terapis" balas Atlas, sebenarnya ia ingin sekali tinggal di sini dan menemani sang istri, untuk lebih dekat dengannya dan mengenal lebih dalam, namun tanggung jawabnya kepada para pasien yang menjalankan terapis.

" kalo kamu mau disini dulu ndak papa le, biar nanti abah yang gantikan kamu buat ngajar, kalo pasien kamu serah dulu sama asisten mu untuk beberapa waktu" timpa Kiyai Jauhary.

Atlas menoleh kepada sang Umma untuk meminta persetujuan, Nyai Fatimah tersenyum dan mengangukan kepalanya.

Atlas menoleh ke arah Kiyai Rahman "apa boleh kiyai?"pertanyaan terlantar dari mulut Atlas, memastikan apa ia boleh tinggal disini untuk sementara waktu.

" panggil Abi saja, ya tentu bolehlah kan tadi Abi yang nawarin sampean to gus, nanti sampean bisa gantikan Tara, karena dia harus mengurus perusahaan Nara, karena disini mulai ujian jadi Nara fokus disini dan kuliahnya, biasanya seperti itu jika menjelang ujian" balas Kiyai Rahman.

" matur suwun ( terima kasih) ki.. eh Abi " balas Atlas, entah mengapa ia sangat bahagia.

...****************...

Jam menunjukan pukul 9 pagi,keluarga kiyai Jauhary baru saja pulang, kecuali Atlas yang masih tinggal,kini Atlas dan juga Bintara berkeliling pondok dan juga madrasah.

" sabar yaa Tlas menghadapi Nara, dia itu sebenarnya penurut, tapi terkadang sifat bar bar nya itu yang bikin Umi sering istigfar, tapi di balik itu dia pandai menyembunyikan segala masalahnya, dia tidak pernah bercerita tentang masalah pribadinya, jadi aku harap sampean bisa jadi tempat dia berkeluh kesah" ujar Atlas saat menyusuri koridor madrasah santri putra.

" saya tidak bisa menjanjikan apapun, tapi saya akan berusaha menjadi suami yang baik bagi Nara" balas Atlas yang mendapatkan senyuman dari Bintara.

Setelah menyusuri madrasah Bintara mengajak Atlas ke kantor para pengajar, bukan hanya para Ustadz tapi ada beberapa pengajar dari luar juga, karena Pesantren Al fath juga menyediakan sekolah saja tidak perlu mondok, karena sebagian murid tidak mondok.

" Assalamualaikum semuanya" sapa Bintara.

" Waalaikumsalam Gus" balas Seluruh orang yang berada di kantor.

" sebelumnya saya akan mengenalkan pria tampan sebelah saya ini, tapi tetap masih tampanan saya kan?" gurau Bintara,yang membuat semua orang terkekeh.Atlas menyenggol lengan Bintara karena ia sangatlah malu.

" ini Gus Atlas Ambrose Wildan, atau Gus Wildan putra kiyai Jauhary, pemilik pesantren Al hikmah" Bintara mulai memperkenalkan Atlas.

" Salam kenal semuanya" ujar Atlas dengan sedikit membungkukan kepalanya dan menakup ke dua tangannya di depan Dada.

"Gus wildan, akan menggantikan saya beberapa minggu ke depan, jadi semuanya mohon di bantu Gus Wildannya" imbuh Gus Atlas.

" siap Gus" balas Seluruh pengajar.

" siap laksanakan Gus, tenang saja kita pasti akan menjaga Gus Wildan dari para cegil cegil disini Gus" imbuh Ilham salah satu Ustadz muda disini.

" ah bilang aja takut kesaing kamu, sama Gus Wildan, karena Gus wildan lebih tampan dari kamu Ham, kamu takut pujaan hati mu menyukai Gus Wildan kan?" celetuk Bintara.

" tidak lah gus, sudah jelas di lihat saya dan Gus Wildan juga tampanan Gus wildan sih gus" celetukan Ilham membuat ruang pengajar di penuhi dengan tawa.

" Hahhah tenang Ham dia sudah memiliki pawang, galak lagi pawangnya, sudah kalo begitu saya ke ruang Madrasah putri terlebih dahulu, Waalaikumsalam " pamit Bintara.

" Waalaikumsalam "

"mari Gus" Bintara membuka pintu yang berhadapan dengan pintu masuk tadi, di ruangan ini ada dua pintu.

" ini pintu untuk ke madrasah putri Gus, jadi jika para Ustadz jika mengajar di putri lewat sini, dan nyambung sama kantor pengajar putri" jelas Bintara saat ingin memasuki kantor pengajar putri.

" Assalamualaikum para bidadari syurga" sapa Bintara, Bintara memang terkenal dengan sifat jail dan kehumorisannya, dia memang bukan tipe yang jaim.

" Waalaikumsalam gus" jawab para Ustdzah.

Bintara mengedarkan pandangan ke arah meja Nara, dan melihat sang sepupu yang tertidur dengan bantalan tangannya.

" INARA EARLY WIJAYA"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!