NovelToon NovelToon

Bidadari Yang Ternoda

Bab 1. Ternoda

Bab 1

Mata Malaika yang terpejam, tiba-tiba terbuka ketika merasakan ada yang memeluknya dari belakang. Embusan napas yang hangat terasa di pucuk kepala.

Hal pertama dilihat adalah kamar yang terasa asing. Dia yakin sedang berada di kamar hotel. Dengan gerakan cepat Malika menoleh ke belakang.

"Kyaaaaa!" jerit Malika ketika melihat ada pria asing yang sedang tidur di samping kiri. Dia pun menjauh darinya.

"Astaghfirullahal'adzim. Apa yang sudah aku lakukan?" 

Tubuh Malaika bergetar saat sadar kalau dirinya dan laki-laki itu tidak memakai busana. Dia lalu membungkus seluruh tubuhnya dengan kain selimut. Perempuan itu melemparkan bantal untuk menutupi tubuh laki-laki yang tubuhnya memelihara.

"Berisik!" Laki-laki itu kesal karena tidurnya terganggu. Dia pun membuka mata. "Kamu siapa? Kenapa ada di kamar ku?"

Bibir Malika bergetar tidak mampu bicara. Dia merasakan bagian inti tubuhnya sakit. Air mata jatuh bercucuran dan hatinya hancur seketika. Dia bukan wanita bodoh yang tidak tahu apa yang sudah terjadi kepadanya.

Laki-laki berwajah dingin itu menatap Malika dan berkata, "Aku Pradipta. Kamu siapa? Kenapa kamu ada di sini?"

Malika sendiri tidak tahu kenapa dia bisa berada di sini. Semalam dia menghadiri pesta pernikahan temannya. Setelah itu dia tidak bisa mengingat apa-apa lagi.

"A-ku ... Ma-lika," balas Malika tergagap menahan isak tangis. "A ... ku, tidak tahu kenapa bisa ada di sini."

Pradipta mengambil celana miliknya dan kimono handuk. Lalu, dia menelepon seseorang.

"Kirimkan satu set pakaian muslimah. Ukuran 

...." Pradipta menoleh ke arah Malika. "Sedang."

Malika sendiri bingung ketika melihat pakaiannya berceceran dan dalam keadaan sobek. Ketika melihat jilbab pashmina miliknya, dia merasa dadanya tertusuk sembilu. Rasanya sangat sulit baginya untuk bernapas. Hadiah pemberian dari sang pujaan hati ketika dia ulang tahun.

"Airlangga, maafkan aku," batin Malika. 

Malika sudah tidak suci lagi dan merasa kotor. Dia jijik pada dirinya sendiri. Selama ini dia selalu menjaga diri dan kehormatannya. Hanya laki-laki yang menjadi suaminya, lah, yang berhak menyentuh tubuhnya. 

Kepulangannya pun untuk memenuhi janji kepada sang kekasih yang akan melamar dirinya. Malika dan Airlangga sudah berjanji akan menyatukan cinta mereka setelah tiga tahun berpisah demi mewujudkan impian masing-masing.

"Kamu mau mandi?" 

Malika tersadar dari lamunannya. Dia melihat Pradipta sudah selesai mandi. Wangi sabun menguar dari tubuhnya yang atletis.

Ketika Malika berdiri, dia merasakan sakit dan perih. Dia meringis dan mencoba melangkah. Tanpa diduga Pradipta membopong tubuhnya.

"Apa yang kamu lakukan?" teriak Malika panik.

"Aku hanya membantu kamu. Bukannya kamu tidak bisa jalan," balas Pradipta.

Malika di dudukkan di pinggir buthub. Pradipta mengisi bak itu dengan air hangat dan memberi cairan aroma terapi.

"Mandilah. Aku juga sudah memesankan baju untuk kamu," ucap Pradipta menatap Malika yang masih menggulung dirinya dengan selimut.

Malika hanya bisa menundukkan kepala ketika ditatap oleh laki-laki itu. Dia marah, benci, dan ingin berteriak meluapkan apa yang sedang dirasakan olehnya. Namun, dia tidak tahu semua itu harus ditujukan kepada siapa.

Dengan kuat, Malika menggosok seluruh bagian tubuhnya sampai memerah dan ada yang lecet. Wanita itu ingin menghilangkan jejak yang ditinggal Pradipta. Dia tidak bisa membayangkan pergumulan seperti apa yang dilakukan mereka semalam sampai meninggal banyak jejak pada tubuhnya.

***

Malika pulang ke rumah dengan langkah gontai. Kebetulan dia menempati rumah yang dahulu ditinggali sama kedua orang tuanya sewaktu baru menikah. Sekarang mereka tinggal di rumah utama keluarga Wijaya. Rumah ini memang ada yang mengurus, kadang-kadang dikunjungi oleh orang tuanya juga. 

Air mata Malika kembali jatuh ketika melihat foto dirinya dengan Airlangga sewaktu di wisuda. Laki-laki yang diam-diam mencintai dirinya dan baru mengungkapkan perasaannya ketika hari kelulusan. Dia yang merupakan gadis pendiam dan pemalu, tidak menyangka bisa membuat ketua BEM waktu itu jatuh cinta kepadanya.

Namun, kisah cinta mereka harus terhalang ketika Malika memutuskan untuk mengabdi di sebuah desa pedalaman yang ada di kawasan Indonesia Timur. Dia berjanji hanya pergi selama tiga tahun dan akan menerima lamaran dari Airlangga ketika sudah pulang.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Malika menangis tergugu. Dia merasa dirinya tidak pantas untuk Airlangga. Wanita itu juga merasa sudah jahat kepada laki-laki yang setia menunggu dirinya. 

"Maafkan aku. Maafkan aku, Airlangga!"

Entah berapa lama Malaika menangis sambil memeluk foto dirinya bersama Erlangga. Kedua matanya memerah dan bengkak. 

Suara dering telepon membuat dirinya bangkit dari peraduan. Terlihat nama sang kekasih di sana. Malika ragu untuk menerima panggilan itu. Terlebih lagi, dia yakin suaranya sekarang serak dan bisa membuat Airlangga khawatir kepadanya.

Beberapa kali ponsel milik Malaika berdering. Sang pemilik hanya memegang sambil memandangi foto profil yang bergambar bunga edelweiss. Katanya itu melambangkan cinta Airlangga untuk dirinya. Akhirnya panggilan itu berhenti juga, mungkin laki-laki itu mengira dirinya sedang beristirahat.

"Aku harus mengompres mataku biar Airlangga tidak bertanya macam-macam," gumam Malika.

Nanti malam Malika sudah membuat janji dengan Airlangga. Laki-laki itu mengajak makan di Restoran Kabita, tempat pertama kali mereka bertemu.

***

"Ayo, Malika! Kamu pasti bisa," batin Malika sambil menatap bangunan yang penuh dengan kenangan indah dirinya.

Dengan perasaan tidak menentu, Malika memasuki restoran. Gugup, malu, takut, dan rindu semua bercampur menjadi satu.

Beberapa orang pelayan lama mengenal dirinya sebagai anak pemilik tempat itu, menyapa dengan ramah. Tidak banyak yang tahu kalau Malika adalah putri dari pasangan Andromeda dan Aisyah, salah satu keluarga konglomerat di ibu kota.

Malika berjalan ke ruang khusus yang sudah dipesan oleh Airlangga. Dia sempat berdiri beberapa saat menyiapkan diri sebelum membuka pintu.

Jantung Malika mencelos ketika melihat Airlangga menatap penuh kerinduan dan tersenyum lebar kepadanya. Laki-laki itu memakai pakaian semi formal dan memegang buket bunga mawar merah, karena tidak ada bunga edelweiss dijual di toko bunga.

"Assalamualaikum," salam Malika dengan mata berkaca-kaca penuh kerinduan kepada sang pujaan hati.

"Wa'alaikumsalam, humaira-ku," balas Airlangga dengan mesra dan itu malah membuat Malika semakin sakit serta merasa bersalah.

"Ya Allah, aku mohon. Berikan kebahagiaan untuk Airlangga. Dia pantas mendapatkan wanita baik dan terhormat," batin Malika yang tidak bisa menahan air matanya lagi.

"Malika, ada apa? Apa yang terjadi? Apa aku sudah melakukan kesalahan?" tanya Airlangga dengan panik. 

Pria itu bingung ingin menghapus air mata sang kekasih, tetapi lupa bawa saputangan. Di meja juga tidak ada tisu. Jadi, dia menggunakan lengan bajunya untuk menghapus cairan bening itu. Namun, Malika malah mundur beberapa langkah.

"Airlangga, kita akhiri hubungan ini!" ucap Malika dengan tatapan terluka.

***

Assalamualaikum, semua. Kembali aku buat karya terbaru. Novel ini spin off dari 2 novel yang berjudul: "Bidadari Yang Diabaikan" dan "Mendadak Nikah Dengan Mantan Calon Kakak Ipar"

Semoga suka. Ambil nilai baiknya dan jangan tiru hal buruknya.

Bab 2. Pengakuan

Dengan menguatkan hati dan suara bergetar, Malika bicara sesuatu yang membuat hatinya terluka. Dia yakin, Airlangga juga akan merasakan hal yang sama.

"Maksud kamu apa, Malika?" tanya Airlangga mengira sang pujaan hati sedang menguji cintanya. "Bukannya kita berjanji akan menikah setelah kamu pulang. Aku sudah menyiapkan lamaran untuk kamu."

Mendengar suara Airlangga yang penuh semangat dan binar bahagia pada sorot matanya, membuat Malika semakin merasa berdosa dan sedih. Dia juga mencintai laki-laki yang ada di hadapannya saat ini. Impian dia juga bisa membina rumah tangga dengannya. Namun, dirinya menjadi minder dan merasa tidak pantas untuk Airlangga.

"Carilah wanita lain yang pantas untuk dirimu," jawab Malika masih menahan isak tangis.

"Kamu ini kenapa? Apa sudah tidak cinta lagi sama aku? Apa kamu sudah menyukai laki-laki lain di sana, tempat kamu mengabdi?" tanya Airlangga bertubi-tubi menahan rasa kesal dan marah karena kekasihnya tiba-tiba saja meminta pisah dengannya. 

Tadi, Airlangga membayangkan pertemuan ini akan menyenangkan karena sama-sama melepas rindu. Dia sudah menyiapkan sebuah kalung berlian untuk melamar Malika dijadikan istrinya. Namun, malah ini yang terjadi.

"A-aku ...." Malika merasa tenggorokannya ada sesuatu yang menghalangi, sehingga tidak bisa bicara.

Airlangga melangkah mengikis jarak dengan Malika. Akan tetapi, perempuan itu juga melangkah mundur menjaga jarak dengannya.

"Apa kamu sudah tidak mencintai aku lagi?" tanya Airlangga dengan pelan, tetapi ekspresi wajah serius.

Malika menggeleng. Selama ini dia selalu menjaga hati dan kehormatannya, tetapi kejadian semalam membuat dunianya hancur. Jika, tidak ada iman di dalam dirinya mungkin saja dia akan melakukan sesuatu yang tak terduga.

Bukan hanya dirinya saja yang hancur, cintanya untuk sang kekasih hati dan keluarga besarnya juga akan ikut terseret. Dia merasa dirinya sudah rusak dan tidak pantas untuk Airlangga yang di matanya adalah laki-laki baik dan pantas mendapatkan wanita yang masih menjaga kesuciannya.

"Lalu, kenapa kamu ingin hubungan kita berakhir?" tanya Airlangga yang terus saja maju dan Malika mundur sampai punggungnya membentur dinding.

"Aku ... sudah ternoda," jawab Malika mencicit dan air matanya semakin deras membasahi pipinya yang mulus.

Airlangga terdiam. Dia mencoba mencerna ucapan Malika yang singkat, tetapi terasa menghujam dadanya.

"Maksud kamu ...?" Airlangga menatap bola mata indah yang sering menjerat dirinya jatuh pada pesona sang dokter.

Dengan perlahan Malika menganggukkan kepala dengan menggigit bibir bagian bawah. Sungguh sakit sekali rasanya membuat pengakuan yang jujur. Namun, harus dia lakukan. Dia tidak ingin membuat Airlangga kecewa dan marah kepadanya, jika terus menyembunyikan dan ketahuan saat mereka sudah menikah.

Bagai dipukul oleh godam, Airlangga shock dan merasa tubuhnya mendadak lemas. Kedua kakinya sempat oleng sebelum kembali bertahan agar tidak jatuh. 

"Kamu melakukan itu dengan siapa?" tanya Airlangga mencoba tegar dengan masalah yang baru saja dia ketahui.

"Aku tidak kenal siapa pria itu," jawab Malika. 

Dia pun menceritakan kejadian malam naas itu karena menghadiri pesta pernikahan temannya. Namun, ketika terbangun dia sudah berada di sebuah kamar hotel bersama dengan pria asing.

Malika termasuk orang yang jujur dan bicara apa adanya. Dia juga menggunakan kata-kata yang lembut dan suara pelan.

"Tidak masalah. Aku menginginkan dirimu menjadi istriku bukan karena kamu perawan atau tidak perawan," kata Airlangga. "Sekarang aku mau tanya sama kamu dan jawab dengan jujur!"

Di dalam hatinya terselip rasa bahagia mendengar ucapan Airlangga. Laki-laki itu tidak mempermasalahkan kesucian dirinya. Namun, tetap saja hati kecil Malika merasa malu dan bersalah.

"Apa kamu masih mencintaiku?" tanya Airlangga yang tatapannya tidak lepas dari Malika.

"Ya. Hanya kamu yang aku cintai sampai saat ini," jawab Malika diikuti anggukan.

"Apakah kamu masih punya impian membangun rumah tangga bersama aku?" tanya laki-laki itu lagi, tatapan matanya masih mengarah ke bola mata sang kekasih. Karena dia bisa merasakan orang itu jujur atau dusta.

Tentu saja Malika mengangguk. Karena menjadi istri dari Airlangga adalah salah satu impiannya. 

"Jadi, tidak ada alasan bagi kamu untuk mengakhiri hubungan kita ini," kata Airlangga tersenyum puas.

"A-pa kamu tidak masalah dengan diriku yang sudah ternoda ini?' tanya Malika dengan tatapan sendu.

"Tidak. Aku menerima dirimu apa adanya. Karena cintaku dan sayangku sudah habis padamu," jawab Airlangga jujur. Karena baginya sulit untuk bisa menyukai wanita lain.

"Terima kasih, Airlangga. Aku ... sangat bahagia sekali," ucap Malika tersenyum lebar.

Rasanya Airlangga ingin memeluk tubuh Malika, tetapi ingat kalau mereka belum halal. Jadi, hanya bisa saling melempar senyum saja.

Keduanya duduk di kursi dan Airlangga memberikan sebuah kotak perhiasan yang berisi kalung berlian. Emas putih dengan batu permata berwarna hijau berkilau. Malika langsung memakai kalung yang menjadi simbol tanda cinta mereka.

Baru saja selesai makan, tiba-tiba saja pintu room privat itu terbuka. Tentu saja Malika dan Airlangga terkejut karena tiba-tiba saja ada orang yang berani masuk ke tempat yang sudah mereka sewa.

"Azzam?" Malika terkejut melihat sang adik kini berdiri dihadapannya.

"Halo, Kakak!" Azzam terlihat kecewa kepada Malika. "Begini rupanya kelakuan Kakakku tersayang. Pulang dari dinas bukannya datang ke rumah, malah asyik berkencan," ucap laki-laki berwajah campuran.

"Bu-kan begitu. Kakak ...." Malika merasa bersalah. Kemarin setelah dijemput oleh mamanya di bandara, dia malah meminta diantarkan ke rumah yang lain, bukan ke rumah utama karena akan menghadiri pertemuan dengan beberapa temannya.

Azzam menarik kedua pipi Malika. Dia tentu saja mengkhawatirkan keadaan kakaknya. Begitu mendapat kabar kalau saudaranya sedang ada di restoran, dia langsung datang ke sini.

Airlangga terdiam karena terkejut dengan kedatangan pria asing yang memanggil Malika dengan panggilan "kakak". Dia memang tahu sang kekasih memiliki seorang adik laki-laki. Namun, dia tidak menyangka wajahnya berbeda dengan Malika.

"Rencana besok kakak mau pulang ke rumah utama sambil mengenalkan Airlangga kepada papa dan mama," balas Malika dengan pipi yang merona. Dia memang menyembunyikan perasaan suka kepada Airlangga dari keluarga besarnya.

Azzam melihat ke arah Airlangga. Dia menelisik dengan sangat teliti seakan mau menguliti laki-laki yang sudah mencuri hati kakaknya.

Airlangga merasakan sebuah tekanan dari Azzam. Dia sampai meneguk ludahnya karena tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

"Awas, ya! Kalau sampai membuat kakakku terluka dan menangis kesakitan, keluarga kami tidak akan tinggal diam," ucap Azzam memberi peringatan kepada laki-laki yang berdiri di samping Malika.

"Azzam! Kamu tidak boleh begitu sama Airlangga. Dia itu calon suami kakak," ujar Malika dengan jantung berdebar kencang karena tanpa dia sadari sudah membuat pengakuan.

Airlangga merasa senang ketika Malika mengakui dirinya sebagai calon suami yang dia pilih dari sekian banyak laki-laki. Ada perasaan bangga dan percaya diri yang kini muncul dalam diri Airlangga.

"Mana laki-laki yang sudah berani melamar putriku?" 

Malika terlihat panik begitu mendengar suara papanya. Sepasang wanita dan pria memasuki room private. Keduanya menatap tajam ke arah Airlangga.

"Papa ... Mama," ucap Malika terbelalak.

Seperti ada sebuah boooom yang meledak di kepalanya, Airlangga terkejut ketika melihat seorang pengusaha terkenal dipanggil papa oleh Malika. Dia pun menoleh ke arah sang pujaan hati.

***

Bab 3. Bertemu Kembali

Bab 3

Airlangga terkejut dengan kedatangan seorang laki-laki paruh baya yang terkenal sebagai seorang pengusaha. Matanya terbelalak ketika melihat Malika memeluknya dan orang itu mencium pucuk kepalanya.

"Assalamualaikum, Papa," ucap Malika yang terasa berbunyi keras di telinga Airlangga.

"Pa-pa!" batin Airlangga shock. Dia mengira kalau Malika berasal dari keluarga sederhana sebagaimana penampilan dan sikapnya.

"Wa'alaikumsalam, Sayang. Papa baru saja mendarat dari bandara. Langsung ajak Mama menemui kamu. Tapi, dalam perjalanan kita mendapat kabar kalau kamu sedang bertemu dengan seorang laki-laki yang akan melamar kamu. Apa itu benar?" tanya Papa Andromeda menatap penuh kerinduan kepada putrinya.

"Pa ... Ma, kenalkan ini Airlangga. Laki-laki yang kakak sukai," jawab Malika dengan muka yang merah merona.

Airlangga diam mematung ketika Andromeda mengalihkan pandangannya. Begitu juga dengan wanita cantik memakai jilbab yang berdiri di dekat Malika.

"Ish, ternyata Kakak diam-diam sudah mempunyai pria idaman. Sejak kapan kalian mulai berhubungan?" tanya Mama Aisyah menggoda putrinya.

"Sudah cukup lama, Ma. Tapi, kita terpisah jarak selama tiga tahun ini," jawab Malika dan Airlangga mengangguk. Pria itu masih dalam proses mengendalikan diri dari rasa terkejutnya.

"Sayang, apa kamu sungguh-sungguh dengan pria itu?" tanya Papa Andromeda kepada Malika. Dia melihat Airlangga seperti pria baik-baik dan sederhana penampilannya.

"Iya, Pa," jawab Malika. "Kakak serius dan ingin menikah dengannya."

Ada perasaan sedih, haru, dan bahagia yang dirasakan oleh Papa Andromeda dan Mama Aisyah. Sebagai orang tua yang begitu ketat dan begitu posesif dalam menjaga putrinya, pastinya ada rasa haru. Anak yang mereka besarkan dengan penuh rasa cinta dan sayang, kini akan diambil oleh laki-laki lain yang dicintainya.

Secara usia, Malika sudah pantas membina rumah tangga. Kelima sepupunya saja sudah menikah dan punya anak, tinggal dia yang belum menikah. Karena perempuan itu lebih memilih untuk mengabdi di desa pelosok terlebih dahulu, seperti apa yang dia cita-citakan saat masih kecil.

"Malika adalah putri kesayangan keluarga Wijaya. Kami semua berharap kamu bisa melindunginya sekuat tenaga sampai mempertaruhkan nyawa kamu. Apa kamu sanggup?" tanya Papa Andromeda kepada Airlangga.

"I-iya ... Insya Allah, siap! Aku akan memberikan yang terbaik untuk Malika, walau harus mempertaruhkan nyawaku," jawab Airlangga dan Papa Andromeda mengangguk puas, setidaknya laki-laki pilihan putrinya tahu apa yang harus dilakukannya.

Airlangga baru tahu kenapa Malika lebih suka dilihat seperti orang biasa oleh orang lain. Wanita itu tidak mau orang-orang memanfaatkan dirinya. Hati pria itu ikut sedih ketika tahu kekasihnya sering menjadi korban bully, karena suatu skandal keluarganya. Jadi, memilih menyembunyikan siapa keluarga dia sebenarnya.

"Aku berjanji tidak akan menyakiti dirimu. Apa pun itu, kamu adalah wanita terbaik untukku," ucap Airlangga.

Malika tersenyum tipis dengan mata berkaca-kaca. Sungguh banyak hal yang belum dia ungkapkan kepada Airlangga. Dia memang mencintai laki-laki itu, tetapi jika setelah memberi tahu siapa dirinya dan Airlangga memutuskan untuk pergi melepaskan dirinya, maka dia akan ikhlas.

"Terima kasih, sudah mau menerima Malika dengan segala yang ada padanya," ucap Papa Andromeda dengan mata yang mulai basah. 

Malika merasa bersalah kepada kedua orang tuanya yang lebih memilih menyembunyikan apa yang sudah terjadi kepadanya semalam. Dia tidak ingin membuat mereka khawatir dan marah. Terlebih Airlangga mau menerima keadaan dirinya dalam hal apa pun.

***

Sekarang Malika bekerja di Rumah Sakit Lazuardi, rumah sakit milik keluarganya. Dia belum menjadi dokter spesialis karena lebih mengutamakan pengalaman kerja terlebih dahulu. Rencananya dia akan melanjutkan kuliah kedokteran agar bisa menjadi dokter anak setelah menikah, nanti.

Hubungan Malika dengan Airlangga sudah diketahui oleh keluarga besar masing-masing dan mereka memberikan restu juga berharap segera dipersatukan dalam ikatan pernikahan. Rencananya sang kekasih akan melakukan lamaran secara resmi bulan depan.

Malika baru saja menyelesaikan pemeriksaan kepada semua pasiennya. Kebetulan hari ini banyak sekali orang yang sakit flu dan batuk, juga demam akibat dari perubahan cuaca yang tidak menentu.

Hari sudah mulai sore, Malika memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan pulang dia melihat kafe milik Airlangga. Jadinya, memutuskan untuk mampir terlebih dahulu untuk membeli smoothies strawberry kesukaannya.

"Hai!" 

Malika yang baru saja turun dari mobil dikejutkan oleh suara laki-laki yang menyapa dirinya. Dia pun menoleh. Betapa terkejutnya dia ketika melihat ada Pradipta berdiri di belakangnya.

Muka Malika dalam hitungan detik berubah pucat. Ada rasa marah dan jijik ketika melihat Pradipta karena dia jadi mengingiat kembali kejadian bulan lalu.

"Bagaimana kabar kamu?" tanya Pradipta tersenyum ramah.

Malika masih terdiam dengan tatapan tajam dan waspada. Dia memang tidak begitu dekat dengan laki-laki yang bukan keluarganya. 

"Kamu baik-baik saja, kan?" tanya laki-laki yang terlihat memakai pakaian kerja.

"Ya." Cuma satu kata yang keluar dari mulut Malika.

"Syukurlah. Jika kamu hamil, aku siap bertanggung jawab. Jangan kamu gugurkan bayinya, ya!" ujar Pradipta.

Ucapan laki-laki di depannya seperti sebuah petir yang menyadarkan Malika akan kemungkinan itu terjadi. Di dalam hatinya, dia berdoa semoga saja yang diucapkan oleh Pradipta tidak terjadi. Dia tidak mau menikah dengan laki-laki itu. Dia hanya ingin menikah dengan Airlangga.

"Sayang!" Terdengar suara Airlangga dan Malika pun menoleh ke arah sumber bunyi. Laki-laki itu berjalan kearahnya sambil tersenyum manis.

Jantung Malika terasa jatuh ke dasar perutnya ketika melihat Airlangga. Rasa ketakutan langsung menguasai perasaannya. Dia takut Pradipta bicara yang macam-macam kepada kekasihnya itu.

Airlangga dan Pradipta saling beradu pandang. Kedua laki-laki itu memasang ekspresi dingin dan tidak suka.

"Sayang, siapa dia?" tanya Airlangga melirik kepada Malika.

"Aku tidak begitu kenal siapa dia. Tapi, sebelumnya kita pernah bertemu," jawab Malika yang masih mencoba menenangkan diri.

"Kenalkan aku Pradipta," ucap laki-laki itu sambil mengulurkan tangan kepada Airlangga.

"Airlangga, calon suami Malika," balas Airlangga sambil menggenggam erat tangan Pradipta.

Airlangga mengajak Malika masuk ke dalam cafe dan akan dibuatkan minuman spesial untuknya. Siapa sangka Pradipta juga mengikuti mereka masuk ke dalam cafe.

Terlihat ada banyak strawberry segar yang akan diolah menjadi smoothies. Malika terlihat senang dan tidak sabar ingin segera meminumnya.

Tiba-tiba saja Malika merasa mual ketika seorang pelayan membuat jus rasa semangka. Entah kenapa bau dari buah itu membuat perutnya tidak enak. Orang yang memesan jus semangka adalah Pradipta.

"Kenapa?" tanya Pradipta ketika melihat Malika menutup hidungnya. Selain memesan jus semangka dia juga memesan salad buah yang isinya hanya melon dan semangka saja.

"Tidak ada," balas Malika.

"Jangan-jangan kamu lagi ngidam! Dan merasa tidak suka dengan bau melon atau semangka," ucap Pradipta.

Malika berkeringat dingin dan ketakutan. Dia jadi teringat kalau belum mendapatkan siklus bulanan. Seharusnya dua hari yang lalu dia menstruasi.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!