Didalam kesunyian, kehampaan, kesendirian, seorang gadis berlari dengan sekuat tenaga menghampiri kedua orang tuanya yang berada di pemakaman umum.
Iya pemakaman umum !!
🍁🍁
Epilog Elsa
Terlihat dua batu nisan berdiri kokoh bersebelahan dipeluk dan dicium seorang gadis berumur 14 tahun, gadis tersebut bernama Putri Elsa Diningrat.
Seorang putri konglomerat yang setiap keinginannya selalu terpenuhi, terbiasa memanjakan diri berfoya foya menghabiskan kekayaan orang tuanya, senang ikut balap liar ataupun tawuran bersama teman temannya.
Dia terlihat begitu menyedihkan, menangis memandang batu nisan kedua orang tuanya, semua perasaan duka ditumpahkan diatas pusar pemakaman yang masih basah.
Tidak ada satupun keluarga yang dia punya, tiada saudara yang menemaninya, dia sendiri, tidak ada keluarga lain.
Dihidupnya sekarang yang berkelimang harta tidak ada artinya lagi, orang yang disayangi dan mengasihinya pergi untuk selama lamanya.
Malang sekali nasib gadis tersebut.
Setelah kepergian orang tuanya karena kecelakan kehidupan Elsa terbalik 180°, dari anak manja dipaksa menjadi anak yang mandiri.
🍁🍁🍁
"maaa, paaa, Kenapa tinggalkan elsa sendiri, kenapa tidak ajak elsa bersama. Bagaimana elsa menjalani kehidupan ini nantinya, elsa bingung, elsa tidak punya siapa-siapa."
Tangis elsa yang belum siap hidup sendiri tanpa kedua orag tuanya.
Baru kali ini dia merasakan kesedihan yang amat pedih, serasa tidak mampu bangkit untuk menjalani hidup.
Tidak jauh dari tempat elsa menangis, ada seseorang yang tidak sengaja mendengar keluh kesah elsa, ada rasa empati didalam dirinya.
kehidupan yang sudah tidak berwarna ini harus dia lalui, harus kuat, harus bisa menjadi kebanggaan kedua orang tuanya yang sudah berada di alam sana.
Meskipun tidak berada disampingnya, orang tua elsa pasti melihat, dan ikut bersedih, saat putri kesayangannya lagi terpuruk sendiri tiada keluarga di sampingnya.
Hari semakin gelap pertanda akan berganti malam, elsa pulang dengan penampilan berantakan, jalan yang tertatih-tatih, pikiran kosong tanpa menghiraukan kendaraan yang berlalu lalang melewatinya.
Elsa terus berjalan menitihkan air mata tiba tiba jalannya terhenti, jalannya terhalang mobil yang berherti didepannya.
Seorang gadis turun dari mobil yang begitu terlihat cemas melihat keadaan elsa.
Gadis tersebut tak lain adalah sahabatnya sendiri yang bernama Rere Agustin, sahabat satu satunya yang tulus dan ia punya saat ini.
Biasanya mereka semua berteman dengan elsa memandang dari materi saja. Disaat lagi terpuruk begini mereka menjauh, hanya rere sahabat dari kecilnya yang selalu disampingnya.
"Elllllll, lo kenapa ???" ucap rere turun dari mobil dan memegang kedua pundak elsa, tidak ada jawaban dari elsa hanya tangisan kesedihan, kepiluan yang diperlihatkan.
Hati rere ikut merasakan apa yang dirasa sahabatnya tersebut.
"Ayo gue antar pulang." ucap rere sahabat elsa membantu menopang tubuhnya masuk kedalam mobil.
Diperjalanan pulang rere hanya berdiam tidak bicara sedikit katapun, berbicarapun pasti percuma saja, pasti tidak ada jawaban dari elsa.
Diperumahan elit milik keluarga Santoso diningrat dan Dewi puspita orang tua dari Putri Elsa Diningrat.
Mereka turun dan masuk kedalam rumah, terlihat bibi pembantu dikeluarga diningrat berlari menghampiri
"Astaghfirullah non, apa yang terjadi?" kata bi ijah yang berlari dari arah dapur.
"Tidak apa apa bi, *r**ere bawa elsa ke kamar, supaya elsa bisa istirahat*." jawab rere yang memapah elsa
"Iya non, mau dibuatin makan apa atau butuh apa, biar bibi siapkan."Ucapnya dengan sangat hawatir dengan kondisi nona mudanya, meskipun manja elsa juga baik pada pekerja dirumahnya
"Teh hangat aja bi sama obat." kata rere dan melanjutkan jalan sambil mapah elsa menaiki anak tangga menuju kekamar
Sampai didalam kamar, elsa duduk ditepi ranjang dan rere ikut duduk bersama disampingnya
"Lo kenapa el? kalau ada masalah cerita sama gue, kita kan sudah bersahabat dari kecil." Tanya rere simpatik, menghawatirkan keadaan sahabatnya.
Rere Agustin, cewek tomboy cantik, imut, berkulit putih, solidaritas terhadap sesama tinggi, putri dari Antonio Agustin dan Tina Anjani, sejak kecil rere dan elsa main bersama karena tetanggaan.
"*G**ue gpp re ! makasih selalu ada buat gue, gue gak punya siapa-siapa lagi re, gue sendiri.
Orang tua gue niggalin gue, kalo lo juga mau ninggalin gue juga gpp re, gue terima*." suara parau elsa dengan tangis yang pecah begitu saja, mengingat orang tuanya yang sudah pergi meninggalkannya.
"*K**alo lo bilang gini lagi gue marah el* ( ucap rere sambil meluk elsa). Sudah jangan nangis lagi, lo harus kuat el, lo harus bangkit, gue gak mau lo terpuruk seperti ini, mana elsa yang ceria , mana elsa yang tangguh." kata rere kasih semangat buat sahabatnya yang diselingi candaan.
"iya re."
"Lo nginep sini ya temenin gue." ucapnya meminta dengan suara yang hampir hilang
"oke. sudah ayo istirahat, besok kita sudah mulai masuk jadi siswi baru di SMA Merpati." jawab rere dan mengingatkan elsa untuk segera istirahat.
Sampai tengah malam rere belum bisa tidur, dilihatlah wajah sahabatnya yang sudah terpejam dan terlihat begitu banyak beban yang di fikirkan.
"*G**ue janji akan selalu disamping lo el, gue akan bantu lo bangkit dari keterpurukan ini*."
Rere melamun ditengah sepinya malam menatap langit-langit kamar, diam memikirkan nasib sahabatnya, setelah capek melamun tak terasa mata rere ikut terpejam juga.
Mentari pagi sudah bersinar dengan sempurna datang menghampiri, sinar yang masuk kesela-sela jendela kamar membuat siempunya menggeliat dan bangun.
"uuuuhhhhhhhhhhh (elsa menggeliat sambil lihat jam 6:25) Duarrrrrrr bug ahhhhhh
Elsa spontan terjatuh kelantai.
REEEEEEEEE BANGUNNNNNNN (ucap elsa goyang goyangkan tubuh rere dan lari kekamar mandi)
"Apa sih el, masih ngantuk "(rere tarik selimut merem lagi )
Setelah mandi Elsa geleng geleng melihat sahabatnya yang masih nyaman terbalut selimut tak sadar sudah siang
"KITA TELAT REEEE." ucapnya berteriak menarik selimut yang dipakai rere.
"*H**aaaah kita telat el, bentar gue mandi dulu*." kata rere saat membuka mata dan jalan sempoyongan dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya.
"*C**epetan, gue tinggal kalo lama*." ancam elsa pada sahabatnya
15 menit kemudian elsa menunggu ahirnya si rere nampakan muka yang masih lesu kurang tidur, elsa sudah geram melihat sahabatnya yang berjalan lambat.
"Ayo buruannnn, sudah telat ini" ucap elsa menarik tangan rere biar cepat
"Hari pertama yang sial " gerutu rere sambil lari
Karena sudah hampir telat tidak mungkin berangkat menggunakan mobil, yang ada makin terlambat. Mereka berangkat mengendarai motornya sendiri-sendiri dengan cara balapan, itu sudah hal biasa yang dilakukan kedua gadis tersebut.
Dengan gas poll mereka melaju sudah seperti pembalap profesional, meskipun bar bar mereka masih mentaati peraturan lalu lintas. Berhenti lah mereka saat lampu merah, dilihat pergelangan tangannya menyibak jaket dan terlihat jam di tangan "*S**udah jam segini, bisa telat nih gue, hari pertama masuk sudah telat gini, haduhhh*" gumam elsa menunggu lampu berubah warna hijau.
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAKNYA KAKAK-KAKAKU YANG CANTIK DAN GANTENG, DENGAN CARA :
👉LIKE
👉COMENT
👉VOTE
👉RATE
Teruslah tersenyum walau seberat apapun masalah yang dihadapi.
*Rere Agustin*
_______________________
Tepat jam 6:59 sampai disekolah beserta gerbang ditutup, Elsa dan Rere menuju parkiran memarkirkan motornya dan turun dari motor berjalan beriringan dengan santai tanpa menghiraukan banyak mata memandang takjub kecantikan mereka berdua. Keduanya berjalan santai bukan untuk tebar pesona apalagi mengobral cinta.
Mereka berjalan menuju lapangan dimana murid baru disuruh berkumpul disana dan diberi arahan dari kakak kakak seniornya.
Semua siswa siswi baru sudah berkumpul berdiri dilapangan mendengarkan pengarahan kakak-kakak senior.
Saat mereka fokus mendengarkan, datang dua orang gadis berjalan dengan tenang kebarisan paling belakang. Karena tidak mungkin dengan terlambatnya berjalan menuju barisan paling depan, yang ada membuat heboh nantinya.
Dua gadis tersebut dan tak lain adalah putri elsa diningrat dan sahabatnya rere agustin.
Elsa dan Rere dipanggil maju kedepan karena keterlambatannya mengganggu pembekalan pembina. Berbaris paling belakang sudah membuat heboh apa lagi tadi didepan, bisa bisa langsung rame seketika.
Mereka melangkah maju kedepan melewati semua mata yang memandang dan berbisik bisik tidak jela
"Maaf kak kita terlambat" cicit Elsa menyadari keterlambatannya dengan santai
"Hari pertama sudah terlambat, mau jadi apa kalian ?" ucap putra sinis, dia yang berstatus kakak senior yang merasa terganggu saat memberikan pengarahan pada juniornya.
Putra praja seorang ketua osis cool banyak digemari siswi, anak dari Atma Praja pengusaha terkenal dinegara tersebut dan perusahaannya dibawah naungan keluarga Diningrat Corp.
"Cuma lima menit doang" kata rere menjawab
"Silahkan kalian lari 50kali muteri lapangan ini" ucapnya dengan emosi yang mulai naik.
"Nooooooo" suara lantang rere penuh penekanan
"Jika kalian tidak mau maka....." ucapnya terpotong
"Mau ngapain ???? mau laporin kepala sekolah?atau mau lapor BOKAP LO? gue kan sudah minta maaf" bicara elsa memotong putra yang nada bicaranya menantang.
"yuk cabut kantin aja re, laper perut gue ! kelamaan disini bisa-bisa nelen orang" lanjutnya elsa sambil lirik putra dengan sinis dan berjalan meninggalkan lapangan
"Jika kalian pergi dari sini, saya pastikan kalian tidak akan diterima disekolah ini" ucap putra dengan keyakinan penuh karena sekolah ini milik keluarganya.
"TERSERAH GUE GAK PERDULI"
kata Elsa sambil meneruskan jalannya menuju kantin.
Kepergian kedua gadis itu semakin membuat kegaduan pada siswa siswi yang berada dilapangan.
Banyak siswa-siswi yang membicarakan elsa dan rere yang berani melawan kakak senior, putra yang mendengar emosinya semakin naik dan berjalan meninggalkan lapangan menuju Ruang Kepala Sekolah.
Tok tok tok
"Masuk" kepala sekolah mempersilahkan seseorang yag ketuk pintu, dia putra
"Maaf pak mengganggu, saya mau melapor ada anak baru yang kurangajar tidak mematuhi aturan sekolah bla bla bla......." putra menjelaskan yang diangguki kepala sekolah.
"Suruh mereka kemari"pintanya
"Baik , saya permisi" pamit putra
Setelah keluar dari ruangan kepala sekolah, dengan muka jutek dan senyum licik dia pancarkan, putra langsung menuju kantin untuk menemui dua siswi yang membuatnya emosi dipagi hari. Putra melangkahkan kakinya dengan cepat melewati kelas kelas agar cepat sampai dikantin, rasanya dia ingin sekali memaki kedua gadis itu mengeluarkan kata kata pedas dari mulutnya, tapi dia tahan.
Setelah melihat dua orang tersbut emosi putra semakin memuncak ke ubun-ubun, bagaimana tidak pandangan didepannya sungguh menyebalkan.
Dua gadis tersebut sedang duduk santai menikmati makannya dan obrolan tidak guna menurutnya.
Putra menghampiri keduanya dan berkata
"Silahkan ketawa sepuasnya setelah itu cepat menghadap kepala sekolah"bicara putra mengejek dan tersenyum licik, tatapannya bertemu dengan elsa, diluar kemampuannya dan kehendaknya ada sesuatu yang dirasa, entah perasaan apa, yang dia tahu saat ini mengagumi kecantikan elsa yang sempurna yang tercipta sebagai mahluk tuhan. Elsa masih tajam melihatnya dengan penuh kemarahan, karena hari pertamanya sudah diganggunya.
Rere tidak menghiraukannya, dan tetap asik makan menikmati sesuap demi suapan membiarkan elsa bergulat mata dengan senior yang sok itu.
Tidak lama bel istirahat berbunyi, banyak siswa siswi yang berbondong bondong memasuki kantin yang membuat elsa dan rere tidak nyaman dengan situasi ini, ada juga yang bergosip tentang dirinya.
"itu kan anak baru yang telat tadi"
"iya, dengan santainya mereka dikantin"
"biarin saja, hari ini mungkin terahir mereka disini"
Mendengar bisik-bisik mereka membuat Elsa geram.
BRAKKKKKKKK
Elsa menggebrak mejanya membuat mereka yang berbisik bungkam seketika, dan meninggalkan kantin menuju kantor kepala sekolah.
"Kemana kita el?" tanya rere yang mengikuti langkah kaki elsa
"Kantor kepala sekolah"jawabnya santai tak melihat kearahnya
"gimana nanti kalo kita dikeluarin el?" ucapnya takut-takut, baru masuk belum ikut pelajaran sudah dikeluarkan, apa kata orang tuanya nanti.
"tidak ada yang bisa keluarin kita re, tenang aja lo" yakinnya pada rere untuk tenang, padahal elsa sendiri bingung harus ngapain.
Dengan tenang mereka melangkah menuju kantor kepala sekolah, mereka mencari cari berkeliling dimana letak kantor kepala sekolah. Sudah lama muterin sekolah ahirnya ketemu.
Dengan ragu ragu mereka mengetuk pintu kepala sekolah, mereka sudah siap apapun yang akan terjadi nanti akan mereka hadapi bersama, meskipun dikeluarkan sekalipun akan terus bersama sama.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar dari dalam dan dipersiahkan masuk oleh kepala sekolah
"permisi pak, ada apa bapak manggil kita" tanya elsa dengan sopan
"Sebutkan nama kalian dan nama orang tua kalian"
" Saya Rere Agustin putri dari Antonio agustin" jawab rere lumayan gemetar yang diangguk-angguki kepala sekolah
"saya Putri Elsa Diningrat " giliran elsa yang jawab tapi tidak menyebutkan nama orang tuanya
"Kalian tahu kenapa dipanggil kesini ?"
"Karena terlambat pak, itu hal wajar. Terus masalahnya apa?" jawab elsa santai yang mendapat senggolan dari rere.
Kepala sekolah hanya tersenyum dengan perilaku mereka berdua, dan geleng-geleng. pantas saja membuat putra siketua osis marah, ternyata tingkahnya mereka yang seenaknya.
"Baiklah, silahkan hubungi orang tua kalian untuk kesini sekarang juga" ucap kepala sekolah memutuskan apa yang harus dilakukan.
"*O**rang tua saya tidak akan kesini*" kata Elsa yang jawab dengan sendu
"Saya tidak mau tahu alasan kalian, saya tunggu siang ini juga, jika tidak datang maka terpaksa saya putuskan kalian cari sekolah lain. silahkan keluar dan kembali kesini beserta orang tua kalian, saya tunggu" ucap kepala sekolah dengan tegas tidak bisa diubah lagi.
"*B**aiklah, kita permisi dulu*" kata elsa berpamitan untuk memikirkan apa selanjutnya yang harus elsa lakukan, tidak mungkin juga dia minta orang tuanya datang kesekolah, atau membongkar makamnya dan membawa kesekolah yang ada semuanya lari ketakutan.
Kepala sekolah hanya diam memandangi kedua siswinya yang berjalan keluar ruangan.
*O*rang yang tidak pernah melakukan kesalahan adalah orang yang tidak pernah mencoba sesuatu yang baru
*Putri Elsa Diningrat*
_____________________
Diluar ruangan rere semakin terlihat gelisah memikirkan perkataan kepala sekolah, dia bingung harus apa tanpa memanggil kedua orang tuanya, dengan tidak sadar rere berjalan mondar-mandir yang membuat elsa geram, dan semakin pusing rasanya.
"*L**o ngapain sih re kayak cacing kepanasan*" kata elsa yang protes, sudah hilang kesabarannya.
"*G**ue takut el kalau dikeluarin sekolah, baru juga masuk belum sehari sudah gini, apa kata bokap gue el bisa dicincang hidup-hidup*." cicit rere ketakutan memperagakan tangannya seperti mencincang daging sapi saja yang hanya disenyumin elsa
"*L**o tenang, biar gue yang urus*" ucapnya meyakinkan rere sang sahabat yang selalu menemaninya.
"*L**o serius el, jangan bikin gue tambah frustasi dong el*" ucap rere yang heran melihat sahabatnya bisa santai sambil senyum senyum seperti orang gila.
"*I**ya*" jawab elsa singkat dan balik ke kantor kepala sekolah.
"Semoga lo berhasil el" gumam rere berdo'a untuk elsa yang memasuki ruang kepala sekolah dan menghilang ditelan pintu.
Ruang kepala sekolah
🍁
POV Elsa
Gue siap-siap pasang topeng memelas memasuki ruang kepala sekolah.
"Mana orang tuanya? " tanya kepala sekolah yang melihat gue datang sendiri, dengan berani seperti pendekar.
"Orang tua saya sudah meninggal pak, saya tidak punya siapa-siapa disini, jika bapak mau keluarin saya dari sekolah saya terima asal jangan sahabat saya"gue terdiam sejenak
"Kasihan orang tuanya jika tahu putrinya dikeluarin tidak hormat, beda dengan saya yang tidak punya siapa-siapa" lanjut gue untuk mendapatkan rasa iba kepala sekolah.
" Siapa orang tuamu "ucap kepala sekolah datar
"Saya anak dari Santoso Diningrat dan Dewi Puspita" ucap gue dengan tatapan kosong menahan air mata jika mengingat mendiang orang tua gue.
"Ternyata anak dari tuan santoso diningrat" kata kepsek dengan senyum yang mengembang.
Kenapa geleng geleng dan tersenyum juga ! Apa akting gue tida berhasil.
"Saya tidak akan keluarkan kalian karena begitu banyak jasa orang tuamu untuk yayasan ini, dan turut berduka cita atas meninggalnya orang tuamu" lanjutkan bicaranya,
Seperti mendapat angin segar"Bapak kenal dengan orang tua saya?" tanya gue penasaran
"Tidak hanya kenal, orang tuamu mempunyai setengah saham di SMA Merpati ini, jadi kamu berhak untuk sekolah disini karena ini sekolahan juga milikmu" jawab kepsek dengan antusias dan hanya gue angguki. sungguh diluar dugaan, orang kaya mah bebas melakukan apa saja.
🍁🍁
Diluar ruangan rere sudah tidak sabar, menanti kabar elsa yang sedari tadi tidak kunjung keluar dari ruang kepala sekolah.
Sudah terlalu hawatir, keringat panas dingin sudah melandanya. Serasa sudah tidak sabar ingin tahu yang dibicarakan elsa didalam, mencoba mengintip dan mendengar pembicaraannya tapi hasilnya nol, tidak terdengar apapun.
Putra yang melihat anak baru dengan ekspresi muka yang tidak karuhan itu tersenyum mengejek lalu menghampiri.
"*Ma**na temenmu yang satu, kenapa tidak segera pulang? kalian sudah dikeluarkan dari sekolah ini*" ucapnya dengan keyakinan penuh dengan tatapan membunuh.
Apa boleh dikata rere tidak punya jawaban untuk menjawab dan hanya diam mematung, sehingga ada yang mewakili menjawab.
"TERLALU YAKIN LO" cicit elsa yang keluar dari ruang kepala sekolah dengan keras sehingga membuat orang-orang disekitar melihat kearahnya.
"GUE TIDAK AKAN PERNAH DIKELUARKAN DARI SEKOLAH, MESKIPUN GUE TIDAK MENGIKUTI ACARA YANG LO BUAT"
"INGAT MUKA INI BAIK-BAIK, SEMINGGU LAGI KITA KETEMU SAAT SEKOLAH SUDAH MULAI AKTIF"
Elsa pergi dengan muka yang sombong dan angkuh menuju parkiran diikuti rere sahabatnya.
"*T**adi gimana el? kita jadi dikeluarin*?" tanya rere dengan harap-harap cemas, beda dengan elsa hanya menunjukan wajah datarnya
"*J**awab dong el, panik nih gue*"lanjutnya lagi yang penasaran apa yang dilakukan elsa tadi.
"*K**ita masih bisa sekolah disini*" ucapnya cuek menaiki motornya, hah seperti dapat undian hadiah milyaran, wajah rere bersinar menampilkan senyum merekah dibibirnya.
Siang yang panas menembus kulit elsa menerjang membelah keramaian kota A dengan kecepatan penuh mengendarai motornya agar segera sampai dirumah.
Dikediaaman Santoso diningrat sudah ada yang menunggu elsa selaku pewaris tunggal Diningrat Corp.
dug
dug
dug
Suara langkah kaki elsa memasuki ruang tengah menghampiri orang yang duduk disofa.
"Anda siapa? dan ada urusan apa kesini?"tanya elsa pada orang tersebut yang memakai pakaian rapi berbalut jas.
"perkenalkan saya Haikal Adnan Raharja, selaku orang kepercayaan Diningrat Corp."
"saya kesini mau menyampaikan amanat Tuan Santoso Diningrat" katanya dengan menyerahkan map kepada elsa, elsa menerima map tersebut lalu membacanya, haikal melihat wajah elsa saat membaca ada ekspresi sedih, haru, bercampur kaget.
"Apa-apaan ini??? gak mau gue, gue gak kenal lo jadi gue gak mau dijodohin sama lo!"ucapnya marah, haikal hanya tersenyum menanggapinya.
"*G**ue gak maksa lo itu wasiat orang tua lo, jika lo ingin orang tua lo tenang disana maka lakukanlah apa yang diinginkan beliau*" jawab haikal tenang dan berjalan manaiki tangga menuju kamar tamu.
"HEIIIIII MAU KEMANA LO?" tanya elsa dengan lantang suaranya
"*G**ue akan tinggal disini mulai sekarang*" ucapnya dengan santai tak menghiraukan elsa yang memakinya.
Haikal mulai saat itu tinggal dikediaman diningrat untuk mengawasi putri semata wayang keturunan diningrat.
Elsa marah-marah melihat orang tak dikenal akan tinggal bersamanya, apalagi surat wasiat yang tertulis itu, sungguh membuatnya tak terima. Dia harus bisa memimpin perusahaan keluarganya, dan tak memikirkan soal perjodohan. Setidaknya hidupnya berguna dengan memajukan perusahaan keluarganya.
Dengan perasaan bercampur aduk elsa menaiki anak tangga menuju kamarnya untuk beristirahat, sungguh melelahkan hari ini, tidak disekolah, tidak dirumah membuatnya marah.
Apa ini sudah jadi jalan hidupnya, elsa bertanya pada diri sendiri. Dia masih belum bisa menerimanya, dari pada semakin pusing dan tidak jelas memikirkan perkara yang belum pasti lebih baik dia gunakan tidur saja.
Menjelang malam, nampak elsa masih bermalas malasan dikamar, terdengar notif hp berbunyi.
Kluntinggg
"lo ikut balap gk malam ini, gue tunggu diluar"
Segera bergegas bangun dan ke kamar mandi untuk siap-siap menuju arena balap liar.
Elsa menuruni anak tangga terlihat haikal yang duduk dimeja makan "sini makan malam dulu" kata haikal minta elsa untuk makan.
Bukannya elsa menjawab tapi melengos pergi keluar ambil motor untuk balapan. Dipersimpangan komplek rumah sudah terlihat sahabatnya menunggu kedatangannya dan berangkat bersama sama.
Sudah ramai pengunjung diarena balap liar itu, dengan segera elsa dan rere menuju arena tersebut yang akan segera dimulai, belum juga dimulai terdengar suara sirine polisi datang.
"*S**iallll*" maki elsa
Saat ingin melarikan diri motor elsa ban nya bocor, sungguh nasib sial yang berubi tubi dari bangun tidur tadi pagi sampai malam hari.
Elsa dibawa kekantor polisi dan segera meminta walinya untuk menjemput dan memberi jaminan pada tersangka balap liar malam ini.
"Apa tidak ada hal yang lebih berguna yang harus dilakukan" ucap haikal nyindir elsa, elsa hanya diam dan segera masuk kedalam mobil dan memejamkan mata.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!