Tragedi 10 tahun yang lalu membuat Elvin bersusah payah untuk bangkit. Dua tahun ia kehilangan arah dan hanya diam membisu. Kedua orang tuanya dan orang-orang sekitarnya merasa terpukul dengan sikapnya.
Ia bahkan pernah masuk rumah sakit karena tidak makan dan tidur dengan baik. Lebih dari satu tahun ia mengalami insomnia, bahkan hingga saat ini. Namun ada obat yang ia konsumsi hingga ia bisa tertidur dengan sendirinya. Terkadang ia dengan sengaja membuat tubuhnya lelah hingga ia tidur.
Tahun ketiga ia baru melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan. Ia berkuliah di Negera sang grandma yaitu.....
Sejak kejadian sang istri meninggal, Elvin menjadi sangat dingin. Ia jarang tersenyum, selalu irit berbicara. Ia selalu menjawab seperlunya. Namun ia sedikit berbeda jika berhadapan dengan Jun.
Ia sedikit lebih banyak bicara dengan putranya itu. Ketika ia melanjutkan kuliahnya, Jun tinggal bersama nenek dan kakeknya, karena tidak ada yang menjaganya jika Jun ikut bersamanya.
Saat ini, Elvin sudah kembali ke tanah air setelah ia menyelesaikan study nya. Ia mengambil alih perusahaan sang Daddy. Perusahaan ayahnya memang bukanlah perusahaan terbesar di negerinya, bukan pula perusahaan terkaya di kota. Ia hanya menduduki urutan ke-tiga. Namun itu sudah sangat cukup dengan hasil yang didapatkan
Saat ini umurnya sudah memasuki 30 tahun, Jun juga sudah duduk di bangku sekolah dasar kelas 5. Ia tumbuh jadi anak yang tampan dan baik. Walaupun ia sangat sering menanyakan keberadaan sang bunda.
Ketika diberitahu bundanya sudah meninggal, ia tidak terima dan selalu mengatakan bunda hanya pergi ke tempat yang jauh. Jun selalu menunggu bundanya pulang, walaupun ia tidak pernah melihatnya. Ia hanya tahu wajahnya dari sebuah foto.
Bintang juga sudah menduduki bangku SMA. Ia menempati janjinya pada sang kakak Queen untuk menjaga Jun. Ia yang selalu mengantar Jun kesana-kemari yang dia mau.
...----------------...
"Om Bin" teriak Jun berlari dari halaman sekolahnya menuju gerbang dimana ada Bintang disana.
"Hei...jagoan" Bintang mengacak-acak rambut Jun saat dia sudah berada di depannya.
"Om Bin dari tadi disini ?" tanya Jun.
"Enggak. Baru saja. Mau pulang sekarang ?" tanya Bintang sembari mengangkat Jun naik ke atas motornya, lalu memakaikannya helm.
"Enggak. Jun mau ke kantor Dadda"
"Baiklah. Kita ke kantor Dadda sekarang " Bintang naik ke atas motornya, lalu Jun memeluknya dari belakang. Motornya pun mulai meninggalkan gerbang sekolah.
"Kamu mau beli sesuatu dulu sebelum ke kantor Dadda, Jun?" tanya Bintang dalam keadaan motor yang sedang berjalan normal.
"Iya. Jun mau beli cilok yang biasa om"
"Oke, kita beli cilok" Mereka singgah di penjual cilok pinggir jalan.
Setelah membeli mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju kantor Elvin. Setibanya disana, Bintang mengantar Jun sampai di ruangan Dadda-nya.
"Dadda " teriak Jun dari luar saat ia berada di depan pintu.
Elvin yang sangat tahu siapa suara itu mempersilakan masuk. "Masuklah "
Bintang membuka pintu dan Jun langsung berlari memeluk sang Dadda dengan kantongan cilok di tangannya.
Elvin tersenyum kecil menyabut kedatangan sang putra. "Kamu habis jajan lagi?" ucap Elvin.
"Iya. Jun lapar" jawab Jun.
"Kak, aku akan kembali ke sekolah " sahut Bintang. Memang ia belum pulang sekolah dan saat ini jam istirahat kedua sehingga ia bisa menjemput Jun. Walaupun sebenarnya ada supir mommy yang bisa menjemput tapi ia meminta untuk menjemput Jun.
"Ya.... hati-hati " Bintang mengangguk mendengar perkataan kakaknya.
"Apa yang kamu beli, Jun?"
"Cilok. Dadda mau?" Jun mengarahkan satu butiran cilok ke mulut Elvin.
"Enggak. Kamu saja yang makan. Jun duduk disana ya?" Elvin menunjuk sofa yang ada di sudut ruangan. Tempat itu biasanya ia tempati untuk melakukan pertemuan dengan orang-orang terdekatnya.
"Iya " Jun duduk di sofa menghabiskan ciloknya.
"Dadda, Jun masih mau makan" ucap Jun setelah ciloknya habis.
"Iya, tunggu sebentar lagi makanan datang"
Jun mengangguk. Ia memilih bermain dengan mainannya yang memang ia bawa di dalam tasnya. Hanya satu mobil-mobilan saja.
Tak lama pesanan makanan telah datang. Elvin hanya memesan ayam goreng dengan kentang saja. Karena jika memesan nasi Jun akan kekenyangan setelah makan cilok tadi.
Elvin juga ikut makan di sebelah sang putra. Jun makan sendiri tanpa di suapi. Ia menjadi anak yang mandiri.
Setelah selesai Elvin membereskannya. "Cuci tanganmu dulu Jun!" ucap Elvin saat Jun terlihat langsung ingin bermain iPad.
"Iya" Jun langsung ke kamar mandi mencuci tangannya. Setelah itu ia mengambil iPad nya dan nonton film kartun kesukaannya.
Elvin membiarkannya dan melanjutkan pekerjaannya. Ia yang begitu fokus tidak memperhatikan Jun yang tampak sudah tertidur lelap. Ia baru menyadarinya saat sekertarisnya masuk.
"Tuan, ini berkasnya"
"Hmm..."
"Emm...maaf tuan, itu Jun tidur "
Elvin melirik Jun yang terlihat sudah tertidur lelap di atas sofa. Posisinya sangat tidak bagus. Ia tidur dalam keadaan bersandar dan miring ke kanan.
"Kau bisa keluar Sisil!!" perintah Elvin tanpa menatap sekertarisnya. Sekertarisnya pun keluar setelah mendengar perintah atasannya.
Elvin memperbaiki posisi tidur Jun. Ia menatap wajah Jun yang sangat jelas menunjukkan dari mana asalnya. Wajahnya yang tidak memiliki kemiripan sama sekali dengannya terkadang menjadi tanda tanya untuk orang-orang yang baru bertemu dengannya. Ia akan selalu menjawab, Jun mirip bundanya.
"Bunda....bunda. Bunda dimana" Jun mengigau.
Elvin menghela nafas berat mendengar perkataan Jun. "Kamu selalu saja seperti ini Jun " ucap Elvin sembari mengusap rambut putranya.
Saat itu pula, Jun terbangun. Ia langsung memeluknya Dadda-nya dan menangis.
"Bunda hiks.....bunda panggil-panggil Jun, Dad" Jun menangis. Elvin mengusap punggung Jun lembut."
"Ayo kita cari bunda, Dadda !" pinta Jun dengan mengusap air matanya.
"Jun, Dadda selalu bilang, bunda udah gak ada. Bunda udah meninggal"
"Enggak. Bunda belum meninggal. Buktinya bunda selalu datangin Jun"
"Itu hanya mimpi. Mimpi itu tidak nyata. Kamu hanya tidur disini dan bermimpi bertemu bunda. Dadda juga pernah bermimpi tentang bunda"
"Bunda masih hidup, Dad. Bunda hanya pergi jauh. Kita harus mencarinya !" Jun menggoyangkan lengan Dadda-nya sembari memohon
"Kita nanti ke kuburan bunda, oke?" Elvin berusaha sabar menghadapi tingkah laku Jun.
"Enggak !!!" Jun menolak keras dengan bangkit dari sofa. Ia menatap Dadda-nya marah.
"Bunda belum di kubur. Bunda masih hidup. Bunda minta Jun untuk mencarinya bersama Dadda"
"Jangan membuat Dadda marah, Jun. Sudah berkali-kali Dadda bilang bunda sudah meninggal. Dadda juga pernah mencari bunda ketempat dia jatuh tapi Dadda tidak menemukannya. Jangan buat Dadda pusing dengan keinginan mu " Elvin mulai kesal menghadapi sikap keras kepala Jun.
"Dadda jahat, udah gak sayang bunda lagi. Jun sendiri yang akan cari bunda. Kalau Jun ketemu sama bunda, Jun akan minta bunda supaya tidak menemui Dadda " ia terlihat marah. Ia menghentakkan kakinya dan meninggalkan ruangan Dadda-nya.
Jun membanting pintu dengan keras. Elvin hanya bisa menghela nafas melihat sikap Jun yang selalu seperti itu. Ia memijit pangkal hidungnya karena merasa pusing.
"Cla, lihatlah !! Jun selalu memimpikan bertemu dengan mu. Jun merindukan mu. Aku harus apa jika dia bersikap seperti itu___
"Aku juga pernah berfikir seperti itu, sangat yakin kalau kamu belum meninggal, tapi aku juga tidak bisa menemukan petunjuk atau tanda apapun tentang mu. Aku mohon beri pengertian pada Jun, aku bingung menghadapi sikapnya, Cla. Aku bingung " ucap Elvin seakan berbicara dengan Clara.
Di luar, sekertaris Elvin mengikuti Jun yang berlari keluar. Jun juga ingin keluar dari pagar, namun ditahan oleh security. Ia memberontak untuk dilepaskan.
Sampai kakeknya datang untuk menjemputnya. "Loh....kenapa ini?" tanya Daddy.
"Tidak tahu, tuan. Jun tiba-tiba lari dari dalam" jawab security.
"Biar Jun sama saya" Daddy meraih Jun dan menggendongnya, lalu membawanga masuk ke dalam mobil.
.
.
NEXT.
Yuhu ....i am comeback guys. Aku udah nepatin janji nih buat rilis season 2 nya.
"Jun kenapa kayak kesal gitu ?" tanya Daddy saat dalam perjalanan pulang. Ia melirik sang cucuk di sebelahnya.
"Jun kesal sama Dadda. Jun minta buat cari bunda, tapi gak mau. Dadda malah marah" jawab Jun dengan bibir manyunnya.
Daddy jadi bingung sendiri mendengar jawaban Jun. Pantas saja Elvin marah.
"Sebenarnya kenapa Jun tidak percaya kalau bunda meninggal? Jun sudah pernah ke kuburan bunda kan?"
"Soalnya bunda selalu panggil-panggil Jun saat tidur"
"Itukan mimpi. Kakek juga pernah seperti itu ketika ibu kakek meninggal. Ibu kakek sering ketemu kakek di mimpi karena kakek rindu. Begitu juga dengan Jun, Jun sedang rindu sama bunda" jelas Daddy.
"Tapi kenapa setiap bunda panggil Jun, bunda selalu minta tolong?"
Daddy diam, ia tidak tahu harus mengatakan apa. Ia pun juga bingung. Jun yang melihat kakeknya hanya diam tidak bertanya lagi. Ia sudah tahu kakeknya tidak bisa menjawab.
Setibanya di rumah, Jun langsung turun dan berlari masuk ke dalam rumah. Ia melewati sang nenek yang menyambutnya.
"Kenapa dia?" tanya mommy pada Daddy.
"Biasa. Dia bermimpi bertemu Clara lagi"
"Hahfft.... Jun selalu bermimpi seperti itu. Itu tandanya apa ya dad?"
"Bukan tanda apa-apa. Itu hanya bunga tidur. Jun hanya rindu dengan bundanya "
"Tapi Jun kan tidak mengingat perlakuan Clara padanya. Wajahnya saja dia tidak ingat kalau bukan karena foto yang dia lihat "
"Entahlah mom. Biarkan saja Jun seperti itu, entar juga dia baik sendiri " Daddy berjalan ke kamarnya dan kemudian mommy menyusul.
...----------------...
Sementara itu di rumah makan ayah, terlihat Anggitha membantu ayahnya meladeni pelanggan.
"Mau pesan apa lagi?" tanya Anggitha pada pelanggan.
"Tidak ada, itu saja"
"Baiklah, tunggu sebentar ya mbak" Anggitha memberikan catatan pesanan pada karyawan ayahnya agar membuat pesanan tersebut.
"Gita, istirahatlah dulu nak. Apa kamu tidak lelah baru pulang dari mengajar kamu langsung membantu ayah di sini ?"
"Hanya membantu menulis pesanan, itu tidak melelahkan, ayah"
"Ayah mengerti, tapi jangan di paksakan oke?"
"Iya. Oh ya, Gita mau ketemu Jun nanti. Rencananya Gita mau membawakannya bakso, gak pa-pa ya, Yah"
"Sekarang saja bagaimana ? Ayah antar ya?"
"Gak usah ayah. Gita bisa naik taxi. Kecuali kalau ayah mau ketemu cucu ayah"
"Yaudahlah, ayah jadi rindu cucu ayah. Ayah siapkan bakso dulu buat kita bawa"
"Gita bantu" Gita membantu sang ayah menyiapkan bakso untuk mereka bawa ke rumah Pradipta.
Setelah semuanya siapa, ayah dan Gita pergi ke rumah Pradipta. Setelah menempuh beberapa menit mereka akhirnya sampai.
"Kalian tidak mengabari kalau mau datang" ucap mommy sembari duduk di sofa ruang tamu setelah mendapatkan informasi dari Art jika orang tua dan kakaknya Clara datang.
"Emang gak di rencanain, Tante. Aku mau bertemu Jun, sekalian bawain dia bakso" ucap Gita.
"Jun ada di kamarnya. Kamu ke atas lah, dari tadi dia belum keluar. Marah dia"
"Marah kenapa, tan?"
"Seperti biasa"
"Ouuu... yaudah aku ke atas dulu" Gita bangkit dan pergi ke kamar Jun. Tidak lupa ia membawa semangkuk bakso untuk keponakannya itu.
"Jun, ini aunty Gita. Aunty boleh masuk gak?" ucap Gita di depan pintu.
"Iya" sahut Jun dari dalam.
Gita masuk. Ia melihat Jun sedang duduk menghadap ke jendela kamarnya.
"Jun kenapa? Aunty bawa bakso kakek Joseph loh, Jun mau gak?"
"Jun gak lapar aunty " ucap Jun dengan masih menatap keluar jendela.
Gita berjalan mendekatinya dan berjongkok di hadapannya. Ia bisa melihat ada jejak air mata di mata Jun.
"Jun kenapa? Kok nangis?" tanya Gita pelan.
Jun menggeleng pelan, ia tidak ingin menceritakannya, namun ia tiba-tiba menangis. Anak kecil seperti Jun tentu saja akan mudah emosional ketika ada seseorang yang perhatian dengannya.
"Heii....kok nangis sih? Jun kenapa? Coba cerita sama aunty" Gita berusaha berbicara dengan sangat lembut agar Jun bisa terbuka dengannya.
"Tidak. Jun tidak pa-pa, ty" ia memaksa air matanya untuk berhenti. Ia menghapus air matanya menggunakan bajunya.
"Emm ...Jun mau makan baksonya" Jun sengaja mengalihkan pertanyaan sang Aunty.
"Ohh..iya" Gita mengambil mangkuk baksonya yng ada di meja belajar Jun.
"Mau aunty suapi ?"
"Tidak. Jun bisa sendiri " ia mengambil mangkuk itu dan menaruhnya di atas pahanya, lalu memakan baksonya.
Gita diam memperhatikan Jun yang sedang makan. Ia tahu ada sesuatu yang Jun sembunyikan. Walaupun Tante sudah mengatakan jika Jun marah sebab mencari Bundanya, tapi ia yakin ada hal lain yang Jun pikirkan hingga dia sampai menangis seperti itu. Jun bahkan tidak ingin memberitahunya.
"Kalau Jun ada masalah biar itu di sekolah, Jun harus berbagi agar hati Jun merasa lebih baik" ucap Gita.
"Jun gak punya masalah apapun kok, ty. Jun hanya rindu bunda" ucap Jun.
Gita sebenarnya heran kenapa Jun bisa merasakan rindu pada bundanya padahal dia tidak pernah bertemu dengan bundanya. Jun seakan baru di tinggal oleh Clara, padahal Clara meninggalkan sudah 10 tahun yang lalu, yang mana Jun masih berumur satu tahun.
Jun belum tentu ingat seperti apa wajah Clara dan ketika bermain dengannya.
"Jun rindu perhatian bunda. Hanya bunda yang mengerti Jun. Dadda tidak mengerti Jun sama sekali. Dadda suka marah-marah. Gak ada yang perhatian sama Jun " ucap Jun. Matanya terlihat berkaca-kaca.
Gita semakin dibuat bingung dengan perkataan Jun. Perhatian Clara saat itu bahkan Jun belum mengerti apa-apa.
"Apa Jun masih mengingat saat bersama bunda dulu ?" tanya Gita
"Iya. Jun ingat ketika bunda suapi, temani bermain. Jun lebih rindu senyuman bunda. Senyuman bunda sangat membuat hati Jun tenang"
Mendengar perkataan Jun sebenarnya tidak masuk akal baginya. Bagaimana mungkin anak umur satu tahun mengingat semua itu.
"Aunty tidak percaya ya?" ucap Jun. Ia melihat raut wajah sang aunty mengerut.
"Ahh..tidak. Aunty percaya "
Melihat Jun kembali melanjutkan makannya, ia menatap sekeliling kamar Jun yang terdapat foto Clara dan Elvin yang sedang menggendong Jun kecil.
Saat keduanya tengah diam, Elvin tiba-tiba masuk dan memanggil Jun.
"Jun"
Jun menoleh sekilas, kemudian kembali memakan baksonya.
"Baru pulang ya, El?" tanya Gita basa-basi.
"Ya" jawab Elvin dengan raut wajah tak suka. Ia tidak suka ada orang lain yang memanggilnya El, hanya sang istri yang boleh memanggilnya seperti itu.
"Bisa tinggalkan aku dengan Jun, kak?" ucap Elvin.
"Eh...iya" Gita bangkit dan keluar dari kamar.
"Kenapa ayah pulang ke sini ? " tanya Jun cuek. Selama ini Elvin memang tidak tinggal di rumah orang tuanya selama 1 tahun terakhir. Ia tinggal di apartment yang ada di dekat kantor.
Mendengar perkataan putranya, Elvin menghela nafas. "Maafin Dadda. Dadda gak bermaksud marahin Jun tadi. Dadda sedang lelah dan Jun tiba-tiba meminta hal yang tidak bisa Dadda berikan___
"Jun boleh minta apapun pada Dadda, tapi jangan meminta untuk mencari bunda. Dadda sedih, Dadda gak bisa apa-apa. Dadda juga udah berusaha mencari bunda, Jun, tapi kenyataan seperti itu. Bunda udah meninggal. Wanita yang Dadda kuburkan 10 tahun yang lalu adalah bunda" ucap Elvin dengan mata yang berkaca-kaca.
Jun yang melihat Dadda-nya menangis ikut nangis. Ia menyimpan mangkuk baksonya di lantai dan langsung memeluk Dadda-nya.
"Maaf, Jun buat Dadda sedih"
"Dadda juga rindu bunda, Jun. Sangat rindu, tapi Dadda tidak bisa apa-apa "
Jun tidak lagi membalas perkataan Dadda-nya. Ia diam dengan menenggelamkan wajahnya di bahu Dadda. Kedua pria berbeda usia itu saling memeluk dengan perasaan sedih mereka. Sama-sama rindu wanita yang sangat mereka cintai.
"Dadda menginap disini kan?" tanya Jun.
"Iya, Dadda menginap. Kita tidur bersama oke?"
"Iya. Jun rindu tidur sama Dadda "
Elvin tersenyum kecil mendengarnya. Ia merasa bersalah karena mengabaikan Jun . Ia terlalu fokus dengan kerjaannya dan menganggap Jun aman bersama kedua orang tuanya dan juga adiknya.
.
.
NEXT
Setelah mencurahkan isi hatinya, Jun dan Elvin keluar dari kamar dan bergabung dengan yang lainnya.
"Bagaimana kabarmu, Elvin ?" tanya ayah.
"Baik, yah. Ayah?"
"Baik, ayah juga baik. Kamu sedikit berisi dari yang terakhir ayah liat" ucap ayah. Memang mereka sudah sangat lama tidak pernah bertemu karena Elvin sudah pisah rumah dengan orang tuanya.
Elvin hanya tersenyum kecil. Ia memang sangat kurus dulu, namun ia berusaha bangkit dan berdamai dengan keadaan.
"Apa yang kamu lakukan sekarang, Anggitha ?" tanya mommy
"Aku mengajar sebagai guru sekolah dasar, tan"
"Ouuhh.... Belum ada niatan untuk berumah tangga? Kalau gak salah umurmu sudah 30 tahun kan?"
"Iya, tan, aku memang sudah masuk 30 tahun. Tapi untuk menikah belum aku pikirkan. Aku belum ingin berpisah dengan ayah"
"Ayah tidak masalah tinggal sendiri. Jangan pernah jadikan ayah alasan kamu tidak ingin menikah " ucap ayah
"Iya ayah. Hanya belum waktunya aja. Entar juga aku nikah kalau udah waktunya "
Ayah manggut-manggut mendengarnya. Ia melirik Elvin yang sedang bermain hanphone entah apa yang dia lakukan, seperti sedang bertukar pesan dengan seseorang.
"Mom, dad, yah, aku ke belakang dulu " ucap
"Iya" sahut mommy.
"Jun, ikut Dadda " Jun bangkit dan mengekori Dadda-nya. Elvin menggenggam tangan sang putra menuju halaman belakang.
Melihat kepergian putranya, mommy kembali berbicara. "Sebenarnya aku ingin Elvin dan Anggitha menikah. Anggitha dan Clara tidak bedah jauh, mereka masih saudara dan mereka juga kembar. Bagaimana menurut kalian, apa itu bagus?" mommy menatap suaminya dan juga Joseph.
Sementara Anggitha menunduk dengan perasaan terkejut.
"Kalau aku oke. Lagipula Jun juga masih sangat butuh seorang ibu sampai-sampai dia selalu memimpikan bundanya. Elvin juga kesepian , bagaimana pun dia laki-laki yang butuh sosok istri" ucap Daddy
"Bagaimana denganmu Joseph ?" tanya mommy pada ayah.
"Kalau aku bagaimana baiknya saja. Kalau mereka berdua sama-sama mau ya silakan. Itu sangat bagus" jawab ayah dengan melirik putrinya sebentar.
"Bagaimana Anggitha? Apa kamu mau nak? Mommy tahu Elvin adalah adik iparmu dan kamu tahu dia sudah menjadi duda sekarang bahkan memiliki seorang anak yang masih sangat butuh sosok ibu di sisinya"
"Kalau menurut kalian itu baik, aku ikut. Tapi aku gak mau menikah kalau Elvin juga gak mau. Aku gak mau kalau kami karena paksaan "
"Tentu. Kami tidak akan memaksa. Karena kalian semua setuju nanti akan aku coba tanyakan pada Elvin, kalau dia mau aku akan mengabari kalian dan kita bisa melangsungkan pernikahan secepatnya " jelas mommy.
Mereka semua mengangguk mendengar perkataan mommy.
"Kalau begitu kamu pulang dulu, ini sudah mau malam" ucap ayah seraya bangkit.
"Alangkah baiknya kalau menginap disini supaya Jun ada temannya. Dia selalu kesepian. Bintang juga mulai sibuk dengan kegiatan eskulnya di sekolah " ucap Daddy.
"Aku harus ngajar besok, om" sahut Anggitha.
"Kamu bisa berangkat dengan Elvin besok. Dia mau menginap disini. Kamu juga bisa berusaha dekat dengannya"
Anggitha tidak langsung menjawab, ia melirik sang ayah untuk meminta pendapat. Ayah yang mengerti arti tatapan putrinya angkat bicara.
"Baiklah, kami akan tinggal "
Mendengar jawaban sang ayah, Anggitha kaget. Sebenarnya ia berharap ayah menolaknya, karena kalau ia yang menolaknya ia merasa tidak enak hati dengan orang tua Elvin.
"Yasudah, kalian bisa menempati kamar tamu. Kalau kalian mau sholat dulu pergilah, sebelum kita makan malam bersama" ucap mommy.
Ayah dan Anggitha pergi ke kamar tamu, bersamaan dengan itu Elvin dan Jun juga masuk dan pergi ke kamar Elvin. Bintang juga sudah pulang.
"Kenapa sesore ini kamu baru pulang?" tanya Daddy.
"Maaf dad, aku latihan sampai sore sekali. Pelatihku sangat keras melatih karena tak lama lagi sekolahku akan ikut lomba"
"Yasudah, pergilah bersihkan dirimu! Kamu sangat kotor sekali" timpal mommy.
"Iya mom"
****
Sementara itu di kamar Elvin, keduanya baru saja selesai melaksanakan sholat magrib. Elvin dan Jun tengah duduk berhadapan di atas sejadah.
"Mamanya Keano undang Jun untuk datang di ulang tahunnya Keano besok. Jun mau pergi?" tanya Elvin.
"Besokkan sekolah, dad"
"Iya, tapikan acaranya jam 3. Jun kan sudah pulang sekolah itu "
"Emm...iya. Jun mau pergi"
Elvin tersenyum kecil mendengarnya seraya mengusap rambut Jun lembut.
"Besok Dadda kan yang antar Jun ke sekolah ?"
"Iya"
"Yeii...." Jun bersorak sembari bertepuk tangan. Ia terlihat sangat happy. Ia sudah sangat rindu di antar ke sekolah oleh Dadda-nya.
"Sayang Dadda " Jun berhambur memeluk Dadda-nya.
"Sudah-sudah, ayo kita turun untuk makan" ucap Elvin. Jun kemudian mengangguk.
Mereka keluar dari kamar dengan Jun berada di gendongan Elvin. Di bawah sudah ada kedua orang tuanya dan juga ayah.
Elvin menurunkan Jun dikursi tepat di sebelahnya. Ketika ia akan mengambil makanan, tiba-tiba Anggitha meletakkan semangkuk sayur di sebelahnya.
"Mau makan sayur?" tanya Anggitha pada Elvin.
"Tidak " jawab Elvin.
Ada perasaan gak enak mendengar penolakan Elvin. "Jun mau sayur gak?" ia beralih menatap Jun.
"Mau. Ini aunty yang buat ?"
"Iya. Semoga Jun suka ya" Gita memberikan sayur di piring Jun.
"Emm....enak" ucap Jun setelah mencobanya.
"Benarkah ? Aunty senang mendengarnya. Gita tersenyum menatap Jun.
Para orang tua mencobanya juga dan ternyata memang enak. Saat itu pula Bintang baru ikut bergabung dan juga mencobanya.
"Emm...siapa yang buat sayur ini, hampir mirip dengan masakan kak Queen " seru Bintang.
Mendengar perkataan bintang, Elvin melihatnya sebentar dan kembali fokus dengan makanannya.
"Aunty Gita yang buat" jawab Jun.
"Ohh...pantas saja" Bintang berfikir pantas saja rasanya hampir sama dengan sang kakak Queen, ternyata saudaranya yang membuatnya.
"Kamu tidak ingin mencobanya, El ?" tanya mommy.
"Tidak, mom" jawabannya tetap sama, ia menolak. Walaupun ia juga penasaran dengan rasa sayur itu, tapi bagaimana pun masakan sang istri yang terenak baginya .
.
.
NEXT
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!