NovelToon NovelToon

My Possessive Twins

Devano Berlian Wijaya

Suara sorak sorai penonton menggema bersamaan dengan tepuk tangan yang terdengar kala Devano Berlian Wijaya sang kapten basket SMA Kencana berhasil memasukkan bola ke dalam ring, lagi. Bukan suatu hal yang mengejutkan jika Devano berhasil mencetak point disetiap pertandingan yang dia dan timnya mainkan karena ketika ada Devano maka disitu lah akan terjadi kejar mengejar point.

Wajah tampan Devano yang semakin terlihat menawan dengan baju basket yang menampilkan lengan berototnya serta keringat yang mengalir ditubuhnya membuat para wanita histeris tiap kali pria itu menyisir rambutnya kebelakang. Meskipun tidak ada sedikitpun ekspresi yang dia tunjukkan, tapi semua penonton tetap semangat untuk melihat pertandingan ini karena mereka sangat tau setiap akhir pertandingan dan tim Devano menang maka senyum tipisnya akan terbentuk.

Senyuman yang membuat para pendukung Devano semakin histeris.

Saat ini selisih point antara tim Devano dan lawannya sangat tipis hanya perlu dibuktikan dengan masuknya bola ke dalam ring sekali lagi. Seperti biasa Devano akan selalu berusaha dengan keras bersama teman-temannya untuk memenangkan pertandingan dan tidak mengecewakan sekolah serta para pendukung mereka.

Para penonton dari SMA Kencana semakin histeris kala Devano kembali mencetak point dan membuat sekolah mereka memenangkan pertandingan basket, lagi. Senyum tipis Devano terbit kala teman-teman setimnya menghampiri dia dan berseru heboh.

Wajah tampan Devano yang semakim terekspose membuat para siswi semakin heboh dan teriakan histeris kembali terdengar ketika Devano dan dua temannya yang lain berjalan ke pinggir lapangan sambil melepas kaos basketnya.

Sial, ketampanannya semakin bertambah berkali-kali lipat.

"Cih sok tampan"

"Dia memang tampan kali"

"Gak sama sekali!"

Mungkin hanya ada satu orang yang tidak pernah menyukai Devano atau menjadi penggemarnya seperti kebanyakan siswi disekolahnya.

Adara Alexander, si pembuat onar di SMA Kencana.

Kembali lagi pada Devano yang kini sedang meminum habis air minumnya dan dari belakang seseorang mengagetkannya.

"Vanooo"

Tanpa menolehpun Devano tau jika itu adalah kembarannya karena siapa lagi yang akan menghampirinya kalau bukan Devina.

"Ihh kok bajunya dilepas?" Tanya Devina

"Panas"

Devina mengeluarkan kipas yang biasa ia bawa dan mengarahkannya pada wajah Devano yang dipenuhi keringat membuat teman-teman kembarannya itu tertawa melihatnya.

Hanya Devano yang selalu dihampiri entah setiap tanding atau hanya sekedar latihan.

"Aku juga panas nih Vin kipasin dong." Kata Alex salah satu teman Devano

Alex, pria tampan yang sudah lama dikagumi oleh Devina tanpa sepengetahuan siapapun.

"Aku juga dongg." Seru teman Devano yang lain

Devina tertawa kecil lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Gak mau ah bauu." Canda Devina

Mereka tertawa mendengarnya, terkadang kehadiran Devina membuat suasana menjadi lebih hidup dari biasanya.

Setiap kali latihan atau tanding Devina akan menunggu kembarannya dan sifatnya yang ceria membuat teman-teman Devano senang dengan kehadirannya.

"Kayak Devano gak bau aja." Kekeh Alex

"Enggak kalau Devano wangi." Kata Devina sambil tertawa kecil

Devano yang hanya diam dan tidak menanggapi apapun kini merebut kipas yang kembarannya itu bawa dan mengarahkannya pada leher.

Senyum kecil Devina terlihat bersamaan dengan dia yang duduk tepat disebelah Devano, bukan tanpa alasan dia melakukannya.

Tapi, Daddy nya yang menyuruh Devina untuk mengikuti Devano selama masih di sekolah dan dia hanya menurut.

Mungkin Daddy nya takut kalau Devano terbawa pergaulan yang buruk meskipun sebenarnya tidak karena Devano bukan orang yang mudah terpengaruh.

"Masih lama gak Van? Aku capek tau mau pulang." Kata Devina dengan wajah cemberut

Selain karena Daddy nya Devina juga pergi dan pulang bersama dengan Devano, jadi dia tidak mau kalau harus pulang sendirian apalagi sampai merogoh uang sakunya untuk naik ojek online.

Meskipun keluarganya berkecukupan, tapi Daffa dan Fahisa selalu memberikan uang saku bulanan yang mereka anggap cukup untuk kebutuhan anak-anaknya mereka tidak membiarkan anak-anaknya boros apalagi di usia yang masih muda.

"Satu lagi"

Helaan nafas Devina terdengar, dia harus menunggu lagi sampai pertandingannya selesai.

Bukan tidak suka, tapi Devina sangat malas mendapati tatapan-tatapan tajam dari siswi disekolahnya yang memang menyukai kembarannya.

Rasanya tidak nyaman dan dia kesal hingga ingin menusuk mata mereka satu-satu.

"Jangan cemberut gitu geh, jadi jelek nanti"

Suara itu datang bersamaan dengan rangkulan dibahunya membuat Devina tersentak dan sedikit menjauhkan tubuhnya.

Alex

Pria itu merangkulnya dan membuat jantung Devina berdetak tidak karuan apalagi teman-temannya yang lain menggoda mereka.

Devina baru ingin bicara, tapi gerakan Devano yang menepis tangan teman baiknya lebih dulu bertindak.

"Lepasin Lex"

Alex terkekeh pelan dan menjauhkan tangannya.

Dulu dia sempat ingin mendekati Devina, tapi temannya itu langsung memberikan peringatan dengan wajah datarnya yang membuat Alex jadi takut sendiri.

'Berhenti godaiin cewek-cewek kalau mau deketin adek gue atau lo bakal habis sama gue kalau sampai dia nangis karena lo selingkuhin'

Jadilah Alex mengurungkan niatnya, tapi sampai sekarang dia masih suka menggoda Devina.

Kalau jujur dia memang suka Devina, tapi untuk menghilangkan kebiasaannya sepertinya akan sedikit susah.

"Galak banget kembaran lo Vin." Kata Alex membuat Devina tertawa kecil mendengarnya

"Emang galak"

Devano mendengus kesal lalu kembali memakai kaos basketnya, sedikit tidak nyaman dengan banyak mata yang melihat ke arahnya.

"Sama siapa kesini Vin?" Tanya Devano

Tersenyum kecil Devina menunjuk ke barisan paling depan dan menunjuk beberapa temannya.

"Sama Cessa, Mona, dan Nayla"

Mengangguk faham Devano menyerahkan kipas milik kembarannya dan meminta Devina untuk kembali bergabung bersama temannya yang lain.

"Balik kesana aja, nanti kalau udah selesai tunggu di parkiran kita langsung pulang." Kata Devano yang dijawab dengan anggukan oleh kembarannya

"Siap bos"

Sebelum pergi Devina melambaikan tangannya dan memberikan semangat kepada Devano dan teman-temannya.

"Semangat yaaaa!"

Setelah Devina kembali ke tempat duduknya Devano menatap lurus ke depan, dia tidak mau kembarannya itu menjadi pusat perhatian karena menjadi satu-satunya wanita di antara Devano dan teman-temannya yang lain.

Dia sangat mengenal teman-temannya dan Devano bertaruh dia tidak akan mengizinkan kembarannya itu menjalin hubungan lebih dari teman dengan teman-temannya.

"Enak banget ya jadi lo Van? Meskipun bukan pacar, tapi adik lo perhatian banget mau ngehampirin lo setiap abis tanding atau latihan." Kata Yoga salah satu temannya

Devano hanya bergumam pelan sebagai tanggapan.

"Kalau dia bukan adiknya Vano pasti udah gue gebet." Kata Alex membuat Devano secara refleks menatapnya tajam

Dia memang berteman dengan Alex, tapi jujur Devano sangat tidak suka dengan cara pria itu memperlakukan seorang wanita.

Setiap pacaran Alex masih mendekati wanita lain bahkan bukan sekali dua kali dia berselingkuh dari kekasihnya.

Coba fikirkan bagaimana mungkin Devano akan membiarkan pria seperti itu mendekati kembarannya?

"Kembaran bukan adik." Koreksi Devano

"Lo pernah gak sih Van kefikiran suka sama kembaran lo sendiri?" Tanya Satria

Menyukai Devina?

Dia menyayangi Devina sebagai seorang saudara dan tidak pernah lebih dari itu.

"Gak"

"Sekalipun?"

"Hmm"

Ayolah, pertanyaan itu sangat tidak masuk akal.

Dia masih waras, ada banyak wanita di dunia ini dan kenapa dia harus menyukai kembarannya sendiri?

Devano dan Devina itu saudara kembar mereka saling menyayangi, tidak pernah lebih dari itu.

¤¤¤

Seusai pertandingan Devano bergegas pergi ke parkiran karena yakin jika kembarannya itu pasti sudah menunggu disana dan kalau dia lebih lama Devina akan mengomel lalu mengadu kepada orang tua mereka. Hari ini Devano membawa motor, setelah memaksa Daddy nya untuk membelikan motor dengan alasan karena dia sering bermain dan tidak ingin diantar jemput oleh sopir pribadi akhirnya Daffa membelikan sebuah motor untuk anak laki-lakinya.

Saat Devano tengah sibuk dengan ponselnya tanpa sengaja dia menabrak seseorang dan sebuah umpatan masuk ke telinga Devano.

"Sial! Bisa jalan gak sih?!"

Devano mendongak dan mendapati seorang wanita yang menatapnya dengan jengah, wanita yang tidak menyukai Devano.

Adara Alexander

Merasa dia yang bersalah karena berjalan sambil memainkan ponselnya Devano menggumamkan maaf dengan wajah datarnya lalu pergi.

"Maaf"

Adara yang ditinggalkan begitu saja berdecak kesal dan kembali melanjutkan langkahnya, dia tidak suka sekali dengan Devano yang katanya menjadi pujaan para siswi di sekolah mereka.

Kembali pada Devano yang bergegas menghampiri kembarannya, dia mendapati Devina yang tengah bersandar di motornya dengan wajah cemberut.

Dia sengaja meminta Devina untuk menunggu di parkiran dari pada menyusulnya ke belakang lapangan, Devano hanya tidak mau kembarannya itu digoda oleh teman-tenannya.

"Awas Vin"

Menolehkan kepalanya Devina mengerucutkan bibirnya kesal dan memukul pelan pundak kembarannya.

"Lama bangetttt sampe jamuran aku nunggunya." Kesal Devina

"Lebay"

Wajah Devina semakin cemberut ketika mendengar perkataan Devano yang sangat-sangat menyebalkan.

"Jahat banget sih?!"

Devano tak menanggapi dan malah menghidupkan motornya lalu menoleh kesamping.

"Mau pulang enggak?" Tanya Devano

Masih dengan wajah kesalnya Devina menaiki motor dan menyuruh Devano untuk segera melaju agar mereka bisa sampai di rumah.

"Jangan kebut!"

Meskipun Devano tidak pernah melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, tapi Devina selalu mengingatkannya.

Kehidupan mereka memang begitu sederhana untuk sekarang.

Bolehkan Devano mengatakan bahwa dia sangat menyayangi Devina, tapi masih dalam konteks persaudaraan tidak pernah lebih.

Dia hanya menyayangi Devina yang menggemaskan.

Devina yang ketika masih kecil sering ia tangisi bahkan Devano tidak percaya jika orang tuanya bilang alasan dia membuat adiknya menangis adalah alasan yang sangat konyol untuk sekarang.

'Devina cantik kalau lagi nangis'

Devinanya memang selalu cantik dan menggemaskan.

Devina Berlian Wijaya

"Mommy Devano jahatttt sama aku"

Senyuman penuh kemenangan Devina terbentuk ketika dia melihat wajah kesal Devano yang mengurungkan niatnya untuk melempar bantal kepada Devina dan dengan wajah yang mengesalkan Devina memeletkan lidahnya. Dengusan Devano terdengar bersamaan dengan Devina yang berseru kencang sambil berlari keluar kamarnya karena dikejar oleh kembarannya, tadi dia mengganggu Devano ketika sedang bermain game hingga kalah lalu Devano marah.

Jangan salahkan Devina dia melakukan itu karena Devano menolak untuk mengantarnya ke toko buku dan malah sibuk dengan ponselnya, dia akan mengadu pada orang tuanya.

"Mommyyyyy"

Wajah terkejut Fahisa terlihat ketika melihat kedua anaknya yang sedang berlarian dan dia hampir terjungkal ketika Devina berlindung ke belakang tubuh Fahisa sambil memeluknya.

"Kalian ini kenapa lari-lari?" Tanya Fahisa ketika Devano juga berdiri dihadapannya

"Dia yang mulai!" Kata mereka bersamaan

Menghela nafasnya pelan Fahisa menarik tubuh Devina agar berdiri disampingnya.

"Kalian ini sudah besar masih aja bertengkar." Kata Fahisa sambil menggelengkan kepalanya pelan

"Mom, bukan aku, tapi Devina yang mulai dia mengganggu aku tadi." Kata Devano membela diri

"Mommy bukan aku yang salah, tadi Vano mau lempar aku pakai bantal." Kata Devina mengadu

"Kamu duluan yang mulai Vina"

"Kamu!"

"Kamu!"

"Pokoknya Vano yang mulai Mommy! Tadi Vina mau minta antar ke toko buku, tapi Devano malah main game terus mau lempar aku pakai bantal." Kata Devina dengan wajah yang penuh drama membuat Devano berdecak kesal melihatnya

Dia akan kalah kalau Devina sudah melebih-lebihkan.

"Kenapa tidak mau Devano? Kamu ini sudah antar dulu Devina ke toko buku." Kata Fahisa membuat Devina tersenyum penuh kemenangan lalu memeletkan lidahnya

Menghela nafasnya pelan Devano hanya mengangguk patuh membuat Devina langsung bersemangat dan bergegas ke kamarnya untuk ganti baju.

"Ayo Vanooo"

Saat baru ingin menaiki tangga Devano menarik pelan rambut kembarannya lalu berlari ke atas dan mengabaikan seruan kekesalan milik Devina.

"VANO IHH JAHAT!"

Melihat kedua anaknya yang saling kejar-kejaran membuat Fahisa menggelengkan kepalanya pelan karena tingkah laku kedua anaknya. Setelah Sahara menikah hanya Devina dan Devano yang meramaikan suasana rumah bahkan kalau keduanya pergi sekolah Fahisa suka kesepian karena sendirian di rumah.

Kembali pada Devina yang kini membuka pintu kamar kembarannya dengan kencang hingga menimbulkan bunyi seperti dentuman dan membuat Fahisa berseru dari bawah.

"Devina Devano jangan berantem terus!"

Wajah Devina terlihat kesal dan dia menghampiri kembarannya sambil memukul-mukul lengannya dengan penuh kekesalan.

"Jahat banget!"

"Vina lepasin"

Devina tidak perduli dan terus memukul-mukul lengannya dengan gemas.

"Yaudah kita enggak jadi ke toko buku!" Kata Devano membuat Devina berhenti masih dengan wajah cemberutnya

"Maaf"

Devano mengucapkan maaf sambil mengacak rambut Devina dengan gemas.

"Sana ganti baju, jadi enggak?" Tanya Devano lagi

"Jadiiiii"

"Yaudah sana." Kata Devano sambil mendorong dahi Devina ke belakang

Masih dengan wajah cemberutnya Devina berbalik dan pergi ke kamarnya untuk berganti baju.

Hari ini dia berniat untuk membeli beberapa novel ke toko buku lalu berjalan-jalan atau menonton film bersama kembarannya, tapi Devano malah bersikap sangat menyebalkan. Bersiap dengan memakai dress hitam Devina mengikat sedikit rambutnya kebelakang dan tetap membiarkan rambutnya menutupi leher jenjangnya karena Devano tidak pernah mengizinkan dia untuk menguncit seluruh rambutnya kalau mau keluar rumah.

Setelah selesai bersiap Devina mengambil tas dan memasukkan uang serta ponselnya lalu menghampiri Devano ke kamarnya.

"Vanooo udah belumm?" Tanya Devina sambil mengetuk pintu kamarnya

Tak lama setelahnya pintu terbuka dan Devano muncul menggunakan kaos hitam serta celana jeans, tampan sekali.

Seandainya ada yang melihat mereka jalan berdua pasti akan mengira kalau mereka berpacaran padahal mereka ini saudara kembar. Mungkin karena setiap pergi berdua mereka selalu berpegangan tangan dan lagi Devano lebih tinggi dari Devina bahkan bisa dibilang sangat tinggi.

"Beli buku aja kan?" Tanya Devano

"Enggak dong nanti habis beli buku kita makan terus nonton juga." Kata Devina dengan semangat

Menghela nafasnya pelan Devano hanya bisa pasrah ketika kembarannya itu mengamit tangannya lalu mengajak dia untuk segera pergi.

"Mom aku sama Vano mau keluar dulu yaaa?" Seru Devina karena tidak melihat Fahisa yang mungkin sedang di kamar sekarang

"Iya sayang hati-hati di jalan ya? Jangan pulang terlalu sore nanti Daddy marah." Kata Fahisa yang ternyata muncul dari arah dapur

Devina mengacungkan jempolnya lalu melambaikan tangannya membuat Fahisa tertawa dengan tingkahnya, dia salut sekali sama Devano yang selalu menuruti keinginan kembarannya dan tidak pernah marah atau membentak Devina sekali pun.

Dengan penuh semangat Devina memasuki mobil lalu bersama dengan Devano mereka menuju salah satu mall. Sepanjang perjalanan Devina memutar musik dan bergumam menyanyikan lagu yang tengah di putar.

"Vin"

"Emmm"

"Teman aku ada yang suka chat kamu?" Tanya Devano membuat Devina menoleh dan menatapnya

"Ada si Erick, Alex, sama Gara." Kata Devina jujur

"Sering?" Tanya Devano lagi

"Enggak juga sih paling Alex kadang tengah malem suka chat juga." Kata Devina lagi

"Jangan terlalu ditanggepin." Kata Devano

"Ihh kenapa? Aku suka tau sama Alex." Kata Devina

"Jangan"

"Kenapa?" Tanya Devina penasaran

"He have a girlfriend"

Kalimat itu membuat bibir Devina mengerucut sebal, ternyata sudah punya pacar ya?

Tidak heran sih tapi karena Alex memang tampan sama seperti Devano.

"Berarti dia bohong dong sama aku? Padahal dia bilang kalau dia jomblo." Kata Devina

Dalam hati Devano menggerutu, temannya itu masih saja mencoba untuk mendekati kembarannya.

Devano tidak bohong Alex memang sudah memiliki kekasih, Hara namanya dan dia juga pernah meminjam ponselnya lalu melihat betapa banyaknya chat dari wanita.

Playboynya bukan main.

"Kamu baper sama Alex?" Tanya Devano

"Emm enggak juga sih cuman pas tau dia punya pacar jadi kecewa aja, ternyata waktu masih temenan aja dia bohong." Kata Devina sambil tersenyum tipis

"Makanya aku bilang jangan terlalu ditanggapin, i know Alex more than you." Kata Devano yang dijawab dengan anggukan oleh kembarannya

Ayolah, dia belum cinta mati sama Alex hanya suka saja dan kalian pasti pernah merasakan ketika tau kalau orang yang kalian suka ternyata sudah memiliki kekasih.

Tidak sampai galau hanya sedikit sedih saja.

Selain itu dia sama Alex juga hanya sering chat, telpon, dan mengobrol kalau Devina ikut menemani Devano basket, selebihnya mereka hanya sebatas saling sapa.

"Kalau kamu Van? Ada enggak cewek yang kamu suka?" Tanya Devina

"Kepo"

"Ihh licik aku kalau kamu tanya pasti jawab, tapi kalau kamu aku tanya jawabnya gitu terus." Kesal Devina

"Cerewet"

"Vanoooo"

"Hmm"

"Jahat banget sama aku." Keluh Devina

Devano terkekeh pelan dan tetap memilih untuk tidak menanggapi kembarannya.

Setelah menempuh perjalanan selama hampir tiga puluh menit keduanya sampai di salah satu mall dan dengan beriringan merek memasuki area mall, tidak lupa Devano menggenggam tangan kembarannya. Setiap berada di dekat Devano dan Daddy nya Devina merasa sangat aman dan tidak perlu khawatir untuk satu hal apapun.

Tempat pertama yang keduanya datangi adalah toko buku dan senyum manis Devina langsung mengembang lebar dia menarik tangan Devano untuk segera masuk ke dalam. Saat sudah di dalam Devina melepaskan genggaman tangannya dan menuju rak dimana tumpukan novel terbaru tersusun rapi di rak.

Melihat hal itu Devano tersenyum tipis lalu mengikuti Devina dan berdiri disampingnya, dia juga ikut mengambil salah satu buku dan membaca bagian belakangnya.

Keningnya berkerut ketika membaca kalimat-kalimat romantis disana, kenapa orang-orang bisa menulis hal seperti ini?

Lalu Devano menoleh dan melihat Devina yang tanpa dia tau sudah berpindah tempat di rak buku yang lain.

Saat ingin mendekat ponsel Devano di saku berdering dan ketika membuka ternyata pesan dari Alex, pasti mau ngajak sparing lagi.

Alex : Van dimana lo?

Alex : Sini ke tongkrongan sama yang lain juga

Alex : Sent you a photo

Sebelum mengetikkan pesan Devano mengambil gambar Devina dari samping lalu mengirimnya pada Alex dan mengetikkan sebuah kalimat disana.

Lagi nemenin majikan ke mall

Kembali memasukkan ponselnya ke saku Devano menghampiri kembarannya.

"Vano"

Devina menoleh ketika Devano sudah ada disampingnya.

"Hmm"

"Bagusan yang mana? Ini apa ini?" Tanya Devina sambil mengangkat dua novel

Devano yakin itu novel tentang kisah percintaan karena terlihat jelas di cover nya.

"Enggak tau"

Devina mengerucutkan bibirnya kesal lalu menyerahkan keduanya pada Devano.

"Kalau gitu dua-duanya aja." Kata Devina

Tadinya Devano kira sudah selesai, tapi ternyata Devina kembali beralih ke rak yang lain.

"Masih ada lagi?" Tanya Devano yang dijawab dengan anggukan oleh Devina

"Satu lagi tunggu ya? Habis ini kita makan oke?" Kata Devina

Devano bergumam pelan dan menunggu kembarannya hingga selesai, dia heran kenapa bisa lana sekali hanya untuk memilih tiga buku?

Padahal kan Devina tinggal mengambil tiga lalu selesai, tapi Devina sejak tadi sibuk membaca bagian belakang buku dan menaruhnya lagi lalu membaca yang lainnya.

Aneh sekali.

1 : SMA Kencana

Teriknya matahari menemani upacara di SMA Kencana yang membuat para murid menggerutu dan berkali-kali mengelap keringat atau berusaha menutupi sinar dengan tangan mereka yang tentunya sama sekali tidak berguna. Di podium kepala sekolah sedang memberikan amanat yang entah sudah berapa menit berlalu masih belum selesai juga lalu di dekat podium jejeran siswa siswi yang datang terlambat berdiri menghadap ke arah barisan murid lainnya dan harus menahan panas karna matahari yang menyinari mereka secara langsung.

Di barisan paling depan barisan murid teladan yang mengikuti upacara dengan hikmat dan mendengarkan setiap kata yang diucapkan sang kepala sekolah dengan baik. Di tengah barisan murid-murid yang sedikit rajin mulai berbisik-bisik dan menggerutu karena upacara tak kunjung selesai.

Lalu di barisan paling belakang.

Barisan paling legendaris.

Barisan berisi murid-murid pemalas yang selama upacara berlangsung berkali-kali duduk atau mengobrol dan tertawa hingga anak osis harus berkali-kali memberikan peringatan.

"Udah mau setengah jam nih kayaknya bapak kita belum selesai juga ngasih amanatnya." Celetuk Gio salah satu siswa pembuat onar

"Lebay dih Gio." Kata Adyra siswi yang baris disebelahnya

"Rasanya gue mau menyanyikan sebuah lagu agar mereka semua berhenti dan mengerti apa yang kita rasakan." Kata Ziko membuat mereka yang mendengar menoleh dan menatapnya dengan alis bertaut

"Lagu apa tuh?" Tanya Jenni

"Hareudang hareudang hareudang panas panas panas"

Suara tawa terdengar ketika Ziko bernyanyi dengan suara fals nya sambil mengipaskan kedua tangannya ke wajah.

Terlalu banyak yang tertawa hingga membuat mereka yang berbaris di depan sedikit menoleh.

"Maaf Kak jangan berisik ya? Sebentar lagi upacaranya selesai kok." Kata seorang siswi sambil menepuk bahu Ziko pelan

Senyum manis Ziko terbentuk dan bukan menjawab dia malah bercanda.

"Iya Mbak habisnya saya lagi hareudang nih kalau makin lama bisa pingsan saya." Kata Ziko

"Lo pingsan juga gak bakal ada yang nolongin." Kata Gio

Lagi suara tawa terdengar, tapi lebih kecil dari sebelumnya.

"Sekali lagi jangan berisik ya Kak? Nanti kalau berisik saya bawa Kakak ke tengah lapangan dan baris sama mereka yang datang terlambat." Ancamnya

Ziko mengangguk faham, tapi malah menggoda siswi itu setelahnya.

"Bawa ke KUA aja gimana? Biar kita langsung sah sah sah." Kata Ziko dengan wajah yang sangat menyebalkan

Siswi itu menghela nafasnya pelan lalu melangkahkan kakinya menjauh karena malas berurusan dengan Kakak kelasnya yang badung minta ampun.

"Sst Ziko jangan berisik nanti kamu di suruh baris didepan beneran sukurin lo!" Kata Devina yang sedari tadi menyimak dan kini menolehkan kepalanya kebelakang

Devina dan Ziko memang teman dekat bahkan bisa dibilang sahabat baik meskipun teman sekelas mereka ingin kalau dia dan Ziko berpacaran, tapi Devina tidak mau.

Dia kan menyukai Alex.

"Ziko denger gak kupingnya? Habis di kasih tau sama ayang beb." Kata Jenni membuat Ziko tertawa kecil

"Denger lah tuh liat langsung salting dia." Kata Mona

Ziko berdecak kesal lalu kembali menatap Devina dan tersenyum.

"Siap sayang jangan khawatir Kakanda akan menurut sama Adinda." Kata Ziko

Devina menggelengkan kepalanya pelan dan tertawa karena perkataan sahabatnya.

Hanya sebentar karena setelahnya dia kembali menatap ke depan dan meninggalkan Ziko yang terus tersenyum sambil menatapnya dari belakang.

"Awas kesambet Bang." Kata Gio

Ziko hanya tersenyum menanggapinya, seandainya dia dan Devina bisa menjadi sepasang kekasih.

Tapi, tidak masalah meskipun mereka hanya sekedar sahabat karena yang paling penting Ziko bisa menjadi alasan gadis itu tersenyum.

Di barisan kelas lain Devano tak berhentinya menggerutu karena teman-temannya sejak tadi terus mengobrol, menyanyi, dan tertawa dengan suara pelan. Tidak perduli sudah berapa banyak yang menegur mereka tetap berisik, dasar tidak punya kuping.

Devano baris di tengah-tengah antara Alex dan Damian lalu disebelahnya juga ada Adara, salah satu pembuat onar di SMA Kencana.

"Tau kagak lu Dam si Chelsea? Asli cantik banget gue dah liat instagram dia." Kata Alex

Lihat kan?

Bagaimana mungkin Alex mau dia mengizinkannya untuk berpacaran dengan Devina, tidak akan pernah dia izinkan.

"Tau gue Lex emang sih dia cantik banget, tapi udah punya pacar dia." Kata Damian

"Sikat ajalah baru pacar juga." Kata Alex

"Otak lo tuh sikat." Celetuk Devano membuat Damian tertawa senang

"Lu ada dendam apa sih Van sama gue? Ngobrol sini." Kata Alex dengan wajah masamnya

Devano hanya mengangkat bahunya acuh dan tidak menanggapi lagi.

"Btw ini lama bener dah kagak selesai-selesai." Kata Damian yang sudah mulai pegal

"Gak lama gak asik." Kata Alex

Devano menggelengkan kepalanya pelan lalu sedikit melirik ke arah Adara yang terlihat tenang, dia tidak memiliki banyak teman perempuan di kelas.

Terkadang Devano bingung, kenapa wanita itu harus menjadi pembuat onar?

Padahal dia cukup pintar kalau saja mau belajar dengan rajin karena setiap ulangan atau disuruh mengerjakan soal dipapan tulis jawabannya selalu sempurna.

Kembali mengalihkan pandangannya ke depan Devano berusaha untuk tetap fokus dan menunggu hingga upacara pagi ini segera berakhir.

Menit demi menit berlalu dan rangkaian kegiatan upacara pun telah dilakukan hingga selesai. Setelah diperintahkan untuk bubur barisan helaan nafas terdengar dan suara para murid mulai berbaur karena bersama-sama menuju kelas mereka masing-masing.

Kembali pada Devina yang berjalan beriringan bersama teman-temannya menuju kelas sambil mengobrol.

"Malas banget gak sih? Hari ini pelajaran pertama yang ngajar Bu Lani." Kata Cessa

"Malas bangett! Aku ngantuk terus kalau Bu Lani udah mulai ngajar." Kata Devina

Jangan bingung, Devina memang terbiasa menggunakan aku-kamu dan dia selalu berbicara dengan aku-kamu kepada siapapun bahkan tidak jarang orang merasa aneh karena cara bicaranya.

"Duduk sama aku aja makanya beb biar gak ngantuk." Celetuk Ziko

Devina baru ingin menoleh, tapi Ziko sudah berjalan dan memisahkan Devina yang berjalan disebelah Mona hingga membuat wanita itu berdecak kesal. Dirangkulnya bahu Devina membuat beberapa orang yang melihatnya mengatakan 'modus' karena mereka tau kalau Ziko menyimpan rasa dengan sahabatnya.

Sama sekali tidak terganggu Devina hanya tertawa kecil ketika mendengar ucapan Ziko.

"Gak mau aku kena sial terus kalau duduk sama kamu." Kata Devina

"Sial Ko tau gak lu?" Ledek Mona

"Dendam amat sih lu sama gue." Kata Ziko kesal

Mona hanya mengangkat bahunya acuh.

"Kapan kamu kena sial pas duduk sama aku?" Tanya Ziko

Devina menatapnya dengan mata memicing dan membuatnya terlihat menggemaskan dengan ekspresi seperti itu.

"Pernah ya? Waktu aku duduk sama kamu terus kamu sama Gio berisik ketawa-ketawa sampai ditegur guru dan kita bertiga di suruh keluar kelas, padahal aku gak ikutan." Kata Devina mengingat kejadian yang pernah dia alami

Terdiam untuk sesaat Ziko terkekeh ketika mengatakannya lalu meminta maaf pada Devina.

Setelah kejadian itu Devina memang mendiamkannya dan menolak untuk mengajak bicara selama tiga hari.

"Maaf sayang maaf janji enggak lagi." Kata Ziko

"Halah dasar buaya darat." Celetuk Mona dan Cessa bersamaan

Ziko menatap mereka dengan tajam karena terus saja bicara.

"Kenapa sih kalian ini sama gue? Punya dendam ya?" Kata Ziko sambil menatap mereka dengan menantang

"Apa?!" Tanya mereka berdua galak

Saat baru mau memasuki kelas Devina menangkap sosok kembarannya bersama teman-temannya yang tengah duduk di depan kelas.

Kelas mereka memang bersebelahan.

"Vanoooo"

Seruan Devina membuat orang-orang menoleh dan Devano yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan lalu tersenyum kecil dan mengangkat sebelah tangannya.

Tapi, matanya memicing ketika melihat sebuah tangan yang bertengger manis di bahu kembarannya.

Mendongak Devano menatap Ziko yang tengah melihatnya dengan tengil, ternyata pria itu yang merangkul kembarannya.

"Vinaa"

Bukan Devano, tapi Alex yang memanggilnya dan Devina hanya tersenyum manis sambil melihat ke arahnya.

"Nanti temenin Devano latihan lagi ya?" Katanya

Devina mengangguk singkat dan dia sedikit tersentak ketika Ziko memutar tubuhnya dan mengajak untuk segera masuk ke dalam kelas.

Dia kesal karena dia tau kalau pria tadi adalah pria yang disukai Devina.

Memasuki kelas berdua mereka langsung diledeki satu kelas karena Ziko yang masih enggan melepaskan rangkulan tangannya.

Ulangi, meledeki Ziko bukan Devina karena semua tau kalau Ziko ini korban friendzone.

Saat ingin duduk bersama dengan Mona dijauhkan tangan Ziko dari bahunya dan Devina menatap pria itu sebentar lalu tersenyum sebelum pergi ke tempat duduknya.

Seakan terbius dengan kecantikannya Ziko terdiam karena melihat senyuman Devina sedekat itu dan dengan senyuman penuh kebahagiaan dia menuju tempat duduknya sendiri.

Di sisi lain Devano dan yang lainnya masih belum masuk ke kelas karena belum ada guru yang datang, mereka malas berada di kelas karena panas katanya.

"Van"

"Hmm"

"Siapa tuh cowok yang tadi rangkul-rangkul kembaran lo?" Tanya Alex penasaran

Dia penasaran karena Devano terlihat biasa saja coba kalau Alex yang melakukannya udah sakit tuh tangan dia karena ditepis sama Devano yang tidak membolehkannya merangkul Devina.

"Temen"

"Kok lu gak marah? Licik lo Van kalau gue pasti udah digebuk tuh tangan jangankan rangkul gue ngeliatin Vina terus aja udah ditoyor." Kata Alex tak terima

Erick dan Yuda tertawa ketika mendengarnya, kasihan sekali Alex.

Devano hanya mengangkat bahunya acuh, dia membiarkan karena Devina tidak menyukai pria itu dan lagi Ziko juga tidak pernah dekat dengan banyak wanita seperti Alex.

Lagi, Devina selalu mengatakan kalau mereka hanya sahabatan.

"Gue deketin adik lo ya Van?" Kata Alex membuat Devano langsung menatapnya dengan tajam

"Putusin dulu si Hara dan berhenti baperin anak orang baru deketin Devina." Kata Devano dengan wajah datarnya

Wajah Alex langsung masam ketika mendengarnya.

"Enggak bisa kan?" Kata Devano

"Nyebelin lu Van." Kata Alex

Dia menyukai Devina, tapi setiap kali Devano menyuruhnya untuk melakukan hal itu Alex selalu menolak. Entahlah rasanya terlalu sulit untuk dilakukan.

Tapi, jujur setiap melihat Devina bersama pria yang katanya teman baiknya itu membuat Alex kesal dan tidak suka.

Devina itu berbeda dari banyak wanita lainnya dan hal itu berhasil menarik perhatian Alex untuk menatapnya.

Cantik dan menggemaskan.

¤¤¤

Nanti sore atau malem update lagi barengan sama Sahara In Love😄

Tim Devina sama Ziko apa Devina sama Alex?

Thank youu udah baca❤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!