Ini adalah kisah normal anak SMA. Kisah normal anak-anak yang dipandang sebagai
remaja oleh masyarakat. Kisah normal anak-anak yang ingin merasakan menjadi
remaja. Kisah normal, mereka yang salah bertindak dan ingin kembali menjadi
anak-anak lagi. Kisah normal Zachary Zebua di SMA Elizabeth, di kota kecil
bernama Aseline. Pada awal semester kelas 12, seorang murid baru pindah ke SMA
Elizabeth. Marsella Gonzela. Kedatangan nya diikuti sejumlah ‘bencana’ bagi SMA
Elizabeth. Bencana-bencana tidak masuk akal yang membuat Zachary memutuskan untuk
mencari akar dari permasalahan ini. Bukan kebenaran mengeai ‘bencana; itu yang
Zach temukan. Sesuatu yang lebih besar dan mengikat. Suatu kebohongan besar
yang disusun telah mempersatukan murid-murid SMA Elizabeth, dan seluruh pondasi
nya akan ikut jatuh bersamaan dengan kebenaran yang akan segera terungkap.
Siang. Panas. Sesak. Zach sedang duduk dan berpikir di ruangan perpustakaan yang memang tidak
ada ventilasi nya sama sekali. Dia berpikir keras dalam keheningan yang total.
Tidak ada suara sama sekali di perpustakaan. Hanya ada suara kipas angin yang
sama sekali tidak membantu. Suara nya menyebalkan, tapi Zach terus terdiam, dan
tenggelam dalam pikirannya sendiri. Siapa itu Marsella Gonzela?
Keringat demi keringat jatuh dari kening Zach. Tumpah ke meja kayu berkali-kali. Zach
yang akhirnya kesal, mulai melepas seragam nya. Sekarang dia tidak menggunakan
baju. Dan seluruh anak di perpustakaan tidak memberikan setitik peduli. Sudah
hal biasa ini terjadi di Perpustakaan Lama. Pihak sekolah sudah membangun yang
baru, tapi masih banyak anak yang memilih perpustakaan ini. Dan banyak juga
anak kelas 12 yang ke sini. Mereka menyebut nya sebagai ‘Sauna Elizabeth ’.
Sudah pemandangan lazim pula jika Zachary Zebua datang ke sini tanpa baju. Dan
berlaku juga bagi teman-teman nya. Mereka adalah atlet-atlet SMA Elizabeth .
Zach adalah atlet tenis, dan satu-satu nya pria di klub tenis. Kalau bukan
karena taruhan yang ia buat 2 tahun yang lalu, maka ia tidak akan pernah ikut
klub tenis. Dan juga mungkin, tidak akan pernah mendapat Beasiswa menuju
Barcelona.
Beragam skenario sedang bermain di kepala Zach yang basah dan lengket. Mulai dari
sesuatu yang memang tidak bisa dijelaskan, sampai sama sekali tidak masuk di
akal sehat manusia, dan remaja pada umum nya. Tiga bulan sejak semester 1 kelas
12 dimulai, dan juga tiga bulan sejak masuk nya Marsella Gonzela ke SMA Elizabeth
. Juga, tiga bulan sudah sejak insiden bertubi-tubi menghantam SMA Elizabeth .
Salah satu nya yang paling tidak masuk akal adalah, selalu terjadi nya
perampokan setiap akhir pekan di ruang kepala sekolah dan ruang arsip sekolah.
Lalu, yang paling membuat Zach panik adalah saat guru penjas dituduh
menggunakan narkoba, dan ditangkap. Zach kenal betul siapa itu Pak Ulu. Dan dia
berani bertaruh atas seluruh keringat di tubuh nya, Pak Ulu tidak bersalah, dan
ini adalah tuduhan.
Tumpukan buku tahunan dan buku sejarah SMA Elizabeth menumpuk di meja nya. Namun, serangan dari
udara musim kemarau yang terasa seperti panas nya iblis membuat Zach tidak mau
bergerak. Jantung nya masih berdebar kencang, dan keringat tidak henti-henti
nya keluar dari pori-pori kulit nya. Sungguh, ia benar-benar ingin keluar dan
melompat masuk ke dalam kolam.
“Halo?Kau baik-baik saja?” Itu adalah sahutan dari Andrew Edden. Sahabat Zach dan
atlet renang Elizabeth . Andrew mendorong tubuh Zach. Zach hampir saja oleng ke
lantai. Kedua tangan Zach berhasil menahan bobot tubuh nya. “Aku tidak tau
panas bisa membuat orang jadi tampak menyedihkan.”
“Diamlah Andrew.” Zach mengambil kemeja nya yang sudah tidak beraturan, dan mengelap
wajah nya. Dia lalu mengambil dasi nya dan mengikatkan nya di kening nya, layak
nya sebuah bandana. Tangan nya meraih ke buku yang bertuliskan BUKU TAHUNAN 2017/2018.
Andrew terus memperhatikan Zach dengan serius. Kedua nya terlihat bingung. Andrew yang
bingung akan apa yang diperbuat teman nya, dan Zach yang bingung harus mulai
dari mana dan bagaimana bisa ruangan ini sungguh panas. Andrew menampar-nampar
pipi Zach berkali-kali. “Halo? Sebenarnya apa yang kita lakukan di sini dengan
buku tahunan tahun lalu?”
Zach mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah nya. Lalu, dengan sangat gesit
menusuk samping perut Andrew. Andrew tidak bisa menahan gejolak untuk tertawa.
Tertawa nya sungguh kencang. Dan lagi, seluruh anak di perpustakaan tidak heran
dan mau peduli. Sudah hal yang lagi, normal. Bagi Zach dan Andrew untuk seperti
ini. Zach dan Andrew pun pernah berlari telanjang di sepanjang perpustakaan
karena tantangan bodoh. Tidak ada murid yang berani berbicara dengan Andrew.
Andrew Edden adalah anak yang galak, dan terlihat terkadang suka menindas murid
lain. Walau begitu, Andrew bersifat dan berperilaku berbeda ketika bersama
teman-teman nya.
“Lebih tepatnya, sebenarnya apa yang KAU lakukan di sini? Andrew.” Zach mulai membuka
buku dengan cepat. Pupil mata nya bergerak dengan cepat dari kiri ke kanan. Dia
berusaha mencari siapa pun itu, yang memiliki nama belakang Gonzela. Tapi
sedikit yang Zach ketahui, bahwa SMA Elizabeth tidak pernah memiliki satu pun murid dengan
nama belakang Gonzela. Bahwa, hanya Marsella lah, satu-satu nya gadis baru di
kota, dan gadis baru di kelas dengan nama belakang Gonzela.
Sekarang seluruh tubuh Zach bagaikan orang yang sehabis mandi keluar rumah, tanpa
mengeringkan tubuh nya dulu. Lalu menghabiskan waktu nya dengan mengurung diri
nya di sauna selama berjam-jam. Itulah bagaimana tubuh Zach terlihat sekarang.
“Kau mau berenang Edden?”
“Aku menunggu ajakan mu dari tadi loh, Zebua!” Andrew menarik tubuh Zach dengan
kuat, dan langsung menarik nya berlari. Zach belum sempat mengambil kemeja nya
yang masih tergeletak bersama dengan buku-buku yang belum disentuh nya. Andrew
berlari dengan kencang, walau dengan sangat jelas terdapat tulisan di dinding untuk
tidak berlari-lari di koridor. Sebelum sampai di kolam, Andrew melepaskan
tangan Zach. Berjalan mundur, melepaskan baju nya, celana nya, celana dalam
nya. Dan melemparkan ketiga nya di entah-di-mana.
“ASTAGA, AKHIRNYA!” Andrew melemparkan diri nya ke dalam kolam. Air nya mengenai tubuh
Zach bahkan sebelum dia bisa masuk ke dalam kolam. Seluruh dingin nya air kolam
merasuki tubuh Zach. Seperti layaknya orang kerasukan, tapi kali ini Zach
sedang kerasukan rasa panas berlebih. Dia melepaskan celana dan celana dalam
nya, lalu melompat ke kolam.
“Ah... rasanya kepala ku bisa berpikir lebih baik.” Jika kulit manusia bisa
mengeluarkan asap, maka ruangan ini akan dipenuhi asap yang keluar dari kulit
Zach yang panas saat terkena air kolam yang dingin. Andrew berenang ke sana dan
kemari. Dan Zach diam, dan mengapung di tengah-tengah kolam. Dia paling suka
mengapung. Seluruh masalah nya terasa bisa ditinggalkan nya sementara. Dan diri
nya, hanya mengapung, mengikuti gerakan air.
Saat ini hanya ada suara percikan air dari gerakan tangan Andrew di air. Zach
menutup mata nya, dan lalu menjatuhkan diri nya ke dalam, dan semakin dalam ke
dasar kolam. Dia merilekskan tubuh nya. Saat ini, dia benar-benar terlihat
bagai orang yang sedang tenggelam. Andrew yang ingin berbicara betapa kolam
lebih baik ketimbang perpustakaan kaget. Sebelum dia sempat membuka mulut nya,
sahabat nya sudah tidak ada di kolam. Dan betapa beruntung nya Andrew, dia
melihat tubuh Zach yang berada di dasar kolam, dengan kedua tangan nya yang seperti
terangkat ke atas.
“Oh tidak lagi!” Andrew segera berenang ke bawah, dan menarik tubuh Zach ke lantai.
“Astaga, Zachary Zebua! Aku tidak tau ini sudah keberapa kali nya kau begini!”
Zach membuka mata nya perlahan dan tersenyum, lalu diikuti dengan ketawa puas yang
sungguh, amat kencang. “Jeez,
tenanglah Andrew. Aku hanya berusaha rileks.”
Andrew membantu Zach berdiri. Tanpa mengeringkan tubuh mereka, mereka langsung
menggunakan seragam mereka. Kemeja dan celana putih Andrew langsung menempel
dan mencetak bentuk tubuh nya. Sementara itu, Zach menepuk jidat nya. “Aku
merasa bodoh. Aku lupa kemeja ku ada di atas. Aku akan mengambil nya, kau
tunggu di sini.”
Zach berjalan dengan cepat, tapi tidak sedang berlari. Seraya ia berjalan di lorong,
banyak pula tetes-tetesan air yang membentuk jejak mengikuti nya di lorong.
Masih ada beberapa kelas IPA yang masih belajar. Dan sepanjang Zach berjalan di
lorong, seluruh dari isi kelas itu memperhatikan Zach. Basah, dan tidak
menggunakan baju. “Jika itu bukan Zach si Zina, siapa lagi?,” ucap salah satu
gadis dari kelas IPA.
Ku rasa aku lupa menceritakan jika Zachary Zebua pernah dituduh berzina dengan
gadis dari kelas 12 IPS. Tentu tidak ada yang tau itu benar atau tidak. Versi
kedua dari cerita itu adalah, seseorang dari kelas 12 IPS tidak suka terhadap
kedekatan Zach dengan gadis tersebut, sehingga keajabian terjadi. Dan foto
editan itu meluncur di atmosfer SMA Bearis. Berita baik nya, tidak terjadi
apa-apa pada Zach dan gadis itu. Hanya saja, reputasi Zach sedikit rusak. Dan
bagi anak IPA, dia bukan lagi Zachary Zebua, tapi dia adalah Zach si Zina.
Langkah Zach terhenti, ketika ia melihat Marsella. Seketika dia langsung
mengintip-ngintip melalui tembok. Marsella adalah anak 11 IPS, aneh rasanya
bagi anak IPS untuk belum pulang. Zach berpikir jika mungkin Marsella sedang
melakukan apa yang selama ini Zach duga. “Sedang apa kau mengintip Sella?”
Muncul seorang pria yang juga bersembunyi di tembok seperti Zach. Dia tinggi
dan rambut nya benar-benar pendek. “Tunggu, Sella? Maksud ku, apa yang JUGA kau
lakukan di sini?,” tanya Zach sambil berbisik yang dengan nada teriak.
“Ku rasa jawaban kita sama. Kau sedang menyelidiki ‘bencana’ yang terjadi di sini
bukan? Semua orang membicarakan nya, tapi tidak ada yang mau bertintak. Hayden Haranta.
Panggil aku Hayden.” Zach tidak bisa fokus pada apa yang ia ucapkan. Zach hanya
bisa mengingat soal siapa namanya, dan sisa nya, Zach hanya terfokus pada noda
tinta hitam yang tersebar dari celana hingga kemeja putih nya. Dari bau nya itu
adalah tinta spidol. Bagaimana Zach tau? Dia adalah orang yang selalu
ditugaskan mengisi tinta spidol kelas.
“Zachary Zebua, atau Zachary si Zina.” Zach mengintip dengan cepat, dan begitu ia sadar
Marsella sudah tidak ada, dia bergerak dengan cepat. Lagi, dia tidak berlari,
hanya berjalan dengan sungguh cepat. “Aku tau siapa kau, Zach. Dan ku rasa,
kita bisa bekerja sama?,” tanya Hayden yang juga mengikuti Zach dari belakang. “Ya,
ku rasa. Setelah kita tau kemana gadis ini pergi.” Hayden hanya mengangguk di
belakang, dan mengikuti apa yang dilakukan Zach.
Marsella menghilang. Atau, itulah yang bisa disimpulkan Zach karena tidak bisa menemukan
keberadaan Marsella. Zach menepuk jidat nya lagi, salah satu kebiasaan yang
tidak bisa ia hilangkan sejak kecil. Hayden menepuk bahu Zach, dan
menggeleng-gelengkan kepala nya, lalu tersenyum sambil menengok ke arah Zach.
“Kau tau? Kita butuh usaha ekstra untuk memecahkan misteri ini. Kita bisa
bicarakan itu di rumah mu, bung? Dan ngomong-ngomong, di mana baju mu? Tidak,
tidak. Aku bukan nya iri dengan tubuh mu yang sempurna, tapi tidakkah kau
merasa dingin?”
Zach sedikit bingung. Bingung yang pertama adalah kenapa Hayden selalu mengakhiri
kalimat nya dengan nada orang yang bertanya. Lalu, kenapa dia lupa lagi akan
tujuan utama nya, bahwa Zach hanya berniat mengambil seragam nya di
perpustakaan. Dan lalu, kenapa tiba-tiba orang yang tidak dikenal ini menjadi
sangat akrab!?. Suatu ingatan yang seharusnya diingat Zach dari tadi melewati
otak nya dengan cepat, hingga rasanya dia baru saja tersengat listrik. Zach
menepuk jidat nya lagi. “Aku lupa mengabari Andrew.” Buru-buru Zach mengambil
hp nya dan mengirim pesan ke Andrew untuk menyuruhnya pulang duluan. Lalu Zach
berlari menuju perpustakaan sebelum perpustakaan ditutup, atau ia akan pulang
tanpa baju.
Pintu perpustakaan telah ditutup. Dan rasanya sekarang Zach sangat ingin meninju
pintu kayu lemah perpustakaan ini sampai terbuka. “Kau tau Hayden? Mari kita ke
rumah mu. Tas, kunci, dan semua barang ku ada di dalam, termasuk kemeja ku.”
Hayden tersenyum bersemangat. Dia menepuk-nepuk bahu Zach lagi. “Biarkan aku yang
memimpin.”
Jam lima sore. Namun matahari masih
bersinar terik. Malah terlalu terik, hingga rasanya Zach benar-benar ingin
sampai ke rumah Hayden dengan cepat. Tidak banyak orang yang memperhatikan Zach.
Dari celana putih yang ia pakai, orang-orang sudah cepat tau jika dia adalah
anak SMA Elizabeth, dan lagi pasti dia adalah salah satu atlet Elizabeth. SMA
Elizabeth punya reputasi besar di Aseline. Sekolah swasta terbaik, dengan
murid-murid brengsek. “Apakah kita masih jauh?,” tanya Zach yang kira-kira sudah
berjalan selama 30 menit. “Tidak. Maaf, tadi pagi aku tidak membawa motor.
Ngomong-ngomong bagaimana dengan mu besok? Maksud ku, jika kunci rumah mu ada
di perpustakaan maka itu artinya kau tidak bisa masuk ke rumah. Itu lagi
artinya jika kau tidak bisa menyiapkan buku-buku mu besok.”
Satu hal yang disadari Zach selama pembicaraan ini berlangsung adalah Hayden adalah
orang yang suka berbicara, dan Hayden terlihat begitu tertarik pada Zach. Zach
bukan orang yang suka berbicara, tapi dia suka jika ada orang yang berisik di
sekitarnya, tentunya selain Andrew. “Aku mengartikan ini sebagai tawaran
menginap.” Hayden menepuk bahu Zach, lagi. “Tentu saja.” Zach membalas menepuk
bahu Hayden. “Ku rasa kita teman sekarang.”
Begitu pintu rumah Hayden terbuka, rasanya ada beragam bau yang keluar dari rumah nya.
Zach berusaha untuk tidak membuat muka konyol nya, atau menyentuh hidung nya
untuk reflek. Terdapat sebuah pohon besar yang miring ke samping kanan. Tidak
ada buah atau apa pun dari daun-daun nya. Beberapa detik setelah bau keluar
dari rumah Hayden, keluar sebuah anjing husky yang sungguh besar, dan langsung
memeluk Zach. Mungkin sepinggang Hayden besar nya. Zach tidak tahan dengan
wangi bulu-bulu anjing itu. Dia terus-terusan tersenyum, bahkan ketika saat
anjing nya sudah tidak memeluk Zach lagi.
“Katakan hai pada Erza.” Hayden mengulurkan kaki Erza ke Zach. Dengan cepat, namun
lembut, Zach menjabat kaki Erza dan menggoyang-goyangkan nya seperti sedang
berjabat tangan sungguhan. “Salam. Aku Zach, panggil aku Zachy, Erza lucu.”
Seketika Zach merasa jika ia ingin pulang, menghubungi mama nya dan meminta
untuk adopsi anjing secepat nya. Sayangnya mama Zach benci binatang. Dan hal
itu tidak akan pernah bisa berubah, apalagi sejak kejadian puluhan kucing yang menjadikan
atap rumah Zach sebagai sarang.
Hayden langsung naik ke lantai dua. Saat Zach melihat tangga kayu yang mungkin tidak
akan pernah ditemukan lagi di rumah-rumah jaman sekarang, Zach kaget. Takut
akan ketinggian dan takut akan jatuh dari tangga membuat nya diam sebentar, dan
berusaha agar tidak terlihat seperti pengecut di hadapan teman baru nya. “Halo,
Zachy kenapa kau diam?” Zach berusaha melangkah, namun langkah nya di tangga
membuat nya sekarang terlihat takut. Dia naik satu anak tangga, dengan sangat
pelan. Tangga nya terbuat dari kayu, dengan tempat tapak kaki yang sangat
kecil. Wajar bagi Zach untuk merasa canggung saat naik, malahan, tangga di
rumah Hayden adalah salah satu hal yang tidak disukai banyak orang dari rumah
nya. Sekarang, Zach masuk ke dalam daftar orang yang benci tangga rumah Hayden.
“Aku sumpah demi apa pun, kau punya tangga terburuk di seluruh penjuru kota,
Hayden.” Zach menggeser pintu kamar Hayden. Kamar nya terlihat berantakan,
namun terlihat nyaman. Seprai putih nya terlihat menumpuk di kasur nya,
menumpuk meninggi ke atas, sehingga ranjang terlihat sangat tinggi. Ada banyak
poster penyanyi yang tidak dikenal Zach. Tapi yang jelas, terdapat Jessica
Lange yang berpenampilan sebagai David Bowie di American Horror Story. “Aku
tidak tau kau suka AHS,” ucap Zach terkagum-kagum. Dan saat Zach mendekat ke
poster nya, ia sadar terdapat tanda tangan Jessica Lange
“Bagaimana bisa kau mendapat tanda tangan nya!?,” teriak dan tanya Zach dengan sangat
girang. “Tunggu, sepertinya pertanyaan yang benar adalah bagaimana bisa kau tau
Jessica Lange? Aku mendapat nya saat aku menemui Jessica Lange di Comic Con San
Diego 2015.”
Zach menjatuhkan diri nya di kasur Hayden yang ternyata benar-benar empuk. Tubuh nya
langsung merosot kebawah. Seluruh kasur nya terasa seperti sebuah pasir hisap
yang benar-benar nyaman, sehingga kau akan rela terhisap oleh pasir hisap. “Kau
terbang ke San Diego? Untuk Jessica Lange?” Hayden menyalakan konsol PS4, lalu
melempar dua kontroler ke samping Zach. Lalu memutuskan untuk juga menjatuhkan
diri nya ke kasur. “Si. Jika kau
sadar, orang tua ku tidak ada di rumah. Mereka berdua tinggal di San Diego, dan
aku tinggal bersama kakak ku.” Zach mengambil kontroler PS4 nya dan menunggu
tindakan selanjut nya dari Hayden. Sedikit bocoran, Zach tidak pernah bermain
PS4, dan dalam hati nya dia sangat girang, tapi tentu ia tidak menunjukan nya
dengan berlebih.
“Kau tau? Jika kau merasa sepi atau apa pun itu, kau bisa meminta ku ke sini atau
kau yang ke rumah ku, Hayden. Dan aku pernah tinggal di Madrid selama 3 tahun,
jadi jangan kaget lagi soal bahasa yang mendadak berubah itu.” Momen terjarang
yang bisa terjadi di Kota Aseline adalah Zachary Zebua yang mengekspresikan
simpati nya duluan. Zach adalah introver, dan Andrew adalah salah satu
ekstrover yang mengajak Zach berbicara duluan. Hayden tertawa kecil, dan
sedikit berusaha menutup tawa nya yang terlihat bahagia, tapi entah bagaimana
mengungkap kan nya. “Aku sangat tersanjung loh Zach. Kau mau bocoran mengenai
hidup ku? Kau adalah salah satu nya teman yang ku punya.” Kalimat yang
dilontarkan Hayden membuat Zach merasa sedikit sedih, dan merubah total suasana
ruangan menjadi suram-suram-sedih.
Zach dengan cepat berdiri, dan dari belakang berusaha menegakkan tubuh Hayden. Lalu
memberi nya kontroler. “Baiklah, mari kita singkirkan suasana suram-sedih ini,
dan soal bocoran hidup mu Hay, aku tidak peduli. Setidaknya kau punya teman dan
itu bagus. Lagi pula asal kau tau saja, aku juga hanya punya satu teman sebelum
aku bertemu dengan mu.”
Hayden hanya mengikuti apa kata Zach.
Mereka memainkan permainan Trine 3. Zach sebagai penyihir Amadeus dan Hayden
sebagai Zoya sang pemanah. Tidak ada yang bisa mengatakan jika Hayden tidak
bahagia dan sedih sore itu. Mendapatkan teman hanya karena pertemuan tidak
sengaja di lorong sekolah saat membuntui gadis misterius kelas? Suatu
pengalaman yang sedikit aneh jika dipikir lagi.
Zach seketika lupa akan tujuannya berada
di perpustakaan hari ini. Atau mungkin kata yang lebih tepat mendeskripsikan
isi kepala Zach adalah, jika dia berusaha untuk lepas dari beban pikiran itu.
Bermain PS4 mungkin akan membantu nya. Bertemu dan bermain dengan Hayden
mungkin juga akan membantu nya. Zach akan berusaha dan melakukan apa pun, agar
hari ini bisa lepas dari belunggu itu. Dia tidak tau bagaimana, dan dia takut
jika apa yang sedang ia perjuangkan ini hanya menjadi sia-sia, dan sebuah
tindakan yang membuang-buang waktu.
Saat Pak Ulu, guru penjas ditangkap karena
dia dituduh menggunakan narkoba di area sekolah, Zach tau keadaan hanya akan
menjadi buruk bagi diri nya dan keluarga nya. Kakak Zach, Ros Zebua, adalah
guru geografi di sekolah nya. Mereka bahkan bisa dibilang beruntung bisa
bertahan dengan kondisi keuangan mereka untuk tinggal di Kota Aseline. Zach
takut, jika Ros akan menjadi korban dari bencana dan tuduhan di sekolah. Zach
juga sudah berjanji pada diri nya, untuk menemukan dalang di balik semua ini
sebelum mengenai kakak nya.
“Apa yang kau pikirkan?,” tanya Hayden
yang memutar badan nya 180 derajat, sehingga kepala nya menghadap ke
langit-langit kamar.
“Aku memikirkan bagaimana caranya untuk
mengungkap kebenaran soal Marsella.” Zach mem-pause game nya, dan lalu merebahkan kepala nya di bantal tumpuk tiga.
“Clara Mara, kau tau dia? Dia sering
berjalan dan berbicara dengan Marsella. Jika kau bisa dekati dia dan mengajak
nya berbicara, kau tau.” Hayden sekarang dalam posisi duduk di ranjang. Dia
memegang kuat tangan Zach, dan menarik nya dengan kuat agar Zach bisa duduk
juga. Hayden memegang tangan Zach dengan posisi seperti sedang panco. Saat
Hayden memegang tangan nya dengan kuat, Zach juga berusaha menguatkan tangan
nya. Dan karena itu, Zach sekarang duduk dalam posisi yang benar-benar tegang.
“Lihat? Kau tidak sendiri. Kita lakukan ini bersama, dan kita akhiri drama
sekolah ini bersama. Kau mengerti Zachy?”
Hayden melepas genggaman tangan nya dan
mendorong tubuh Hayden kebawah. Saat tubuh Hayden hampir jatuh dari kasur,
dengan cepat Zach memegang tangan nya dengan kuat lagi, menahan bobot nya agar
tidak jatuh. “Dan jika salah satu dari kita jatuh, kau atau pun aku, aku akan
ada di sana untuk menolong mu agar tidak jatuh, Hayden.” Hayden tersenyum. Dia
melepas genggaman tangan Zach, dan memeluk nya. “Genggaman panco itu bisa
menjadi jabat tangan kita, kau tau?,” ucap nya setelah melepas pelukannya.
“Dan, pelukan tanpa baju tidak bisa
menjadi pelukan kita, Hayden.” Zach tertawa saat mengucapkan nya. Entah dia
sedang serius atau tidak, tapi jika kita menjadikan kedekatan sebagai pengukur
hubungan antara Andrew dan Hayden. Maka jelas, Zach tidak pernah sedekat ini
dengan Andrew.
Zach menghabiskan waktu yang lama di kamar
mandi Hayden. Mandi, bercukur dengan pisau cukur yang diberi oleh Hayden, dan
menatap kaca kamar mandi dengan waktu yang lama. Kira-kira ada 30 menit Zach
berdiri diam di pancuran air panas. Rasanya nyaman. Dan rasanya Zach ingin
sendirian malam ini. Selagi berdiam di pancuran, Zach berusaha mencari-cari
alasan yang bagus untuk bisa pergi berjalan ke mana saja, yang penting bisa
sendirian. Tapi lalu, dia juga ingin tinggal. Hayden adalah anak yang baik, dan
entah bagaimana dia bisa membuat orang seperti Zach merasa nyaman.
“Brengsek. Aku merasa sangat bahagia dan
juga kesepian malam ini.” Zach mendongkakkan kepala nya hingga tepat dibawah
pancuran. Seluruh air dari pancuran jatuh tepat di wajah, sehingga tidak ada
satu pun air yang mengenai tubuh Zach. Zach membekam wajah nya dengan kedua
telapak tangan nya.
Begitu keluar dari kamar mandi, Hayden
sudah menunggu di pintu. Tangan Hayden menyodorkan sekotak rokok. Zach terdiam,
menunggu hingga Hayden setidaknya melontarkan kalimat yang menjelaskan tindakan
nya. Hayden terus menggoyang-goyangkan kotak rokok nya, hingga Zach memutuskan
untuk mengambil satu. Hayden menggeluarkan pematik dari kantung celana nya, dan
menyalakan rokok Zach yang sudah tertanam di mulut.
“Terima kasih. Bagaimana bis--.”
“Wajah dan lama mu mengatakan semua nya
Zachy. Lagi pula teman selalu tau jika teman membutuhkan bantuan. Itulah guna
nya kau menginap di sini, selain karena seragam mu yang tertinggal di
perpustakaan.” Hayden membuka pintu loteng rumah nya. Dia lalu menaiki tangga
menuju genteng rumah. Zach mengikuti nya dari belakang. Hayden lalu duduk di
genteng. Dari atas bisa terlihat segala nya. Gedung SMA Elizabeth, anak-anak
yang sedang mendatangi pedagang pecel, dan ratusan lampu cahaya motor dan mobil
di jalan yang jarak nya jauh dari genteng tempat mereka berdiri.
“Aku malas sekolah besok.” Hayden
mengambil batang rokok dari kantung celana nya dan mulai menghisap nya. Asap
nya melayang-layang ke atas, lalu hilang bercampur dengan langit malam.
“Aku harus masuk. Aku butuh nilai-nilai
itu untuk universitas, lalu, soal Clara Mara.” Zach menjatuhkan rokok nya, lalu
menginjak-injak nya sampai tidak terlihat ada api yang menyala. Kali ini, asap
nya tidak sempat bercampur dengan langit malam.
Sunyi. Tidak ada yang mau membuka suara, atau mungkin, dia yang tidak mau membuka
suara? Gadis itu masih bisa tersenyum lebar. Bersikap tenang, padahal sekujur
tubuh nya sudah merasakan kengerian yang luar biasa. Pertama kali nya ke kantor
polisi, dan pertama kali nya juga mempertaruhkan hubungan keluarga. Walau
begitu, semua sudah sesuai dengan rencana. Dia hanya perlu bersikap tenang, dan
sisa nya sudah diurus oleh yang lain.
“Ku mohon kerja sama nya. Apakah kau yakin, jika dia adalah pelaku nya? Atas semua
bukti yang kau berikan ini, kau mau meyakinkan kami jika dia adalah orang yang
kami cari? Karena menurut data-data kami, anda adalah teman nya. Serta,
keluarga kalian saling bersahabat.” Salah satu petugas polisi terus menerus
mengulangi kalimat itu. Dia hampir saja jenuh, dan semakin lama kengerian nya
pun bisa hilang.
“Tugas anda adalah menangkap sang pelaku. Aku hanya melakukan apa yang ku rasa benar.
Sebagai warga negara yang baik. Bahwa Fernando Germanotta adalah pelaku dibalik
semua ini.”
“Apa hubungan mu dengan Fernando Germanotta?,” pertanyaan itu terdengar pertanyaan biasa. Tapi
bagi nya ini adalah pertanyaan yang menjebak. ‘Siapa yang memberi tau
kepolisian?’ benak itu terus berputar-putar di kepala nya. Dia tidak menjawab
pertanyaan itu. Dia diam selama beberapa detik, menanti dan memilih petugas
untuk mengajukan pertanyaan selanjut nya. Dia sadar jika petugas terus melihat
mata nya.
“Dia hanya pelanggan kakak ku, tidak lebih dari itu petugas.” Jelas sebuah kebohongan.
Sang petugas tau itu. Hayden Haranta menyimpan kebohongan yang lebih. Berbohong
kepada petugas polisi bukanlah hal bijak, apalagi jika dalam posisi interogasi.
Petugas polisi membiarkan hal itu. Dia hanya menuliskan fakta jika Hayden
berbohong mengenai hubungan nya dengan Fernando Germanotta. Fakta bahwa Hayden
berbohong, membuat nya masuk ke dalam tersangka utama dalam kasus ini.
“Kalau begitu, apa yang terjadi pada malam itu Hayden? Kami tau kau berada pada malam kejadian.
Malah, kami tau jika semua dari daftar tersangka ada pada lokasi kejadian malam
itu. Ceritakan versi mu Hayden.” Hayden merasa tercekik. Seperti orang asma
yang kurang oksigen. Tapi, Hayden tidak punya asma, dan oksigen sedang tidak
habis di ruangan interogasi. Petugas tau jika Hayden menyembunyikan sesuatu.
Muka nya terlihat takut dan panik. Dan petugas tau jika hanya butuh beberapa
kalimat, dan kasus melelahkan ini akan segera selesai. Bagi Hayden, kasus ini
jauh dari kata selesai. Pelaku utama nya masih berkeliaran, dan tidak akan
pernah bisa tertangkap pihak kepolisian. Hayden menggigit bibir bawah nya. Dan
tidak melepas nya, sampai dia membuka mulut.
“Aku butuh pengacara. Aku punya hak untuk diam. Kau tidak bisa memaksa ku berbicara
petugas,” ucap Hayden dengan tenang. Seperti semua kepanikan dan ketakutan yang
tadi ia rasakan lenyap. Dia hanya menghirup banyak udara, dan mengucapkan
kalimat itu.
“Kami mengerti. Terima kasih Hayden.”
Hari Rabu seharusnya menjadi hari di mana semua murid
menggunakan seragam pramuka. Lalu, muncul Zach yang menggunakan batik hitam
dengan celana panjang hitam. Tidak membawa tas. Jika ada murid yang tidak
mengenal Zach, maka bisa dipastikan jika orang akan mengira dia sedang melayat
di sekolah. Perpustakaan sekolah dibuka pada jam 4 pagi, dan seharusnya Zach
datang mengambil semua nya jam 4. Namun, dia bahkan tidak bisa bangun jam 6.
Mereka berdua baru bangun 10 menit yang lalu. Dengan Hayden dan Zach yang
sekarang memegang kotak makan mereka masing-masing sambil berjalan menuju
gerbang sekolah.
“Ola, Andrew.” Zach menjepit hp nya dengan kepala dan bahu nya sambil makan. Andrew
menelpon, dan patut diketahui Andrew adalah tipe orang yang tidak menggunakan
hp nya di pagi hari. Jika Andrew menelpon Zach sekarang, maka itu pasti urusan
yang penting.
“Bisa kau bawakan semua nya kepada ku? Aku sedang
berjalan menuju halaman sekolah. Ah, baiklah. Hayden! Bisa kau ambil hp ku dari
bahu ku?,” teriak Zach yang masih menjepit hp nya. Gerakan tangan nya yang
terus menyendok nasi kuning semakin cepat, saat jarak nya dengan kelas semakin
dekat.
Hayden mengambil hp Zach dan memasukan nya ke kantung
celana Zach. Mereka berdua berpisah saat sampai di ruang kelas Zach. Seketika,
Zach baru sadar jika dia tidak tau Hayden kelas berapa dan di mana kelas nya.
Begitu menengok ke arah Hayden pergi, Hayden sudah tidak terlihat lagi. Zach
bahkan lupa meminta nomor Hayden. Dia menepuk jidat nya. Dan Andrew yang sedang
bersandar di bingkai pintu hanya bisa bingung.
Andrew menyerahkan tas, dan juga kemeja Zach. “Ini
pagi yang aneh. Ngomong-ngomong siapa dia?.” Zach langsung memikul ransel nya.
Berat nya tidak bisa dideskripsikan. Ada kira-kira 6 buku tebal dari pelajaran
yang berbeda, tidak termasuk 2 buku besar. Dia menggulung-gulung kemeja nya di
pergelangan tangan nya. “Hayden Haranta, teman baru ku, dan ku rasa akan jadi
teman baru mu. Kau tau dia dari kelas mana?,” tanya Zach sambil masuk ke dalam
kelas yang masih setengah terisi. “12 IPS KHUSUS. Kau tau kelas yang isi nya
anak-anak beasiswa yang super-super pintar?”
Zach tidak pernah dengar apa pun soal kelas itu,
maupun kumpulan anak-anak beasiswa yang super-super pintar. Dia juga pemegang
beasiswa, tapi Zach merasa sekarang dia tidak sepintar itu. Zach tidak sadar
betapa banyak yang ia tidak ketahui soal Hayden. Padahal mereka berdua sudah
menghabiskan waktu banyak, dalam banyak, menurut Zach semalam sudah banyak. Dan
Zach merasa sudah dekat dengan Hayden. Tapi, tidak ada satu hal pun yang Zach
ketahui. Hayden masih terasa misterius bagi Zach.
Tiga jam bukan waktu yang lama bagi Zach untuk
dilewati. Tapi, barusan adalah tiga jam pelajaran Matematika. Zach memandang
anak-anak kelas nya kebanyakan sebagai munafik. Mereka suka meminta jawaban dan
meminta tolong dalam hal pelajaran pada Zach, tapi Zach sering kali mendapati
mereka berbicara mengenai Zach di belakang. Zach hanya benar-benar tidak peduli
jika yang meminta adalah Andrew. Dan Zach tidak terlalu peduli pada mereka.
Hanya satu tahun lagi menuju kelulusan, dan hal yang sanga tidak ingin Zach
miliki sekarang adalah pertengkaran dan drama SMA.
Fernando adalah yang terparah. Dulu nya adalah teman
Zach. Mereka bermusuhan karena Fernando mendapat teman yang baru, dan lama
kelamaan tidak sedekat yang dulu dengan Zach. Lalu, Zach yang terlalu kesal
dengan teman baru Fernando, mereka cemburu dan merasa takut sendirian. Beberapa
hari setelah memutuskan sendiri, Zach bertemu dengan Andrew di kantin sekolah.
Zach yang sedang duduk membaca novel nya, tanpa menyentuh gado-gado nya
dihampiri oleh Andrew. Sejak saat itu, mereka menjadi teman, dan rencana
menyendiri Zach lenyap begitu saja di kantin.
Andrew sedang tertidur di kelas. Sehingga Zach
memutuskan untuk turun ke kantin. Kantin SMA Elizabeth adalah yang terunik.
Ruang makan kantin nya berada di luar ruangan. Dengan sebuah taman bunga dahlia
yang dicat hitam. Aneh, tapi menurut anak klub seni, merah terlalu ‘normal’
bagi SMA Elizabeth. Zach membeli gado-gado dan duduk persis di samping taman
dahlia hitam. Tiba-tiba seorang gadis duduk di samping Zach, lalu menghadap ke
Zach dan tersenyum mengucapkan selamat pagi.
“Pagi Zachary. Aku jarang melihat mu duduk di sini.”
Saat orang mengatakan jika Marsella adalah gadis yang ramah, Zach tidak terlalu
yakin akan fakta itu. Hingga kejadian tadi terjadi. Ada apa dengan gado-gado di
kantin sekolah? Setiap dia makan gado-gado di kantin dan duduk sendiri, selalu
ada orang yang menghampiri diri nya. Zach sedikit merasa jijik dengan panggilan
Marsella pada diri nya. ‘Zachary’ menimbulkan efek mual dan merinding bagi
Zach. Dalam dua tahun lebih di SMA Elizabeth, hanya guru-guru yang memanggil
Zach ‘Zachary’ lalu muncul lah Marsella.
“Pagi. Aku sering membawa makanan dari rumah, namun
karena kesialan maka hari ini tidak. Bagaimana pagi mu?” Zach membuang ide
untuk mendekati Clara Mara hari ini. Ide itu digantikan dengan ‘mendekati
Marsella Gonzela’. Ini bagai tangkapan ikan yang besar. Orang yang mau Zach
dekati malah mendekati diri nya ke Zach. Tapi harus diakui, ini adalah
percakapan yang lumayan canggung. Zach yang gugup dan Zach yang tidak pernah
berbicara sepatah kata pun dengan Marsella.
“Membosankan! Hp ku disita Bu Hamjah hanya karena ibu
ku menelpon pada saat pelajaran. Padahal sudah berusaha ku matikan,” ucap
Marsella memelas. “Bagaimana dengan kau?.” Percakapan ini sungguh terlalu
normal. Zach merasakan kecanggungan luar biasa dari percakapan ini. Rasanya
Zach sangat ingin menguap, dan Zach terus menutup mulut nya untuk tidak memberi
kesan pertama yang kurang bagus. Sembari ia berbicara mengenai pagi nya, ia
terus memutar otak nya untuk mencari topik yang bagus. Kurang lebih bisa
disimpulkan jika Marsella lah yang menggendong topik percakapan ini.
“Biar ku tebak. Kau yang menggendong topik pembicaraan
ini Marsella?,” ucap Hayden yang tiba-tiba muncul di belakang mereka. Ia lalu
melompati pondasi taman yang kira-kira tidak terlalu tinggi. Dan duduk di
tengah-tengah Zach dan Marsella. Entah ini hal yang Zach inginkan atau tidak.
Tapi setidaknya sekarang topik nya tidak akan se-keruh tadi.
Hayden menepuk pundak Zach dan Marsella, lalu menunjuk
ke belakang mereka. Bunga dahlia hitam. “Kau tau kenapa anak klub seni mencat
warna dahlia nya menjadi hitam?.” Hayden bergantian menatap mata Zach, lalu
Marsella, lalu terus diulangi sampai salah satu di antara mereka mau menjawab.
Zach hanya menggelengkan kepala nya, begitu juga Marsella. Jika Zach, dia hanya
ingin tau jawaban nya saja tanpa menebak-nebak.
“Dahlia merah melambangkan ketidakjujuran dan
pengkhianatan. Lalu anak klub seni berpikir jika ketidakjujuran dan
pengkhianatan tidak mencerminkan realita dunia. Mereka lalu menambahkan warna
hitam, yang mereka artikan sebagai kematian karena pengkhianatan dan
ketidakjujuran.” Zach tidak terlalu ambil pusing dan peduli soal arti dari
kumpulan bunga yang bahkan jarang dilihat nya. Tapi satu hal yang Zach dapat
dari informasi tadi adalah, bahwa anak klub seni isi nya adalah orang-orang edgy. Seketika, Zach mendapat kilas
balik masa SMP nya, terutama awal-awal puber. Ingatan-ingatan menjijikan itu
membuat Zach merinding dan merasa jika pembicaraan mengenai anak klub seni yang edgy harus segera dihentikan.
“Baiklah. Kita punya sekumpulan orang-orang aneh di
sini. Ehm! Mari kita ganti arah pembicaraan ini. Kau kosong malam ini
Marsella?,” tanya Zach dengan cepat dan yang entah dari mana Zach bisa selancar
barusan. Zach langsung sadar apa yang baru saja ia ucapkan ketika Hayden
memberi nya tampang ‘apa yang baru saja kau lakukan bung!?’. Zach menepuk jidat
nya dengan pelan.
“Mari bertemu di sekolah. Pukul 5, jangan terlambat
Zachary.” Marsella kemudian berdiri dan memegang kepala Zach lalu
mengelus-ngelus nya sebelum dia pergi meninggalkan kantin. Hayden nampak
binggung. Dan jika Hayden bingung, apalagi Zach. Dia terdiam dan super bingung
akan apa yang baru saja terjadi. Pertama, kencan mendadak itu, lalu tindakan
Marsella. Zach yakin jika dia hanya terlalu memikirkan ini, dan Zach
berkomitmen untuk tidak luluh. Tujuan Zach kepada Marsella hanyalah sebatas
informan untuk memecahkan misteri sekolah.
“Malam misa itu, mengapa kau meninju Fernando di sana Hayden?,” tanya petugas polisi. Hayden
sudah bersama pengacara nya. Tapi tetap saja, pengacara atau tidak ada
pengacara, tidak ada yang bisa menghilangkan rasa yang dialami Hayden saat ini.
Apa yang terjadi sekarang, tidak seperti yang direncanakan. Rencana mereka akan
gagal jika Hayden melakukan tindakan yang salah. Hayden tau itu, jika
keberhasilan mereka sekarang di pundak Hayden. Hayden adalah yang kedua untuk
diwawancara. Clara berhasil melakukan nya dengan baik, tapi Hayden, siapa yang
tau apa yang akan terjadi.
“Hanya sebuah pertengkaran normal anak SMA, aku yakin kau dulu juga pernah mengalami atau
bahkan melakukan hal serupa, petugas.” Petugas terlihat tidak memakan jawaban
Hayden. Tapi, tentu saja jawaban Hayden tidak cukup untuk melepaskan Hayden.
Petugas menarik secarik kertas dari amplop yang ada di atas meja. Kertas itu
dibaca nya dengan cepat, lalu dimasukan lagi ke dalam amplop. Tidak ada yang
tau apa isi amplop itu. Tapi yang jelas, ada hubungan nya dengan Hayden, Zach,
dan Marsella.
“Apa yang Fernando lakukan terhadap mu? Maksud ku, jika itu hanya pertengkaran normal anak SMA,
tidak ada salahnya untuk bercerita bukan?,” ucap petugas sembari memasukan
kertas ke dalam amplop. Mata nya menatap lurus ke arah Hayden.
Hayden menatap pengacara yang berdiri di belakang nya. Sang pengacara kemudian berdiri di
samping Hayden. Dia meletakkan kedua tangan nya di atas meja. “Pertanyaan itu
lebih baik disampikan kepada Fernando Germanotta. Ku rasa pertanyaan untuk
klien ku sudah selesai. Kami pergi. Selamat malam petugas.”Akhir dari
interograsi Hayden. Atau begitulah yang dikira Hayden. Siapa pun orang
selanjutnya, Hayden hanya berharap ia tidak gagal. Siapapun dia, dia harus bisa
menutup kasus ini untuk selamanya. Demi Marsella, dan demi keselamatan yang
lain.
Sekolah masih ramai. Hari rabu adalah hari ekstra bagi
klub pramuka Elizabeth. Klub tersepi sekaligus klub yang paling dibenci oleh
kebanyakan murid. Selain karena kebijakan wajib pramuka 1 tahun bagi semua
murid. Pramuka di Elizabeth dinilai terlalu banyak peraturan yang memaksa dan
mengikat murid nya. Hayden adalah salah satu murid pendiri Penolakan Klub
Pramuka Elizabeth, atau PKPE. Isi nya adalah seluruh klub-klub Elizabeth yang
bergabung satu untuk meminta kepala sekolah menutup klub itu dan menghilangkan
kebijakan wajib satu tahun. Mereka tidak pernah berhasil, tapi anggota mereka
selalu bertambah.
Marsella sedang duduk di bangku besi yang sudah
karatan di dekat parkiran motor. Dia terlihat cantik hari ini bagi Zach. Rambut
nya digerai, dan dia choker hitam dengan tali yang menjulai ke bawah. Zach
berhenti sebentar di sisi jalan dan melihat tubuh nya. Ya, memang tidak bisa
terlihat. Zach menggunakan jersey basket hitam dengan pinggiran berwarna emas
dan celana basket lusuh. Zach menepuk jidatnya dan merasa bodoh. Dia sekarang
terlihat seperti orang yang baru selesai bermain basket dan memutuskan untuk
mengajak orang berkencan.
“ZACHARY!,” teriak Marsella dari tempat duduk nya. Dia
melambai-lambaikan tangan nya. Lalu berlari menuju Zach. Zach sedang
mempersiapkan diri nya untuk berpikir keras dengan menyiapkan banyak topik
sepanjang perjalanan. Jantung nya berdebar kencang. Tidak, tentu saja bukan
karena Zach suka terhadap Marsella. Hanya saja Zach suka merasa canggung dengan
orang yang tidak dikenal nya dengan baik. Terutama karena Zach suka memikirkan
apa yang orang lain pikirkan terhadapnya.
“Kau terlihat cantik Marsella.” Hayden adalah orang
yang menyuruh Zach berkata seperti itu. Sekarang reaksi Marsella akan
menentukan, apakah Hayden akan dipukul Zach besok atau tidak.
“Dan kau terlihat seksi. Aku tidak tau kau menggunakan
anting telinga, hidung, dan punya tato.” Marsella menarik tangan Zach dan mulai
berjalan. “Ayo. Biarkan aku menjadi pemandu kota mu malam ini.”
Zach memerah. Sangat-sangat merah. Tidak ada yang
pernah menyinggung soal anting dan tato nya. Dan kini, ia sungguh merah.
Mengalahkan semua warna merah pada benda apa pun di jagad raya. Zach kemudian
memegang anting telinga nya, lalu hidung nya, dan berakhir di bisep kiri nya.
Aku tau, Zach sungguh terlihat bodoh sekarang. Zach tersenyum sendiri, dan
tiba-tiba menjadi semangat. Zach yang tampak nya mulai menggeser komitmen untuk
menyelidiki misteri sekolah.
Mereka tidak makan atau minum atau bahkan melakukan
hal yang biasa nya dipikirkan oleh kebanyakan remaja akan mereka lakukan saat
hanya ada dua orang. Berdua. Bersama. Dan mungkin saling menaruh harapan
berlebih? Hayden dan Marsella berjalan kaki mengelilingi kota. Cukup jauh,
sampai rasanya mereka sudah berjalan lebih dari 30 menit. Kali ini, banyak
percakapan yang mereka lakukan. Tentu saja, bukan Zach yang memulai. Marsella
yang terus memulai topik. Marsella tidak keberatan akan hal itu, malah dia
melihat Zach sebagai cowok yang imut dan seksi di saat bersamaan. Pikiran Zach
sedang bingung apa yang dia lakukan. Dia bahkan tidak bertanya apa pun soal
misteri sekolah pada Marsella. Malam itu, Zachary Zebua hanya menikmati malam
remaja normal nya bersama gadis populer SMA. Malam yang dinantikan cowok-cowok
SMA lain nya.
Mereka berjalan masuk ke dalam perumahan yang tampak
seperti perumahan orang kaya. Rumah-rumah bertingkat dengan banyak cat putih.
Taman rumah mereka sungguh luas, dan jika dipikir-pikir, luas taman di sini seluas
dapur rumah Zach. Di sini ramai. Banyak rumah yang sedang berpesta, atau begitu
kelihatan nya. Banyak juga orang yang berjalan di luar. Berpasangan dan tidak
sendiri. Marsella berhenti di suatu rumah. Rumah berlantai tiga di jalan
berbentuk T. Rumah bercat putih dengan kolam renang 360 derajat di lantai
paling atas.
Marsella menarik tangan Zach untuk masuk ke dalam.
Rumah nya gelap. Dan juga sepi. Tidak ada suara selain suara sepatu Zach dan
Marsella. “Orang tua ku tidak tinggal di sini. Jadi hanya ada kita berdua
Zachary.” Zach sudah terlalu sering menonton video dan film seperti ini,
kalimat tersebut, adalah awal dari permulaan yang tidak bagus dan juga bagus.
Zach tidak membalas apa-apa. Dia hanya mengikuti Marsella naik ke lantai tiga
rumah nya. Zach tau Andrew akan sangat girang begitu melihat kolam ini. Zach
mengambil foto kolam nya.
“Aku tidak tau atlet tenis suka terhadap kolam,” ucap
Marsella yang datang membawa botol soju. Bagaimana Zach bisa tau itu botol
soju? Zach dan Andrew adalah peminum soju terbaik di Aseline. Tentu saja,
mereka melanggar peraturan dengan minum di bawah umur. Tapi, bukankah semua
remaja berbuat demikian?
“Kita belum boleh minum Marsella,” ucap Zach agar
tampak polos di depan Marsella. Zach seketika merasa jijik dengan apa yang dia
ucapkan. Tidak biasanya dia berusaha menjaga reputasi nya seperti ini. Zach
adalah orang yang jujur ceplas ceplos. Dan perkataan nya barusan, benar-benar
merubah diri nya. “Berani bertaruh? Tidak ada remaja di kota kecil ini yang
belum pernah minum atau melanggar peraturan. Anak SMP di sekolah kita bahkan
sudah mengendarai motor. Itu juga melanggar peraturan bukan Zach.”
Marsella sungguh menggoda Zach malam ini. Pergantian
panggilan dari Zachary ke Zach membuat Zach benar-benar terbang. Dan jika bisa
diekspresikan dengan kata, Zach terangsang dengan suara Marsella. Zach
mendongkakkan kepala nya ke langit malam. Jari-jari tangan nya menekan bola
mata nya dan mengucek nya. Lalu, Zach menarik nafas yang banyak. Berusaha untuk
mewaraskan kembali otak nya. Berusaha untuk mengembalikan diri nya kembali ke
tujuan awal nya. “Maaf Marsella. Tapi, aku serius. Seperti nya aku harus
pulang.”
“Aku suka pada mu.”
Zach berusaha mencerna apa yang baru dia dengar.
Marsella menyakan suka pada Zach. Jika saja ada Andrew dan Hayden di sebelah
Zach saat ini untuk memberi tau nya apa yang harus ia katakan. Karena dalam
lubuk hati Zach yang terdalam, dia sama sekali tidak menaruh perasaan pada
Marsella. Malah, Zach menuduh Marsella sebagai dalang misteri sekolah. Kencan
ini, dan semua yang Zach lakukan hanya untuk mendapatkan informasi belaka. Dan
jika apa yang dikatakan Marsela benar, Zach merasa amat bersalah.
Tangan Zach meraih botol soju yang Marsella letakkan
di meja, dan meminum nya sampai habis dalam sekali teguk. Saat ku bilang Zach
adalah peminum yang terbaik, aku bersungguh-sungguh. Zach lalu menjatuhkan diri
nya ke dalam kolam di belakang nya. Sungguh, Marsella terlihat bingung apa yang
baru saja terjadi. Demikian juga Zach. Dia tidak tau bagaimana, kenapa, dan
mengapa. Zach tidak tenggelam seperti biasa ia lakukan. Dia mengapung di kolam
dengan sepatu dan seluruh pakaian nya yang masih melekat. “Marsella, kau yakin
jika kau tidak suka pada orang yang salah?,” ucap Zach pelan sambil menatap
langit malam. Hingga akhirnya semua terasa gelap, dan perlahan-lahan rasanya
Zach jatuh ke dalam, dan semakin dalam.
Badan Zach sudah tidak menapak tanah. Badan nya
bergetar-getar dan kepala nya berada di atas punggung orang. Zach sedang
dibopong oleh Andrew. Zach kemudian pura-pura tidur. Ingatan akan apa yang baru
saja terjadi mulai masuk dengan sangat cepat ke otak nya. Dia merasa malu.
Meneguk satu botol soju dan tenggelam di kolam orang yang bahkan tidak dikenal
nya dengan baik. Malam yang seharusnya menjadi kencan berubah menjadi sesuatu
yang jauh dari kata kencan. Zach masih bersender di punggung Andrew, namun mata
nya tidak tertutup. Dia terus melihat ke arah jalan.
“Terima kasih Andrew,” ucap Zach pelan seperti orang
yang habis bangun tidur. Dia kemudian menggeliat agar Andrew melepaskan nya.
“Haaa... kita, tidak perlu membahas apa yang baru saja terjadi, oke?”
“Apa yang baru saja terjadi di rumah Marsella, Zach?”
Saat Zach berharap tidak ada yang membahas hal memalukan itu, Andrew malah
memulai percakapan dengan topik itu. Bahkan, rasanya Zach tidak mau menatap
Marsella besok. Zach merasa sudah melakukan sesuatu yang sungguh memalukan,
yang tentu nya akan diingat Marsella sampai mereka lulus. Skenario bagaimana
cara menghindari Marsella selama satu tahun kini sedang dimainkan di otak Zach.
“Soju. Kolam. Jatuh. Pertolongan. Gendong.” Zach
rupanya belum sadar apakah dia sudah tidak mabuk atau mabuk atau memang
benar-benar bodoh. Zach kemudian jatuh dengan sengaja ke arah tubuh Andrew. “Ku
mohon maafkan aku, ini tidak akan terjadi lagi.” Zach menggeleng-gelengkan
kepala nya dan menggendong Zach lagi ke punggung nya. Mereka berjalan menuju
rumah Andrew. Andrew tau Zach tidak akan sadar betul hingga pagi. Mereka berdua
sudah terlalu sering menghabiskan waktu bersama, sampai-sampai bisa tau setiap
senti tubuh mereka berdua.
Bulan sedang bersinar terang. Malam ini tidak berawan.
Dan bulan berbentuk bulat sempurna. Jika Zach sedang di rumah nya, dia akan
naik ke genteng. Kepala menghadap ke langit. Menonton Netflix sambil memakan
biskuit yang dicelup ke dalam teh. Tapi malam ini, dia malah terkapar di
punggung Andrew. “Kau tau Andrew? Aku tidak yakin jika aku saat ini sadar atau
tidak?”
Andrew memundurkan kepala nya ke belakang, hingga
rambut nya mengenai muka Zach. “Rambut mu halus,” ucap Zach dengan pelan dan
sungguh lembut. Dia nampak seperti bayi sekarang. Bayi besar yang sungguh
menjengkelkan. “Berarti kau sadar. Baiklah Zach, kapan terakhir kali aku
memperingati mu untuk berhenti minum? Kita sudah kelas 12, bla bla dan bla bla
lagi, kita harus belajar, kau tau itu bukan? Aku sumpah ini terdengar bukan
seperti ku, tapi kau bermimpi masuk UI bukan?” Andrew Edden bukan lah orang
yang mengejar nilai, maupun bersikap layak nya murid yang belajar, ulangan, tidur,
dan mengulangi kegiatan itu sampai lulus. Andrew adalah pemberontak nakal yang
sial berbakat. Dia mendapat beasiswa ke Amerika Serikat. Oleh karena itu Andrew
bertekad untuk membantu Zach, setidaknya masuk ke universitas yang menurut ia
mustahil.
“Kau tidak terdengar seperti Andrew,” sahut Zach.
Jarak rumah Andrew dari posisi mereka sekarang masih jauh. Sedangkan Andrew
sudah berkeringat basah. Dia khawatir jika Zach sadar punggung nya basah, Zach
akan turun dan tidak mau merepotkan. Hayden mulai mencari bahan pembicaraan
untuk membuat mereka berdua lupa akan waktu. Berbicara di perjalanan suka
berhasil dalam mengurangi waktu perjalanan. “Ceritakan bagaimana Hayden orang
nya.” Andrew seketika sadar jika itu adalah pertanyaan yang aneh dan salah.
Zach baru saja menghabiskan malam di rumah seorang gadis, bukankah seharusnya
Andrew bertanya bagaimana Marsella?
Zach tertawa selama beberapa detik sebelum menjawab.
Tertawa nya kencang dan terdengar seperti maniak. “Aku tidak tau kau begitu
Andrew. Hayden orang yang sungguh seru, kalian harus bertemu. Dia selalu tau
saat aku tidak memberi tau, ku rasa kami bisa menjadi sahabat yang baik.” Jawaban
Zach terdengar keluar dari mulut orang yang sadar, walau begitu Andrew masih
terus menggendong nya. Andrew sendiri tidak punya opini apa-apa akan jawaban
Zach. Andrew kenal terhadap Hayden, walau hanya sebatas berpas-pasan di lorong.
Tapi satu hal lagi, Andrew tau sesuatu mengenai Hayden. Rahasia Hayden. Rahasia
yang seharusnya tidak Andrew ketahui.
“Lalu bagaimana dengan Marsella, kau menyukai dia?”
tanya Andrew yang mulai memelankan kecepatan jalan nya. Zach sadar akan hal
itu. Dia pun menarik pundak Andrew untuk jatuh ke salah satu kursi taman.
Andrew hanya mengikuti arahan dari dorongan Zach. Sekarang mereka berdua duduk
di taman. Di belakang mereka terdapat sebuah taman lagi yang tidak se-sepi
tempar mereka sekarang. “Tidak. Rencana ku untuk mendekati nya hanya sebatas
mengetahui keterlibatan nya dalam misteri sekolah kita, tidak lebih.” Zach
menyudahi jawaban nya sebelum ia hampir menyebut jika Marsella mengakui
perasaan nya kepada Zach. Zach tetap merasa bersalah, bahkan setelah sebotol
soju, dan malam yang panjang ini. Malu dan merasa bersalah, itu yang Zach
rasakan.
Zach merasa ingat sesuatu. Dia seperti, sadar jika ada
yang salah, tapi ia bahkan tidak tau apa itu yang salah. Zach meraba-raba tubuh
nya, lalu melihat baju dan celana nya. Lalu mengintip ke dalam celana untuk
melihat celana dalam nya. “Anjing! Apa-apaan Andrew!?” Andrew tidak bisa
menahan tawa nya saat Zach akhirnya benar-benar sadar. Sekarang, tawa Andrew
terdengar lebih maniak dari pada tawa Zach tadi. “Siapa. Yang. Mengganti. Baju.
Ku?”
“Kau ingin aku menjawab Marsella, atau aku, atau kami
berdua?”Andrew tidak bisa menatap Zach. Dia terus tertawa, bahkan lebih
kencang. Zach kemudian menjepit leher Andrew dengan tangan nya. Tapi usaha nya
tidak bisa menghentikan tawa Andrew. “Tentu saja aku bodoh.” Tidak ada jawaban
yang benar-benar membuat Zach tenang. Andrew berarti sudah melihat Zach telanjang,
dan pikiran itu membuat Zach lebih malu dari **** nya terhadap Marsella
tadi. “Astaga, malam ini sumpah malam yang sial!” teriak Zach berusaha
mengalahkan tawa Andrew yang masih kencang. Andrew benar-benar tidak tahan. Dia
mendapat telepon dari Marsella, meminta nya untuk datang menjeput Zach. Lalu
Marsella meminta lagi untuk membawa baju ganti. Andrew tidak pernah
membayangkan jika dia harus mengganti baju dan juga celana dalam dan lagi,
menggeringkan tubuh Zach dengan handuk. Hal yang tidak bisa dilupakan oleh Zach
dan juga Andrew.
“Pertanyaan tambahan. Di mana baju ku?” tanya Zach
yang badan nya bergetar-getar. Dia juga tertawa. Entah apakah Zach menertawai
kebodohan malam ini atau menertawai fakta jika teman nya melihat tubuh nya
telanjang. “Marsella akan membawa nya besok.” Zach tertawa lepas dan kencang.
Kesialan nya bertambah lagi. Besok dia benar-benar sudah tidak bisa menghindari
Marsella. Zach tertawa karena kesialan nya sudah berada jauh di luar kemampuan
nya untuk menerima kesialan.
“Kau lapar?” tanya Andrew. Rahang mereka berdua sudah
sakit akibat tertawa berlebih yang bertahan bermenit-menit. Zach menguap hingga
air mata nya keluar. Rupanya tawa tadi membuat nya mengantuk. “Entahlah Andrew,
aku hanya ingin pulang ke rumah mu dan tidur sekarang, mungkin kita bisa makan
pagi saja?”
Andrew berdiri dan menarik tangan Zach untuk bangun.
Tangan Andrew melingkari pundak Zach dan juga Zach demikian. Mereka berdua
berjalan pulang ke rumah, dengan postur jalan dan tubuh layaknya dua pria
kantor lembur yang mabuk. Mungkin kata mabuk tepat untuk mendeskripsikan Zach.
Zach sengaja jalan terhuyung-huyung untuk membuat candaan orang mabuk, dan
Andrew juga mengikuti nya jalan terhuyung-huyung. Sekarang jika muncul satpol
pp, maka keadaan bisa menjadi lebih sempurna bagi mereka.
Petugas polisi ikut keluar dari ruang interograsi setelah Hayden dan pengacara nya ikut
keluar. “Tunggu!,” petugas menarik nafas yang dalam, dan memandang Hayden dari
belakang. Hayden sama sekali tidak melirik ke belakang untuk melihat apa yang
terjadi. Pengacara Hayden menyuruh Hayden untuk terus berjalan. “Hayden
Haranta, anda kami tahan atas dasar tuduhan dalam pengikut sertaan pembunuhan
Marsella Gonzela.”
Hayden langsung berbalik menghadap petugas polisi. Dia sekarang tidak merasakan takut dan
gemetar yang tadi ia rasakan. Dia marah. Hayden sungguh amat marah, karena ia
mengetahui kebenaran yang ada. Tapi kebenaran itu tidak bisa ia sampaikan. Jika
sampai kebenaran soal Marsella jatuh ke kepolisian, maka yang akan ikut jatuh
bukan hanya sang pelaku, tapi juga mereka semua. Hayden, Zach, Andrew, Clara,
Fernando, dan Hari.
“APA SEMUA TIDAK JELAS BAGI MU!? MARSELLA BUNUH DIRI. DIA TIDAK DIBUNUH SIAPA PUN. TUHAN TOLONG AKU, TAPI KAU HARUS MEMBUKA MATA MU UNTUK SADAR!,” teriak Hayden. Banyak
anggota kepolisian yang keluar dari ruangan mereka untuk melihat apa yang
terjadi.
“Kau sentuh Hayden dan hal terakhir yang akan terjadi adalah laporan dari ku soal tuduhan tidak
berbukti kalian.” Zach datang sambil berlari-lari di lorong. Nafas nya
terengah-engah. Dia kelihatan pucat, dan juga lebih panik dari pada Hayden.
Petugas tidak bingung melihat datang nya Zach. Zach, orang terdekat kedua
dengan Marsella selain Clara Mara. Merupakan tersangka dalam kasus ini. “Nama
ku Zachary Zebua, aku datang duluan untuk bersaksi. Bebaskan Hayden, dia tidak
bersalah!”
Zach maju dan berpas-pasan dengan Hayden. Zach menepuk punggung Hayden. Memegang tangan nya
dengan posisi panco mereka. “Tenang lah bung, kami akan membereskan sisa nya.”
“Kau bisa pergi Hayden. Silahkan ikut aku Zachary.” Petugas pergi bersama Zach masuk ke dalam
ruang interograsi. Hayden bersama pengacara nya pergi meninggalkan kantor
polisi. Hayden terus menarik nafas panjang. Dia sungguh tenang sekarang. Hati
nya berhenti berdebar kencang, dan kembali dalam kecepatan normal. Sedangkan
mata nya, terus menatap ke belakang. Dia khawatir akan apa yang Zach hadapi di
dalam. Dia berharap semua ini tidak harus terjadi. Hayden berharap dia tidak
pernah melihat ‘itu’ semua. Hayden sangat berharap, dia tidak menjadi adik dari
Hari Haranta.
Siapa sangka pagi yang harusnya menjadi pagi cerah
untuk mengantuk berubah menjadi pagi kelam untuk berkabung. Marsella Gonzela
ditemukan bunuh diri di kamar nya. Semua orang terkejut. Tidak ada yang tau
mengapa, dan tidak ada yang tau siapa teman Marsella di sekolah. Tidak ada yang
tau harus mengucapkan prihatin kepada siapa. Seorang gadis dengan rambut hiutam
lurus sebahu itu menyender ke tembok. Membelakangi semua orang di lapangan yang
terus membicarakan Marsella. Dia tidak sedih, dan juga bingung, kecewa, maupun
marah. Clara Mara tidak tau apa yang harus ia rasakan saat itu.
Saat seseorang ditinggalkan oleh orang yang ia
sayangi, ada beberapa tahap yang harus dilalui yang ditinggalkan. Tahap pertama
adalah penyangkalan. Dan itu adalah yang dirasakan Clara saat ini. Penyangkalan
bahwa Marsella telah tidak ada lagi di dunia. Saat ini Clara benar-benar hanya
ingin membalas. Tapi semua itu terdengar mustahil. Dia hanya anak-anak,
bagaimana bisa dia membalas perbuatan seseorang yang lebih berkuasa dan
menakutkan? Clara menyalahkan diri nya, tapi ia juga takut. Takut untuk
mengakui jika dia punya peranan dalam terbunuh nya Marsella.
Di lain sisi, Zach baru datang ke sekolah bersama
dengan Andrew. Zach keliatan tidak peduli dengan banyak nya orang yang
berkumpul di lapangan. Padahal seharusnya jam pelajaran pertama sudah berbunyi
beberapa menit yang lalu. Sejak dari rumah Andrew, Zach sudah mempersiapkan
permohonan maaf nya kepada Marsella atas tindakan norak nya kemarin malam. Zach
yakin jika ini akan jadi yang terakhir kali ia harus berbicara dengan Marsella.
Karena setelah ini, Zach ingin menyelidiki semua nya tanpa melibatkan Marsella,
atau memiliki kontak dengan Marsella.
Hayden berdiri dan bersender di samping Clara. Mereka
berdua saling tatap. Saling berbagi kesedihan, dan juga kebingungan, serta
ketakutan. Clara adalah gadis yang cerdik dan mempesona. Ia sungguh tidak
tampak sedih. Ia tampak normal, bagai hari ini tidak terjadi apa-apa. Nada
bicara nya juga, normal, lembut, dan cuek. Hayden berusaha berbicara dengan
Clara, tapi entah mengapa tenggorokan nya tidak mau menuruti Hayden.
“Apa ini semua sungguh adil, Hayden?” ucap Clara yang
masih bersandar di tembok. Hayden paham apa arti dari kalimat Clara. Tapi
rasanya bagi Hayden sangat sulit berbicara. Tiga orang dengan dampak terbesar
terhadap kematian Marsella, adalah mereka berdua, dengan seseorang lagi dari
kelas Zach. “Kita harus berbuat sesuatu...” Clara langsung menatap mata Hayden.
Ia menunjukan penolakan. Hati Clara berdebar kencang, seketika ia merasa malu
kepada diri nya sendiri. Apa reflek yang baru saja ia lakukan? “Hayden, jika
kita berbuat sesuatu terhadap masalah ini, bukan hanya kau dan aku yang akan
jatuh, dan juga bukan hanya dia yang akan ikut jatuh. Tetapi, semua. Keluarga
ku dan Keluarga Gonzela.”
Entah itu ancaman atau bukan. Tapi yang jelas, Hayden
juga tidak akan mau bertindak sendirian. Sejak dari pagi dia gemetar. Bahkan
sebenarnya Hayden berniat tidak masuk sekolah. Tapi dia takut absen nya akan
menjadi kecurigaan. Hayden terus menyembunyikan kedua tangan nya di balik saku
celana nya. Hal itu karena saat ini kedua tangan nya terus bergetar. Dan juga terasa
dingin jika disentuh. Dari luar, Hayden dan Clara terlihat sama. Mereka
terlihat biasa saja, bahkan terlalu biasa saja untuk hari yang sial ini. Tetapi
di dalam, mereka sungguh hancur lebur.
“Hayden!” teriak Zach dari lorong utama sekolah. Zach
melambai-lambaikan tangan nya agar bisa dilihat Hayden. Hayden tau jika Zach
pasti belum tau soal ini semua. Hanya butuh beberapa kata untuk mengubah senyum
di wajah Zach menjadi sama seperti seluruh murid di sekolah hari ini. Dan demi
apa pun, Hayden tidak mau melakukan itu, tapi tidak ada cara untuk menghindari
kabar duka ini.
“Apa kabar mu Zach?” tanya Hayden basa-basi. Kau tau
momen ketika seseorang takut untuk membicarakan sesuatu, sehingga orang
tersebut terus mengulur-ngulur waktu dengan percakapan yang tidak ada artinya?
Yap, itu yang dilakukan Hayden.
“Cukup baik dan cukup ngantuk. Kau? Ngomong-ngomong
apa yang terjadi hari ini? Study tour?
Persami? Atau?” Zach terus menatap mata Hayden sambil menunggu jawaban nya. Oh,
Zach andai dia tau apa yang akan ia dengar. Senyun itu tidak akan pernah muncul
hari ini.
“Kau harus tau sesuatu. Marsella ditemukan bunuh diri
di kamar nya hari ini, Zach, jika kau perlu teman untuk berbicara, aku ada di
sini, kau tau?” jawab Hayden
Zach awalnya tidak bereaksi. Sampai akhirnya ia
melihat ke sekeliling. Banyak orang yang berbicara, ada yang terlihat sedih,
ada yang terlihat tidak percaya, sambil menggeleng-gelengkan kepala nya.
Seketika bagi Zach, semua suara di sekeliling nya memudar. Hati nya tidak
berdebar kencang, dan ia tidak berkeringat, maupun bergetar. Tapi rasanya untuk
bernafas saja berat. Zach sungguh merasa jika ia akan meledak sebentar lagi.
Semua yang ia rencakan hari ini berubah total, atau bisa dibilang Zach yang
tadinya akan menghindari Marsella akan benar-benar menghindari Marsella. Entahlah
semua nya sekarang mendadak berputar-putar bagi Zach. Tidak ada perasaan yang
tepat untuk mendeskripsikan perasaan nya sekarang. Zach sendiri tidak tau apa
yang sekarang ia rasakan. Baru kemarin malam mereka bersama, dan semua berubah
sangat cepat esok pagi nya.
“Bangsat! Kemarin kami baru mengobrol bersama...
kenapa? Anjing!,” teriak Zach penuh amarah. Hayden memeluk Zach. Berusaha
menenangkan hati teman nya. Clara masih tidak bergerak dari posisi nya. Ia
hanya melihat dan juga bertanya-tanya, siapa pria yang tampak kesal itu?. Di
sisi lain, Andrew juga memeluk Zach. Zach tidak menangis. Ia hanya bingung,
akan bagaimana semua ini bisa berubah dan terjadi dengan sangat cepat. Bahkan
jika Zach punya kekuatan untuk memutar waktu, untuk bisa menghabiskan waktu
dengan Marsella lagi. Zach akan menolak nya.
“Apa dia sedang mengalami depresi?” tanya Zach pelan
ke Hayden. Entah mengapa pertanyaan itu dilontarkan ke Hayden. Hayden tidak tau
harus jawab apa. Jika bisa dibilang, semua orang tau penyebab meninggalnya
Marsella. Hanya Zach yang tidak tau, dan hanya Zach yang bukan bagian dari
mereka.
“Entahlah Zach, tapi Marsella tidak menceritakan
apa-apa kepada siapa pun. Guru BK kita bahkan juga kaget saat mengetahui soal
ini.” Kalimat itu tidak ada artinya bagi Zach sekarang. Dia bertanya juga hanya
sebatas untuk menenangkan diri nya. Zach terus menarik dan membuang nafas
dengan teratur. Saat ini dia sudah separuh tenang. Walau begitu, rasanya masih
aneh dan sungguh menyedihkan. Yang ada di otak Zach saat ini adalah untuk
mengganti prioritas nya. Dari mencari tau akar dari misteri sekolah, menjadi
apa penyebab Marsella bunuh diri.
Zach memeluk Hayden dan Andrew. “Hei, terima kasih.
Aku sudah tenang sekarang.” Hayden dan Andrew memeluk balik Zach dengan waktu
yang cukup lama. Mereka tau satu, jika Zach memang sudah tenang, tetapi tidak
hati nya. Zach adalah seseorang dengan jiwa pemberontak. Setelah ini dia pasti
akan merencanakan sesuatu.
Sekolah diliburkan. Semua murid pulang ke rumah
setelah pemberitahuan duka dari kepala sekolah dan guru BK. Sudah berhari-hari
Zach tidak pulang ke rumah. Dia tau saat pulang nanti dia akan kena omelan yang
sangat panjang dan akan sangat menjengkelkan. Padahal situasi sedang tidak
mendukung untuk omelan tidak penting ayah nya. Zach berjalan kaki sendiri. Ia
meminta untuk tidak diusik oleh Andrew maupun Hayden. Dia memasukan earphone dan mulai memainkan musik.
Daftar putar lagu yang khusus untuk perasaan ketika ingin sendiri. Terdengar
sungguh klise, tetapi daftar putar lagu itu sungguh manjut untuk mengobati
perasaan seperti ini.
Zach tinggal di apartemen dengan kamar di lantai
paling atas. Dia sebenarnya tinggal sendirian untuk waktu beberapa lama. Tapi
sejak ibu nya meninggal, ayah Zach memutuskan untuk tinggal bersama Zach. Ayah
Zach sungguh bukan orang yang bisa diajak bicara. Ayah Zach amat teramat
menyebalkan, tidak pengertian, dan juga tidak mendukung apa pun pilihan Zach.
Selalu menyalahkan Zach apabila ada sesuatu yang terjadi di luar kehendak
mereka berdua. Tentu, hal ini membuat Zach kadang kesal maupun depresi, tetapi
tidak ada pilihan bagi Zach. Ayah Zach tetap akan menjadi ayah Zach apa pun
yang terjadi.
“ASTAGA! KAU KEMANA SAJA SIH!? GILA YA, AKU MENUNGGU
MU DARI KEMARIN!” Zach baru masuk dan muncul teriakan yang amat besar dari
ruang tamu. Sungguh, Zach sedang tidak dalam perasaan untuk berdeba, walau itu
adalah kerjaan nya setiap hari dengan ayah nya. Mungkin satu bentakan lagi
untuk membuat Zach lepas kendali. Zach sangat ingin membetulkan bentakan ayah
nya. Karena yang benar adalah beberapa hari yang lalu, bukan kemarin.
Zach masuk ke kamar nya tanpa mengeluarkan kata apa
pun ke ayah nya. Dia menaruh tas nya di lantai dan langsung menjatuhkan diri
nya ke atas ranjang. Dia membekam wajah nya di bantal. Merasa ingin tidur tapi
tidak ingin membuang waktu nya untuk tidur. Ayah nya terus berteriak dari luar
kamar Zach. Ayah Zach, Ferdinand Zebua terus berteriak mengenai hal-hal buruk
soal Zach, berpikir jika mungkin Zach tidak mendengar apa yang ada di benak
nya. Padahal Zach mendengar dengan sangat jelas. Sangat jelas sampai-sampai
rasanya Zach ingin berbalik berteriak dari dalam kamar nya. Zach tidak pernah
berharap mendapat ayah yang baik. Dia hanya berharap jika ayah nya bisa
mengerti diri nya. Terutama pada hari ini. Zach sedang butuh waktu sendiri yang
hening, tetapi ayah nya benar-benar mengubah keheningan yang diinginkan Zach
menjadi kebisingan yang amat teramat.
Ferdinand adalah orang yang terlalu religius. Terlalu
religius sampai-sampai dia mengkesampingkan kebutuhan Zach. Saat Zach sakit,
seharusnya Ferdinand membawa nya ke rumah sakit, tetapi Ferdinand malah hanya
berdoa dan menyuruh Zach untuk terus dan terus berdoa. Ke-religiusan Ferdinand
juga menjengkelkan. Segala hal yang dianggap Zach biasa aja dan normal untuk
remaja di masa kini, dianggap Ferdinand sebagai sesuatu yang berdosa, tidak
baik, dan harus dijauhi. Hal itu menyebabkan Zach tidak terlalu menganggap
Ferdinand lebih dari status nya sebagai seorang ayah. Mereka tidak dekat, malah
sangat terasa asing. Hanya berbicara ketika butuh, dan tidak pernah
mendiskusikan hal-hal kecil, layaknya ayah dan anak. Dan bagi Ferdinand ini
adalah normal. Dia menganggap jika memang begini anak nya. Bahwa Zach sedang
tidak menghindari nya, tetapi memang sifat Zach yang demikian.
Hp Zach berdering. Zach mendiamkan nya. Lalu berdering
lagi. Itu adalah surel dari sekolah, mengenai misa yang akan diadakan malam
ini. Perhatian Zach terfokuskan pada surel itu. Lokasi misa nya berada di
halaman sekolah. Tanpa pikir panjang, Zach segera menghubungi Andrew dan Hayden
dalam satu panggilan. Zach mau hadir dan Zach juga mau mereka berdua untuk
hadir. Zach berpikir, jika mungkin ini adalah langkah awal untuk mengetahui
penyebab meninggal nya Marsella.
“Kalian sudah menerima surelnya?” tanya Zach yang sambil bergerak untuk mencari pakaian yang pantas untuk misa.
“Sudah, kau ingin pergi?” jawab dan tanya Andrew yang terlihat sedang menggunakan masker teh hijau nya.
“Aku akan pergi, kalian?” jawab Hayden yang terlihat sedang berada di dalam pancuran.
“Bagus. Mari bertemu di sekolah. Kau harus datang
Andrew.” Zach langsung mematikan telepon nya. Dia memilih kemeja hitam pas
lengan pendek dengan tali yang menggulung di bagian leher nya. Serta bretel
yang juga berwarna hitam. Zach lekas pergi begitu ia selesai mandi. Zach pergi
melalui tangga darurat yang terhubung dengan kamar nya. Zach sering melakukan
hal ini ketika ia sedang tidak ingin bertemu dan berbicara dengan Ferdinand.
Dan membuat Ferdinand kemudian mengeluhkan soal tangga darurat dan meminta
pihak apartemen untuk segera menghilangkan nya.
Sore hari seharusnya belum saat nya bagi lampu sekolah
untuk dinyalakan. Apa lagi dinyalakan dalam kondisi remang-remang seperti ini.
Sekolah sudah ramai. Seluruh murid hadir untuk misa Marsella, dan semua dari
mereka menggunakan pakaian hitam dari kepala hingga kaki. Anak dari kelas
Marsella masing-masing membawa mawar merah dan ketua kelas mereka membawa
figura dengan foto Marsella di dalam nya. Zach sendiri berusaha untuk mencari
Andrew dan Hayden. Serta juga mencari tau di mana kedua orang tua Marsella.
Karena orang dewasa yang bisa dilihat Zach hanyalah para guru, pekerja, dan
romo.
Andrew bersama Hayden berjalan bersama menghampiri
Zach. Hayden memegang sepucuk kertas yang ia pegang dengan jari telunjuk dan
tengah nya. “Mereka menemukan ini di kamar Marsella. Baju mu dan kertas yang
ditujukan kepada mu.” Zach mengambil kertas itu. Dia langsung membuka lipatan
nya dan membaca nya sekarang di depan Andrew dan Hayden. Hati nya berdebar
karena sangat penasaran apa isi nya.
Maaf kan aku Zachary. Tapi seharusnya surat ini tidak
pernah ada. Tapi aku merasa jika ini semua tidak adil. Hidup memang brengsek
dan tidak adil. Tapi dan tapi lagi, setidaknya aku ingin apa yang ku pilih bisa
merubah sesuatu.
Satu permintaan setelah kematian ku. Awasi Clara Mara. Dia
adalah penghubung mu dengan kematian ku, Zachary. Jangan beritau apa isi surat
ini kepada siapa pun. Siapa pun teman mu, jangan percayai mereka, percayai diri
mu saja untuk saat ini.
Maaf sudah melibatkan mu pada masalah ini. Tapi Zachary,
masalah ini jauh lebih dalam dari pada yang kau pikirkan. Ini bukan hanya bunuh
diri seorang gadis kaya SMA. Ini adalah revolusi, dan juga memang, bunuh diri
seorang gadis kaya SMA.
Terima kasih, Zachary, aku berhutang.
Marsella Gonzela
Zach tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia
bingung atas apa yang baru ia baca. Rasa-rasanya seperti ia baru saja terlibat
dalam suatu kasus dan drama yang besar. Tapi Zach tau betul maksud Marsella
untuk tidak memberitau isi surat ini pada siapa pun. Zach langsung mengikuti
perintah Marsella, bahkan sebelum dia tau apa maksud Marsella yang sebenarnya.
Zach menelan ludah nya, dan mulai saat ini ia berkomitmen. Untuk menemukan akar
di balik ini semua.
“Apa isi suratnya?” tanya Andrew. Hayden melipat
tangan nya di depan dada. Ia seperti menunggu jawaban Zach. Zach bukan orang
yang bisa berbohong. Sejak SMP rasanya dia berubah menjadi orang yang sungguh
jujur, dan hanya Ferdinand yang selalu ia bohongi. Berbohong kepada Andrew dan
Hayden adalah perkara yang mudah, tetapi saat tidak enak untuk dilakukan.
“Surat soal baju ku. Ia bilang tidak usah khawatir.” Zach berbicara sambil
menatap kedua mata Andrew dan Hayden. Zach tidak suka berbohong, tetapi sekali
nya ia berbohong, ia adalah permbohong yang hebat.
Mereka bertiga berjalan menuju aula sekolah. Di sana
semua lampu sudah padam. Hanya lilin-lilin yang dinyalakan. Semua kursi di
dalam aula sudah penuh. Sehingga Zach, Andrew, dan Hayden berdiri dan mengikuti
misa nya dari luar aula. Zach memilih untuk tidak memikirkan mengenai surat itu
sekarang. Dan hanya fokus kepada misa. Tepat sebelum bisa benar-benar dimulai,
kepala sekolah mengumumkan jika kedua orang tua Marsella tidak hadir malam ini,
dan tidak ada keluarga Marsella untuk misa malam ini. Sekarang setelah bunuh
diri Marsella, absen nya kedua orang tua nya menjadi pembicaraan di kalangan
sekolah.
“Kita langsung saja ke inti nya. Nama ku Zachary Zebua. Aku ke sini untuk bersaksi mengenai
kasus bunuh diri Marsella. Itu bukan lah bunuh diri, itu adalah pembunuhan yang
dilakukan oleh Fernando Germanotta.” Zach menatap kedua mata petugas dengan
tajam dan kuat. Petugas perlu beberapa detik sebelum bisa menjawab pernyataan
Zach. Biasanya, ketika orang berbohong, orang tersebut tidak bisa menatap mata
lawan bicara nya. Petugas tau itu, dia sudah berulang kali berurusan dengan
orang-orang seperti itu. Tapi Zach berbeda. Tatapan nya jujur.
“Atas dasar apa? Jika kau punya bukti, mohon tunjukan kepada kami.” Petugas melipat tangan nya
di meja. Semua tersangka yang sudah ia interograsi mempunyai cara mereka
sendiri untuk bisa menutupi fakta yang ada. Dan jika ini terus berlanjut sampai
tersangka terakhir, maka Fernando Germanotta akan ditetapkan sebagai pelaku.
Zach tidak punya bukti yang menunjuk kepada Fernando. ‘Bukti’ yang mereka persiapkan belum siap.
Kunci utama kesuksesan mereka adalah tahap interograsi ini. Seberapa kuat
mereka bisa meyakinkan petugas. Semakin mereka berhasil membuat petugas yakin,
semakin lama waktu yang didapat Clara untuk mengubah sesuatu yang ia miliki
menjadi butki untuk menjerumuskan Fernando.
“Jika bisa mari kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya. Apa yang sebenarnya terjadi malam itu
Zachary?”Zachary menatap petugas dengan senyum. Senyum yang benar-benar terlihat
menyebalkan. Karena memang Zach merasa sebal terhadap pertanyaan itu. Bukankah
semua sudah jelas? Apa yang terjadi malam itu seharusnya adalah bukti kuat
untuk menjatuhkan Fernando. Apa yang terjadi pada malam itu seharusnya sudah
sangat jelas.
“Ledakan, yang terjadi adalah ledakan.”
Misa selesai. Beberapa orang masih ada yang tinggal di
sekolah untuk acara makan malam bersama. Kondisi lampu masih remang-remang, dan
malam saat itu terasa dingin. Zach duduk di kursi yang menempel dengan dinding
di pojok sekolah. Mata nya terfokus pada aula. Masih banyak kursi kosong
sebenarnya jika Zach ingin ikut. Tapi saat ini, dia sedang tidak ingin makan
bersama murid lain nya. Dia ingin pulang dan membaca surat nya, tapi dia juga
tidak mau berpisah dari keramaian ini.
Fernando keluar dari aula. Mulut nya masih
mengunyah-ngunyah. Dia kelihatan sangat terburu-buru menuju toilet. Zach
terfokus kepada Fernando, karena di belakang nya ada Hayden yang belari menuju
ke arah Fernando dengan kepalan tangan seperti ingin meninju. Diikuti Andrew
dan Clara yang juga berlari berusaha menahan Hayden dari belakang. Zach segera
berlari berusaha menghentikan Hayden, walau Zach tidak tau apa yang terjadi.
Satu tinju melayang menghantam pipi Fernando. Nasi dan
lauk yang masih dikunyah di mulut nya langsung terhempas keluar. Fernando
terlihat sedikit linglung. Berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi
terhadap diri nya. Hayden mengepal tangan nya lagi. Kali ini Hayden ingin
melayangkan tinju kedua nya. Zach segera menahan Hayden. Clara dan Andrew
membantu Zach dengan menarik Hayden mundur.
“Bangsat! Mana tanggung jawab mu Fernando!!!?” Banyak
orang yang langsung tertuju pada mereka saat itu. Guru-guru dan romo langsung
keluar dari aula untuk melihat apa yang terjadi saat itu. Fernando yang saat
itu baru kembali kesadaran nya langsung berlari ke arah Hayden untuk membalas
tinju nya. Zach dengan sigap menahan badan untuk Hayden. Tinju melayang ke
tangan kanan Zach dan Zach berhasil menahan nya, namun Fernando adalah orang
yang jago bela diri. Fernando menghantam balik ke sebelah kiri Zach. Zach
terjatuh.
Andrew terpancing begitu melihat sahabat nya ditinju
Fernando. Andrew melepas tubuh Hayden dan meninggalkan Clara sendiri untuk
menahan Hayden agar tidak ikut campur lagi. Andrew berlari ke arah Fernando dan
meninju nya sekali, dua kali, dan tiga kali. Tapi tidak cukup untuk membuat
Fernando jatuh. Fernando masih berdiri dalam kuda-kuda nya. Kedua tangan nya
berada di depan bersiap untuk menghantam lagi. Dan darah segar mengalir dari
kening, hidung, dan mulut Fernando.
Clara melepas tubuh Hayden, agar Hayden bisa membantu
Zach berdiri lagi. Kepala Zach rasanya sangat pusing. Sekeliling nya terasa
berputar-putar dan dia sangat ingin tidur sekarang. Clara maju ke samping
Hayden. Sekarang empat melawan satu. Banyak guru langsung maju untuk memisahkan
mereka. Sekarang, guru-guru itu terlihat seperti sekelompok badut. Mereka
sungguh telat, karena perkelahian nya sudah selesai bahkan sebelum mereka
datang untuk memisahkan.
Mereka ber-empat langsung pergi keluar dari sekolah.
Mereka duduk di sebuah halte bus yang tidak ada seorang pun, kecuali mereka
ber-empat. Zach mengelus-ngelus pipi nya yang terlihat biru. Clara lalu pergi
ke warung kecil di belakang halte, dan kembali dengan es yang ia taruh di sapu
tangan nya dan sebotol soda. Clara menepuk-nepuk pipi Zach dengan sapu tangan
nya. Zach mengedipkan mata nya berkali-kali ketika kulit nya yang biru
bersentuhan dengan es.
Hayden menghela nafas panjang dan membuang nya. Ia
mengacak-ngacak rambut nya. Dan mendongkakkan kepala nya ke atas . Tidak ada
dari mereka yang mau berbicara. Terlebih Zach. Dia tidak mau tau apa yang
terjadi untuk sementara. Terlalu banyak yang terjadi malam itu, dan semua
bergerak terlalu cepat. Terlalu sedikit pula waktu yang Zach miliki, sebelum
malam itu berakhir.
Clara membuka botol soda yang tadi ia beli. Ia meminum
nya sedikit, lalu memberi nya pada Zach. Lalu bergilir terus sampai tiba di tangan
Andrew dan habis. Jika beberapa hari yang lalu Zach tidak bertemu dengan Hayden
mungkin malam ini hanya akan ada Zach dan Andrew. Lalu jika Zach tidak bertemu
dengan Marsella malam itu, mungkin tidak akan ada Clara di sini. Entah
bagaimana, mereka ber-empat bisa dipersatukan karena masalah ini. Malam ini,
mereka ber-empat tidak merasa seperti orang asing. Mereka merasa seperti harus
menjaga satu sama lain. Jika salah satu dari mereka jatuh, maka mereka semua
akan menarik orang itu agar tidak ada yang jatuh. Maka, dimulai lah kisah tahun
ajaran baru di SMA Elizabeth. Mulai hari ini dan seterus nya, hidup mereka
ber-empat akan jauh dari kata normal.
“Zachary, mengapa menurut mu Fernando Germanotta bisa berbuat demikian?” tanya petugas yang masih
bersikeras mendapat jawaban dari Zach. Zach sendiri malah tertarik, dan
berharap agar petugas bisa melontarkan lebih banyak pertanyaan. Semakin banyak
Zach menjawab, mungkin semua ini akan semakin cepat selesai juga.
“Apa kalian bercanda? Semua pertanyaan yang kalian tanyakan dari tadi sudah jelas jawaban
nya. Fernando berbuat demikian, karena Marsella berniat melaporkan Fernando.
Bahwa Fernando memperkosa Marsella.” Jawaban ketiga yang petugas terima, dan
ketiga jawaban dari tiga orang yang berbeda itu sama.
Petugas mengambil hp nya. Dia terdiam sebentar. Seperti jika dia sedang akan membuat keputusan
yang kritis bagi keadaan yang sekarang. Dia terlihat ragu untuk menekan tombol
telepon. Dia lalu menekan tombol telepon itu, dan mendekatkan hp ke telinga
nya. Beberapa saat itu kemudian dia berbicara. “Bawa Fernando Germanotta ke
sini sekarang. Pindahkan jadwal interograsi Andrew Edden dan ganti menjadi
Fernando Germanotta.”
“Interograsi kita belum selesai. Aku akan memanggil mu lagi saat aku butuh jawaban lebih. Untuk
saat ini, pulang lah dulu dan istirahat lah. Ini adalah minggu yang berat bagi
kita semua.” Zach lalu pergi membuka pintu dan mengucapkan terima kasih dan
selamat malam. Zach mengambil jaket kanvas merah nya itu dari stand hanger di
kantor polisi. Zach membuka payung nya. Malam itu gerimis. Kota Aseline belum
juga tidur. Banyak sorot lampu dari mobil dan motor yang menerpa sisi jalan
Zach berada.
Zach sedang tidak berjalan pulang ke rumah. Dia sedang menuju ke kedai kopi dekat dari kantor
polisi. Andrew dan Hayden serta Clara sedang menunggu Zach di sana. Dan di sana
mereka akan mendiskusikan rencana mereka selanjut nya. Hujan yang semula
gerimis berubah menjadi deras. Lubuk hati Zach dari tadi, dari sejak
meninggalkan kantor polisi sangat berapi-api. Dia sangat ingin keadilan bagi
Marsella, tetapi dia juga tidak ingin teman-teman nya jatuh. Mengambil
keputusan untuk menutupi kejadian yang sebenarnya sungguh membuat Zach muak
terhadap diri nya. Dia merasa terlibat dalam rangkaian manipulasi ini, padahal
sebenarnya tidak. Zach adalah satu-satu nya orang dari mereka yang tidak tau
menau soal apa yang terjadi. Sampai beberapa hari yang lalu. Zach berhasil
menyusun segala kerangka yang terjadi. Zach tau apa yang sebenarnya terjadi,
bahwa teman-teman nya terlihat. Dan jika Zach memilih untuk mengejar keadilan
demi gadis yang bahkan tidak ia kenal, maka seluruh teman-teman nya akan jatuh
menjadi pelaku.
Pemilihan sepihak ini adalah hal berat bagi Zach. Menggerogoti batin Zach. Maka dari itu, Zach
akan berbuat apa saja agar kasus ini bisa cepat selesai. Dan teman-teman nya
bisa aman dari ancaman pidana.
Zach sampai. Kedai Kopi TehEh. Andrew, Hayden, dan Clara terlihat sedang duduk di bagian yang
bersofa. Belum ada cangkir kopi di meja mereka. Dan Hayden melambaikan tangan
nya ke arah Zach untuk menyuruh nya masuk. Lagi, mereka berkumpul ber-empat,
tapi dalam kondisi dan suasa yang sungguh kacau.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!