NovelToon NovelToon

Scandal Hubungan Rahasia

Episode 1 Pertemuan Pertama.

"Alina! Cepat bangun. Kamu bisa kesiangan ke sekolah! Nanti kalau terlambat bagaimana?" seorang wanita sekitar berusia 40 tahunan yang sudah berteriak-teriak dari dapur dengan kesibukannya sebagai ibu rumah tangga.

Sejak tadi mulutnya tidak berhenti meneriaki putrinya yang tidak keluar kamar juga, dengan tangan yang sangat kotor yang mengaduk adonan tepung.

"Alina. Andre!" wanita itu terus saja berteriak.

"Iya-iya. Mah ini sudah bangun!" akhirnya gadis cantik yang memakai seragam SMA itu, dengan rambut di kelabang dua dan juga memakai kaca mata. Walau penampilannya culun. Tetapi dia sangat cantik dan wajahnya terlihat begitu polos.

"Alina bukan hanya bangun saja dan lihatlah. Alina sudah selesai bersiap-siap!" jawab Alina dengan sedikit menekan.

"Mama hanya mengingatkan saja. Siapa tahu kamu masih tidur. Kalau terlambat nanti kamu bisa mendapatkan hukuman," ucap Ratih.

Alina menghela nafas yang menduduki sofa yang terlihat memakai sepatunya.

"Mama dari tadi berisik mulu. Telinga Andre sakit," sahut Andre yang juga baru keluar dari dalam kamar dan terlihat tampak rapi menggunakan kemeja.

"Kalian berdua ini bisanya hanya protes saja. Mama teriak-teriak agar kalian tidak terlambat sekolah dan juga kuliah! Kalau nanti sudah menjadi orang tua baru kalian akan merasakan apa yang Mama rasakan!" tegas Ratih.

"Iya-iya. Kami minta maaf," sahut Alina dan Andre secara serentak.

"Sudah-sudah. Sekarang kalian berdua sarapan dan setelah itu langsung pergi ke sekolah!" tegas Ratih.

Alina dan Andre yang menurut saja dari pada mendengar ocehan Ratih.

***

Seperti biasa adik, kakak itu berangkat untuk menempuh pendidikan mereka menggunakan motor yang sudah tua, tapi syukur-syukur masih bisa digunakan sebagai alat transportasi mereka berdua. Andre harus berkendara di antara mobil-mobil yang berhenti karena menunggu macet. Kota Jakarta memang tidak selesai dengan urusan macet dan apalagi pagi-pagi seperti ini.

Jangan tanya betapa padatnya dan sangat beruntung mereka memakai motor yang pasti bisa menyelinap dengan berjalan di antara mobil-mobil.

"Kak. Alina sepertinya terlambat!" Alina yang duduk menyamping sejak tadi begitu panik yang bolak-balik melihat jam tangannya.

"Ini Kakak sudah paling kencang. Kita bahkan hampir mau terbang," jawab Andre dengan suara kencang agar adiknya yang memakai helm itu dapat mendengarkan.

"Tapi Alina benar-benar takut terlambat," ucapnya lagi dengan gelisah.

"Kamu sabar saja. Ini sebentar lagi kita akan sampai," ucap Andre.

Sampai akhirnya motor itu sampai juga di sekolah Alina yang mana murid-murid berlarian memasuki gerbang sekolah yang dari kejauhan Alina bisa menduga jika memang sudah berbunyi bel masuk.

"Kak Alina masuk dulu. Kakak hati-hati!" Alina mencium punggung tangan Andre dengan buru-buru.

"Helmnya!" teriak Andre saat melihat kebobrokan adiknya itu yang ingin membawa helm di kepalanya.

Untung saja Alina mendengar dan langsung berlari kembali menghampiri Andre dan membuka helm tersebut.

"Kamu ini ada-ada aja!" Andre yang membantu sang adik melihat sangat kesulitan.

"Alina pergi!" ucap Alina yang langsung berlari kembali.

Anak-anak SMA Harapan Bangsa mulai berlarian memasuki gerbang sekolah yang meninggi menjulang ke atas. Dari kejauhan mereka sudah mendengar bel masuk yang berbunyi begitu keras yang membuat mereka harus berlari dan jangan sampai terlambat.

"Ayo cepat masuk!"

"Cepat!" pak satpam yang berdiri di depan gerbang sekolah itu dengan tangannya yang menyuruh murid-murid agar cepat-cepat masuk ke dalam sekolah karena bel 3 menit yang lalu baru saja berbunyi.

Setelah 5 menit maka pintu pagar akan ditutup dan mohon maaf untuk murid-murid yang datang lebih dari 5 menit maka tidak akan bisa masuk ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran di jam pertama.

Para murid-murid berlomba untuk memasuki gerbang sekolah dan sampai akhirnya sudah tidak terlihat ada murid yang berlari lagi dan pak satpam dengan perut sedikit buncit itu langsung menutup pagar sekolah.

"Pak tunggu!" cegah Alina yang merasa begitu jauhnya untuk sampai ke depan gerbang tersebut.

Alina memegang kedua lututnya dengan nafasnya naik turun yang ngos-ngosan.

"Pak tolong buka!" pinta wanita berwajah polos dan sangat lugu itu memohon.

"Sudah terlambat. Tidak ada kata membuka pintu. Makanya kalau bangun pagi jangan lama-lama. Lihat kamu terlambat dan tidak boleh masuk lagi," pak satpam sepertinya tidak akan memberi kesempatan.

"Tapi saya mohon, pak! Saya ada ulangan harian di jam pelajaran pertama. Jadi tolong beri saya kalau kelonggaran, saya janji tidak akan terlambat lagi," wanita itu terus saja meminta pertolongan dengan nafas yang masih naik turun.

"Tidak-tidak! saya sudah bekerja belasan tahun di sekolah ini dan saya akan tetap mengikuti peraturan sekolah tanpa pandang bulu. Jadi kamu sama sekali tidak boleh masuk. Karena sudah terlambat 5 menit dan tidak ada toleransi untuk kamu. Jika sudah tahu akan mengikuti ulangan maka datang ke sekolah lebih awal. Jadi ini resiko kamu!" tegas Pak satpam tersebut yang tetap saja tidak memberikan kesempatan.

Wajah gadis itu terlihat lesu yang putus asa di campur dengan rasa takut yang membuat dia tidak akan bisa mengikuti ulangan harian.

"Baru telat 5 menit. Apa tidak akan memberi kesempatan!" tiba-tiba terdengar suara berat yang membuat wanita dan Pak satpam tersebut melihat ke arah suara tersebut.

Seorang pria tampan berkulit putih dengan tas ransel yang berada di sebelah punggung kirinya. Wajahnya terlihat begitu dingin yang memancarkan aura karismatik yang dapat dipastikan wanita yang melihatnya akan jatuh hati tetapi mungkin tidak untuk Alina. Karena yang dipikirannya saat ini bukan cinta-cintaan atau pandangan pertama, tapi bagaimana cara masuk ke dalam kelas agar bisa mengikuti ulangan.

"Nak, Fathan baru datang juga?" tanya Pak satpam tersebut dengan ramah dan bahkan tidak terdengar suara tegas seperti apa yang dikatakan kepada Alina.

"Bisa di lihat sendiri saya baru sampai," sahut Fathan dengan santai yang satu tangannya berada di saku celananya.

"Oh iya benar," sahut pak satpam yang terlihat cengengesan.

"Lalu apa pintunya tidak akan dibuka?" tanya Fathan dengan wajah datar.

"Oh, iya-iya pasti di buka!" pak satpam yang kembali membuka gerbang sekolah tersebut. Gadis yang sejak tadi memohon itu tampak bingung dengan dahi mengkerut.

"Sangat mengikuti peraturan, Lalu kenapa dia datang pintu langsung dibukakan untuknya, tadi aku tidak?"Alina membatin kebingungan.

"Nak Fathan, nanti bapak minta tanda tangan ya kalau tidak sibuk," ucap pria tersebut yang masih saja senyum-senyum dan Fathan sama sekali tidak menanggapinya.

Fathan menghela nafas dan langsung melangkah memasuki sekolah. Langkahnya terhenti dan kembali dan menoleh ke belakang.

"Apa kau akan tetap berdiri di sana?" tanya Fathan dengan dahi mengkerut.

"Oh. I-iya," sahut Alina yang sedikit kaget dan buru-buru masuk, takut gerbang itu ditutup kembali. Untung ada kesempatan yang membuat dia bisa memasuki sekolah dan Pak satpam tidak melarang hal itu.

Gadis cupu itu juga langsung berlari melewati Fathan.

"Alina!" langkah gadis itu terhenti ketika namanya dipanggil. Gadis itu kembali membalikkan tubuh dengan Fathan yang melangkah menghampiri dia sehingga sudah berada di hadapan Alina.

Mata Fathan terus melihat gadis tersebut yang membuat Alina tampak begitu gugup dan mencari-cari apa kesalahannya.

Bersambung.....

...Aku senang sekali diberi kesempatan untuk membuat karya baru. Saya sangat berharap para pembaca menyukai karya terbaru dari saya. Scandal Hubungan Rahasia. Jangan lupa berikan dukungan, like, koment, subscribe, dan vote yang banyak agar saya bertambah semangat untuk membuat karya-karya berikutnya. ...

...Semoga kalian menikmatinya dan terus baca dari bab 1 sampai selesai, jangan bolong-bolong ya bacanya, soalnya itu bisa berpengaruh pada saya........

Episode 2 Bullying.

"Kakak tahu nama saya?" tanya Alina dengan sedikit suaranya yang sangat jelas terdengar begitu gugup.

Mata Fathan yang melihat ke arah bed nama yang memang sudah tertulis jelas nama Alina Citra Sanjaya.

"Oh iya benar," sahut Alina dengan tersenyum tipis yang menyadari dari mana pria tersebut mengetahui namanya dan bukan karena dia terkenal di sekolah tersebut.

"Kau langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih?" tanya Fathan dengan satu alis terangkat.

Alina yang sangat tahu diri langsung menundukkan kepala, "terima kasih kak!" ucap Alina.

Alina kembali mengangkat kepala dan melihat ke arah Fathan.

"Saya masuk kedalam kelas dulu, saya buru-buru karena ada ulangan pagi ini! Saya permisi!" ucap Alina yang langsung pergi.

Fathan hanya melihat kepergian Alina dengan langkah gadis cupu itu yang berjalan terburu-buru yang membuat Fathan menyunggingkan senyum.

Entah apa yang membuat pria itu tampak tersenyum dengan geleng-geleng kepala. Mungkin merasa lucu dengan tingkah Alina.

**********

Tringggg

Bel sekolah yang berdering membuat murid-murid SMA Harapan Bangsa berhamburan keluar dari sekolah. Alina juga dan berjalan dengan memegang kedua tali tasnya yang disandangkan di punggungnya.

Langkahnya yang tiba-tiba saja terhenti ketika melihat kerumunan di luar sekolah, banyak para wanita yang membawa pulpen dan juga buku dengan suara mereka yang berisik dan tampak rebutan.

"Ada apa itu?" tanyanya kebingungan.

"Alina!" Alina dikagetkan dengan suara tersebut yang membuat dia menoleh.

"Sarah!" ucap Alina.

"Kamu menunggu kak Andre?" tanya Sarah. Alina menganggukkan kepala.

"Kalau begitu aku pulang duluan ya. Aku sudah dijemput," ucap Sarah teman satu kelas Alina.

"Tunggu!" Alina mencegah kepergian temannya itu dengan memegang lengannya. Sarah mengerutkan dahi yang kebingungan.

"Itu ada apa rame-rame?" tanya Alina yang membuat Sarah menoleh.

"Oh. Itu biasalah murid-murid wanita yang pecicilan, mereka itu tidak ada bosannya setiap hari meminta tanda tangan aktris sekolah kita. Aku juga sangat mengidolakan dia, tetapi cukup satu tanda tangan saja dan tidak setiap hari meminta tanda tangan. Aku curiga jangan-jangan mereka menjual tanda tangan itu lagi," jawab Sarah.

"Maksud kamu?" tanya Alina. Walau cara menjelaskan panjang lebar yang ternyata Alina tidak mengerti juga.

"Fathan Adi Kesuma. Jangan bilang kamu tidak tahu kalau di sekolah kita ada bintang ternama," ucap Sarah. Alina menggeleng samar dari ekspresi wajahnya yang memang tidak mengetahui hal itu.

"Astaga Alina. Makanya kamu jangan belajar terus. Lihat itu!" Sarah yang menunjuk ke arah kerumunan tersebut dan laki-laki tinggi yang bernama Fathan itu yang sedang meladeni murid-murid yang sejak tadi mengerumuninya.

"Dia adalah Fathan anak kelas 3. Dia adalah anak aktris papan atas dia juga sedang memulai karirnya mengikuti jejak ibunya!" jelas Sarah yang tampaknya setiap hari selalu update.

"Bukankah itu yang tadi sudah membantuku," batin Alina yang mengingat siapa Fathan.

"Sudahlah. Besok aku akan jelaskan lebih detail lagi. Aku harus pulang," ucap Sarah yang memang tidak memiliki banyak waktu dan langsung pergi dari hadapan Alina.

Alina yang masih saja bengong melihat pria tersebut dan sampai akhirnya Fathan melihat ke arahnya yang membuat Alina kelimpungan dan langsung cepat-cepat mengalihkan pandangannya. Karena takut mendapatkan masalah dari Fathan, Alina yang memilih pergi dengan sangat buru-buru.

"Kak Fathan. Punya aku lagi!"

Fathan mengabaikan murid-murid wanita itu yang terus meminta tanda tangan dan Fathan malah bengong yang melihat kepergian Alina.

******

Alina berada di dalam kelas yang seperti biasa belajar, di saat semua murid-murid penuh dengan kesibukan mereka yang sangat berisik.

Ada yang sibuk dengan ponselnya, ada yang sibuk bercerita dengan suara yang sangat heboh, ada juga murid-murid yang masih seperti anak kecil lari sana lari sini. Tetapi semua kericuhan di dalam kelas sembari menunggu guru mata pelajaran masuk. Tidak mengganggu Alina dalam belajar.

Dia tetap fokus. Alina memang dikenal sebagai murid kutu buku yang tidak banyak bergaul, tidak banyak berbicara, dan sangat pendiam yang bahkan temannya hanya Sarah yang duduk di depannya.

"Alina!" Sarah yang memutarkan tubuhnya ke belakang membuat Alina mengangkat kepala.

"Kamu tidak ingin bertanya padaku?" tanya Sarah.

"Tanya apa?" Alina menimpali pertanyaan itu dengan kebingungan.

"Kemarin! Saat kamu membahas tentang senior yang menjadi selebritis. Kemarin aku hanya berbicara sesingkat saja dan bukankah kamu sangat penasaran sekali?" tanya Sarah yang malah terlihat begitu excited dan dengan mudahnya Alina menggelengkan kepala.

"Hah!" Sarah sampai tepuk jidat melihat reaksi sahabatnya itu.

"Alina! Jadi kamu tidak penasaran dengan Kak Fathan. Alina dia itu adalah anak dari selebritis terkenal. Marinka Fernando. Dia memulai karirnya sebagai seorang modeling dan sudah meroket sampai internasional dan dia juga melanjutkan karirnya sebagai selebritis dengan memerankan banyak sekali film. Salah satu drama terkenal dari Marinka Fernando adalah. Istri yang dibuang, dia menjadi wanita yang tragis dan banyak mendapatkan simpatik dari masyarakat. Rating sinetronnya pada tahun 2008 itu benar-benar melejit tinggi," jelas Sarah yang begitu semangat sekali menceritakan semuanya.

"Aktris papan atas yang sangat cantik itu melahirkan seorang putra bernama Fathan Adi Kusuma dan kamu lihatlah dia sekarang sedang memulai karirnya menjadi selebritis yang mengikuti jejak ibunya," lanjut Sarah.

"Lalu?" tanya Alina yang sejak tadi memberikan respon data.

"Kamu tidak ada niat meminta foto padanya atau minta tanda tangan?" tanya Sarah dan Alina menggelengkan kepala.

"Kamu sama sekali tidak ngefans padanya?" tanya Sarah lagi.

"Aku bahkan tidak mengenalnya sama sekali dan aku baru tahu jika dia seorang selebritis," jawab Alina.

"Astaga, kamu kenapa kolot sekali. Makanya kamu jangan baca buku terus," ucap Sarah kesal yang benar-benar capek menghadapi sahabatnya itu.

Murid-murid di dalam kelas itu tiba-tiba berlarian menduduki kursi masing-masing yang sekarang guru mata pelajaran sudah memasuki kelas dan begitu juga dengan Sarah yang kembali membalikkan tubuhnya agar tidak mendapat teguran.

Alina menghela nafas yang memang sama sekali tidak tertarik untuk mengetahui siapa Fathan.

**

Alina yang terlihat di kerumuni 3 orang wanita di sudut sekolah. Alina yang tampak takut dengan menundukkan kepala kepada tiga gadis yang memiliki wajah culas itu.

"Kamu kenapa diam saja?" ucap salah satu dari mereka.

"Maaf, Kak! Saya tidak sengaja menabrak Kakak," ucap Alina.

"Sudah memiliki mata empat, tetapi berjalan tetap saja tidak becus," Sahut Fiony yang merupakan senior Alina yang mungkin dia adalah ketua geng dari 3 orang itu.

"Lebih baik kacamata ini diambil saja, karena tidak berguna sama sekali!" satunya langsung membuka kacamata Alina dan membuat pandangan mata Alina yang rabun tiba-tiba yang samar-samar melihat ketiga orang tersebut yang sangat dekat di depannya itu.

"Jangan, Kak!" Alina berusaha untuk mengambil kaca matanya dari salah satu tangan wanita yang sengaja sejak tadi mengelak-elakan tangannya agar susah dijangkau Alina. Dia memang sengaja mempermainkan Alina.

"Memang kalau tidak pakai kacamata, kamu tidak bisa melihat wajah cantik ku hah!"

"Bu- bukan begitu, Kak. Tolong kembalikan kacamata saya. Saya minta maaf apa yang sudah saya lakukan," ucap Alina dengan terbata yang semakin panik dan juga takut jika kacamatanya akan dirusak oleh tiga senior yang sengaja mempermainkannya.

Bersambung......

Episode 3 Penyelamat.

"Memang minta maaf bisa menyelesaikan masalah apa!" sahut Tari dengan sinis.

"Bu-bukan begitu Kak," jawab Alina lagi.

"Bukan begitu Kak!" ejek Fiony dengan mulutnya yang manyun menirukan suara Alina.

"Sok imut Lo bicara," sahut Nada menarik rambut Alina ke bawah.

"Sakit, Kak!" keluh Alina dengan mata berkaca-kaca yang sudah ingin menangis akibat mendapatkan perundungan dari 3 senior itu.

Hanya karena dia berjalan sembari menghafal dan akhirnya membuat Alina menabrak Fiony dan tiga orang itu malah mengganggu Fiony.

"Huhhh, sakit ya!" mereka bertiga melakukan perundungan kepada Alina adik kelas mereka.

Fiony dan teman-temannya bukan hanya mengambil kacamata Alina dan Alina berusaha untuk mengambil kembali dengan mereka yang tidak mudah dan sengaja mempermainkan Alina.

Bahkan mereka juga mengambil sepatu Alina yang berusaha membuat Alina berjinjit untuk mengambil sepatunya yang berada di atas tangan Fiony yang dinaikkan ke atas.

Beberapa murid banyak yang berlewatan dan sama sekali tidak melakukan apapun yang sepertinya Fiony dan gengnya sudah biasa melakukan hal seperti itu dan tidak ada yang berani melarang mereka.

"Kak saya mohon kembalikan! pinta Alina yang terlihat sudah lelah dikerjai oleh tiga orang itu.

"Kalau mau ambil saja," Fiony yang semakin meninggikan tangannya agar sepatu itu tidak bisa digapai. Karena Alina yang memang lebih pendek daripada Fiony harus berjinjit dengan melompat-lompat.

"Pertunjukan sirkus yang menarik," ucap Nada yang merekam kejadian itu yang menjadikan tontonan untuk mereka dan pasti akan disebar dengan teman-teman satu sekolah.

"Ayo ambil!" Fiony tersenyum puas mengerjai Alina sampai tiba-tiba sepatu sudah diambil dari tangan Fiony dan bukan Alina yang mengambilnya yang membuat Fiony langsung menoleh kebelakang.

"Fathan!" Fiony yang terlihat tampak terkejut dengan kehadiran Fathan yang seperti biasa memperlihatkan wajah dingin.

Mata Fathan yang menoleh ke arah Nada dan langsung menarik ponsel Nada dengan Fathan yang langsung menghapus rekaman tersebut.

"Fathan apa yang kau lakukan?" Nada yang tidak sempat mencegah hal itu.

"Awas saja kalau kau melakukan hal itu lagi!" Fathan mengembalikan ponsel Nada dengan memberikan ancaman. Nada yang terlihat tidak berkutik sama sekali dan tertunduk yang pasti melihat sudah tidak ada lagi rekaman tersebut.

"Fathan, ini urusan kami dan kamu tidak perlu ikut campur!" tegas Fiony yang sangat tidak suka dengan Fathan.

"Ini akan menjadi urusanku. Pergi dari sini dan jangan ganggu dia!" tegas Fathan.

"Apa maksud kamu akan menjadi urusan kamu?" tanya Fiony.

"Aku bilang pergi!" tegas Fathan.

"Ta-tapi..."

"Apa aku harus melaporkan ini pada guru BK?" Fathan yang kembali memberikan ancaman.

"Isss!" umpat Fiony dengan kesal yang menggertakkan kakinya.

"Ayo kita pergi!" ajak Fiony, Nada dan Tari yang langsung pergi menyusul teman mereka karena tidak mau mendapatkan masalah dari Fathan dan apalagi jika sudah bersangkutan dengan guru.

Fathan menghela nafas dan tiba-tiba saja berlutut dengan satu lututnya menyentuh lantai. Fathan yang mengangkat kaki Alina dan memakaikan sepatu itu yang membuat Alina kaget. Dia sudah seperti Cinderella saja yang diperlakukan sangat manis.

Setelah memakaikan sepatu itu Fathan langsung berdiri dan sementara Alina sejak tadi masih tertunduk melihat lantai. Fathan melihat kacamata Alina yang juga terjatuh dan mengambilnya.

Fathan sedikit menunduk dengan memegang dagu Alina yang mensejajarkan wajah mereka dan Fathan langsung memakaikan kacamata Alina dan barulah Alina bisa jelas melihat pria tampan tersebut yang sejak tadi hanya melihatnya samar-samar saja.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Fathan yang membuat Alina menggelengkan kepala.

"Mereka tidak akan mengganggu kamu lagi," ucap Fathan dengan yakin yang membuat Alina mengangguk

Alina yang tampak bingung harus mengatakan apa dan tiba-tiba saja langsung berlalu dari hadapan Fathan.

"Alina!" langkah Alina terhenti ketika mendengar suara itu memanggil dirinya.

"Ada apa, Kak?" tanya Alina dengan membalikkan tubuh.

"Kau tidak akan mengucapkan terima kasih atas apa yang aku lakukan?" tanya Fathan.

"Ma- makasih Kak," ucapnya terbata dengan menundukkan kepala dan langsung pergi dengan buru-buru.

"CK!" "jika tidak diingatkan mengucapkan terima kasih maka dia tidak akan mengucapkannya," Fathan berdecak dengan geleng-geleng kepala.

**

Alina yang terlihat duduk di dekat sekolah yang menunggu jemputan, sekolah yang sudah mulai sepi dan bahkan sudah tidak terlihat lagi murid-murid keluar dari dalam sekolah.

"Alina Kakak datangnya agak terlambat sedikit, soalnya masih ada pertemuan dengan dosen. Kamu tunggu saja di sana dan jangan kemana-mana," Alina hanya menghela nafas yang membaca pesan tersebut.

Tiba-tiba mata Alina yang melihat ke arah sebelah kirinya yang merupakan gerbang sekolah dan sangat kebetulan Fiony and the geng terlihat berjalan yang membuat Alina seketika takut dan langsung mengalihkan pandangannya.

Dia masih mengingat apa yang dilakukan kakak kelasnya itu tadi siang. Fiony yang sepertinya juga kesal yang ingin melanjutkan pembullyan nya kepada Alina. Tetapi baru saja kakinya ingin melangkah dan tiba-tiba pintu mobil terbuka yang mana Fathan keluar dari mobil.

Baru mendapatkan tatapan dari Fathan yang membuat Fiony tidak berani mendekati Alina dan langsung mengajak kedua temannya untuk pergi. Fathan hanya geleng-geleng kepala.

"Maaf, Kak!" Alina yang duduk di tempatnya tampak ketakutan yang tidak berani menoleh ke arah sebelah kirinya yang merasa ada orang berdiri di sana.

"Kenapa minta maaf?" suara itu membuat Alina mengerutkan dahi dan barulah menoleh yang dia pikir itu adalah Fiony dan ternyata itu adalah Fathan.

"Ka-kak Fathan!" ucap Alina gugup dengan menelan saliva dan dia menoleh ke arah di mana tadi melihat Fiony dan teman-temannya yang ternyata sudah tidak ada

"Aku pikir tadi kak Fiony," ucap Alina dengan gugup.

"Kamu takut dengan mereka?" tanya Fathan dan Alina tidak bisa bohong yang memang itu adalah kenyataan yang menunjukkan kepalanya.

"Kenapa harus takut. Mereka dan kamu sama-sama memiliki hak di sekolah ini," ucap Fathan. Alina yang tidak merespon kata-kata Fathan

"Kamu tidak perlu takut lagi dengan mereka dan aku yakin mereka tidak akan mengganggu kamu lagi," ucap Fathan. Alina hanya menganggukkan kepala.

"Kamu sedang apa di sini dan kenapa tidak pulang?" tanya Fathan.

"Menunggu Kakak saya untuk menjemput," jawab Alina.

"Begitu," sahut Fathan.

Tiba-tiba saja Fathan sudah duduk di samping Alina yang membuat Alina kaget.

"Tidak masalah bukan, aku di sini?" tanya Fathan. Alina menggelengkan kepala yang tidak mungkin juga melarang.

Alina dan Fathan yang tetap duduk di tempat mereka dan sekarang Alina sudah membuka buku yang membaca bukunya, mereka berdua hanya diam dan tidak ada yang memulai obrolan dan mungkin Fathan sejak tadi sudah mengajak Alina basa-basi berbicara dan Alina merespon dengan sangat singkat.

Jadi jika Alina membaca buku, maka Fathan mendengarkan musik menggunakan earphone. Namun sesekali Fathan menoleh ke arah Alina yang begitu fokus. Mungkin jika itu wanita lain yang pasti sudah menggunakan kesempatan itu untuk bisa dekat dengan aktris seperti dirinya.

Tin-tin-tin-tin-tin.

Suara klakson motor tersebut membuat Alina kaget dan bahkan sampai terdengar di telinga Fathan yang langsung melihat ke arah depannya seorang pria yang memakai helm yang ternyata Andre.

Alina merasa lega yang akhirnya sang kakak datang juga menjemputnya dan Alina menutup bukunya yang buru-buru memasukkan ke dalam tas. Alina hanya menundukkan kepala kepada Fathan dan langsung buru-buru menaiki motor sang kakak.

Bersambung......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!