NovelToon NovelToon

Rumah Kos Terkutuk & Pendakian Terakhir

Part 1 Rumah Kos Terkutuk

Sore menjelang magrib, kira-kira sekitar jam 17:30, Tono akhirnya menemukan alamat rumah yang di carinya.

Setelah hampir seharian mencari rumah kost yang sesuai dengan budget nya, dia tahu alamat rumah kost tersebut dari seseorang yang di temui nya di warung dekat kuburan kecil yang sudah tua dan nampak tak terawat.

Saking gak terawat nya, sehingga dari depan nampak seperti lahan kosong yang tidak di rawat oleh pemilik nya. Tumbuh-tumbuhan semak belukar menjulang tinggi, yang tinggi nya rata-rata satu meteran, bahkan ada yang tinggi nya hampir 5 meter

Karena tumbuhan semak tersebut menempel dan merambat pada inang nya, yaitu sebuah pohon beringin besar yang sangat rimbun daun nya, bahkan akar-akar gantung nya sampai menjuntai ke bawah bagaikan tirai rumbia, dan itu menunjukkan usia pohon beringin tersebut sudah sangat tua.

Warung yang sangat sederhana tersebut kira-kira jarak nya sekitar 30 meter dari kuburan tua. Tono pun tidak menyadari bahwa motor nya mogok di depan kuburan tua.

Dia mengira itu cuma lahan kosong yang sudah puluhan tahun tidak di rawat oleh pemilik nya, karena dari depan batu-batu nisan nya sudah tidak kelihatan akibat tertutup kumpulan ilalang yang sangat subur.

"Alhamdulillah ada warung" ucap Tono dengan lirih sambil menatap lega ke arah warung tersebut, setelah ia menuntun motor nya sekitar 20 meter dari lokasi di mana motor nya mogok mendadak.

"Misi Pakde, tolong bikinkan teh panas Pakde" perintah Tono dengan nada semangat, begitu ia masuk ke kusen pintu warung tersebut yang terbuat dari bambu usang tanpa pintu.

Tanpa bicara, beliau segera melaksanakan perintah Tono, langsung membalikan badan nya dan menghampiri teko usang yang ada di depan nya dengan langkah-langkah kecil. Seperti nya beliau mungkin terkena sakit reumatik atau mungkin asam urat.

"Maaf Nak, gulanya habis. Teh tawar mau gak Nak?" ucap Pakde yang masih membelakangi Tono dengan suara berat dan agak lirih, ia mencoba menawarkan pilihan lain kepada nya.

"Ya sudah gak apa-apa Pakde, yang penting tenggorokan ku ini gak kering" jawab nya dengan nada halus dengan di sertai sedikit senyum.

Sedangkan Pakde masih membelakangi Tono, meracik teh untuk pembeli satu-satunya, yang nanti nya akan di jahili nya. Karena sesungguhnya Pakde tersebut jelmaan dari jin yang usil.

"Ini nak, teh nya" suara bernada berat

Tepat di belakang punggung nya sedikit mengagetkan Tono yang sedari tadi menunggu di buatkan teh.

Dia merubah posisi duduk nya membelakangi meja warung yang sederhana yang terbuat dari papan kayu yang sudah nampak usang, untuk memperhatikan motor nya yang mogok berdiri tegap menyamping di depan warung, yang seberang jalan nya terdapat rimbunan pohon bambu yang tumbuh subur.

Sesekali pohon bambu tersebut mengeluarkan suara " ngiiiiittt...ngiiittt..." karena ada batang-batang bambu yang saling bergesekan tertiup semilir nya angin siang menjelang Azhar.

Tanpa ia sadari ketika tadi Tono membelakangi Pakde, ada hal yang menyeramkan sedang berlangsung. Tetapi untung nya Tono tidak melihat hal tersebut, sehingga ia tidak jantungan dan pingsan di tempat.

"Pakde, apakah di sekitar sini ada bengkel motor?" Tanya Tono setelah menyeruput teh tawar yang ada di tangan kanan nya

Part 2

Tangan kirinya memegang piring kecil sebagai tatakan gelas. Posisi Tono sekarang berhadap-hadapan dengan Pakde setelah ia memutar balik posisi duduk nya. Hanya meja kayu usang sebagai pembatas mereka.

"Di sekitar sini gak ada nak. Tapi mungkin di kampung tetangga ada, cuman jarak nya masih lumayan jauh nak" jawab nya

Sambil kepala nya menunduk karena fokus dengan kedua tangan nya yang sedang menumpuk potongan-potongan daun pisang yang berantakan di atas meja jualan nya. Kemungkinan daun-daun tersebut di gunakan untuk pembungkus gorengan jualan nya.

"Kira-kira berapa jauh ya Pakde? "Tanya Tono sambil memperhatikan wajah Pakde yang dari tadi kepala nya tertunduk dengan blangkon warna coklat yang sudah usang menutupi sebagian rambut kumal nya yang hampir semua nya sudah memutih.

"Sekitar empat kilometer lagi nak" jawab nya sambil kedua mata nya yang besar menatap balik Tono, dengan tatapan agak serius.

"Waduh, masih lumayan jauh ya Pakde" sahut Tono spontan dengan mimik wajah setengah kaget.

"Mana motor ku mogok lagi Pakde, apesss apess ! " sambung Tono dengan wajah agak kecewa.

"Di coba lagi nak, barangkali mesin nya nyala" suruh lelaki tua itu yang umur nya kira-kira sekitar 60 tahun.

"Gak mungkin lah Pakde, tadi sudah saya coba berkali-kali gak hidup juga mesin nya. Sampe mandi keringat aku ngakalin tuh motor " jawab Tono dengan nada ketus

Kedua mata nya menatap kesal motor bebek yang sudah buntut warisan bapak nya.

" Gak ada salah nya di coba lagi nak " suruh Pakde meyakinkan Tono untuk kedua kalinya

Sorot kedua matanya masih menatap Tono dengan tatapan setengah mengintimidasi, berharap ia mau mencoba nya lagi untuk menghidupkan motor nya.

"Iya Pakde, emang gak ada salah nya di coba lagi. Semoga saja kali ini beruntung" jawab nya dengan nada pesimis.

Ia beranjak dari tempat duduk nya dan menghampiri motor nya dengan langkah kaki kurang bersemangat.

Klek..klek...klek..

Tiga kali ia menendang sekuat tenaga kick starter nya belum bisa membangunkan mesin motor nya.

Kali ini ia mencoba untuk ke empat kalinya, dengan tenaga bercampur amarah.

Kleeekk ngerrrrrrrr..!!!!!

"Alhamdulillaaaahhh....!!!!!" Teriak Tono spontan

Mesin motor nya berhasil di bangunkan kembali, setelah sekian jam tertidur pulas. Dan pak tua si pemilik warung menatap dari dalam warung dengan tatapan licik dan senyum kecut.

Namun Tono tidak memperhatikan nya, karena hati nya masih terbawa suasana bahagia, sebab kali ini masih bernasib mujur. Ia masih fokus dengan motor nya dan sesekali menarik tuas gas nya, untuk memastikan kondisi mesin nya sudah siap untuk di ajak jalan lagi.

Dia turun dari motor bebek nya yang pabrikan honda dengan merek green, pembuatan tahun 94.

"Berapa Pakde teh nya ! " Tanya Tono dengan nada semangat, sambil kedua kakinya melangkah menuju warung nya Pakde.

"Gak usah nak, gratis"jawab Pakde dengan ramah.

"Lagian cuma teh tawar kok" sambung nya,mencoba merayu Tono untuk tidak usah membayar nya.

"Oh ya anak muda, sebenarnya kamu mau kemana? " tanya Pakde lagi, mencoba mengalihkan pembicaraan.

Kedua mata nya yang berkarakter melotot masih menatap Tono dengan serius.

"Sebenarnya saya lagi cari rumah kost Pakde, saya sengaja cari nya di pinggiran kota supaya dapat yang tarif nya murah, hehehe..." jawab Tono dengan muka sedikit nyengir.

Part 3

"Maklum lah Pakde, buruh pabrik seperti saya ini upah nya murah. Makanya saya cari kosan yang murah aja, supaya nanti pas gajian ada uang sisa untuk di kirim ke emak bapak saya di kampung. Kasihan mereka, saat ini jualan nya lagi sepi" sambung Tono

Tangan kanan nya memegang-megang gelas yang sudah kosong di atas meja dan kedua mata nya menatap lesu gelas tersebut. Mungkin karena ia jadi teringat kesusahan orang tua nya di kampung.

"Kebetulan nak, saya punya teman lama yang punya usaha kos-kosan di kampung sini, harga sewanya pun terjangkau nak" ucap Pakde yang memecah keheningan sesaat Tono dari lamunan nya.

"Yang benar Pakde ?!" Tanya Tono spontan, dengan mimik wajah girang setengah tanda tanya, berharap segera mendapatkan jawaban nya dari Pakde.

"Iya benar. Dari sini kau lurus saja nak, nanti ada pohon kapas besar di kiri jalan, lanjut kau lurus lagi. Sekitar 10 meter ada gang kecil sebelah kiri jalan, nah kau masuk aja ke dalam gang itu, lurus terus, nanti ketemu rumah besar tingkat dua" ucap Pakde menjelaskan kepada Tono yang dari tadi mendengarkan dan menatap wajah Pakde dengan serius.

"Terimakasih Pakde atas informasi dan bantuan nya, saya segera meluncur kesana mumpung hari belum gelap " ucap Tono dengan nada girang dan senyum sumringah.

Ia lalu beranjak dari tempat duduk nya dan kedua tangan nya tak lupa menjabat tangan nya Pakde dengan semangat. Tono melangkah keluar, bergegas meninggalkan warung tersebut. Dengan langkah semangat, ia tak sabar untuk segera sampai di rumah kost itu.

"O ya pakde, nama pemilik nya siapa?!"

Hampir saja dia lupa menanyakan. Padahal posisi sudah naik di atas motor dengan mesin menyala, tinggal putar porsneleng gas langsung meluncur.

"Bu Darminto!" Jawab Pakde dari dalam warung dengan suara berat dan keras yang terkesan di paksakan.

Hingga batuk pun tak tertahankan, karena setiap tarikan nafas beliau seperti nya terasa berat, mungkin karena penyakit asma yang sudah menahun atau karena faktor usia.

"Terimakasih Pakde" balas Tono yang langsung meluncur ke alamat yang sudah di jelaskan tadi.

Dia tidak menaruh curiga apapun terhadap lelaki tua pemilik warung itu. Karena sepanjang hidup nya, ia belum pernah mengalami hal hal mistis.

Dan petualangan Tono yang sangat mendebarkan dan menakutkan akan segera di mulai, ketika ia masuk dan tinggal di rumah kost angker tersebut.

...☠️☠️💀☠️☠️...

"Nah itu dia gang kecilnya" Gumam Tono lirih, dengan mimik wajah senang di sertai senyum tipis.

Dia sedikit menambah kecepatan motor nya, karena sudah tidak sabar untuk segera sampai di rumah kost nya Bu Darminto.

Jarum jam di tangan nya sudah menunjukkan pukul 16:42, itu artinya senja akan segera tiba. Tanpa rasa ragu dan takut, dia langsung mengarahkan setang motor nya masuk ke dalam gang kecil itu, yang kira-kira lebar nya seukuran mobil sedan.

Jadi, jalan tersebut jika untuk bersimpangan antar mobil jelas tidak bisa, salah satu harus mengalah mundur mencari tepi jalan yang agak luas, untuk memberikan jalan kepada mobil di depan nya.

Di sepanjang jalan gang tersebut, di kanan kirinya tumbuh beberapa pohon asam jawa yang berdiri kokoh meskipun ada beberapa pohon yang batang bagian bawah nya sudah terbuka menganga, tapi daun pohon tersebut masih hijau dan tumbuh lebat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!