NovelToon NovelToon

Mirage Of Love

Bab 1 Melarikan diri

Bab 1

Ada kerajaan kecil bernama Ashraf yang terkenal karena paras kedua putri raja, putri pertama Rifanna syah Ashraf anak dari Ratu dan putri kedua Adeline rae Ashraf anak dari seorang selir. Keduanya akan menikah di hari sama sayangnya, tidak ada yang baik dari pernikahan itu.

"Aku tidak mau." Rifanna menolak menikah dengan kaisar dari kekaisaran Laurent yang usianya 45 tahun.

Ratu hanya bisa memijat kepalanya yang sakit sejak lamaran itu datang, ia tidak kuat dengan tekanan raja, dan penolakan putrinya setiap hari.

"Lagi pula, kenapa malah aku yang harus menikah dengan kaisar berusia 45 tahun itu? kenapa tidak Adeline saja?" tanya Rifanna, ia tidak terima jika anak selir dijodohkan dengan pria tampan yang memiliki gelar Grand Duke.

"Karena kaisar itu terpikat pada mu, berhentilah menolak. Siapkan saja diri mu untuk menikah 7 hari lagi," pungkas ratu.

Rifanna bukan anak yang mudah menurut. Rifanna berdandan cantik di hari kedatangan kaisar untuk melihat artefak kerajaan mereka, awalnya ia ingin menarik perhatian Putra Mahkota Laurent. Namun siapa sangka kaisar tua itu malah lebih dulu jatuh hati padanya, sementara Adeline yang berdandan biasa saja layaknya pengemis mendapat perjodohan dengan pria terbaik dan tertampan di kekaisaran.

Karena kesal Rifanna pergi ke pavilliun merak menemui Adeline, dalam pikiran Rifanna mau bagaimana pun juga pernikahan ini tidak bisa dilaksanakan dan Adeline harus bertukar posisi dengannya.

Brak!

Rifana membanting gerbang tua paviliun yang terbuat dari kayu. Paviliun merak adalah bangunan yang sudah tua, serta lusuh karena tidak pernah diperbaiki selama bertahun-tahun . Namun berkat taman indah yang dirawat oleh pengasuh Adeline, paviliun masih enak untuk dipandang. Tempat tujuan Rifanna adalah arena latihan terletak di belakang paviliun, di sana berdiri seorang wanita putih pucat sambil memegang pedang.

"Adeline, aku ingin bicara dengan mu," panggil Rifanna, Adeline menoleh sebentar lalu memasukan pedangnya ke dalam sarung kemudian  melangkah mendekati sang kakak.

"Apa lagi kali ini?" tanya Adeline, karena tinggi badan Adeline sedikit lebih unggul ia menunduk saat menatap Rifanna.

Plak!

Merasa direndahkan Rifanna melayangkan tamparan seraya berkata, "Berikan salam."

Kekuatan Rifanna tidak cukup untuk membuat wajah Adeline menoleh ke arah lain, ia bahkan tidak bergeming dari posisinya walau pun wajahnya sedikit bengkak.

"Salam sejahtera  untuk anda Putri pertama Rifanna Rae Ashraf, apa yang membuat putri terhormat seperti anda datang ke tempat lusuh ini?" Tanya Adeline secara tidak langsung melontarkan ejekan.

"Dasar anak selir rendahan. Gantikan aku menikah dengan kaisar," perintah Rifanna, Adeline pun tertawa kecil, "Putri pertama, apa anda ingin menjadi pengkhianat dengan melanggar titah kaisar?"

"Kau memangnya tau apa tentang titah? jangan coba-coba menakuti aku dengan titah itu, kau cukup patuhi aku."

"Putri pertama, saya sudah menerima titah kaisar untuk menjalin hubungan dengan grand duke. Sebelum anda meminta saya patuh maka anda harus membuat kaisar mengubah titahnya terlebih dulu."

"Kau sangat kurang ajar, di sini aku adalah putri raja maka kau harus mematuhi ku. Selama kau diam maka tidak ada yang akan sadar jika pengantinnya ditukar atau jangan-jangan kau memang menunggu waktu ini untuk meninggalkan Ashraf?"

“Kalau saya mengatakan itu benar, anda bisa apa? Pernikahan ini bukanlah mainan anak-anak putri, saya tidak berniat bermain dengan anda. Kalau anda cerdas maka anda bisa berpikir apa konsekuensi membohongi Kaisar Laurent, mungkin anda tidak akan di bunuh hanya saja status anda sebagai Putri Ashraf akan menghilang selamanya.”

“Kau!” Rifanna sangat marah saat Adeline punya cara untuk melawannya, ia tidak percaya sekarang Adeline sudah berani setelah selama ini hanya diam tertunduk.

"Putri silakan pergi, terlalu lama di tempat kumuh ini akan membuat anda berbau busuk." Adeline mempersilakan Rifana untuk pergi, Rifanna tidak punya pilihan selain angkat kaki dari sana, ia tidak bisa tetap di sana karena ia dulu mengatakan hal yang sama untuk menghina Ibu Adeline.

*****

3 hari kemudian sepanjang jalan dari gerbang ibu kota sampai ke istana di hias dengan mewah dan megah, disediakan 2 aula untuk acara pernikahan hari ini. Rifanna terus menerus menangis membuat pelayan kesulitan merias wajahnya, sementara riasan Adeline selesai hanya dalam hitungan jam kini ia tinggal menunggu waktu untuk masuk ke aula saat pengantin pria datang.

"Nona, apa anda mau menerima pernikahan ini? rumor mengatakan pria itu memperlakukan orang asing baginya dengan dingin usai bercerai dengan istri pertamanya, coba pikirkan kembali," pinta pengasuh Adeline, Anna. Wanita berusia 40 tahun itu terus menerus menangis memohon pada Adeline.

Tidak lama masuklah suami Anna yakni Erick, ia adalah satu-satunya kesatria di paviliun merak. Erick datang membawa penutup wajah di tangannya.

"Sayang." Anna berbalik mencoba membujuk sang suami agar bekerja sama dengannya, "Katakanlah sesuatu, mintalah nona untuk mengerti."

"Tenanglah dulu." Erick mengelus kepala Anna, kemudian memakainya penutup wajah itu padanya dan melempar satunya lagi pada Adeline.

"Apa ini?" tanya Anna kebingungan.

Adeline memakai miliknya lalu ia membuka gaun pernikahan, ternyata oh ternyata ia sudah memakai setelan pakaian pria dibalik gaun tersebut.

"Nona?!" Anna tidak percaya jika ternyata Adeline sudah menyiapkan rencana mengatakan apa pun padanya.

"Ayo, kalian berdua. Kita akan bersiap menyambut kehidupan baru," teriak Adeline. Mereka bertiga melarikan diri melewati jalan rahasia yang sengaja Adeline buat sebelum hari pernikahan tiba, jalan itu terhubung ke tengah kota untuk memudahkan mereka melarikan diri ke pelabuhan terdekat. Tempat tujuan mereka sudah diatur oleh Erick, setelah naik kapal maka tidak  ada lagi  yang perlu di khawatirkan.

Kabar itu diketahui kaisar setelah sejam kemudian saat waktu pengantin wanita memasuki aula tiba, mengetahui itu Rifanna merasa sangat kesal padahal ia juga berpikir melarikan diri dan malah Adeline yang berhasil mewujudkannya.

Grand duke Kaivan Bahdrika menatap tajam raja saat mengatakan kalau Adeline sudah melarikan diri, siapa saja di depan Kaivan akan kehilangan tenaga pada kakinya untuk berdiri karena tatapan Kaivan yang sangat mengintimidasi.

"Begitu yah," jawaban singkat Kaivan malah membuat raja semakin ketakutan, "Itu malah bagus, lagi pula pernikahan ini aku tidak menginginkannya."

"Tapi perjanjian perjodohan itu tidak bisa dilepaskan, saya akan mencari putri saya dan akan memastikan pernikahan ini terjadi," ucap raja, ia tidak mau kehilangan dukungan seorang duke yang menjadi pondasi kekaisaran besar seperti Laurent.

"Lakukan sesuka mu," jawab Kaivan seenaknya.

Begitu raja pergi sekertaris Kaivan langsung mendekat dan bertanya, "Bagaimana ini tuan ku?"

"Aku tidak akan menikah dengan siapa pun sampai kapan pun, jika aku mengenalnya maka akan ku bantu pelarian wanita itu. Tapi karena aku tidak mengenalnya maka wanita itu harus lari dengan benar, pantau terus kabar tentangnya dan jika ada kabar dia tertangkap maka bunuh saja dia." Kaivan tidak memiliki belas kasih, sejak awal dia berniat membuat Adeline menderita setelah menikah jadi sama saja dengan membunuhnya. Jayden tersenyum dan melalukan apa yang di perintahkan padanya.

Sementara itu sampai waktu Kaisar Laurent kembali ke kekaisaran, Raja Ashraf masih tidak menemukan Adeline.  Rifanna kini resmi menjadi selir ke 8 sekaligus selir termuda Kaisar Laurent.

"Huft." Kaivan meniupkan asap rokok dari dalam mulutnya saat kapal menuju Kekaisaran Laurent meninggalkan pelabuhan.

"Salam sejahtera Grand Duke Bahdrika, saya datang membawakan anda teh hangat." Rifanna berusaha mendekati Kaivan berharap hati pria itu terpincut padanya.

Kaivan hanya melirik teh itu seraya berkata, "Ada baiknya selir tidak mendekati saya, asap rokok tidak baik untuk anda."

"Terima kasih untuk pengertian grand duke, angin laut juga sangat dingin jadi ambilah segelas teh ini."

Kaivan membuang rokoknya ke laut lalu ia berbalik menatap Rifanna, "Rokoknya jadi tidak enak lagi karena aroma teh, saya tidak suka teh jadi berikan saja pada kaisar. Salam sejahtera untuk anda."

Kaivan berjalan meninggalkan Rifanna. Tapi Rifanna tidak mau melepaskan Kaivan yang entah kapan bisa bertemu dengannya lagi, "Anda membenci saya karena adik saya melarikan diri dari pernikahan, benar?"

_Sial! aku benci wanita dengan omong kosong banyak seperti ini_ batin Kaivan mencoba tetap bersikap ramah.

"Maaf selir. Grand duke punya banyak pekerjaan, angin laut sangat dingin ada baiknya selir kembali ke dalam,” sela Jayden datang tepat waktu menengahi keduanya, Rifanna dengan berat hati harus menurut  walau pun ini waktu yang pas untuk lebih dekat  dengan Kaivan

“Pastikan aku tidak bertemu selir selama perjalanan, melihat wanita menempel pada pada pria lain walau sudah menikah entah kenapa tangan ku gatal. Sayang sekali aku tidak membawa pedang tadi,” ucap Kaivan seraya melangkah pergi,  Jayden bernafas lega bisa mencegah hal yang tidak diinginkan.

*****

Bersambung …

Silakan tinggalkan jejak dan dukung terus author, karena dukungan kalian sangatlah berarti😘

Bab 2 Rumah Baru

Bab 2

"Apa ini?" Adeline terkejut dengan tempat yang akan menjadi rumah mereka mulai detik ini, setelah terombang-ambing di lautan selama 20 hari mereka malah disambut oleh rumah tua yang masih kotor bahkan rumput halaman rumah setinggi badannya.

"Kalian sebenarnya benar-benar mencari rumah yang layak 'kan? lantas apa ini?" protes Adeline, Anna mengalihkan pandangannya agar semua kesalahan terlimpah pada sang suami sebagai balasan karena tidak mengajaknya membuat rencana pelarian.

"Aku tidak masalah kalian menjadikan Brataini sebagai tujuan. Tapi jika rumahnya seburuk ini, aku juga tidak terima. Lari dari pernikahan dengan grand duke, dan sekarang kalian malah membuat ku menjadi rakyatnya. Bagaimana kedepannya jika dia melihat ku?" lanjut Adeline.

"Nona tenanglah dulu." Erick memijat pundak Adeline, "Selatan adalah tempat yang tidak mudah dimasuki oleh regu pencari Raja Ashraf, maka kita tidak perlu takut ditangkap. Saya juga membuat lukisan wajah anda berbeda dengan aslinya agar tidak dikenali."

"Terserah saja." Adeline mengeluarkan pedangnya dan menebas semua rumput di halaman, Erick akhirnya bisa tenang untuk beberapa saat karena dia tahu jika amukan Adeline belum akan berakhir di sini.

Erick sengaja menjadikan Kekaisaran Laurent sebagai tempat tujuan mereka sebab, di sini tidak ada yang mengenali mereka. Kekaisaran Laurent memiliki pondasi yang kuat sebagai kekaisaran terbesar ketiga di benua Alaska, 3 keluarga duke di kekaisaran ini membuat kekuatan kaisar semakin besar. Keluarga Grand Duke Bahdrika dari Selatan yang memiliki kekuatan militer lebih besar dari kaisar, dan di pimpin oleh 3 komandan terkenal dari 12 Pendukung Bahdrika yakni kelompok bernama bulan sabit. Keluarga Grand Duke Barsha dari Barat memiliki kekayaan luar biasa, setiap anak pria tertua dari generasi keluarga ini akan menjadi menteri keuangan kaisar sedangkan, anak perempuan tertua akan menjadi permaisyuri kaisar. Terakhir Grand Duke Berly dari utara memiliki kekuatan sihir dengan kapasitas mana lebih dari manusia biasa, setiap kepala keluarga dari tiap generasi keluarga itu akan menjadi penguasa menara sihir di usia muda, dan mereka juga terkenal sebagai keluarga paling setia pada kaisar.

Tempat paling aman untuk mereka adalah Selatan. Di sini hidup berbagai ras selain manusia jadi, pengembara dari mana pun diterima dengan baik di Selatan.

Setelah membersihkan halaman Adeline akhirnya sampai di depan pintu rumah, baru saja hendak membuka pintu Adeline terkejut karena pintu ambruk.

"Apa ini?" geram Adeline berbalik menatap orang di belakangnya, sayangnya mereka berdua sudah melarikan diri. Anna pergi ke pasar untuk membeli makanan, sementara Erick pergi mencari kayu bakar entah untuk apa.

"Sialan kalian! datang ke Brataini saja sudah menjadi masalah, rumah di pelosok hutan, halaman rumah menyedihkan, dan sekarang ...." Adeline tidak sanggup melanjutkan ucapannya, "Lebih baik aku perbaiki sendiri."

Di sisi lain Anna takjub melihat pasar sangat besar dan ramai, berbagai ras berjalan bersama tanpa berselisih. Menurut rumor yang Anna dengar, ini semua karena bulan sabit adalah orang dari berbagai ras, yang membawa ras mereka sampai ke Selatan untuk dilindungi.

"Nyonya, apa anda mau beli daging?" tanya seorang elf penjual daging.

_Elf menjual daging? Bukannya mereka tidak makan daging? Ada apa ini?_ batin Anna kebingungan.

"Saya akan kembali nanti. Bisakah anda beritahu di mana toko perhiasan di dekat sini?" Anna balik bertanya dengan tenang tidak memperlihatkan raut wajah yang bisa membuat elf di depannya tidak senang.

Raut wajah elf itu berubah menjadi cemas, "Untuk menjual perhiasan ada baiknya pergi ke pusat kota, penjual perhiasan di sini manusia yang tidak jujur takutnya nyonya akan tertipu."

"Tapi itu memakan waktu 5 hari, Aku dengan suami berserta putri ku baru saja pindah kemari tidak ada waktu untuk ke pusat kota. Kami harus membeli sesuatu untuk makan malam."

"Kalau begitu tunggu sebentar." Elf itu menunduk sejenak lalu ia keluar dari dalam kiosnya membawa tas, "Bawalah ini pulang ke rumah, anggap saja sebagai hadiah pertemuan kelak kita akan menjadi tetangga."

"Eh! mana bisa begitu, itu tidak baik." Anna menolak, ia merasa segan karena baru pertama kali bertemu.

"Ambil saja." Elf itu memberikan secara paksa tas berisi daging ke tangan Anna, "Di desa Eliyah ini jarang kami menemukan warga baru, sudah seharusnya kami menyambut anda sekeluarga dengan ramah. Semoga betah tinggal di sini." Elf itu tersenyum manis membuat Anna tidak bisa menahan air matanya dan terus mengucapkan terima kasih. Kebaikan seperti ini tidak pernah dia temukan sejak ibu Adeline meninggal, jangan keramahan mereka bahkan tidak dipandang layaknya manusia di Ashraf.

"Ibu, kenapa ibu memberikan daging kepada manusia itu?" tanya putri elf penasaran setelah Anna pergi.

"Wanita itu pasti orang baik, entah kenapa dia mencium bau harum ras peri darinya. Mungkin hanya perasaan ibu saja kelak di masa depan kita harus menjalin hubungan baik dengan mereka,” jawab elf tersebut, putrinya hanya mengangguk-angguk.

"Anna?" Erick dan Anna bertemu di tengah jalan saat akan berbelok menuju gunung tempat rumah mereka berada, "Kenapa dengan mata mu?"

"Matamu sendiri kenapa bengkak begitu?" Anna mengajukan pertanyaan yang sama.

"Banyak debu di jalan."

"Kalau begitu sama, jalanan berdebu sampai membuat mata ku perih."

Keduanya berbohong satu sama lain walau pun saling mengetahui jika penyebabnya bukan debu. Tapi karena usia mereka harus menutupi hal itu, walau pun dalam hati tertawa karenanya.

"Nona, kami pulang," ucap keduanya serempak, Adeline yang baru saja selesai memasang pintu, langsung tertawa keras melihat mata mereka bengkak.

*****

"Selir, anda harus mandi dulu. Sebentar lagi jam sarapan dengan kaisar dan grand Duke,” ucap pelayan pada Rifanna yang masih tidak mau keluar dari selimutnya.

"Diamlah! katakan aku tidak enak badan, dan keluarlah kalian!" teriak Rifanna, para pelayan menghela nafas pelan lalu mereka keluar dari kamarnya. Setiap hari mereka harus menghadapi amarah dari Rifanna.

"Aku benci kalian semua," batin Rifanna menangis memeluk bantal.

Rifanna tidak bisa menemukan Kaivan untuk menjalin hubungan dengannya, orang-orang Kaivan memandang rendah dirinya karena mencari tuan mereka. Setiap hari ia sendirian bahkan pelayan tidak bisa diajak bicara leluasa, mereka terlalu menjunjung tinggi perbedaan status sosial. Kaisar sibuk tidak memperhatikannya, baru di sini saja Rifanna sudah merasa lelah dan khawatir bagaimana ia bisa bertahan kedepannya.

Beberapa hari lalu …

"Ibu." Rifanna memegang tangan ratu dengan berlinang airmata pada malam sebelum mereka akan berangkat, "Apa tidak bisa aku tinggal dulu? aku masih ingin bersama ibu, atau ibu ikutlah dengan ku."

Ratu melepaskan tangannya lalu menjawab, "Aku adalah ratu kerajaan ini, jika aku pergi maka apa yang akan terjadi pada ayah mu? kau harus berpikir dewasa sekarang putri ku, ingat sekarang kau adalah selir dari kaisar kekaisaran besar."

"Tidak kah ibu khawatir pada ku? di sana aku sendirian."

"Kaisar ada bersama mu, kau harus mengambil banyak cinta serta perhatian darinya agar posisi mu aman. Buat gelar selir kesayangan atau gelar lebih tinggi menjadi milik mu."

"Itu tidak akan membuat ku selamat, tidak peduli sebanyak apa cinta yang aku dapatkan seorang selir tetaplah dipandang rendah oleh permaisyuri."

"Bodoh! kau lebih cantik, lebih muda dari permaisyuri jadi kaisar akan sangat menyayangi mu. Permaisyuri tidak akan berani mengganggu mu."

"Ibu jangan lupa satu hal, seorang putri dari kerajaan kecil tidak ada nilainya dibanding permaisyuri yang berasal dari keluarga duke besar di sana. Kaisar mungkin akan mengabaikan ku agar tidak berselisih dengan permaisyuri jika nanti aku di ganggu, apalagi selir lain mungkin berpihak pada permaisyuri. Aku tau itu karena selir ayah tidak peduli seberapa cantik, baik, dan lembutnya dia tetap saja ayah abaikan saat di siksa oleh ibu. Bagaimana jika nasib ku sama?" Rifanna menyinggung tentang ibu Adeline di depan ratu sayangnya, ekspresi ratu malah semakin datar ia tidak mengatakan apa pun lagi dan meninggalkan Rifanna. Keduanya tidak bertemu bahkan sampai kepergian Rifanna ke Laurent.

Bersambung ….

Silakan tinggalkan jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti😘

Bab 3 Toko Perhiasan

Bab 3

Setelah beberapa hari kemudian rombongan kaisar sampai di pusat Kota Brataini, rakyat menyambut kedatangan kaisar serta penguasa wilayahnya dengan gembira. Bangunan sepanjang jalan ke kediaman Bahdrika dihias sebagus mungkin, begitu juga dengan jalan ke arah gerbang kota.

Rifanna duduk di dekat jendela menyaksikan kemeriahan itu, ia merasa takjub dengan keindahan selatan yang terkenal menakutkan karena satu-satunya wilayah yang sering terkena serangan monster dari pulau mistis.

Konon pulau itu di temukan 500 tahun lalu oleh kaisar generasi ke tiga, kemunculan pulau yang disertai serangan monster untuk pertama kalinya itu membuat kekaisaran diambang kehancuran. Namun berkat kekuatan 3 pria pendiri keluarga duke, serangan monster bisa diatasi dan saat monster muncul tidak ada kecemasan bagi kaisar.

Lambat laun jumlah monster mengurang drastis, penghalang kemudian di ciptakan oleh pendiri Grand Duke Berly yang letaknya ada di sebelah utara wilayah selatan berdekatan dengan retakan pulau mistis. Berkat penghalang itu tidak ada lagi monster yang bisa masuk. Namun jumlah monster mendadak bertambah, penghalang diperkuat keluarga Berly sayangnya itu saja tidak cukup dan kaisar menurunkan titah pada Bahdrika sebagai penguasa wilayah berusaha bertahan agar monster tidak masuk ke wilayah selatan dan terbentuklah pasukan ekspedisi Selatan sejak saat itu sampai sekarang. Namun sudah 300 tahun terakhir, berbagai cara di cari oleh kaisar kekaisaran untuk menutup retakan penghubung kekaisaran dan pulau mistis sayang tidak masih belum ditemukan

"Tidurlah jika kau lelah, perjalanan kali ini cukup lama," ucap kaisar dengan nada lembut pada Rifanna.

Rifanna menggeleng seraya berkata, "Tidak, yang mulia. Saya ingin melihat suasana kota."

Tidak lama kereta berhenti lalu dari luar Kaivan mengetuk pintu kereta, ia mengucapkan salam dan minta maaf tidak bisa mengantar kaisar sampai ke ibu kota Kekaisaran. Tapi sebagai gantinya, dia akan mengutus dua komandan kesatria serta kesatria bulan sabit miliknya untuk mengawal sampai ke istana. Kaisar yang tahu jika wilayah kekuasan tidak bisa ditinggalkan terlalu lama menerima perkataan Kaivan, lagi pula kesatria bulan sabit sudah cukup untuk mengawal dirinya.

"Tunggu saja kau Adeline, sekarang aku adalah selir kaisar. Jika sampai aku melihat mu maka jangan harap kau bisa lolos dari ku," batin Rifanna masih teringat pada Adeline.

*****

Adeline akhirnya turun tangan langsung meninggalkan rumah untuk menjual permata yang ia bawa, Erick sibuk mendaftarkan mereka sebagai penduduk dan Anna memiliki urusan pribadi.

Adeline menumpang di kereta barang yang akan menuju ke sana, setiap malam mereka mendirikan tenda untuk istirahat dan Adeline akan tidur di atas pohon begitu seterusnya sampai hari ke 8 tiba.

"Terima kasih, paman." Adeline membungkuk di depan pemilik kereta, pria itu hanya tersenyum dan melanjutkan kembali perjalanan mereka.

"Jadi … kita harus ke mana dulu?" batin Adeline menatap sekelilingnya.

Adeline memasuki distrik komersial menuju toko perhiasan, di sana ada tokoh mewah yang dikelilingi oleh bangsawan saja. Menemukan rakyat biasa di distrik ini sangatlah jarang, mungkin mereka takut atau segan berbaur dengan bangsawan.

_Ini dia,_ batin Adeline tersenyum melihat tokoh dengan berlambang perhiasan, tanpa berpikir panjang Adeline langsung masuk ke dalam.

Baru saja masuk beberapa langkah ia sudah menjadi sasaran tatapan jahat dari pengunjung lain.

"Siapa kau? dari mana asal mu?" seorang wanita bertanya seraya menghampiri Adeline.

"Desa Eliyah," jawab Adeline singkat.

"Ternyata rakyat biasa, untuk apa kau datang ke mari? keluarlah! pergi ke toko lain."

"Maaf, apa anda manajer toko ini?"

"Bukan. Tapi kau bisa lihat di sekeliling mu hanya ada bangsawan saja, apa kau tidak malu berani masuk ke sini?”

"Nona, saya datang untuk menemui manajer toko ini. Tidak ada larangan rakyat biasa masuk ke distrik komersial untuk berbelanja atau berjualan."

"Rakyat biasa memangnya tau apa tentang aturan, memang tidak ada. Tapi bukan berarti bisa, sadarlah kalian itu orang-orang kotor tidak pantas datang ke mari."

"Sudah cukup, Nona Angela ,” tegas wanita berkacamata berjalan turun dari lantai 2, "Toko ini berada dalam naungan serikat dagang grand duke, siapa saja bisa masuk dan keluar sesuka hati mereka. Jangan mencoreng nama baik tuan yang saya layani."

"Maafkan saya, Nona Sachi. Tapi demi reputasi grand duke, tidak baik membiarkan orang kotor ini ada di sini." Angela membantah perkataan Sachi saat nona lainnya tidak berani menatap wanita itu.

"Jadi maksud anda …." Sachi mendekat lalu menyentuh wajah Angela dengan kipas ditangannya, "Grand duke sengaja membuat aturan untuk memperburuk reputasinya? berani sekali orang yang berlindung di bawah kekuasaan grand Duke, menentang aturan yang dia buat. Saya rasa keluarga Baron Herman sudah terlalu lama tinggal di Brataini, tenang saja akan saya katakan pada tunangan saya untuk mengasingkan keluarga baron ke tempat di mana dia bisa hidup tenang tanpa orang kotor dan aturan duke."

_Malang sekali,_ batin semua orang di sana yang melihat Angela.

Masalahnya di Brataini ini siapa yang tidak tahu jika Sachi adalah sahabat grand duke, sekaligus tunangan dari Jayden.

"Tidak, ampunilah saya. Saya tahu saya salah tolong jangan hukum keluarga saya." Angela berlutut sambil memegang kaki Sachi, berharap wanita itu merasa iba lalu memaafkannya.

Sayang sekali dia adalah Sachi, hidup diantara orang berhati dingin tidak mungkin memiliki belas kasih setelah membuat keputusan.

"Seret dia keluar sebelum toko ini kotor," perintah Sachi kepada para kesatria yang berdiri di dekat pintu, kesatria itu langsung menarik Angela lantas menghempaskan dia begitu saja ke jalan.

Setelahnya Sachi langsung tersenyum menatap Adeline,"Selamat datang di toko perhiasan kami, maaf untuk ketidaknyamanannya. Sebagai tanda maaf saya akan memberikan nona satu perhiasan yang anda mau di sini."

"Terima kasih. Tapi saya ingin menjual sesuatu," jawab Adeline.

"Tidak apa-apa kami akan menerimanya, bisa tolong tunjukan dulu." Sachi berjalan ke belakang meja resepsionis, sementara Adeline mengeluarkan beberapa perhiasan peninggalan sang ibu dan meletakkannya di atas meja.

“Nona, biarkan saya saja. Anda datang sebagai tamu bagaimana bisa melayani pelanggan toko,” ucap ahli permata toko, ia tidak enak melihat orang berstatus tinggi melakukan pekerjaannya.

“Tidak masalah, ini toko masih dalam naungan serikat melayani pelanggan ini harus aku lakukan sebagai rasa maaf karena membiarkan dia mengalami kejadian tadi. Kau tetaplah di sana,” tolak Sachi.

Sachi mengambil sarung tangan, serta kaca matanya untuk memulai penilaian pada permata di setiap perhiasan. Sachi adalah mantan ahli permata, ia berhenti dari profesinya sejak bekerja di Kediaman Bahdrika.

"Nona, dari 9 perhiasan yang anda berikan hanya ada tiga yang memiliki permata asli. Tapi anda tenang saja, permata ini ruby merah asli, berlian asli, dan yang paling indah blue sapphire ini. Kami akan membelinya 150 koin emas, bagaimana menurut nona?" tanya Sachi setelah menilai lainnya.

"Tentu saja saya mau. Terima kasih banyak nona manajer." Adeline merasa sangat senang karena memperoleh uang lebih untuk digunakan memulai hidup baru.

“Saya bukan manajer toko. Tapi saya senang anda puas dengan harga yang toko kami tawarkan, saya akan memberikan uang dan permata baru untuk anda. Silakan memilih,” pinta Sachi.

“Tidak usah, kalau memang harus memberikan maka saya mau mengambil ini kembali.” Adeline menunjuk blue sapphire yang ia bawa, Sachi dengan senang hati mengembalikannya.

Adeline Keluar dari distrik komersial menggunakan kereta sewaan, butuh waktu 2 jam hanya untuk permukiman rakyat biasa di sekitar distrik. Sebelum pulang ia ingin membeli beberapa perlengkapan rumah di pasar lokal, harganya akan lebih murah di sini dibanding Eliyah.

"Eh! benarkah? itu kabar baik, jika aku tahu maka aku akan pergi." Seorang pembeli di dekat Adeline terlihat sedang membicarakan sesuatu.

"Benar. Aku melihat kereta kuda milik kaisar, sayangnya tidak bisa melihat selir baru kaisar. Katanya dia seumuran putri ku, apa itu benar?" tanya yang lainnya.

Adeline tidak menyangka jika rombongan kaisar akan tiba secepat ini, padahal ia berpikir akan memakan waktu sebulan atau lebih mengingat Rifanna tidak mau meninggalkan Ashraf begitu saja.

"Aku harus cepat-cepat pulang," pikirnya.

*****

Bersambung …

Silakan tinggalkan jejak and dukung selalu author, karena dukungan kalian sangatlah berarti😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!