Hari yang paling ditunggu oleh Luna dan Sebastian dimana mereka berdua sekarang telah resmi menjadi pasangan suami istri.
Mereka berdua telah memadu kasih selama tiga tahun dan akhirnya pernikahan mereka terjadi juga.
"Papa, Mama ijinkan aku untuk membawa Luna pulang ke rumah" ucap Sebastian yang meminta ijin kepada kedua orang tua Luna untuk membawa istrinya pindah ke rumahnya.
Orang tua Luna memberikan ijin kepada Sebastian karena saat ini Sebastian sudah resmi menjadi suami dari Luna.
Setelah itu mereka berdua langsung berpamitan kepada Mama dan Papa.
Sebastian dan Luna masuk ke dalam mobil dan segera Sebastian melajukan mobilnya menuju ke rumahnya.
Di sepanjang perjalanan mereka berdua sangat bahagia karena sudah menjadi pasangan suami istri.
Dua puluh menit kemudian mereka telah sampai di rumah dan Sebastian mengajak istrinya untuk masuk ke dalam rumahnya.
Sebastian mempunyai seorang adik tiri yang bernama Damian yang juga tinggal disana.
Ia sudah memberitahukan kepada Damian untuk lekas mencari rumah kontrakan karena tidak mungkin mereka akan tinggal di rumah yang sama.
Sebastian meminta Luna untuk segera mandi dan mengganti pakaiannya dengan pakaian dinas yang sudah ia siapkan.
Luna pun segera mandi dan setelah itu ia mengenakan pakaian dinas yang sudah disiapkan oleh Sebastian.
Sebastian yang juga sudah selesai mandi di kamar mandi luar langsung masuk ke dalam kamarnya.
"Sayang cantik sekali kamu" ucap Sebastian yang langsung mematikan lampu kamarnya.
Sebastian membopong tubuh istrinya dan membawa ke atas tempat.
Ia pun langsung mendekatkan bibirnya ke bibir istrinya yang berwarna merah muda.
Drrrt....
Drrtt....
Suara ponsel milik Sebastian berbunyi dan ia pun langsung mengangkatnya.
"Villa kemasukan maling?!" Sebastian langsung memakai jaketnya dan ia meminta istrinya untuk menunggunya sebentar karena ia akan menuju ke villa pribadinya.
Sebastian berpamitan kepada istrinya dan ia meminta maaf karena harus pergi sebentar untuk melihat villa yang kemasukan maling
"Hati-hati myas, lekaslah pulang" ucap Luna.
Sebastian langsung berangkat menuju ke Villa pribadinya yang kemasukan maling.
Luna menghela nafasnya dan ia merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil menunggu suaminya yang datang.
Rasa kantuk yang melanda membuat Luna memejamkan matanya.
Beberapa jam kemudian suara pintu kamar terbuka dan Luna sangat bahagia ketika melihat suaminya yang sudah pulang.
"Apa semuanya baik-baik saja Mas ?" tanya Luna.
Sebastian tidak menjawab pertanyaan dari istrinya dan ia langsung mencium bibirnya.
Luna membalas ciuman yang diberikan oleh suaminya dengan ciuman yang hangat.
Setelah itu Sebastian membuka pakaian dinas yang dikenakan oleh Luna.
Kemudian Sebastian naik ke atas tubuh Luna dan mereka berdua langsung melakukan ritual olahraga di malam pengantin yang sudah mereka tunggu.
Luna mencengkeram erat punggung Sebastian saat baru pertama kali melakukan ritual olahraga bersama.
Suara ambigu Luna terdengar jelas di dalam kamarnya.
Hampir satu jam mereka melakukan ritual olahraga bersama dan setelah itu mereka berdua kelelahan.
Ceklek
Suara pintu yang dibuka oleh seseorang sambil tangannya menghidupkan lampu
"APA YANG KALIAN LAKUKAN?!!" Teriak Sebastian yang baru saja pulang dan melihat istrinya yang sedang tertidur dengan memeluk tubuh Damian tanpa menggunakan sehelai apapun.
Luna langsung membuka matanya dan ia langsung terkejut ketika melihat Damian yang ada di sampingnya.
"M-mas Sebastian..." Luna langsung mengenakan pakaiannya dan ia bangkit dari tempat tidur.
Damian juga membuka matanya dan melihat Sebastian yang sudah datang.
Bugh
Bugh
Bugh
"Apa yang kamu lakukan? Bagaimana bisa kamu tidur dengan istriku?!" Sebastian menghajar Damian sampai tersungkur di lantai.
Luna menangis sesenggukan dan ia tidak menyangka jika dirinya melakukan ritual olahraga bersama dengan Damian.
"M-mas, aku tidak tahu jika...."
Sebastian meminta Luna untuk diam dan tidak usah menjelaskan semuanya.
"Luna Kaila Maharani binti Baskoro mulai malam ini aku akan menjatuhkan talak 1 kepadamu dan silahkan keluar dari rumahku" ucap Sebastian yang langsung masuk dan melemparkannya semua barang milik Luna.
Luna mengambil semua barang-barangnya yang dilempar oleh suaminya.
Ia melihat Damian yang sedang duduk sambil membersihkan lukanya.
"Aku sangat membencimu!" Luna mengambil jaketnya dan ia pun keluar dari rumah Sebastian.
Jam menunjukkan pukul dua pagi dimana sudah tidak ada taksi atau mobil lainnya yang lewat.
Luna menangis sesenggukan sambil menggeret kopernya.
"Maafkan aku Mas Sebastian, maafkan aku" ucap Luna yang merasa bersalah kepada suaminya.
Luna berjalan menuju ke rumahnya dan setelah menempuh waktu selama 1 jam akhirnya Luna telah sampai di rumah.
"P-papa, M-mama...."
Brugh!
Seketika Luna jatuh pingsan di depan pagar rumahnya.
Mama yang saat itu sudah bangun langsung terkejut ketika mendengar suara di depan pagar rumah dan Mama langsung membuka pintu rumah untuk melihatnya.
"Astaghfirullah Luna!" teriak mama.
Papa langsung terbangun ketika mendengar suara Mama yang berteriak.
"Ada apa Ma?" tanya Papa.
"Luna, Pa"
Papa langsung membopong tubuh putrinya yang sedang tidak sadarkan diri dan membawanya ke kamar.
"Cepat telepon dokter Riko agar lekas ke rumah" pinta Papa.
Mama langsung mengambil ponselnya dan menghubungi dokter Riko.
Papa melepas jaket yang dikenakan oleh putrinya yang masih belum sadarkan diri.
"Ada apa dengan kamu sayang? Dimana suami kamu?" gumam Papa.
Papa meminta Mama untuk menghubungi Sebastian agar juga lekas kemari.
Mama mencoba menghubungi Sebastian tetapi ponsel Sebastian saat ini sedang dimatikan.
"Tidak ada jawaban Pa" ucap Mama.
Papa menggelengkan kepalanya dan ia tidak tahu sebenarnya mereka yang sedang terjadi pada Luna sampai ia pingsan di depan pagar rumah.
Tak berselang lama Dokter Riko datang dan langsung memeriksa keadaan Luna.
"Bagaimana keadaan Luna?" tanya Papa dengan wajah cemas.
"Pasien hanya kelelahan dan butuh istirahat." jawab dokter yang langsung memberikan obat untuk diminum Luna.
Papa dan Mama langsung bisa bernafas lega saat mendengar jawaban dari dokter.
Dokter pun langsung berpamitan kepada Mama dan Papa.
Kemudian Mama menuju ke dapur untuk membuat bubur ayam.
Papa duduk disamping tempat tidur Luna sambil menggenggam erat tangan putrinya.
Tiga puluh menit kemudian Luna membuka matanya dan ia melihat Papanya yang sedang duduk di samping tempat tidurnya.
"Luna syukurlah kamu sudah sadar, apa yang terjadi sayang? Dimana Sebastian?" tanya Papa
Luna memeluk tubuh Papanya dan langsung menangis sesenggukan.
"Mas Sebastian sudah menjatuhkan talak, Pa. Luna bukan istri Mas Sebastian lagi" ucap Luna.
Papa dan Mama langsung terkejut mendengar perkataan dari putrinya yang mengatakan kalau Sebastian sudah menjatuhkan talak
Luna menceritakan semuanya kepada Papa dan Mama perihal yang dialami oleh dirinya.
"Apa yang diinginkan oleh Damian? Kenapa dia melakukan itu kepada kamu?" tanya Papa dengan wajah yang penuh emosi.
Papa bangkit dari duduknya dan akan menghampiri Sebastian dan Damian. Ia tidak terima jika putrinya dipermainkan oleh mereka berdua.
Luna langsung meminta Papa untuk tidak usah kesana.
"Jangan temui mereka Pa, Luna ingin melupakan semuanya" pinta Luna yang memohon kepada Papanya.
Mama meminta Papa untuk menenangkannya diri dan mengingat kalau papa mempunyai penyakit jantung.
Keesokan paginya dimana jam menunjukkan pukul delapan pagi.
Tok
Tok
Tok
Mama berjalan menuju ke arah pintu rumah dan ia melihat Sebastian yang sudah ada di depan pintu.
Sebastian meminta Mama untuk memanggilkan Papa.
Mama menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan Sebastian untuk masuk kedalam rumah.
Papa yang baru saja keluar dari kamar Luna langsung menghampiri Sebastian.
Bugh
Bugh
Bugh!
Papa melayangkan pukulannya ke arah wajah Sebastian.
"Papa jangan seperti ini, kasihan Sebastian" pinta Mama yang langsung memisahkan Papa agar tidak menghajar Sebastian lagi.
Papa sangat kecewa dengan Sebastian yang semalam tidak mengantarkan Luna pulang ke rumahnya.
"Papa tahu kalau ini kesalahan Luna tapi setidaknya kamu jangan seperti itu. Jika terjadi apa-apa dengan Luna semalam bagaimana?" tanya Papa dengan wajah kesal.
Sebastian meminta maaf kepada Papa dan ia langsung memberikan surat perceraiannya.
"Sebastian pamit dulu Pa, Ma" Sebastian langsung keluar dari rumah dan ia tidak bertanya soal keadaan Luna.
Luna yang mendengar dari balik pintu langsung menangis sesenggukan.
Ia tidak menyangka jika pernikahan yang dimimpikan sudah hancur lebur dan semua ini karena ulah Damian.
"Aku membencimu Damian!" Luna membuang semua barang-barang yang ada di kamarnya sampai banyak barang Luna yang pecah.
Papa dan Mama yang mendengar suara pecahan dari kamar Luna langsung masuk kedalam dan mereka melihat kamar Luna yang sudah seperti kapal pecah.
Papa langsung memeluk erat tubuh Luna agar bisa tenang.
Luna menangis sesenggukan dan ia mengatakan tidak mau melanjutkan hidupnya lagi.
"Jangan berkata seperti itu, kamu masih punya Papa dan Mama" Papa menepuk-nepuk punggung Luna agar tenang.
Disaat Papa sedang menenangkan putrinya tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
Luna langsung bangkit dari duduknya dan mengira kalau Sebastian yang kembali lagi ke rumahnya
Ia segera membuka pintu dan berharap jika suaminya akan mengajaknya rujuk kembali.
Tetapi Luna salah karena yang datang bukan Sebastian melainkan Damian.
"Mau apa kamu kesini? Apa kamu belum puas sudah menghancurkan hidupku?!" bentak Luna.
Papa yang mendengarnya langsung menghampiri Luna yang sedang memarahi Damian.
"Luna tenangkan dirimu dan Damian ayo kamu masuk ke dalam" pinta Papa yang begitu sabar.
"Papa, usir saja dia dari sini. Aku muak melihat wajahnya yang sok alim itu" ucap Luna dengan kata-kata yang agak kasar sehingga membuat Papa langsung membentak Luna.
Luna langsung diam dan duduk disamping Mama yang ada disana.
"Ada apa kamu ke rumah ini? Dan kenapa kamu melakukan hal itu kepada Luna?" tanya Papa.
"Saya meminta maaf karena sudah membuat Luna berpisah dengan Sebastian dan saya kesini ingin mengajak Luna menikah. Saya akan bertanggung jawab atas apa yang saya lakukan" jawab Damian.
Luna langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Damian. Ia mengatakan kalau sampai kapanpun ia tidak sudi menikah dengan Damian.
"PERGI!!" Bentak Luna yang tidak ingin melihat wajah Damian lagi.
Papa meminta Damian untuk segera pulang ke rumah karena saat ini kondisi Luna tidak stabil.
Damian pun langsung berpamitan kepada Papa dan Mama.
Luna langsung kembali masuk ke dalam kamarnya dan ia meminta mama papanya untuk tidak masuk kedalam kamarnya.
Untuk sementara waktu Luna ingin menenangkan dirinya.
Setelah berada dikamarnya Luna kembali menangis dibalik bantal agar suaranya tidak terdengar oleh kedua orang tuanya.
Sementara itu di tempat lain dimana Sebastian sudah mulai bekerja dan banyak anak buahnya yang merasa heran karena melihat Sebastian yang tidak bulan madu melainkan bekerja.
Salah satu sahabat Sebastian langsung menghampirinya dan bertanya kepada Sebastian.
"Apakah kamu tidak jadi bulan madu?" tanya Leo.
"Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan" jawab Sebastian dengan wajah serius.
Kemudian Sebastian keluar dan mengurus pekerjaan yang harus ia selesaikan.
Sebastian masih tidak menyangka jika Istrinya melakukan ritual olahraga pertama dengan Damian yang tak lain adalah adik tiri Sebastian.
Sebelum menuju ke kantor polisi untuk membuat laporan atas vilanya yang kemasukan pencuri. Sebastian menghentikan mobilnya di depan rumahnya dan ia melihat adiknya yang sedang membuat mie instan.
Sebastian naik ke lantai atas dimana kamar Damian ada disana.
Tak berselang lama Sebastian turun dengan membawa koper milik Damian.
"Keluar dari rumahku dan mulai sekarang kita bukan saudara lagi" ucap Sebastian dengan wajah yang penuh amarah.
Damian mengambil kopernya dan sebelum ia pergi dari rumah Sebastian. Ia menikmati mie instan yang sudah dibuatnya tadi.
Sebastian memberikan beberapa lembar uang kepada Damian.
Damian tersenyum saat Sebastian memberikannya uang.
Setelah menghabiskan mie instan nya, Damian mengambil kopernya dan pergi dari rumah.
Damian tidak menyentuh uang yang diberikan oleh Sebastian.
"Mulai sekarang jangan panggil aku kakak lagi karena dari dulu aku bukan kakak kandungmu!" ucap Sebastian yang puas karena telah mengusir Damian.
Dari dulu Sebastian memang tidak suka dengan Damian yang merupakan adik tiri dari Papa Sebastian.
Papa tirinya memberikan Sebastian sebuah villa l sedangkan Damian mendapatkan sebidang tanah yang telah dijual oleh Mama Sebastian.
Sebastian ingin jika Damian tidak mendapatkan apapun apalagi setelah kejadian ini ia menjadi muak dengan Damian.
Sementara itu Damian berjalan dengan membawa kopernya sambil mencari rumah kontrakan untuk sementara.
TIN
TIN
Suara klakson mobil yang membuat Damian berhenti dan melihat siapa yang membunyikan klakson.
"Damian kamu mau kemana?" tanya Vero.
"Aku mencari rumah kontrakan yang dekat dengan tempatku bekerja" jawab Damian.
Vero meminta Damian untuk masuk kedalam mobilnya.
"Kamu bertengkar lagi dengan Sebastian?" tanya Vero yang sudah hapal dengan kelakuan kakak tirinya.
"Sudah jangan membahas dia lagi" jawab Damian.
Tak lama kemudian Vero menghentikan mobilnya di depan rumahnya yang sudah lama tidak ia tempati.
"Tinggallah disini dan ini kunci rumahnya" ucap Vero.
Vero meminta Damian untuk membersihkannya terlebih dahulu.
"Berapa Vero? Aku akan membayarnya."
Vero menggelengkan kepalanya dan ia hanya meminta agar Damian menjaga rumah ini.
Setelah itu Vero meninggalkan Damian dan ia kembali menuju ke rumahnya.
Vero sudah menganggap Damian adalah saudara kandungnya sendiri.
Damian pun masuk ke rumah dan segera ia membersihkan rumah itu.
Ia merasa sangat bersyukur karena Vero mengijinkannya untuk tinggal disini.
Setelah hampir dua jam Damian membersihkannya, saat ini ia harus bersiap-siap untuk berangkat ke hotel tempatnya bekerja.
Sesampainya di hotel Damian langsung menuju ke ruangannya.
"Damian dicari oleh Pak Rendra dan disuruh masuk keruangannya" ucap Yudi teman kerja Damian.
Damian menganggukkan kepalanya dan segera ia menuju ke ruangan Pak Rendra sekaligus pemilik hotel.
Tok
Tok
Tok
Pak Rendra mempersilahkan Damian untuk masuk kedalam ruangannya.
"Damian silahkan duduk dan ini untuk kamu" Pak Rendra memberikan amplop kepada Damian.
Pak Rendra mengatakan kalau mulai sekarang Damian akan diangkat menjadi manager hotel
Damian langsung sujud syukur dan ia tidak menyangka jika akan menjadi manager hotel.
Pak Rendra meminta agar Damian mempertahankan pekerjaannya.
"Iya Pak saya janji akan mempertahankan cara kinerja yang sudah saya terapkan selama ini" ucap Damian.
Kemudian Pak Rendra mempersilahkan Damian untuk kembali bekerja.
Tiga bulan kemudian.
Sudah tiga bulan ini Luna masih mengurung diri di dalam kamarnya.
Ia keluar dari kamar kalau saat makan ataupun mandi, setelah itu ia kembali masuk ke kamar.
Pagi ini Luna baru saja bangun dari tidurnya dan ia merasakan tubuhnya yang sangat lemas dengan kepala yang juga pusing.
Ia pun segera bangkit dari tempat tidur dan tiba-tiba pandangannya langsung gelap.
Brugh
Luna langsung jatuh pingsan di samping tempat tidurnya.
Papa yang mendengar suara langsung berlari menuju ke kamar Luna.
"Luna!" Papa menghampiri Luna yang tergeletak pingsan.
Papa langsung membopong tubuh Luna dan membawanya ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit dokter meminta Papa dan Mama agar menunggu di luar ruang UGD.
"Apa yang terjadi dengan Luna, Pa. Mama Takut kalau Luna kenapa-napa"
Papa meminta Mama untuk tenang dulu karena dokter masih memeriksa keadaan Luna.
Tak berselang lama dokter keluar dari ruang UGD dan memanggil Papa.
"Apa yang terjadi pada anak saya dok?" tanya Papa.
"Putri anda sedang mengandung dan usia kandungannya mau masuk tiga bulan " jawab dokter.
Mendengar jawaban dari dokter, tubuh Papa langsung lemas.
"L-luna hamil? Ini tidak bisa dibiarkan. Damian harus bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya" ucap Papa yang langsung mengambil ponselnya.
Damian yang akan berangkat ke hotel langsung menghentikan langkahnya saat mendengar ponselnya yang berdering. Ia melihat layar ponselnya kalau Papa Luna sedang menghubunginya.
"Lekas kamu ke rumah sakit" pinta Papa yang mengatakan kalau Luna sakit.
Damian langsung menutup ponselnya dan ia memanggil taksi untuk segera mengantarkannya ke rumah sakit.
Tiga puluh menit kemudian Damian telah sampai di rumah sakit dan ia langsung menuju ke ruang UGD.
Damian melihat Luna yang menangis sesenggukan di pelukan Mamanya.
Papa meminta Damian untuk duduk terlebih dahulu, setelah itu Papa berbicara tentang Luna yang sekarang sedang hamil anak Damian.
"L-luna hamil?" Damian tidak menyangka jika Luna akan hamil anaknya.
Papa meminta Damian untuk menikahi Luna yang sekarang sedang hamil.
"Luna tidak mau menikah dengan lelaki brengsek ini Pa! Tolong jangan paksa Luna" Luna langsung melepas selang infusnya dan berlari keluar.
Damian meminta Papa dan Mama untuk tenang dan ia langsung mengejar Luna yang berlari keluar rumah sakit.
"Luna!" teriak Damian agar Luma berhenti berlari.
Luna tidak menghiraukan Damian yang sedang memanggilnya.
Damian bergegas berlari dan ia langsung mencekal lengan Luna.
PLAAAKKK
Suara tamparan keras yang dilayangkan oleh Luna ke pipi Damian.
"Lepaskan tanganmu dan jangan ganggu aku lagi!" ucap Luna dengan wajah yang penuh dengan emosi.
Damian melepaskan tangannya dan ia meminta Luna untuk masuk kedalam rumah sakit.
"Aku akan bertanggung jawab dan menikahi kamu, Luna" ucap Damian.
Luna langsung tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Damian.
"Kamu tidak perlu tanggung jawab karena aku akan meng***n anak ini! Aku tidak mau hamil anak kamu!!' ucap Luna.
Damian meminta agar Luna tidak meng****n kandungannya.
"Biar aku yang merawat anakku nanti, tolong jangan kamu lakukan itu" pinta Damian.
Luna menggelengkan kepalanya dan ia memukul-mukul perutnya.
"Keluar dari perutku! Aku benci kamu!! Keluar!!" Luna tak henti-hentinya memukul-mukul perutnya.
"HENTIKAN!!" Bentak Damian.
Luna sangat puas karena telah membuat Damian marah.
Damian melihat darah yang keluar dari kedua paha Luna.
"Luna ayo kita masuk ke dalam biar dokter memeriksa kamu"
Luna kembali berjalan tanpa menghiraukan keadaannya.
"Aku membencimu Damian, aku harap anak ini juga ikut ma**!!" ucap Luna.
Luna menghentikan langkahnya ketika perutnya mengalami kram.
Brugh
Ia pun kembali jatuh pingsan di depan rumah sakit, Damian yang melihatnya langsung membopongnya masuk ke dalam rumah sakit.
Papa langsung memanggil dokter ketika melihat Damian yang sedang membopong tubuh Luna.
Dokter langsung memeriksa keadaan Luna yang sekarang sedang tidak sadarkan diri.
"Jangan sampai dia melakukan hal itu lagi karena bisa membahayakan nyawanya dan juga janinnya" ucap dokter yang kembali memasang selang infus ke pergelangan tangan Luna.
Damian menggenggam tangan Luna yang masih belum sadarkan diri.
"Damian menikahlah dengan Luna sekarang juga" pinta Papa.
Papa sangat takut jika Luna akan melakukan hal yang lebih nekat lagi
Damian pun setuju dengan permintaan Papa dan Papa langsung menghubungi Pak penghulu agar segera menuju ke rumah sakit.
Pak penghulu yang sedang berada di tempat yang tak jauh dari rumah sakit langsung menuju kesana.
Tidak butuh waktu lama untuk Pak penghulu sampai di rumah sakit.
Sesampainya di ruang UGD, Papa menceritakan semuanya kepada Pak penghulu.
Kemudian Pak penghulu meminta Damian untuk menjabat tangannya.
Saya terima nikah dan kawinnya Luna Kaila Maharani binti Baskoro dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.
"Bagaimana saksi?" tanya Pak penghulu
SAH
Kemudian Pak penghulu mendoakan semoga pernikahan Damian akan samawa.
Setelah itu Pak penghulu berpamitan kepada Papa, Mama dan Damian.
Damian kembali duduk disamping tempat tidur istrinya.
Tak lama kemudian Luna membuka matanya perlahan lahan dan ia kembali melihat Damian yang sedang duduk di samping tempat tidurnya.
"Pa tolong usir lelaki itu, Luna nggak mau melihat wajahnya!" ucap Luna.
"Sayang nggak boleh ngomong seperti itu, dia sekarang sudah menjadi suami kamu" ucap Papa.
Deg
Detak jantung Luna seakan berhenti berdetak saat mendengar perkataan Papa.
"M-maksud Papa apa?" tanya Luna.
"Papa sudah menikahkan kamu dengan Damian" jawab Papa
Luna menggeleng-gelengkan kepalanya dan ia kembali menangis histeris.
"Luna benci Papa! KELUAR DARI KAMARKU!!" bentak Luna.
Papa dan Mama langsung keluar dari kamar dan meminta Damian untuk menjaga Luna.
"Kalau ada apa-apa lekas hubungi Papa" ucap Papa sambil menghapus air matanya.
Sebenarnya Papa tidak tega melihat Putrinya yang seperti itu.
Kemudian Papa mengajak Mama untuk pulang ke rumah.
Damian menghela nafasnya dan ia kembali masuk ke dalam kamar.
"Luna tenangkan dirimu dan sekarang kamu minum ini dulu ya" pinta Damian sambil menyodorkan gelas ke arah Luna.
Luna mengambil gelas itu dan langsung melemparkannya ke arah kepala Damian.
"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai suamiku" ucap Luna yang kembali memejamkan matanya.
Ia tidak perduli jika kepala Damian saat ini sedang mengeluarkan darah.
Perawat yang mendengar suara pecahan gelas langsung masuk dan ia melihat kepala Damian yang berdarah.
"Ayo ikut saya Pak, saya obati dulu" ajak perawat.
"Dasar lebay, kena gelas saja langsung minta tolong perawat" ucap Luna dengan nada tidak suka dengan Damian
Perawat mengajak Damian untuk keluar sebentar dan ia memintanya untuk duduk.
Tak berselang lama perawat datang dan langsung memberikan obat merah untuk mengobati kepala Damian yang terluka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!