Di sepanjang koridor perusahaan Calvin, calon pewaris utama Waymond group menatap lurus kursi direktur yang diduduki ayahnya Waymond dimitry. Ayahnya merupakan keturunan jepang dan inggris, sedangkan ibunya merupakan orang Indonesia. Sebentar lagi sudah waktunya untuk menggantikan posisi ayahnya sebagai pemimpin perusahaan, tapi dia masih tidak cukup yakin akan kemampuannya memimpin perusahaan. Meskipun semua orang mengetahui potensi dan bakat bisnis yang dimiliki Calvin, dia merasa tidak akan mampu menyaingi pencapaian ayah nya.
[Flashback on]
Phoenix Estate, London, 1995
Matanya menyorot menuju masa lalunya, dimana ayahnya Mr. Waymond mendidik Calvin dengan sangat keras, dia tidak membiarkannya terlena akan kesenangan dunia meskipun di umurnya yang masih belia. Mr. Waymond tidak akan pernah mentolerir kesalahan Calvin sekecil apapun itu, dan menghukumnya dengan sangat keras walaupun dia melakukannya. Hal itu membuat Calvin mengalami tekanan emosi yang luar biasa karena cara mendidik ayahnya yang kasar, ibunya juga tidak berdaya untuk ikut campur atau melakukan apapun karena urusan mendidik anak, Waymond suaminya sendiri tidak pernah main-main.
Namun, akhirnya datang Lancaster teman masa kecil Calvin yang merupakan tetangga dekat Calvin di Inggris, dia memberi secercah cahaya kebahagiaan di hidup Calvin, dia juga yang mampu menghilangkan rasa ketidak percayaan yang ada dalam diri Calvin. Sejak kecil, dia selalu menemani Calvin setiap waktu, mengajaknya bermain dan bersenang-senang melupakan segala tekanan yang mungkin Calvin akan dapatkan di rumahnya setiap hari. Saat mereka beranjak dewasa, Calvin dan Lancaster selalu mendukung pendidikan dan karir mereka kedepannya satu sama lain. Mereka berjanji untuk selalu bersama walaupun dalam keadaan senang maupun sedih.
Namun di suatu waktu, setelah mendapatkan gelar masternya Lancaster ingin pergi ke korea membangun perusahaan agensi miliknya. Hal itu dia lakukan karena dia ingin berdiri menggunakan kakinya sendiri. Meskipun awalnya kedua orang tua Lancaster sudah membujuknya untuk meneruskan perusahaan ayahnya. Lancaster masih terus bersih keras memenuhi ambisinya.
[Flashback off]
Saat kepergian Lancaster ke Korea, hal ini jelas membuat Calvin otomatis merasa kehilangan penyangga hidupnya. Tidak ada lagi yang akan membantunya mengatasi tekanan-tekanan dalam dirinya, tidak akan ada lagi orang yang akan mendukungnya dan memberikan keberanian dalam megejar harapan yang seperti secercah sinar terang dalam kegelapan.
Ya, Calvin telah kehilangan setitik cahaya terang itu dan tak mampu menjaganya. Sejak saat itu, kegelapan telah merubah diri Calvin berubah menjadi orang yang sangat dingin, idealis, ambisius, dan perfeksionis. Dia menganggap Lancaster, kurang bahagia dengannya karena kekurangan yang dia miliki. Kini fokus utamanya adalah perusahaan, dia ingin menjadi kuat dan tak terkalahkan, sehingga mungkin Lancaster akan kembali lagi dalam kehidupannya jika ia telah membuktikan keberhasilannya. Perubahan Calvin ini malah dianggap sesuatu yang bagus bagi Mr. Waymond ayah Calvin, karena dia melihat semangat untuk berhasil dalam hidupnya meskipun dia harus merasakan rasa sakit karena cinta.
"I've seen those spirits in your eyes, My Son. I'am proud that I could be success in a short period while preparing you to continue our company's triumph," ucap Mr. Waymond memuji perubahan signifikan dari diri putra semata wayangnya. (Aku melihat semangat itu dalam dirimu, Nak. Aku bangga karena aku bisa sukses membimbingmu melanjutkan kejayaanku dalam waktu sesingkat ini)
"I don't need your compliments, Waymond. It's been my duty and for your addition. I'm not doing this for anyone. I just wants to prove that I could be much better than you and could reach anything that I want in this world by my hands,"
Calvin berambisi jika dia harus lebih baik dari ayahnya dalam memimpin perusahaan, dan membuktikan kepada ayahnya jika dia lebih dari mampu untuk mendapatkan segala sesuatu yang dia inginkan, termasuk membuat Lancaster kembali padanya. (Aku tidak butuh pujianmu, Waymond. Ini sudah menjadi tugasku. Dan satu lagi, aku tidak melakukan ini untuk siapapun. Aku hanya ingin membuktikan jika aku bisa jauh lebih baik darimu dan aku juga bisa mencapai apapun yang aku inginkan dengan tanganku sendiri)
Harapan dan puncak kebangaan semua orang rupanya bergantung Calvin, dan dia harus menerima itu semua. September depan merupakan hari kelulusan Calvin untuk gelar masternya di Boston University, dia akan kembali ke Indonesia dan secara resmi menggantikan posisi ayahnya di perusahaan pusat. Dalam awal waktunya memimpin perusahaan dia memperlakukan peraturan yang sangat ketat di perusahaan dan dia juga tidak akan menerima kesalahan apapun pada pegawainya. Di ballroom perusahaan, semua pegawai berkumpul berbaris dengan rapi menyambut kedatangan direktur baru mereka yang merupakan pewaris utama Waymond group. Calvin memasuki ruangan bersama dengan manager dan dikawal dua bodyguard dibelakangnya.
"Saya tidak bicara banyak, cukup kalian tau jika saya tidak ingin mendengar kesalahan apapun dalam pekerjaan kalian jika kalian masih ingin bekerja di perusahaan ini," tanpa basa-basi mengutarakan pesan atau sambutan apapun sebagai direktur yang baru di perusahaan, Calvin langsung meninggalkan Ballroom menuju tempat kerjanya.
Dalam memimpin perusahaan, Calvin dibantu oleh Yasha sebagai manajer yang juga merupakan teman terdekatnya di SMA. Dia merupakan laki-laki blasteran Rusia-Jawa yang konyol dan banyak tingkah, meskipun perilakunya yang terkadang kekanak-kanakan dia juga bisa menyesuaikan pola pikirnya di saat serius, dimana jika dilihat di sisi lain hal ini juga bagus untuk mengimbangi kepribadian Calvin yang dingin.
"Calvin, serius bro, ini baru hari pertamamu jadi Direktur ndek sini perlakuanmu wes kaya gini, formality dikit kan bisa, kasian orang-orang?" protes Yasha dengan logat bahasa Jawa, Indonesia, dan bahasa inggris nya yang bercampur aduk.
"Nope, dengan waktu perkenalan 5 menit, gue bahkan bisa aja menjalin kerjasama dengan dua perusahaan lain. Jangan terlalu banyak basa-basi, ga mungkin juga kan mereka ngga ngenalin siapa atasannya,"
Yasha menghela nafas, menyadari orang macam apa sahabatnya itu, "Ahhh... C'mon man, kamu lo sama sekali ga berubah blas", kesal Yasha pada Boss yang juga sahabatnya itu
Calvin tetap berjalan duluan meninggalkan sahabatnya yang sedang mengoceh tanpa meninggalkan ekspresi apapun. Memang karena rasa ambisinya dalam pekerjaan, Calvin juga menjadi sangat keras pada kompetitor-kompetitornya, dia ingin mengakuisisi lebih banyak perusahaan kompetitor untuk memperluas cabang perusahaannya. Hal itu membuat dia dijuluki sebagai singa yang selalu kelaparan, sifatnya yang tak kenal ampun membuat banyak orang merasa takut bahkan untuk sekedar berdiri dihadapannya.
***
Alika, seorang gadis berusia 24 tahun yang bekerja sebagai dosen dan jurnalis berita terkenal. Dia merupakan gadis cantik dan periang. Dia dibesarkan di keluarga yang berkecukupan, dia juga memiliki satu kakak perempuan, namun hal itu tidak membuatnya santai-santai saja dalam tujuan hidupnya. Alika berambisi untuk menaikkan derajat keluarganya dengan membuat mereka bangga. Ayah, ibu, dan kakaknya begitu menyayangi Alika, kapanpun Alika menginginkan sesuatu keluarganya akan berusaha memenuhinya, dari hal kecil seperti ini cukup untuk membuat Alika bahagia. Kebahagiaan Alika sangat sederhana, bisa berkumpul dengan orang-orang yang dicintai sudah membuatnya begitu senang. Dia merasa harus menjaga kebahagiaan dan kehangatan kecil itu dengan membahagiakan orang-orang di sekitarnya khususnya kedua orang tuanya.
Tumbuh dalam keluarga yang penuh cinta, tidak membuat Alika lekas menemukan pasangan hidupnya, Alika tidak ingin bermain-main dengan cinta karena dia benar-benar mengetahui nilai cinta itu sendiri. Mungkin teman-teman sebayanya banyak yang telah menikah dan menemukan tambatan hati, tapi hal itu tidak membuat Alika menyesali keputusannya untuk tidak terburu-buru dalam menemukan pasangan, ia turut bahagia untuk teman-temannya. Suatu hari, Alika menghadiri pernikahan salah satu sahabat baiknya yang bernama, Dian.
"Alika, by the way lo gimana nih kedepannya? masa iya tetap sendiri mulu" canda Dian pada Alika. "Iya tenang aja, kalo udah ada pasti ada undangannya kok hahaha", jawab Alika tertawa.
"Bukan gimana gimana nih yak, tapi kan gue udah nikah nih, pasti waktu gue juga gabisa 100% sama lo lagi kaya biasanya hiks.. hiks.." ujar Dian dengan menguarkan air mata buayanya.
"Iya udah jelas nih yang udah nikah hahaha, gue juga peka kok, juga udah gede udah bisa jaga diri sendiri. Tapi lo juga harus tau, meskipun lo udah nikah, lo tetep jadi forever bestie gue kok, kapanpun lo butuh temen cerita gue pasti langsung dateng" balas Alika sambil memeluk sahabatnya itu.
"Sekali lagi selamat yaa bestie guee..." tambah Alika.
Dalam perjalanan pulang setelah menghadiri pernikahan, Alika langsung menuju bandara untuk melakukan kunjungan kerja ke Turki.
Tak disangka, bandara menjadi tempat pertama kali Calvin dan Alika bertemu.
Mata Alika menatap orang yang bersimpangan dengannya, Alika merasakan ada sesuatu yang berbeda dari orang itu.
Tak dapat dipungkiri, sesorang dengan wajah rupawan, hidung mancung, rahang tegas, bulu mata panjang, alis tebal dan kulit putih bersihnnya membuat Alika tidak dapat mengalihkan pandangannya dalam sekejap.
Alika mulai bertanya kepada dirinya, perasaan apa ini, meskipun dia sudah sering bolak-balik ke luar negeri bertemu banyak orang asing, tidak ada yang sampai membuatnya mengerjapkan mata berkali-kali seperti saat ini.
Ya, dialah Calvin Waymond Dimitry, yang berhasil mengalihkan pandangan seorang Alika.
Karena fokus pandangannya yang terganggu, Alika jadi tidak sengaja menabrak orang di depannya, dan membuatnya menjatuhkan koper pink besar yang sedang dibawanya.
Mendengar suara barang jatuh di belakangnya, Calvin hanya menoleh, namun tidak ada keinginan menolong dimatanya.
Dia melanjutkan perjalanannya menuju kantor, perjalanan bisnisnya kali ini memakan banyak waktu. Calvin harus segera kembali ke kantor, untuk meeting bersama client pentingnya.
Alika yang melihat hal itu menggerutu, bagaimana ada orang yang tahu jelas ada seseorang yang membutuhkan pertolongannya malah diam saja dan hanya menoleh acuh.
"Ck, Benar saja kata orang, kita emang ga boleh cepat nyimpulin kepribadian seseorang hanya dari sisi luarnya aja,"
+
" huh kenapa sih bisa ada cowok macem begituan," ujar Alika kesal sambil menggelengkan kepala.
Setelah berusaha membangunkan dirinya sendiri dari lantai, dia melanjutkan perjalanannya menuju gate pesawat.
06.00 Kriiiinggg...kringgg....kringggg
Bunyi alarm kesayangan Alika dipagi hari memekakkan telinga Alika yang sedang tertidur pulas, "haduhhh iya iyaa udah dengeerrrr...kalo aku ga butuh kamu nih ya udah aku tendang keluar kamuu ishhh," gerutu Alika pada jam alarm nya dalam keadaan mata masih tertutup.
Alika sebenarnya masih malas untuk bangun pagi, karena dia baru saja tiba dari Turki tadi malam. Alhasil dia baru tiba dirumah tengah malam hampir pagi, ditambah dengan jetlag menjadikannya lengkap nan sempurna. Pagi ini, Alika ada jam mengajar pagi, jadi mau tidak mau dia harus membuka matanya dan bersiap-siap menuju ke kampus.
Alika mengucek-ngucek matanya, sambil meregangkan badannya terlentang. Tidak lama setelah itu terdengar teriakan...
"Alikaaaa....sudah pagiiiii ayo bangunnnnnnnn, bangunnn, bangunnn," teriak ibu Alika dari luar kamar Alika berniat membangungkannya.
Alika yang mendengar itu pun membalas, "iyaaaa maaaah, udaah bangunnn barusaaaaannn".
Mama Alika, Atika Prameswari, atau yang biasa dikenal dengan Mama Tika, memang kalau membangunkan Alika harus berteriak, karena kalau tidak ada yang mengomeli Alika untuk bangun pagi, dia bisa saja melanjutkan tidurnya sampai siang sampai lupa tanggung jawabnya.
1
Tidak jarang waktu zaman sekolah dulu kedua orangtua Alika sering dipanggil guru BK karena sering datang terlambat, bahkan bisa dibilang hampir setiap hari jika dia tidak bisa lolos hukuman penjaga gerbang. Namun seiring dewasa, Alika sudah mengerti baik tanggung jawabnya, jadi penyakit terlambatnya hanya kembali di waktu tertentu, syukurlah.
Setelah merapikan kasurnya, Alika langsung pergi mandi dan bersiap-siap. Dengan setelah dosennya, dia turun kebawah untuk sarapan.
Keluarganya semuanya sudah berkumpul di bawah, "pagiiii semua, jumpa lagi dengan mbak Alika yang syantiiik," teriak Alika menyapa seluruh penghuni rumah.
Ayah, ibu, dan kakak perempuannya yang mendengar itu hanya tersenyum, karena memang sudah jadi kebiasaan setiap pagi. "dasar kepedean sok cantik.." canda kakaknya perempuannya Alia.
"yeee emang cantikkk ni yeee wleee....," balas Alika sambil menjulurkan lidahnya.
Beginilah suasana pagi, di rumah Alika dipenuhi canda tawa dan pertengkaran kecil dua bersaudara itu, hal ini membuat rumah menjadi terasa hangat setiap harinya.
"sudah to, kalian ini kan udah dewasa, masa bertengkar terus kaya anak kecil, ga malu apa didenger tetangga??" ucap ibu Alika melerai pertengkaran keduanya.
Alika, Alia, dan ayahnya yang mendengar itu pun tertawa kecil, tapi mereka tidak berani menjawab ibunya. "Alika, kamu sekarang mau ngeliput atau ke kampus, nak?" tanya ayah Alika.
"Oh, jadwal liputan Alika minggu ini lumayan longgar, Yah. Mungkin baru senin minggu depan berangkat lagi, makanya mumpung lagi kosong aku mau nyempetin ngajar. Udah lumayan lama juga mereka pembelajaran online dikelas aku," jawab Alika.
Ohh, begitu bagus deh, kalau begitu gimana kalau ayah antar? Sekalian ayah berangkat kerja kan sejalan?" tanya Arta Adiwijaya, ayah Alika.
(Kalau aku berangkat sama ayah nanti otomatis pulangnya dijemput, mana nanti keliatannya ada rapat. Kalo ngga rapat kan aku juga bisa me-time nanti syukur-syukur) batin Alika.
"Emm, Yah. Kliatannya Alika berangkat sendiri aja yah, kasian nanti kalo pulangnya ayah jadi jemput dan nungguin Alika" tolak Alika dengan halus.
"Yasudah, gapapa kalau kamu memang mau begitu. Ayah panasin dulu mobil kamu ya , Ayah kira kamu ngga kerja hari ini gara-gara pulang malem kemarin. Jadi tadi pagi ayah cuman panasin mobil ayah sama kakak kamu aja" Ucap Ayah Alika sambil berdiri meninggalkan meja makan.
Memang sudah jadi kebiasaan Alika, jika tiba dirumah tengah malam setelah pergi dinas keluar negeri, dia tidak akan berangkat lagi saat paginya untuk mengistirahatkan tubuhnya. Namun hari ini, dia ingin menghadiri kelasnya setelah kemarin berjanji pada mahasiswanya untuk mengadakan kelas offline.
"Iya yah, terimakasih yaaa ayahku yang paling gantenggg hehehe" ucap Alika berterimakasih dan dibalas ayah Alika dengan menunjukkan ibu jarinya.
Lalu setelah makan Alika langsung pamit kepada orang tuanya dan bergegas menuju kampus. Dalam perjalanan menuju kampus, Alika terjebak macet dan itu membuatnya sangat kesal sehingga moodnya jadi sangat buruk.
Alika tiba-tiba juga teringat peristiwa tabrakan nya dengan seseorang yang tampan waktu itu.
Hatinya masih saja jengkel jika mengingatnya, ingin rasanya Alika membejek-bejek orang itu yang tidak tau rasa kemanusiaan sama sekali.
Ya, meskipun tidak bisa dipungkiri Alika jika ia sudah jatuh cinta pada lelaki itu sejak pandangan pertama.
"udah jatuh dapet sakit, diliatin orang banyak pula kan jadi dobell... ishhh awas aja kalo ketemu lagi," gerutu Alika.
Setelah berhasil melewati kemacetan Alika pun akhirnya sampai di kampus. Alika langsung memarkirkan mobilnya lalu merapikan barang dan bukunya.
Lalu, ia keluar dari mobil dan menuju ruangan dosen terlebih dulu untuk presensi dengan berlari tergesa-gesa,
"Aduh mana jam kelas udah waktunya mulai, ditungguin ini pasti sama mahasiswa" gerutu Alika sambil melihat jam di pergelangan kirinya.
Alika berlari dan tidak melihat kedepan, dia pun tidak sengaja menabrak seseorang dengan keras.
Namun bukannya meminta maaf, Alika justru memaki-maki orang yang ada di depannya sambil mengambil bukunya yang berjatuhan.
"Masnya gimana sih, jalan gapake mata ada orang main tabrak aja buku saya jadi jatoh semua ini!?," marah Alika kepada orang itu.
Sudah mood nya sudah sangat buruk dari tadi, pake acara jatuh lagi membuatnya sangat kesal.
Tidak ada respon dari orang yang ada di hadapannya sehingga membuat Alika semakin kesal,
"Masnya ini denger ga sih saya bilang apa, kenapa malah diem aja!" kesal Alika sambil mengangkat kepalanya untuk melihat siapa pelaku yang sudah menabraknya.
Dua pasang mata itu bertemu satu sama lain, tubuh kekar atletis, wajah yang sangat tampan, hidung mancung, alis tebal, bulu mata panjang, dan bibir yang indah membuat Alika terpaku seketika.
"Dia kan orang yang gue tabrak di bandara waktu itu," batin Alika.
Mata Calvin tidak berkedip, dia menatap wajah Alika lekat-lekat.
Seperti ada sesuatu yang hinggap di pikirannya.
"Seharusnya pertanyaan itu bukan untuk saya. Saya rasa kamu memang sengaja menabrakkan diri kamu," sindir Calvin sembari mengenakan kaca mata hitamnya kembali.
Alika yang mendengar itu langsung naik pitam,
Ia berkedip tak percaya,
"Maksud masnya gimana, saya yang salah gitu? Oh mohon maaf ya mas, kalo mas ga berdiri disini saya juga ga akan nabrak masnya. Udahlah saya ga ada waktu ladenin mas," balas Alika mengibaskan tangan sambil meninggalkan pria tampan bertubuh tinggi itu.
Sebenarnya, Alika pergi bukan karena terburu-buru kelasnya, tapi dia takut tidak bisa menormalkan detak jantungnya saat melihat wajah pria itu.
Amarahnya seketika menghilang, saat bertemu sorot mata tajam miliknya.
Alika, memegang dadanya dan bertanya kepada dirinya sendiri apa yang sebenarnya terjadi.
"Jantung aku kenapa larinya cepet banget, yah? Apa aku kena darah tinggi?"
Alika menggelengkan kepalanya dan berusaha mengalihkan pikiran konyol itu.
Setelah presensi, Alika pun langsung menuju kelas untuk memberikan materi kepada mahasiswanya jurusan Hubungan Internasional.
Di sisi lain, Calvin ditemani dengan kepala prodi universitas itu berkeliling kampus. Lalu saat melihat bagian ruang-ruang kelas, dia tidak sengaja melihat Alika yang sedang mengajar didepan kelas.
Rasa rindunya terhadap masa lalunya mulai mekar kembali meskipun hal itu masih diselimuti kemarahan karena Lancaster yang tiba-tiba pergi meninggalkannya.
Dosen kepala prodi yang mengikuti arah pandang Calvin langsung berkata,
"Beliau bernama Alika pak, Dosen termuda di universitas kami. Beliau juga sangat berprestasi, selain perannya menjadi dosen, Bu Alika merupakan salah satu jurnalis terkenal di Indonesia,"
"Pencapaian dan dedikasinya selama ini saya rasa harus diapresiasi," Jelas Pak Adi.
Calvin hanya mengangguk mendengar penjelasan Pak Adi. Ekspresi wajah dinginnya tetap sama. Ia bahkan tidak ingin tahu lebih jauh tentang wanita itu.
Ia justru merasa sedikit malu karena arah pandangannya diketahui orang lain.
Calvin merupakan investor utama di universitas ini. Jadi, Calvin sering berkunjung untuk menge-check progress progress setiap bulannya.
Biasanya, Calvin langsung menyerahkan tanggung jawab ini kepada Yasha selaku managernya.
Tapi entah kenapa hari ini, Calvin ingin memantau sendiri perkembangan di Universitas.
Ternyata benar, keputusannya hari ini membuatnya bertemu dengan Alika, perempuan yang begitu mirip dengan wanita di masa lalunya.
Pada saat Calvin, sedang berkecamuk dengan berbagai macam pikiran yang ada di kepalanya.
Ia melihat Alika yang sedang keluar kelas sedang terburu-buru.
Di sisi lain, seusai kelas Alika bergegas menuju gedung rektorat untuk menghadiri webinar yang diselenggarakan panitia universitas, dan Alika hadir disana sebagai pembicaranya.
Namun saat dijalan, karena terburu-buru dia tidak melihat ada sepeda motor yang melaju kencang di sampingnya.
Tiiinnnn....tinnnnn.......tinnnnnnn
Alika menoleh kesamping, namun terlambat sepeda motor itu sudah melaju pesat dari arah sampingnya. Alika yang kaget, ditambah sepeda yang melukai tangannya menyebabkan ia terjatuh dan tidak dapat menahan keseimbangannya.
BRAKKKK
"AAWWHHSSSSS..." pekik Alika
"AWWWHSSSS... "
Saat Alika terjatuh, pengendara sepeda motor itu dan mahasiswa yang sedang berjalan dipinggir jalan yang menyaksikan hal itu langsung mengerumuni Alika ingin memberi bantuan.
Di jarak lain, pandangan Calvin yang tidak lepas dari Alika, mengetahui perempuan itu terjatuh langsung berlari meninggalkan kepala prodi yang berbincang dengannya dan berlari menuju Alika.
Melihat begitu banyak darah yang keluar dari tangan dan kaki kirinya, membuat Alika menangis.
Ya, sejak kecil Alika sangat takut melihat banyak darah, jika mamanya ada disana sudah pasti mamanya akan menutup matanya.
Alika menangis kesakitan, sedangkan Calvin sangat terlihat dari raut wajahnya begitu panik saat melihat keadaan Alika.
Ini merupakan kali pertama di hidupnya bagi seorang Calvin Waymond Dimitry merasa sangat khawatir pada orang lain.
Bahkan, sebelumnya Calvin juga tidak pernah peduli pada siapapun orangnya.
"Minggir!!! Minggir semua!!" teriak Calvin membelah kerumunan.
Tak menunggu waktu lama, Calvin langsung mengangkat dan menggendong Alika menuju mobilnya.
"Saya bawa kamu kerumah sakit, semuanya akan baik-baik saja, percaya saya," ucap Calvin reflek.
Alika yang sedang kesakitan, merasa tubuhnya terangkat masih tidak memiliki keberanian untuk membuka matanya karena indra penciumannya yang mencium bau darah.
Alika terus menangis, sedangkan Calvin bergegas menyetir mobilnya untuk membawa Alika kerumah sakit secepatnya.
"Sakit sekali.. Hiks..hiks..hikss,".
Melihat Alika yang memejamkan matanya menahan sakit, membuatnya semakin merasa panik.
Di Rumah sakit, Calvin berteriak pada para dokter dan perawat untuk membantunya mengobati Alika.
Saat di UGD, Calvin berniat menemani Alika namun dicegah oleh para dokter.
"Bapak tenang saja, kami semua disini akan melakukan tugas kami sebaik mungkin. Saya mohon Bapak untuk bisa menunggu diluar, agar kami bisa fokus. Terima kasih".
Calvin menunggu diluar UGD dengan resah, dia berjalan kesana kemari menunggu kabar wanita itu dari para dokter.
Dia masih belum menyadari kenapa dia bisa menjadi sekhawatir ini pada orang lain, saat ini dia hanya ingin wanita yang diselamatkannya baik-baik saja.
"semoga kamu baik-baik saja didalam sana"
Tik..tok..tik...tok
Suara detik jam membuat Calvin semakin risau, sudah 1 jam lamanya Alika berada di dalam.
Tak lama setelah itu...
Dokter dan beberapa perawat keluar membawa brankar, yang Calvin yakini itu adalah Alika.
"Maaf dok, sus, bagaimana keadaan perempuan ini?" tanya Calvin sambil menghentikan mereka berjalan.
"Dia sudah baik-baik saja Pak, untung saja dibawa kesini tepat waktu. Lukanya jadi tidak semakin parah, sekarang kami ingin memindahkan pasien ini ke ruangan rawat inap" jawab seorang perawat.
Calvin yang mendengar itu langsung mengangguk, dia melihat wajah Alika yang tertidur
"mungkin karena efek obat bius" pikirnya.
Tidak lama setelah itu, Alika sadar dan mulai membuka matanya. Dia terkejut sekali melihat Calvin yang duduk disampingnya.
"A...Anda kenapa bisa ada disini?," tanya Alika sedikit ketakutan.
Calvin yang melihat Alika tersadar lalu mendengar pertanyaan dari gadis itu, Ia hanya meliriknya dan berusaha menormalkan raut wajah kekhawatirannya.
"Ehm, anda tidak perlu banyak berpikir, saya hanya sekedar membantu. Memang siapa lagi yang mau membantu anda tadi? Kecuali saya." jawab Calvin tanpa melihat Alika.
"Karena anda sudah sadar saya akan pergi, biaya administrasi sudah saya urus" ucap Calvin dingin dan langsung melenggang pergi.
Alika yang heran mendengar jawaban dari lelaki yang begitu jutek seperti Calvin membuatnya berpikir keras.
Pada saat di bandara dan di depan ruangan dosen pagi ini, pria itu bahkan tidak ada keinginan menolongnya sedikitpun saat terjatuh.
Lalu kenapa, saat ia terluka saat ini dia terlihat begitu khawatir padanya.
Saat pikiran Alika penuh dengan tanda tanya, tanpa dia sadari jantungnya kembali berdegup kencang saat memikirkan tentang lelaki itu, wajahnya, matanya, hidungnya, dan juga satu lagi yang ia baru temukan... rasa khawatirnya.
Namun, Sebelum Alika berpikir semakin jauh, dia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras untuk kembali sadar pada kenyataan.
***
Calvin pov
Setelah dari rumah sakit, Calvin bergegas menuju kantornya, namun pikirannya masih belum bisa terlepas dari gadis itu.
(Apakah dia bisa kembali ke rumah sendiri? Apa dia butuh bantuan? Apa akan ada orang yang menjemputnya?, )
Calvin hanya bisa menghela nafas dan menghilangkan segala macam pikiran yang ada di dalam kepalanya terhadap gadis yang baru saja ia tolong,
"gadis itu"
Calvin menyenderkan kepalanya ke kursi dan memejamkan matanya.
Saat Calvin terpejam, Yasha datang. Melihat boss nya seperti itu untuk pertama kalinya membuatnya bingung dan bertanya-tanya kepada dirinya sendiri
'Apakah dia sedang sakit?'.
Namun karena ada jadwal meeting yang sudah masuk jam, dia mencoba membangunkan Calvin.
"Ehmm, bos ini wes masuk jadwal meeting, Nih. Kamu mau hadir apa aku aja yang handle? Keliatan e kamu lagi gaenak badan,"
Calvin yang mendengar tawaran Yasha, kembali menormalkan tubuhnya dengan berdiri tegak dan menghadap jendela.
"Gapapa gue aja, gue cuma capek tadi" jawab Calvin.
Mendengar hal itu, Yasha membulatkan mulutnya untuk mengatakan 'oh' .
Lalu ia mengangguk dan beranjak kembali ke ruangannya untuk mengurus yang lain.
Calvin mengetuk-ngetukkan jarinya di meja.
"Yash, lo coba cari info cewek yang barusan gue anter ke RS barusan" pinta Calvin pada Yasha.
Yasha terdiam sepersekian detik. Ia benar-benar terkejut mengetahui Calvin baru saja mengantarkan seorang wanita ke rumah sakit.
Untuk pertama kalinya, seorang Calvin Waymond Dimitry mulai memperhatikan orang lain, apalagi seorang wanita setelah ditinggal Lancaster
Yasha akan pura-pura tidak tau saja dan mencari tahu sendiri akan hal ini.
"Oke" jawab Yasha sigap langsung meninggalkan ruangan.
Calvin membuka handphonenya dan menelfon seseorang.
"Jangan pergi dari sana, sebelum ada kerabat dia yang menjemput"
***
Di sisi lain, Alika berusaha menelfon saudara perempuannya untuk menjemputnya.
Dia tidak berani menelpon kedua orangtuanya, karena ia yakin, mereka akan khawatir saat mendengarnya kabar tentang dirinya masuk rumah sakit.
"Halo, kak lo lagi dimana? Mau minta tolong jemput gue dirumah sakit Permata donggg, abis keserempet nihh" Ucap Alika kepada kakaknya di handphone,
"Hahhh, keserempet?!?! Gimanaa bisaa sih!! makanya dong kalo jalan liat-liat!" marah kakaknya di sebrang sana membuat Alika menjauhkan handphone dari telinganya.
"Iyaa tadi pas jalan ke gedung rektorat, ga sengaja ga liat samping, terus pas mau nyebrang kena dehh," jawab Alika dengan santainya.
Ia memang sengaja berbicara seakan-akan dirinya tidak apa-apa agar kakaknya tidak merasa khawatir padanya, meskipun kakaknya juga tau jika dirinya phobia dengan darah.
Tak lama berbicara, kakaknya langsung mematikan telpon sepihak, dan menuju kerumah sakit untuk menjemput adiknya yang kebanyakan tingkah itu.
15 menit kemudian
Sesampainya Alia dirumah sakit, dia menuju ke meja resepsionis dan menanyakan ruangan pasien atas nama Alika Yunaira Adelia.
Setelah menemukan kamarnya, Alia memeluk Alika sebentar namun juga mencubit lengan Alika setelahnya,
"Awwhss, lu gila apa gimana? sakit bego!", kesal Alika saat dicubit sangat keras oleh kakaknya.
"Gimana gue gak marah, udah gede ga bisa liat jalan kanan kiri mata lo kemana, hah?, marah Alia balik.
Karena sadar ini memang kesalahannya, Alika pun tidak lagi melanjutkan perdebatan dengan kakaknya.
Tidak lama, dokter datang dan memberi tahu keadaan Alika pada kakaknya,
"Maaf, apakah anda salah satu anggota keluarganya?" tanya dokter itu.
Alia mengangguk dan menjawab, "Benar dok, saya kakaknya. Bagaimana kondisi adik saya ya, Dok? Apa perlu di rawat inap?" .
Dokter itu menjawab,
"Syukur, luka saudari Alika hanya luka luar jadi tidak perlu dirawat inap, mungkin dua atau tiga hari lagi kami sarankan untuk kembali kesini dan mengganti perban,"
Mendengar hal itu, hati Alika bersorak senang dia bersyukur karena dia tidak harus menginap dan meninggalkan segala tugas dan kewajiban profesinya.
Setelah mendengarkan penjelasan dari dokter jika Alika tidak apa-apa, Alia menuju meja respsionis dan mengurus administrasi Alika.
Saat menunggu total biaya pengobatan, dia terkejut mendengar penjelasan suster,
"Maaf Bu sebelumnya, tapi seluruh biaya administrasi saudari Alika telah dibayar olek laki-laki yang membawa beliau kerumah sakit ini".
Alia dilanda kebingungan dan langsung menjawab,
"Oh, kalau begitu baik, Sus. Terima kasih informasinya,"
Alia lantas menemui Alika yang sedang duduk dan mengayunkan kakinya seperti anak kecil di meja antrean respsionis.
"Dek, itu katanya suster biaya rumah sakit udah dibayar sama yang bawa kamu kesini, emang orang itu siapa?" tanya Alia.
"Gatau gue kak, kenal juga nggak... Udah ah kalo udah beres mending pulang ajaa yukk, capek nih guee" jawab Alika menghindari pertanyaan Alia.
(Gue sebenarnya juga pengen tau sebenernya itu orang siapa kak, soalnya gue selalu kepikiran dia sejak pertama kali gue nabrak cowok itu) ungkap batin Alika.
Kembalinya dari rumah sakit, kedua orang tua Alika dan Alia kaget melihat kondisi putrinya dengan tangan diperban .
"Yaampun naakk, kamu kenapa pulang-pulang beginii?!?" Tanya mama Alika.
"Iya ini mah, tadi ga sengaja keserempet motor. Tapi ngga paraah kok seriusaan hehe," Jawab Alika meringis memamerkan giginya.
"Oooh, jadi kamu nunggu parah dulu baru kamu anggep serius Alika?! Cewek kok bandel banget dibilangin orang tua" Marah Tika, mama Alika.
Ayah nya yang mendengar itu langsung melerai mereka berdua,
"Udah mah, kasian tuh Alika pasti masih sakit tangannya. Ayo Alina bantu Alika masuk kekamarnya buat istirahat, langsung tidur nggausah liat handphone loh, ya" Ucap ayah Alika.
(Huuuftt, untung ditolongin ayah) batin Alika.
Saat di kamar, Alika tidak bisa lagi mengendalikan pikirannya tentang pria itu.
Otaknya selalu flashback menuju pada saat kejadian bagaimana dia begitu khawatir dan mencoba menolong Alika dengan menggendongnya.
(Sebenarnya dia itu siapa? Kenapa gue bisa langsung jatuh cinta sama dia) batin Alika berpikir.
Karena Alika selalu merasa jika cinta datangnya karena terbiasa. Bukan dari pandangan pertama yang seperti ini.
Sembari membaringkan tubuhnya di kasur warna pink miliknya, bayangan tentang wajah pria itu muncul kembali.
"Kalo diliat-liat, orang ini bisa masuk juga ke tipe gue" ucap Alika, tidak menyadari jika sudut bibirnya sudah terangkat.
"Ehh..ehhh kok aku jadi mikir beginian sih astaga... sadar Alika! sadar Alika! sadar!!" marah Alika, sambil memukul kepalanya pelan dengan tangan kanannya.
Mengingat dia sebenarnya juga masih sangat kesal dengan tingkah jutek cowok itu.
"Tapi, gapapa. Biarpun dia jutek kaya kulkas, gue bakal kejar dia. Walaupun harus ke kutub utara," tekad seorang Alika.
Dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Jodoh harus dijemput!
Tak lama, rasa kantuk pun mulai datang,
Alika tertidur dengan bayangan pria yang selalu berusaha dihapusnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!