Cheana Allena Setiawan atau sering dipanggil Chea adalah gadis periang. Tapi itu dulu saat usia 18 tahunnya yang labil dan bisa ditipu habis-habisan oleh sahabat dan mantan nya yang brengsek.
Mereka bermain dibelakang Chea selama 3 tahun hubungannya dengan Hasan. Tak pernah sekalipun Chea cemburu dengan hubungan mereka. Tapi dia kecewa saat malam minggu yang harus dia lewati dengan Hasan kandas saat melihat Hasan dan Susan sahabatnya berciuman di depan matanya dan itu di taman hiburan.
Hebat bukan mereka bisa menyembunyikan hubungan mereka dengan rapi tanpa membuat Chea curiga.
Chea mendatangi mereka dan langsung menampar Hasan dengan cukup keras karena Chea belajar seni bela diri.
"Brengs*k kau! Inilah kelakuan mu selama ini bersama wanita ini dibelakang ku? Jawab!"
Chea yang sudah terpancing emosipun memegang kerah baju Hasan. Sedangkan yang diperlakukan begitu cuma bisa pasrah.
"Chea! Lepasin cowok ku!."
Susan yang tak tega melihat adegan itu pun langsung berusaha melepaskan Hasan dari Chea. Susan mencengkeram tangan Chea yang ada di kerah baju Hasan.
"Diem lo! Lo gak usah sok bantuin dia! Dasar cewek gak tau diri! Ngaku sahabat tapi nikung temen sendiri!."
Chea langsung mendorong Susan dengan tangan yang tadi dicengkeram Susan.
"Chea! Lepasin Hasan Che."
Saudara kembar Chea yang melihat adegan itu pun langsung menenangkan Chea yang sudah mulai akan memukul Hasan. Percayalah Chea kalau mukul orang gak pernah tanggung-tanggung.
"Lepasin gue Jar! Gue bakal bikin si brengs*k ini masuk rumah sakit."
Tangan Chea sudah terangkat tapi dicekal oleh Fajar kakak Chea.
"Che! Ini gak baik Che. Dengerin gue please! kali ini doang."
Chea memejamkan mata dan mengambil nafas banyak lalu menghembuskannya perlahan. Chea membuka mata dan menatap tajam Hasan.
"Kali ini lo lolos!!! tapi lain kali sampai gue tau lo kayak gini lagi gue bakal buat lo masuk kuburan. Kita PUTUS!. "
Chea melepaskan genggaman tangannya dari kerah Hasan dan pergi dari sana. Sebelum pergi Chea melihat Susan yang masih melihat dia.
"Gue gak nyangka sahabat yang paling gue percayai bisa kayak gini. Jadi cewek perusak hubungan orang."
Setelah mengatakan itu, Chea pergi diikuti Fajar yang mulai khawatir dengan keadaan saudara kembarnya yang lahir 5 menit setelah dia. Fajar tau Chea sedang sakit hati dan butuh sandaran.
Fajar mencekal pergelangan tangan Chea dan membalikkan tubuh Chea. Fajar kaget melihat Chea yang sudah beruraikan air mata. Otomatis Fajar memeluk Chea .
"Lo yang tenang ya Che. Jangan nangisin cowok itu ya. Kan cowok banyak di dunia ini Che. Sabar pokoknya jangan kebawa emosi."
Fajar mengelus punggung Chea yang mulai menangis hebat. Fajar ikut merasakan rasa sakit hati Chea. Fajar akan membalaskan sakit hati adiknya bagaimanpun caranya dan sampai mereka ikut menderita. APAPUN.
"Mereka tega banget sama gue Jar. Lo taukan gue cinta sama si Hasan sampai gue gila nembak dia buat jadi pacar gue. Ternyata yang dia sukai itu Susan bukan gue Jar. Sakit jar Sakit banget hati gue."
Chea semakin merapatkan pelukannya ke Fajar. Chea tau cuma Fajar yang bisa diandalkan.
"Ayo pulang."
Chea menganggukkan dan melepaskan pelukannya lada Fajar. Chea menghapus dengan kasar air mata yang turun dari matanya sedari tadi.
Fajar menuntun Chea ke arah mobilnya yang terparkir di depan pohon beringin. Fajar dan Chea sama-sama terdiam selama perjalanan sampai tiba di rumah mereka.
"Mami."
Chea langsung berhamburan memeluk sang mami yang sudah berdiri di depan rumah menunggu anak-anaknya pulang.
"Salam kek dulu kalau sampe rumah. Ini malah langsung nempel kayak lintah."
Sang mami menyindir Chea karena kebiasaan buruk Chea. Yang disindir acuh. Fajar yang melihat adegan itu cuma bisa tersenyum.
"Assalamualaikum mami."
"Eh anak tampan mami udah pulang. Waalaikumussalam sayang."
Fajar langsung mencium tangan maminya dengan posisi masih dipeluk Chea.
"Che udah dong peluk mami. Masuk dulu yuk."
Fajar menarik paksa Chea dan terlihat wajah cemberut Chea.
"Apaan sih bang."
Di rumah Chea memanggil Fajar abang karena Fajar memang lebih tua darinya.
"Kasihan mami ini udah malam. Masuk dulu yuk."
Fajar menyeret adiknya untuk masuk ke dalam rumah dan diikuti mami mereka yang cuma tertawa melihat kelakuan dua anaknya yang tak pernah berubah.
"Loh itu Chea kenapa diseret Jar? Kasihan adikmu."
Ayah Fajar dan Chea yang sedang melihat tv teralihkan dengan suara Chea yang kesal dengan kelakuan kakaknya.
"Tau nih yah. Si abang jahat sama Chea."
Chea melepaskan tangan Fajar dari lengannya dan langsung berhambur ke arah pelukan sang ayah.
"Manja deh."
Fajar menyindir Chea yang tak pernah berubah. Selalu manja dengan si Ayah.
"Biarin."
Chea menjulurkan lidahnya ke arah Fajar.
"Gak sopan sama abang mu Che."
Ayah Chea menegur sang anak yang mulai iseng dengan Fajar.
"Sudahlah kalian. Ayo makan dulu. Mami udah masakin kesukaan kalian."
Mendengar kata makanan kesukaan mereka membuat mereka langsung menuju meja makan. Mereka duduk dengan manis ditempat duduk masing-masing.
Kesukaan Fajar adalah sayuran sedangkan si Chea alergi dengan makanan hijau yang disebut sayur. Seafood aja Chea gak bisa makan karena alergi. Padahal semua keluarga suka. Cuma Chea yang alergi. Aneh bukan?
Mereka makan dalam hening hanya ada suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring.
"Mi. Yah. Bang. Chea mau ngomong sesuatu."
"Che. Ini makanan kamu dihabisin dulu baru bicara."
Sang Ayah menyuruh Chea untuk menghabiskan makanannya. Chea yang mendengar perkataan sang Ayah langsung diam dan melanjutkan makannya.
Setelah selesai makan mereka berkumpul di depan tv.
"Jadi tadi Chea mau ngomong apa sayang?."
Sang Ayah yang penasaran dengan apa yang akan dikatakan putrinya langsung to the point.
"Itu yah. Chea mau ngomong soal kuliah Chea."
"Oh kuliah. Chea udah memutuskan mau kuliah dimana? mau sama abangmu di Semarang?."
Sang mami yang sudah gatal ingin bertanya langsung bertanya.
"Gak mi. Chea gak mau di Semarang apalagi satu kampus sama abang. Chea mau ke Yogyakarta mi."
Semua orang yang ada disana langsung terdiam. Dan diam mereka membuat nyali Chea menciut.
"Ayah ijinin. Gimana sama mami sama abang?."
"Mami setuju aja kalau memang Chea mau di Yogyakarta sih. Toh disana bagus pendidikannya. Gimana sama abang?."
Fajar yang tau alasan kenapa Chea lebih memilih Yogyakarta daripada semarang. cuma bisa menghela nafas pasrah. Chea itu keras kepala seperti dirinya. Keinginannya selalu harus dipenuhi. Selalu.
"Abang ikut keinginan Chea. Jika memang maunya di Yogyakarta abang gak keberatan. Selama Chea seneng aja."
Chea yang mendengar kesetujuan mereka dengan keputusan Chea, membuat senyun dibibir Chea merekah.
"Makasih mami, ayah sama abang yang udah ijinin Chea kuliah di Yogyakarta. Jangan khawatir Chea gak akan bikin kalian kecewa. "
Chea langsung berhamburan memeluk mereka bertiga. Ini adalah keputusan Chea. Dan Chea gak akan menyesali perbuatannya.
Tbc...
5 tahun kemudian..
Chea hidup dengan wajah dingin dan sikap yang dingin. Siapapun yang berjenis kelamin cowok bakal Chea judesin. Kecuali orang yang dianggap Chea baik.
Umur Chea memang masih muda. Secara umur Chea baru 23 tahun bulan Mei ini. Tetapi walau umur Chea masih muda dan udah lulus kuliah di salah satu Universitas di Yogyakarta, Chea sudah sukses bangun usaha S&W Wedding Organizer.
Usaha yang dibangun Chea sejak umur 19 tahun begitu sukses. Dana yang dipinjam dari kedua orang tuanya sudah dikembalikan Chea dan itu membuat kedua orang tua serta keluarga Chea bangga.
Satu hal yang mereka tidak ketahui tentang Chea dan hanya diketahui Fajar seorang. Chea sering berantem dan ikut balapan liar.
Fajar sampai ingin memenjarakan adiknya di rumah adiknya itu. Ya Chea tinggal di salah satu perumahan yang dia beli sendiri dan tinggal sendiri tanpa Fajar.
"Che. Udah dong ngambeknya. Abang ngaku salah deh."
Chea yang masih fokus ke arah laptopnya hanya bisa mendengus. Fajar membuat acara Chea untuk bertemu dengan calon klien gagal. Chea marah dan memukul Fajar. Jika Chea gak ingat siapa Fajar, udah mati Fajar dihajar Chea.
"Gara-gara abang calon klien Chea ilang. Itu duwit Chea ilang bang."
Chea masih fokus dengan laptopnya sambil sesekali menggerutu. Klien berharga karena banyak duwit.
"Iya abang tau. Maafin abang ya. Jangan ngambek dong Che. Abang khilaf deh."
Chea menghela nafas dan melihat Fajar.
"Emang ada apa dengan calon klien Chea barusan?."
"Kau terlalu polos atau bego sih Che. Itu om om lagi lihatin body mu. Abang yang tau maksud dan tujuan otaknya ya abang pukul lah. Gak rela adek abang dilecehin di depan abang."
Chea terdiam sesaat. Benar kata abangnya. Memang klien tadi agak gimana gitu dipandangan Chea. Tapi tinggal pukul aja kan beres.
"Tinggal pukul aja kalau kurang ajar sama Chea."
Fajar yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas kasar.
"Gini nih cewek kalau otak kayak cowok. Dikit-dikit main pukul. Gak semua masalah bisa diselesaiin sama tinju sayang."
"Bodo! kan tadi abang juga mukul kok. Gak pakek otak lagi."
Fajar milih diam. Debat dengan adiknya hanya akan membuat masalah semakin panjang.
"Che. Abang boleh nanya gak?."
"Tinggal nanya aja susah banget sih bang."
Chea jawab dengn nyolot. Fajar ganggu konsentrasi Chea untuk melihat urutan kegiatannya selama seminggu ini. Benar-benar padat.
"Gak usah nyolot juga kali Che. Ini abangmu. Dosa. Itu abang mau nanya soal si Gilang. Dia kok sering dateng ke gedung WO lo sih."
"Tau. Bukan urusan aing bang."
"Ini serius Che."
"Duarius bang. Chea gak tau."
Chea tetap fokus tetapi semua buyar saat ada telpon masuk. Dengan enggan Chea mengankat telpon itu.
"Halo. Dengan Chea sendiri."
"Halo mbak Chea ini Ririn."
Chea menghela nafas beratnya. Fix gue nginep di kantor.
"Iya kenapa Rin."
"Ini mbak ada email masuk dari klien yang namanya ibu Weni. Emailnya akan saya kirim ke mbak . Saya kasih info garis besarnya. Beliau ingin bertemu mbak sekarang guna membahas acaranya yang akan diselenggarakann 6 hari lagi mbak."
"Kirim aja emailnya. Atur aja mau jetemu kapan dan tempatnya. Nanti saya kesana."
"Siap mbak Che. Udah ya mbak."
Chea hanya bisa menghela nafas berat. Ini masih pukul 1 siang dan udah dihadapkan dengan rapat sama klien. Padahal ini adalah hari liburnya.
"Abang makan sendiri ya nanti malam. Chea ada acara sama klien. Mau bahas acaranya yang tinggal 6 hari lagi."
Fajar cemberut. Selalu ditinggilkan dirinya. Klien adalah prioritas adiknya.
"Iya. Ntar abang makan sendiri. Tapi bisa kan abang ikut meetingnya?."
Chea tampak berfikir dan menghela nafas lagi. Over protective.
"Ntar abang bosen?."
"Gak juga. Asal pembahasan kalian gak bosenin aja."
"Serah."
TING
Chea memeriksa email yang masuk. Chea ingat siapa Ibu Weni. Ibu Hasan.
TING
Chea melihat ada pesan masuk lewat aplikasi whatsappnya.
**From Ririn
Pertemuan dengan Ibu Weni di Opee Restaurant jam 15.20**
Ibu Weni minta ketemu jam dan tempat itu mbak.
Mbak bisa?
*To Ririn
Bisa kok Rin.
Sampaiin ke beliau,
aku bakal dateng jam segitu.
Tapi akalu telat maklum ya.
Soalnya aku juga ketemu klien dulu yang lain sebelum dia*.
Tak lama berselang masuk pesan balasan dari Ririn sekretaris Chea.
**From Ririn
Siap 45 mbak.
Bakal Ririn sampaiin.
Mbak semangat kerjannya**.
Chea hanya bisa pasrah. Setiap kali dia mengeluh capek dengan kerjaannya pasti omelan tujuh turunan mami sama ayahnya bakal tergiang-ngiang.
Ini adalah pekerjaan yang dia mau. Ini yang dia cita-citakan dari dulu. Jadi segala resiko dia harus bisa nanggung.
"Bang. Jadi ikut Chea ketemu klien gak?."
Fajar yang masih asik ngegame di ruang tamu rumah Chea hanya bisa berdehem. Takut kalah kalau hilang fokus.
"Nanti Chea pergi jam 3. Abang siap-siap gih sana. Ini udah mau jam 2. Nanti abang siap-siapnya lama. Chea tinggal. Ngamuk. Ngambek. Ngadu ke ayah sama Mami. Chea dimarahi. Abang kena bogem dari Chea."
Fajar yang masih fokus sama game hanya bisa berdehem.
"Bentar lagi dek. Nanggung. Kamu katanya mau ketemu sama fotografer WO kamu?."
"Oh Iya. Lupa."
Chea langsung menelpon Yeni. Fotografer ke 4 nya. Maklum usaha WO Chea gede. Banyak klien yang minta foto prewed dimana-mana. Terpaksa nyari fotografer lebih dari 3 buat nanganin klien.
"Halo Yen ini gue Chea."
"Iya tau Che. Kenapa? udah gak amnesia sama janji lo sendiri?."
"Hehehe. Sorry Yen. Gue lagi meriksa laporan kegiatan di klien kemarin. Sibuk sendiri. Lo masih disana kan?."
"Masihlah. Gue sabar nungguin elo yang udah telat sejam. Buruan kesini. Bawa sekalian laptop lo. Gue mau ngomongin juga soal klien lo yang rewel banget tadi."
Chea menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Komplain adalah makanan seharichari Chea.
"Iya. Gue siap-siap. Bang cepetan sana siap-siap."
"Iya bawel."
Fajar bergegas mematikan komputer di depannya dan langsung masuk kamarnya.
"Eh Che. Abang ganteng lo ikut nih?."
"Ikut. Kenapa? gak ada caper! najis lo. Awas kalau lo caper ke abang gue. Gue pecat lu jadi sahabat gue."
"He he he. Selow mbak bro. Gue udah ada Bima. Gak mungkin gue sama abang lo yang over posesif itu."
"Awas aja. Udah ya gue tutup. Gue mau siap-siap. Bye."
"Bye."
Setelah sambungan telepon mati. Chea bergegas siap-siap untuk ketemu Yeni sekalian buat ketemu klien yang lain.
Tbc...
Chea dan Fajar sampai di Cafe D'Jadoel. Chea melihat sekelilingnya dan menemukan keberadaan Yeni. Chea bergegas menemui Yeni karena waktu yang ada tinggal sejam setengah sebelum ketemu sama Ibu Weni.
"Woi Yen. Sorry nunggu lama."
Yeni yang tadi melihat Chea dan Fajar berjalan kearahnya hanya menampakkan ekspresi cemberut.
"Gila lo. Gue nunggu sejam setengah disini."
"Terus kenapa lo gak telpon gue Yeyen?"
"Udah sayang ku yang paling jelek. Makanya itu hape dilihat bukan cuma ditetenteng."
Chea memeriksa ponselnya yang sudah mati karena Low batrainya.
"Lo ada charger gak? ponsel gue koit."
Yeni merogoh di tas yang ia bawa dan menyerahkan charger ponsel miliknya.
"Nih."
Chea langsung mengambil charger pemberian Yeni dan langsung menuju bawah meja. Karena bawah meja cafe ini ada stopkontak listrik dibawah meja.
"Mau ngomongin apa tadi lo."
Yeni mengambil kamera dan memperlihatkan foto-foto klien tadi.
"Lo kenal dia siapa?."
Chea yang melihat itu cuma bisa bungkam. fajar yang ikut melihat langsung syok. Klien yang ada di foto itu si Hasan dan Susan.
"Weh.. Gila!. Ternyata si mantan."
Fajar muak melihat foto mereka. Si penghianat. Chea masih diam. Dia masih bingung tentang ini.
"Jadi tante Weni itu mau konsul soal pernikahan Hasan sama Susan? Jadi selama ini gue handel acara mereka?."
Chea yang sadar akan klien yang dia bantu acaranya langsung syok.
"Jadi lo bantuin nikahan mantan lo? Tragis banget hidup lu Che."
Yeni syok pas lihat orang mau foto prewed itu si Hasan mantan Chea. Makanya hari ini Yeni ogah-ogahan foto mereka. Tapi demi pekerjaan dia harus profesional bukan.
"Bodo amat. Hidup hidup dia. Gue gak ngurusin itu. Kalau emang mereka mau nikah ya artinya dia bukan jodoh gue. Beres bukan. Eh gue mau ke toilet dulu."
Chea langsung beranjak ke toilet. Di dalam toilet Chea hanya menatap dirinya di cermin.
"Mimpi apa gue semalem. Gue bantu nikahan mantan. Sial banget hidup gue."
Chea segera membenahi make up nya dan segera bergegas keluar. Saat keluar dari toilet, tiba-tiba dia ditarik seorang cowok. Alhasil Chea menabrak tubuh si cowok.
Kalau dilihat sekilas mereka kayak pelukan padahal bukan. Si cowok berbisik di telinga Chea.
"Please tolongin gue kali ini. Tolong selamatin gue dari rasa malu karena cewek gue milih selingkuhan dia."
Chea yang kaget dengan perkataan si cowok kaget. Chea segera menjauhkan tubuh mereka.
"Gak."
Chea akan pergi tapi tangannya dicekal si cowok itu.
"Please tolongin gue kali ini."
Chea melihat si cowok dan yang diperhatikan memperlihatkan wajah memelas. Chea menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Oke. Mau lo apa?."
Si cowok tersenyum manis dan sempat membuat Chea kagum. Cuma sesaat tapi.
"Makasih. Kenalin gue Fahmi. Fahmi Dwi Adinata."
Chea yang merasa kalau nama Adinata gak asing lagi untuknya. Tapi dimana.
"Gue Cheana Allena Setiawan. Panggil aja Chea atau Chece."
Fahmi tak henti-hentinya tersenyum manis ke Chea.
"Chea gini. Lo bantuin gue duduk di meja itu. Ntar gue kenalin lo sebagai pacar gue. Lo tinggal diem dan mengangguk doang. Dan maaf kalau gue manfaatin lo yang baru gue kenal gak lebih dari lima menit."
"It's okay. Gue udah mau bantu. Bakal gue bantu sampai habis."
Fahmi dan Chea berjalan ke arah meja yang tadi dimaksud Fahmi. Di meja itu duduk 4 orang. Chea agak gugup tapi tiba-tiba tangannya digandeng Fahmi. **** ganteng juga nih si Fahmi.
"Ma Pa. Kenalin ini Chea pacar Fahmi."
Semua terdiam. Tak terkecuali cewek yang berambut merah maroon dan cowok yang kebule-bulean wajahnya.
"Fahmi. Lo bercanda kan?."
Si cewek rambut merah mengomentari pernyataan Fahmi.
"Gak. Lo liat sendiri kan gue bawa orangnya. Jadi gue ngomong ada bukti. Oh ya sayang kenalin ini mama sama papa aku. Terus ini Shania dan ini Jose."
Chea yang diperkenalkan kepada mereka hanya bisa tersenyum sok manis.
"Maaf mengganggu acara kalian. Saya Chea pacar Fahmi."
Chea menyalami kedua orang tua Fahmi yang langsung disambut oleh keduanya baik. Chea masih gugup dan itu tertangkap penglihatan Fahmi. Semoga Chea bisa tahan banting sama omongan Shania.
"Jadi kita tau bukan, jika bukan cuma dirimu yang selama ini selingkuh. Aku juga selingkuh. Tapi aku dengan baik hati mengenalkannya pada kalian. Gak diem-diem. So, aku rasa kita sudah gak ada hubungan apapun lagi Shania."
Shania yang udah malu pun berdiri dan hendak menapar Fahmi. Tapi tangannya sudah dicekal Chea. Shania melihat tatapan gak bersahabat Chea.
"Sekali kamu tampar Fahmi, Kamu bakal menyesal pernah berurusan dengan ku."
Shania yang takut dengan tatapan tajam Chea pun langsung melepaskan cekalan tangan Chea.
Shania menarik tangan Jose dan pamit pergi dari sana. Setelah kepergian mereka, suasana mendadak hening.
"Duh suasananya kok gak enak gini ya. Maafin tadi ya nak Chea. Yuk duduk semua."
Mama Fahmi langsung mencairkan suasana.
"Ma. Maafin Fahmi ya. Fahmi tau mama sayang sama Shania. Tapi mama juga harus tau jika Jose yang selama ini kita kemal sebagai sahabat Shania itu adalah ayah dari anak Shania."
Chea syok mendengarkan penjelasan Fahmi barusan. Jadi cewek itu hamil anak cowok hitam tadi? Hebat.
"Gak papa. Mama juga harus tau kebenarannya. Tapi kamu sama nak Chea beneran pacaran kan? gak sedang bohongin mama kan?."
Chea yang akan membuka suara langsung terdiam kembali saat Fahmi memotong ucapan Chea.
"Tentu dong ma. Ini Chea bener-bener pacar Fahmi."
Chea hanya bisa pasrah. Serah lu deh. Batin Chea berteriak.
"Tapi mama kok gak asing sama Chea ya."
"Papa juga ngerasa gak asing sama nak Chea. Apa kita pernah bertemu?."
Chea mengingat-ingat mereka. Jujur Chea juga merasa gak asing dengan mereka. Apalagi nama Adinata. Tapi dimana?
Sesaat mereka hening sampai suara itu memecah keheningan.
"Chea!."
Suara seorang wanita yang heboh langsung mengagetkan mereka. Chea terkejut dan tanpa disadari berdiri.
"Mbak Vera?."
"Iya ini aku Vera Che."
Vera langsung memeluk Chea erat.
"Alhamdulillah banget bisa ketemu kamu lagi."
Vera melepaskan pelukannya dan melihat sekitar.
"Loh mama papa sama Fahmi gak ingat siapa itu Chea?."
"Lupa."
Jawaban serentak mereka membuat Vera geleng-geleng kepala.
"Itu loh WO yang Vera pakek nikahan ma. Mama kok lupa sih sama Chea."
Mama Fahmi langsung teringat dengan bos pemilik WO nikahan Vera dulu.
"Pemilik S&W Wedding Organizer itu?."
"Iya tan."
Chea hanya bisa tersenyum saat ingat dengan pernikahan Vera. Disana dia cuma sekilas berkenalan dengan mama dan papa Fahmi.
"Oh pantesan mama ngerasa gak asing sama kamu Che. Ternyata oh ternyata pemilik WO toh. Tapi dulu kamu pakek kaca mata kok sekarang gak? dulu juga rambut mu di kuncir kebelakang sekarang diurai. Jadinya mama agak pangling."
Chea hanya bisa tersenyum.
"Itu dulu saat Chea agak risih sama rambut makanya Chea kuncir. kalau kaca mata itu agar mata Chea gak kelihatan hitam karena nahan ngantuk selama 3 hari."
"Kamu tuh ya."
Mama Fahmi langsung memukul pelan bahu Chea dengan sayang. Chea merasa ada yang dilupakan tapi entah apa. Terus Chea melihat jam sudah hampir jam 3. Chea panik karena harus bertemu dengan Ibu Weni.
"Maaf semuanya. Chea mau pamit soalnya Chea mau ketemu sama klien lagi."
"Aduh maafin kami ya Che. Ya udah kamu pergi aja. Hati-hati tapi."
"Iya mbak. Chea pamit."
Chea langsung salaman dengan kedua orang tua Fahmi dan Vera. Untuk Fahmi Chea sengaja terakhir pamitnya.
"Aku pergi ya."
Fahmi langsung memeluk Chea. Yang dipeluk kaget banget sampai tegang. Tapi segera menormalkan tubuhnya dan membalas pelukan Fahmi.
"Hati-hati."
Fahmi melepaskan pelukannya dan tersenyum dengan manis.
Jantung gue napa deg-degan kek gini coba. Si Fahmi juga kenapa senyum dengan manis gitu. Bikin klepek-klepek. Batin Chea.
Chea hanya tersenyum dan segera berlalu pergi untuk menghampiri Fajar dan Yeni.
Tbc...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!