Suasana masih berkabung walaupun sudah seminggu setelah kepergian Tuan Irsyad Karuniawan meninggalkan Istrinya tercinta bernama Moza Arisha Yasmeen. Moza mengenal Almarhum Tuan Irsyad karena dijodohkan dengan alasan "Balas Budi" singkat cerita Almarhum Ayah dan Ibu dari Tuan Irsyad adalah teman kuliah dari Ibu Moza, karena satu alasan akhirnya Moza bersedia menikah dengan Tuan Irsyad.
Visual Moza Arisha Yasmeen dan Irsyad Karuniawan
Tanpa Moza ketahui sebelumnya ternyata anak teman dari ibunya adalah Irsyad cowok idola Moza semasa dia masih duduk di bangku SMP. Sekolah Moza merupakan sekolah gabungan SMP dan SMA di desa MG. Moza yang mengetahui ternyata calon yang di jodohkan adalah Kakak tingkat atas yang dulu sangat dikaguminya langsung menyetujuinya, demikian juga dengan Irsyad ternyata Irsyad menyukai Moza dari awal masuk kelas 1 SMP. Waktu Moza kelas 1 SMP Irsyad sudah kelas 2 SMA, perbedaan usia mereka 5tahun.
Skip
"Tok... tok .. tok" Suara ketukan pintu diiringi dengan suara seseorang.
"Nyonya... Sebentar lagi waktunya makan malam, sudah bibi siapkan makanan kesukaan nyonya." ucap bi Atik pelan
"Cekreeek" suara pintu kamar yang terbuka.
"Nyonya masih menangis?" tanya bi Atik pelan takut kalau majikan mudanya tambah sedih.
"Bi... kenapa Mas Irsyad harus meninggalkanku secepat ini... ditambah lagi dengan amanat dari Mas Irsyad yang bersedia mendonorkan ginjalnya buat Pak Adam." seru Moza sambil memeluk bi Atik
"Nyonya harus mengikhlaskan kepergian Tuan Irsyad, rencana Allah itu sebuah misteri dan bibi yakin kedepannya nyonya akan menemukan kembali kebahagiaan." ucap bi Atik pelan.
"Dari waktu saya SMP saya sudah sangat mengagumi sosok almarhum Mas Irsyad, sampai saya tau tentang perjodohan dan ternyata orang yang mau di jodohkan dengan saya adalah mas Irsyad." ucap Moza sambil menyeka matanya yang banjir karena air mata.
"Iya nyonya, sekarang bibi mohon nyonya makan ya walopun sedikit." seru bi Atik
Moza pun mengangguk dan beranjak dari tempat tidurnya menuju meja makan.
Di ruang makan ada sekertaris almarhum tuan Irsyad yang sedang menunggu Moza.
"Nyonya Moza, saya datang kesini untuk membahas tentang kantor." ucap Farid yang tak lain adalah sekertaris almarhum tuan Irsyad.
" Apa harus aku nantinya yang mengurus semua ini Farid?". Tanya Moza dengan ekspresi wajah datar.
"Tentu, Nyonya. Kalau bukan anda... saya rasa tidak.ada yang pantas kecuali anda, Nyonya." jawab Farid
"Saya tidak yakin bisa mengurus masalah di kantor." seru Moza masih dengan wajah datarnya.
"Saya percaya bahwa nyonya bisa mengelola kantor dengan baik, karena saya tahu bahwa nyonya dulu mengambil jurusan Management Bisnis Internasional dan menjadi lulusan terbaik." jawab Farid yakin
"Tapi itu bukan cita-cita saya, itu karena amanat almarhum papa." seru Moza
"Tanpa nyonya, perusahaan yang sudah almarhum tuan Irsyad dirikan dari Nol entah akan seperti apa kedepannya. Mengingat saham perusahaan 40% adalah milik Almarhum Ayah nyonya, dan 40% lagi adalah milik Almarhum Tuan Irsyad." jawab Farid
Mendengar perkataan yang di ucapkan Farid, Moza berfikir ternyata ada benarnya juga apa yang tadi dibicarakan oleh Farid. Tanpa berfikir lebih lama lagi Moza memantapkan Niatnya.
"Baiklah Farid, saya mau meneruskan perusahaan almarhum suami saya, tapi ada hal yang mau saya sampaikan. Saya ingin Kuliah lagi dari awal mengambil jurusan Desain" Ucap Moza dengan mata berbinar
"Apa alasan Nyonya ingin kuliah lagi dan kenapa harus ambil jurusan design?". tanya Farid dengan ekspresi wajah penasaran.
"Alasannya buat ke depannya perusahaan." jawab Moza singkat
"Baiklah nyonya, besok saya akan mengantar brosur beberapa dari Kampus terbaik" jawab Farid antusias
"Yasudah, kalau kamu mau makan kemarilah." ucap Moza sambil menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Terimakasih nyonya, saya langsung pamit saja." jawab Faried kaku dengan ekspresi salah tingkah.
"Yasudah sana cepat pulang." jawab Moza dengan ekspresi tak berbobot.
Farid pun pamit sementara Moza lanjut menyantap makan malamnya.
***
Farid sampai di apartemennya, kemudian membuka layar ponselnya. Dilihat foto tuan Irsyad, sosok malaikat yang pernah menolongnya ketika dirinya di fitnah korupsi di perusahaan negara tetangga. Baginya Tuan Irsyad adalah Dewa Penolong, di saat orang lain tidak mempercayainya, bahkan orang tua dan keluarganya sendiri di Jammu-India sana malu mengakui dirinya. Hanya Ibunya dan Tuan Irsyad yang mempercayai dirinya. Farid bersumpah akan setia melayani semua perintah Tuan Irsyad. Sepeninggalan Tuan Irsyad pun, dirinya bersumpah akan selalu melindungi Istri beserta orang-orang yang sudah di anggap keluarga oleh Tuan Irsyad dan juga Istrinya.
"Tuan, saya bersumpah akan selalu melindungi semua orang yang tuan sayangi. Meskipun nyawa saya adalah taruhannya." Ucapnya dengan sungguh-sungguh.
.
.
.
Ini novel karya pertamaku, kalau banyak typo atau kekurangan dalam bahasa penulisan harap dimaklumi ya 😊
.
.
.
Pengenalan Tokoh Utama
Moza Arisha Yasmeen
Janda muda, yang mewarisi ke dua perusahaan. Perusahaan milik orang tuanya dan juga Almarhum suaminya. Moza Adalah anak tunggal, selain memiliki postur tubuh yang profesional dirinya juga cerdas.
Di tahun ini genap 25 tahun. Tanggal lahirnya 22 September.
Arzan Adama Avi
Lelaki sederhana, di tahun ini usianya genap 20 tahun, tanggal dan bulan lahirnya sama dengan Moza. Sosok laki-laki cuek tapi peduli dengan sekitarnya. Berkarakter hangat dan berfikiran dewasa.
Suasana pagi hari yang sudah membuat Moza bingung memilih pakaian apa yang harus dipakai untuk pertama kalinya ke kantor.
"Entah apa aku bisa mengelola dengan baik dan mengurus perusaahan milik Mas Irsyad." ucap Moza pelan sambil merapikan kerah blazer sambil menghadap cermin.
"Tok..tok..tok" suara ketukan pintu dari luar kamar Moza.
"Iya, masuk" seru Moza.
"Nyonya ada Non Luna baru sampai sudah menunggu di ruang tamu." ucap bi Atik pelan.
"10menit lagi saya turun ke bawah." jawab Moza
"Baik nyonya, segera saya sampaikan ke Non Luna" jawab bi Atik sambil berlalu menutup pintu kamar Moza.
.
10 menit kemudian Moza menuruni anak tangga menuju ke ruang tamu.
"Dah nunggu lama ya Luna." seru Moza sambil duduk menghampiri Luna.
"Tidak nyonya, ini juga lagi menikmati secangkir teh jasmine hangat." jawab Luna sambil tersenyum
"Apa Farid sudah bilang semuanya?" tanya Moza sambil duduk dan menyeruput teh jasmine juga.
"Iya nyonya, suatu kehormatan dan kebanggaan buat saya yang sudah dipilih nyonya untuk menjadi asisten pribadi nyonya Moza" jawab Luna jujur
"Kenapa kamu merasa bangga?" tanya Moza penasaran sambil mengrenyitkan alis kirinya.
"Karena saya sebelumnya anak magang di perusahaan nyonya, dan saya baru kerja 3 bulan. Dari 10 calon seleksi... Saya yang anak magang ini bisa terpilih menjadi asisten pribadi nyonya, jelas saya sangat bangga. Apalagi kalau Ibu saya tahu kalau saya di pindah tugas sebagai asisten pribadi nyonya." jawab Luna antusias.
"Ibu Lili gimana kabar dia sekarang?" tanya Moza sambil menatap Luna.
"Nyonya anda tahu nama ibu saya?" ucap Luna berbalik tanya
"Tentu saja saya kenal beliau, ibu Lili adalah ibuku sewaktu di Kampus dulu." jawab Moza sambil tersenyum.
"Jadi ternyata nyonya Moza adalah donatur yang dulu memberikan beasiswa kepada saya?" tanya Luna sambil menatap Moza dengan wajah berbinar.
"Aiih, kenapa juga bu Lili menceritakan tentang hal itu" gumam Moza Pelan.
"Nyonya saya sangat berterimakasih kepada nyonya, berkat nyonya saya bisa menyelesaikan kuliah saya. Saya berjanji akan selalu setia, menuruti semua kemauan Nyonya Moza." ucap Luna dengan terbata-bata sambil menyeka air matanya.
"Eeh, kenapa kamu menangis?" seru Moza.
"Saya merasa sangat beruntung Nyonya, karena saya bisa bertemu anda. Saya berjanji akan membalas kebaikan nyonya Moza, saya akan setia kepada nyonya. Dan satu hal lagi nyonya, saya akan segera memberitahukan Nuri kalau saya sudah menemukan malaikat yang selama ini membantu saya dan juga Nuri" ucap Luna bersemangat.
"Nuri?" tanya Moza sambil mengrenyitkan alis sebelah kirinya.
"Iya nyonya, Nuri juga salah satu mahasiswi yang menerima beasiswa dari anda dan dia ingin sekali bertemu dengan nyonya" jawab Luna sambil menyodorkan ponselnya memperlihatkan foto Nuri.
"Ooh, saya ingat ini Nuri Wardanti dari kota S kan?!" seru Moza sambil mangut-mangut.
"Iya benar nyonya, dia sangat ingin sekali bertemu dengan sosok anda. Nyonya saya kira donatur pemberi beasiswa saya dan Nuri adalah sosok Ibu-ibu yang sudah berumur, tapi ternyata masih semuda ini, kalau saya tidak salah tafsir apa saya dan nyonya terpaut usia hanya beberapa tahun saja. Maaf kalau saya terlalu lancang" Seru Luna sambil menundukan kepalanya.
"Sebulan lagi usiaku genap 25tahun, ya saya memang dari dulu menyukai design dari awal SMA, dulu saya menjual salah satu design saya kepada salah satu kakak dari teman saya, karena semenjak itu jadi booming banyak pekerja kantor meminta saya untuk membuat design, tapi itu cuma impian. Karena almarhum papa meminta supaya saya kuliah mengambil jurusan bisnis" jawab Moza pelan.
***
Tanpa mereka berdua sadari, ada sosok pak Ali yang merupakan kepala asisten rumah tangga di rumah Tuan Irsyad ini, mendengarkan semua percakapan antara Moza dan Luna.
"Tuan Irsyad anda benar-benar tidak salah memilih seorang istri sebaik Nyonya Moza" ucap pak Ali sambil tersenyum.
Sedikit cerita tentang pak Ali adalah kepala ART di rumah Irsyad, sejak Irsyad masih kecil hingga sekarang tetap mengabdi kepada keluarga Irsyad.
***
Sesampainya di kantor, Moza di sambut oleh Farid yang tak lain adalah sekertarisnya mulai sekarang ini.
"Selamat pagi nyonya Moza, saya akan tunjukan ruangan anda" ucap Farid sambil berjalan mengiringi Moza dan Luna.
Luna mencuri pandang ke arah Farid dan tersenyum tipis. Moza yang menyadari tingkah Luna berbicara pelan kepada Luna.
"Apa kamu naksir sama Farid?" tanya Moza pelan.
Luna kaget dengan perkataan nyonya mudanya.
"Nyonya bisa saja" jawab Luna singkat.
***
Didalam lift....
"Farid, apa kau tau kalau saya merasa deg-degan, gugup dan cemas jadi satu" seru Moza dengan ekspresi cemasnya.
"Saya percaya di rapat pertemuan serah jabatan ini akan berjalan dengan lancar, mengingat nyonya Moza adalah wanita yang cerdas dan juga berwibawa" jawab Farid mantap dan yakin.
Moza hanya diam sambil berjalan mengikuti Farid, begitu pun dengan Luna.
****
Di ruang pertemuan rapat sudah hadir antara lain Komisaris, Presiden Direktur, General manager dan beberapa staff petinggi lainnya menyambut kedatangan Moza dengan senyuman ramah.
"Perkenalkan beliau adalah Nyonya Moza Arisha Yasmeen, beliau adalah Istri dari almarhum tuan Irsyad yang sebentar lagi akan menjabat sebagai CEO di perusahaan ini, walaupun Nyonya Moza masih sangat muda, anda semua yang hadir disini jangan meragukan kemampuan beliau. Beliau adalah anak dari tuan Prayugo pemilik 40% saham di kantor ini di tambah lagi dengan 40% saham milik almarhum tuan Irsyad maka beliau pantas menduduki posisi CEO di perusahaan ini. Beliau adalah lulusan terbaik di Universitas Stanford GSB"
Ucap Farid dengan profesional menerangkan tentang Moza.
2 jam berlalu, rapat dan peresmian jabatan CEO kepada Moza pun hampir usai.
"Terimakasih untuk pertemuan rapat pertama dengan saya ini, saya di sini juga masih membutuhkan pembelajaran lagi. Kedepannya saya berharap Anda semua yang hadir di sini mau membimbing saya agar perusahaan ini semakin berkembang pesat" ucap Moza dengan anggun.
Semua peserta rapat bertepuk tangan, menyambut CEO baru di perusahaan tempat mereka bekerja.
*****
.
.
.
.
Moza Arisha Yasmeen
Hari sabtu sore dimana Moza sudah terbiasa mengunjungi makam almarhum suaminya, menceritakan tentang semua hari-harinya entah itu di kantor ataupun di rumah.
"Mas Irsyad... Hari ini aku benar-benar sibuk, maafkan aku mas karena aku terlambat datang." ucap Moza lirih sambil mengusap batu nisan suaminya.
Moza menaburkan bunga sambil sesekali menyeka air matanya, banyak sekali yang diceritakan Moza hari ini.
Moza selalu sendiri ketika mengunjungi makam almarhum suaminya. Setelah satu jam berada di makam suaminya, Moza beranjak pergi dan kembali menuju rumahnya.
Tepat di saat Moza mau menyebrang jalan, ada motor melaju ke arahnya melaju dengan cepat, seketika Moza menjerit histeris dengan keadaan mematung.
"Aaargghh." seru Moza
Tapi tiba-tiba ada yang mendorong Moza, hingga dia tersungkur ke trotoar.
"Sakiiit" pekik Moza sambil menahan sakit.
"Maaf kamu gapapa?" tanya seorang cowo yang tadi mendorong Moza
"Nggak papa kok, tapu lumayan sedikit sakit" jawab Moza jujur.
"Ayo aku antar ke klinik di dekat sini, takutnya nanti infeksi lukanya" seru cowok itu.
"Aku sendiri aja gapapa kok, by the way makasih ya dah nolongin aku" ucap Moza sambil berdiri mengibas bajunya yang kotor.
"Aaarrggghhh" pekik Moza sempoyongan.
Cowok di hadapan Moza pun reflek menangkap lengan kiri Moza.
"Sudah jangan ngeyel, aku antar kamu ke klinik ya." seru cowok itu sambil memapah Moza.
"Namaku Moza, namamu siapa?" tanya Moza sambil meringis menahan sakit.
"Namaku Arzan." jawab Arzan singkat.
"Kamu mau naik taksi atau mau bonceng di motorku aja biar cepat" seru Arzan.
"Bonceng motor aja, biar cepet nyampe klinik" jawab Moza.
"Emang ngga sakit?" tanya Arzan.
"Aku tahan dikit kok sampe klinik sanggup" jawab Moza sambil meringis menahan sakit.
"Ya sudah, ayuk ini motorku" seru Arzan sambil membantu Moza naik ke motornya.
***
Setelah selesai diobati di klinik ternyata Moza terkilir dengan beberapa lecet di lututnya tapi tidak terlalu parah. Moza tidak menangis tapi dari raut wajahnya yang terus terusan meringis terlihat dia menahan sakit.
"Aku antar pulang ya, Mo" ucap Arzan sambil duduk di sebelah Moza.
"Eemmh.. enggak usah, bentar lagi aku di jemput kok. Oiya kamu udah lama jadi Ojol?" tanya Moza sambil memegang lututnya yang di perban.
"Sudah hampir satu tahun si, eh tapi kamu yakin mau di jemput?" tanya Arzan.
"Biip..biip" ponsel Arzan berbunyi.
"Waah aku lupa Offline aplikasi, ada orderan nih" seru Arzan.
"Kamu gapapa kan Mo, aku tingal? beneran nanti ada yang jemput kan?" tanya Arzan.
"Iya, aku gapapa kok, eeh sebelum pergi aku minta nomor kamu ya save disini" ucap Moza sambil menyodorkan ponselnya.
Arzan mengetik beberapa nomor dan menyodorkan kembali ke Moza.
"Maaf aku nggak bisa anter kamu pulang" ucap Arzan.
"Iya nggak papa bentar lagi juga ada yang jemput aku" ucap Moza meyakinkan Arzan.
Arzan pamit meninggalkan Moza yang masih di klinik. Sementara Moza masih menunggu Luna yang sedang OTW menjemputnya.
***
"Nyonya tidak apa-apa" seru Luna dengan ekspresi wajah yang benar-benar khawatir.
"Tidak Luna... aku tidak apa-apa" jawab Moza.
"Tapi ada perban di lutut Nyonya" seru Luna.
"Iya aku tidak apa-apa, oiya kamu urus administrasinya dulu ya" ucap Moza sambil menepuk pelan pundak Luna.
Luna pun segera menuju bagian administrasi.
"Permisi, saya mau membayar tagihan atas nama Nyonya Moza" ucap Luna sambil menyodorkan kartu debit.
"Sebentar saya chek dulu" jawab staff admin sambil mengecek di computer.
"Tagihan atas nama Nona Moza sudah dibayar lunas" jawab staff admin tersebut.
"Siapa yang membayarnya?" tanta Luna penasaran.
"Di sini atas nama Arzan" jawab staff admin sambil menyodorkan kwitansi pembayaran.
"Arzan?" ucap Luna sambil kedua mengernyitkan alisnya.
"Kalau begitu terimakasih" jawab Luna sambil menerima kwitansi pembayaran dan berlalu pergi.
Beberapa saat kemudian...
"Nyonya apa anda tadi bersama seseorang, karena tadi pas saya ke bagian administrasi tagihan anda sudah dibayar oleh seseorang" ucap Luna sambil memapah Moza.
"Bisa ngga si kalo kita lagi berdua kaya gini jangan panggil Nyonya juga jangan berbicara terlalu formal Luna!! Panggil aku Kak aja." seru Moza sambil melirik ke arah Luna.
"Tapi nyonya..." seru Luna belum selesai bicara Moza langsung memotong pembicaraan Luna.
"Inget kalau kita sedang berdua panggil aku Kak, sebenernya aku risih dipanggil Nyonya" seru Moza.
Luna pun pasrah mengangguk, mengiyakan apa yang disuruh majikannya.
"Iya kak, tadi kak Moza ke sini dianter siapa" tanya Luna untuk yang kesekian kalinya.
"Di anter ojol baik Lun, malah tadi kamu bilang apa barusan? dia yang bayar administrasinya?" tanya Moza.
"Iya kak tadi aku juga terkejut loh, tau tau udah dibayar tagihannya" jawab Luna.
"Untung tadi aku sempet minta nomor telfonnya, nanti sampe rumah aku telfon mau aku ganti semuanya juga mau bilang makasih lagi, udah ganteng baik lagi dia Lun" seru Moza bersemangat.
"Eeeh.. beneran ganteng ya Kak?" ledek Luna.
"Apa?" sambil melirik ke arah Luna.
"Ya itu tadi, Kak Moza bilang si kang ojol ganteng dan baik" celoteh Luna sambik cengengesan.
"Gausah mikir macem-macem dia masih muda, paling baru tamat SMA taun kemaren deh Lun" seru Moza.
.
.
.
.
Author menyapa
Hi, perkenalkan saya chevia.
Tinggalin jejak love dan koment kalian donk
biar Chevia lebih semangat lagi lanjutin novel ini, sengaja diawal novel terkesan kaku dan monoton, tapi di bab selanjutnya bakalan seru loh ceritanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!