NovelToon NovelToon

Mafia Itu Suamiku

Dijual

Apa maksud Ibu? Aku tidak mau, Bu. Bukannya ada Kak Sisil? Kenapa harus aku ucap Bella?

Bukannya kamu ingin membalas budi kami telah merawatmu hingga kini? Saatnya kamu membalas, turuti kami, ujar Ibu Bela.

Tapi, Bu, aku tidak mau, ujar Bella.

Plak! Plak! Bunyi tamparan pada kedua pipi Bella.

Oh, jadi kamu mau Ibu dan Sisil hidup terlantar di jalan dan mereka menyita rumah ini untuk melunasi hutang ayah bodohmu itu? Ha! bentak Ibu Bela.

Tapi, Bu, apa tidak ada cara lain? Bella tidak mau menjadi istri ke-49 bos rentenir itu, ujar Bela memegang kedua pipinya yang terasa sakit.

Masih untung kamu, Ibu tidak jual di tempat malam sekarang. Persiapkan dirimu, bos rentenir sudah menunggumu di suatu tempat. Enak saja aku mau menikah dengan bos rentenir itu. Jangan harap sekarang nikmati hidupmu bersama suami gendutmu nanti, hahaha! ucap Sisil mencekam dagu Bela dan menghempaskan.

Kak, tolong aku, keluarkan aku dari sini, Kak. Aku tidak mau menikah dengan orang itu, his-his, ucap Bela berlinang air mata, dikunci di kamar sampai malam tiba.

Aku tidak mau hal ini terjadi. Aku harus mencari cara untuk kabur, his-his. Kenapa Ibu begitu jahat? Apa kurang selama ini aku memberikan uang hasil kerjaku? ujar Bela dalam hati, karena merasa lelah dan pusing pada kepalanya, tanpa sadar Bella pinsan, buyar,

UK-UK, bella terbatuk, ia terbangun. Seseorang menyiramkan air.

"Bagus, ya? Enak, enakan tidur di sini sekarang. Bagun dan ganti bajumu dengan ini," ujar Ibu Bela melemparkan pakaian kepada Bela.

"Ibu, aku tidak mau," ujar Bella menangis. "Yakin tidak mau? Ha! Baiklah, kalau kamu melawan," ujar Ibu Bela tersenyum licik.

"Aww, Bu, lepasin rambut Bella, sakit," ujar Bella.

"Dasar anak tak diuntung. Masih untung aku memungutmu dan merawatmu. Begini balasanmu padaku, ha!" bentak Ibu Bela.

"Apa maksud Ibu? Bukannya aku putrimu, Bu?" ujar Bela.

"He, siapa juga yang mau punya putri udik sepertimu? Hahaha... Kamu itu hanya anak pungut, dan sekarang kamu harus membalas budi," ujar Ibu Bela.

"Jadi, di mana orang tuaku, Bu?" ujar Bella.

"His... his... Aku tidak tahu. Sekarang, kamu turuti kataku atau lihat ke bawah. Dalam hitungan detik, kamu akan terjun ke bawah," ujar Ibu Bela mendorong tubuh Bella dari balkon lantai 2 kamar hingga hampir terjatuh.

"Tidak, Bu... his... his... Baik, Bella mau," ujar Bela begitu kek dari tadi, ujarnya menghempaskan tubuh lemahnya ke lantai.

"Buk... sttt... 'Aku harus kuat. Aku harus menemukan kedua orang tuaku. Kenapa mereka membuangku?' his... his..." ujar Bella dalam hati, mulai bangkit dengan kaki pincang, berjalan masuk ke dalam kamar.

"Aku tunggu di bawah. Sekarang, berganti lah pakaianmu, dandan yang cantik. Ingat itu," ujar Ibu Bela berlalu, meninggalkan Bela yang sedang menangis.

"Tak... tak... tak... bunyi hell seseorang yang sedang menuruni tangga. Seketika, seseorang yang duduk di sofa mengarah padanya."

"Udik, ya... tetap udik berdandang. Bagaimanapun, tetap jelek. Sangat tidak cocok," ejek Sisil melihat penampilan Bella baru turun tangga dengan kulit sawo dan memakai kaca mata dan pakaian ketat yang membuat Bella kelihatan aneh.

"Kamu kemarilah. Kita hampir terlambat," ujar Ibu Bela menarik tangan Bella menuju mobil. Sedang Bella beberapa kali terjatuh karena tidak terbiasa memakai heels, belum lagi pakaiannya yang ia pakai begitu membuat dia tidak nyaman. Pakaian ketat hanya sebatas menutupi dadanya, dan panjangnya hanya sampai paha, membuat ia tidak nyaman.

"Bu, kita mau ke mana?" ujar Bella karena arah jalan mereka menuju tempat yang belum pernah ia lewati.

"Kamu mengikut saja, dan ingat, jangan kecewakan saya. Anggap ini sebagai balas budi kepada saya yang telah membesarkan kamu," ujar Ibu Bela.

"Apa yang balas budi, Bu? Sejak kecil, Bela tidak pernah mendapat perlakuan seperti Ibu perlakukan Kak Sisil, dan aku dibesarkan oleh bibi, bukan ibu. Sekarang, aku sudah tahu kalau Ibu bukanlah ibuku. Ternyata, kau hanya wanita iblis yang memanfaatkan ku," ujar Bella, namun perkataannya hanya bisa di dalam hatinya, tanpa bisa diungkapkan.

"Ayo, ikut," ujar Ibu Bela menarik Bella masuk setelah mobil terparkir ke suatu tempat yang begitu asing untuk Bella.

"Bu, ini tempat apa?" ujar Bela menutup kedua telinganya karena begitu berisik.

"Jangan banyak tanya. Ayo, masuk," ujar Ibu Bela terus menarik Bella.

"Bu, pelan. Kaki Bella sakit," ujar Bella merasakan kakinya terasa akan patah memakai heels, belum lagi ia ditarik oleh ibu jahatnya itu.

Sedang di dalam ruangan, mereka bersitegang dengan hawa dingin di sekitarnya, membuat udara seakan menipis.

"CK, apa kalian ingin menipuku dengan memberikan berkas palsu?" ujar seorang yang dingin.

"Ben, urus mereka," ujar seseorang.

"Tuan, maafkan kami. Kami tidak bermaksud," ucapnya terpotong.

"Dor! Dor! Bunyi tembakan mengenai kepala pria itu hingga menghembuskan nafasnya."

"Berdeba dengan hama seperti kalian," ujar seseorang meniup ujung pistolnya.

"Kamu begitu serius, bung. Padahal aku masih ingin bermain-main," ujar seseorang di depannya.

"CK, Ben, cepat bereskan," ujar seseorang itu. "Apa kamu harus membunuh di depan para wanitaku? Lex, lihatlah mereka ketakutan."

"Ujar seseorang yang kiri-kanan pahanya diduduki wanita malam yang sedang menggoda-nya."

"CK, semua wanita sama saja," ujar Alex. "Kalian pergilah, usir seseorang pada wanitanya itu yang sedang duduk di pahanya."

"Bung, sejak kapan kamu akan menutup diri pada para wanita? Lihatlah, banyak wanita cantik yang ingin dekat denganmu, tapi kamu tolak," ujar seseorang itu.

"Kamu tahu sendiri, Felix, siapa Alex. Jika ada yang berhasil menyentuhnya, itu adalah sebuah keajaiban. Kelinci kecil itu sangat beruntung, pangerannya selalu setia menunggu-nya sampai besar," ujar Max.

"Kalian diam-lah," ujar Alex dingin. Seketika, ruangan hening.

"Ibu, mau ke mana? Bu, tolong jangan tinggalkan Bella," ujar Bella menangis ketika ditinggalkan di sebuah kamar.

"Jangan menangis, sayang. Tunggulah di sini, Ibu hanya keluar sebentar," ujar Ibu Bella licik. Tapi, Bu, Bella takut, ujar Bella. Namun, ibu jahatnya itu seakan tuli, meninggalkan dirinya di kamar itu sendirian.

"Halo, gadis manis. Akhirnya kita bertemu," ujar seorang baru masuk, mulai mendekati Bella.

"Tuan, siapa? Kenapa tuan ada di sini? Jangan dekat-dekat, tuan. Menjauhlah," ujar Bella ketika orang itu mendekatinya.

"Aku adalah seseorang yang sudah membelimu, gadis manis. Hahahaha," ujarnya tertawa melihat raut ketakutan Bela.

"Tidak, siapa bilang aku dijual? Aku tidak mungkin menjual diriku, tuan," ujar Bella memundurkan langkahnya hingga terpojok pada tembok.

"Hahahaha... Kasihan sekali gadis sepertimu, harus dijual oleh ibumu sendiri. Sekarang, kamu adalah milikku," ujarnya mendekati Bella, hendak menciumnya.

"Tuan, jangan! Pergilah!" ujar Bela berusaha memberontak, mendorong pria itu. Namun, tenaganya kalah dari pria itu.

"Akkk... Dasar jalang! Jangan pergi, kamu!" teriak pria itu marah ketika Bella menendang selangkahnya.

"Kalian, kejar dia!" ujarnya menyuruh para bawahannya.

"Hos... hos... hos... Aku harus pergi dari sini. His... his..." ujar Bela berlinangan air mata, terengah-engah berlari ke sana-ke sana, mencari jalan keluar.

"Jangan lari, kamu!" ujar para pengawal mengejar Bella. Sedang orang-orang di sekitarnya tidak perduli, mereka asik berjoget, menikmati alunan musik.

Baiklah, saya akan membantu memperbaiki penggunaan ejaan dan tanda baca pada teks yang Anda berikan. Berikut adalah hasilnya:

"Kamu mau kemana, gadis kecil? Hahaha... Jangan harap bisa keluar," ujar mereka mengepung Bella.

"Tidak, kalian harus membayar ini. Aku tidak mau pergi bersama kalian," ujar Bela tanpa sadar ia berlari ke sebuah ruangan VIP.

Tanpa permisi, Bella menerobos hingga menubruk tubuh seseorang, memeluknya erat. "Tuan, tolong saya. Mereka ingin menangkap ku, membawaku pada tuan mereka. His... his..." Tangis Bela bergetar memeluk erat pria itu tanpa tahu siapa yang ia peluk.

Sedang pria itu dan yang lain kaget ketika seorang perempuan tiba-tiba masuk dan memeluk bos mereka.

"Tuan, tolong berikan perempuan itu," ujar para pengawal bos Rentenir itu memberanikan masuk ke dalam ruang VIP.

"Tuan, tolong saya. Aku akan melakukan apapun asal tuan tidak memberikan saya pada mereka," ujar Bella memeluk erat seseorang. Seketika, orang itu mengkode bawahannya agar menyelesaikan para pengawal bos Rentenir itu. Entahlah apa yang ia lakukan.

"Astaga, perempuan itu. Apa dia sudah tidak sayang nyawa-nya?" ujar Felix berbisik pada Max dan Ben.

"Lepaskan pelukanmu, mereka sudah pergi," ucap Alex pada Bella yang memeluknya erat, meski ia merasakan sesuatu aneh terjadi pada dirinya.

Sedangkan orang yang disuruh itu tidak bergerak, membuat Alex bingung. Mendorong sedikit bahu perempuan itu, hingga... "Astaga, bisa-bisa-nya ia tidur, padahal ia dalam bahaya," ujar Alex mengamati wajah perempuan yang masih dipelukannya.

Sedang yang lain melongo melihat pemandangan di depan mereka. 🤣

Jangan lupa Like, subscribe, vote dan komen🙏🤗

Pertolongan

Di sebuah kamar, seseorang semakin mengeratkan selimutnya dengan nyaman, seakan itu pertama kalinya ia bisa tertidur nyenyak, padahal jam sudah hampir menunjukkan siang hari. Tidurnya terganggu ketika tirai dibuka, hingga cahaya mengenai mukanya, membuat ia mengerang kesal.

"CK, bisakah kalian membuat tidurku nyaman dalam sehari?" kesal Bella, tanpa sadar.

"Ehem, apakah tidurmu nyenyak, nona?" ujar seseorang dingin.

"Akkk... Siapa? Ada apa yang Anda lakukan di sini?" teriak Bella terkejut, mendengar suara asing memasuki pendengarannya. Langsung terbangun, melihat seseorang yang duduk di sofa, sedang menatapnya tajam.

"CK, apa Anda tidak sadar, Nona? Dimana Anda berada?" ucap seseorang itu.

"Eh, tuan, aku dimana? Kenapa aku disini?" ujar Bella tersadar, ia ternyata berada di sebuah kamar yang mewah, dan di kamar itu ada pria asing yang belum ia kenal.

"Apakah Anda pura-pura lupa tentang kejadian semalam, Nona?" ucap seseorang itu, menaik-turunkan alisnya. Seketika, membuat Bella langsung tertunduk, mengingat semalam ia dijual oleh ibu jahatnya itu ke bos Rentenir.

"Tapi, apa pria ini pria semalam yang menolongku?" ujar Bella dalam hatinya.

"Terima kasih, tuan, sudah menolongku," ujar Bela, menatap pria tampan itu. Ia tahu, tanpa pria itu, pasti ia sudah menjadi istri ke-49 bos Rentenir itu.

"Aku tidak butuh ucapan terima kasihmu. Apakah Anda lupa yang Anda katakan, Nona? Jika aku berhasil menolongmu..." ujar seseorang itu.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan, tuan, sebagai ucapan terima kasih karena telah menolongku?" ujar Bella.

"Menikah denganku," ujar seseorang itu.

"Apa Anda bercanda, tuan? Bagaimana seseorang yang belum saling mengenal langsung menikah? Aku tidak mau, tuan," ujar Bella tidak terima.

"Aku tidak butuh persetujuanmu, Nona. Apakah Anda tidak tahu siapa diriku?" ujarnya pada Bella.

"Emang Anda siapa, tuan? Aku tidak mengenalmu," ujar Bella.

"CK, bagaimana bisa gadis udik sepertimu tidak mengenalku? Bahkan seluruh wanita di dunia ini mendambakan diriku menjadi pendamping hidup mereka," kesal seseorang itu.

"Tapi aku benar tidak mengenalmu, tuan. Jika seluruh dunia mengejar-mu, maka aku tidak, tuan. Aku tidak punya waktu untuk sekedar melihat duniamu itu," ujar Bella.

.

"Aku adalah Alexander William Smith, ingat baik-baik namaku, CK. Maaf, tuan, aku tidak punya urusan untuk mengingatnya," timpal Bella.

Bella berlari memasuki kamar mandi, dan brak! Suara pintu kamar mandi ditutup dengan keras.

Beberapa saat kemudian, Bella akhirnya selesai membersihkan diri. Bella ketika keluar melihat Alex masih duduk di tempatnya.

"Kenapa tuan masih di sini?" ujar Bella.

"Apa Anda mengusirku, nona? Seharusnya Anda yang pergi, karena ini adalah masionku. Jadi, terserah ku mau di mana," ujar Alex menatap tajam Bella.

"Eh, mau ngapain?" ujar Bella memundurkan langkahnya ketika Alex mendekatinya. "Aku mau tubuhmu, gadis udik," ujarnya dengan senyum jahat, terus mendekati Bella.

"Eh, dasar tuan mesum! Minggir!" ujar Bella, mendorong Alex. Namun, dirinya lah yang terdorong ke belakang, membuat ia hampir jatuh. Namun, Alex menarik lengannya hingga ia menubruk dada bidang Alex.

"Aww, dasar batu!" umpat Bella, merasakan sakit pada dahinya. Sedang Alex menarik sesuatu di belakang Bella, kemudian berjalan keluar tanpa memperdulikan Bella yang sedang mengumpat.

Beberapa saat kemudian, Bella merasakan lapar. "Dia kemana sih? Gue lapar bangat. Mana masionnya sangat besar lagi? Apa aku tanya mereka kali?" ujar Bella ketika keluar, bingung mencari jalan menuju dapur. Hingga ia melihat beberapa maid sedang lalu lalang membersihkan masion. Ia bertanya kepada mereka.

"Maaf, mm... itu dapurnya di mana?" ujar Bella ragu-ragu.

"Maaf, nona... dapurnya ada di sebelah sana," tunjuk seorang maid, menunjukkan jalan menuju dapur.

"Makasih, mbak," ujar Bella, berlalu pergi.

"Siapa dia? Apa dia tamunya tuan?" bisik salah satu maid.

"Aku dengar semalam tuan membawa seorang perempuan. Apa dia orangnya?" bisik maid kedua.

.

.

"Kalian bekerja saja, jangan menggosip. Jika ketahuan, tuan kalian bisa dipecat," ujar maid ketiga, memperingati.

"Wah, masion ini sangat mewah dan besar, seperti istana. Rasanya aku ingin lama-lama tinggal di sini," ujar Bella pelan, melihat desain interior masion itu seperti rumah impiannya.

"Maaf, nona, Anda ingin melakukan apa?" ucap kepala pelayan, menghampiri Bella yang sedang memperhatikan para pelayan bekerja di dapur.

Mendengar seseorang menegurnya, Bella membalikan dirinya, melihat seorang perempuan paruh baya sedang menatapnya.

"Maaf, Bu. Bella tadi lapar, jadi saya turun ke sini," ujar Bella, menunduk.

"Bukankah makanan sudah diantar ke kamar kamu?" ujar kepala pelayan, karena tahu Bella adalah gadis yang dibawa tuannya semalam, dan ia telah menyuruh maid mengantarkan makanan ke kamar.

"Maaf, Bu, Bella tidak suka makanan mentah, hehe. Apa boleh Bella ikut membantu memasak makan siang?" ujar Bella.

"Maaf, nona, sebaiknya Anda duduk saja. Takutnya tuan marah, apalagi Anda adalah tamu tuan," ujar kepala pelayan, dan panggil saya Bi Sumi, saya adalah kepala pelayan di sini, nona, ujarnya kembali, dan memperkenalkan para maid yang sedang di dapur kepada Bella.

Ketika Alex keluar dari lift dengan Ben selalu mengekor di belakang, mereka mendengar suara tawa dari arah dapur, membuat ia penasaran, langsung menuju tempat itu. Sedangkan orang-orang di dapur itu tidak menyadari kedatangan Alex, saking asiknya berbincang dengan Luna, sekali-kali mereka tertawa kecil.

"Eh, tuan, maaf, kami tidak menyadari kehadiran Anda," ujar Bi Sumi, melihat tuannya berdiri memperhatikan mereka. "Silakan, tuan, hidangannya sudah selesai," ujar kembali Bi Sumi, mempersilakan tuannya duduk.

"Maaf, tuan, aku..." ucap Bella, terpotong ketika Alex mengangkat tangannya.

"Duduklah dan nikmati hidangannya, dan kamu juga, Ben," ujar Alex, kemudian mereka makan tanpa suara, karena Alex melarang keras orang berbicara di meja makan.

"Tuan, tunggu, Anda mau kemana?" teriak Bella, melihat kepergian Alex ketika selesai makan.

"Buk!" sekonyong-konyong, Bella menabrak punggung Alex. "Apa Anda senang sekali menubruk badan saya, nona?" ujar Alex, berbalik menatap tajam Bella.

"Maaf, tuan, Anda mau kemana, dan bagaimana dengan saya, tuan?" ujar Bella, sambil mengelus dahinya yang terasa sakit.

"Bukan urusanmu, nona. Dan Anda hanya perlu duduk diam di masion ini," ujar Alex, berlalu pergi, meninggalkan Bella yang terbengong.

"Tuan, ini file tentang identitas gadis itu," ujar Ben, menyerahkan berkas itu pada tuannya yang sedang duduk di ruang kerja.

"Apa kamu sudah pastikan semuanya, Ben?" ujar Alex.

"Sudah, tuan," ujar Ben.

"Mantap, keluarlah!" ujar Alex, menyuruh Ben keluar dari ruangannya.

Setelah kepergian Ben, ia mulai membuka file tentang identitas Bella. Senyum misteriusnya seketika terbit di bibirnya.

jangan lupa like, vote, subscribe dan comen 🙏🤗

Nikah kontrak

Kini, Bella sedang duduk di taman yang luas dengan hamparan bunga yang indah di hadapannya. Gadis itu memandang jauh ke arah sana, ia sedang memikirkan tentang perlakuan ibunya selama ini.

Bella, putri Jonathan, bukanlah gadis yang lemah dan mudah ditindas, namun juga sangat penurut. Usianya 18 tahun, sudah menjadi tulang punggung untuk mencukupi hidup ibu dan kakaknya.

Meskipun ia harus putus sekolah, tidak menyurutkan semangatnya untuk bekerja di sebuah restoran terkenal di kota itu. Pembawaan Bella yang tertutup dan penampilan yang sederhana membuatnya menjadi gunjingan orang-orang, namun itu tidak membuat semangatnya hilang. Ia seakan-akan kata hinaan dan cacian adalah makanan hariannya.

Namun, tidak ada yang tahu di balik penampilannya itu, ia adalah gadis yang cantik. Ia terpaksa menyembunyikan kecantikannya karena kakaknya selalu iri melihatnya, hingga ia meminta Bella berpenampilan seperti itu, dan Bella hanya menurutinya.

Bella tidak menyangka bahwa setelah kepergian ayahnya, ibunya menjadi lebih keras lagi dalam perlakuannya. Dulu, ketika ayahnya pergi bekerja, ia akan disuruh mengerjakan pekerjaan rumah, hingga menjadi terbiasa seiring waktu. Meski Bella merasa perlakuan itu tidak adil dibandingkan dengan kakaknya yang selalu dimanjakan.

Hingga puncaknya ketika ayahnya meninggal saat ia lulus SMP, membuatnya menjadi tulang punggung keluarga, membiayai ibu dan kakaknya. Pernah, satu hari ia tidak membawa uang hasil kerja, ia dipukul dan dicambuk oleh ibunya. Mengingat itu membuat air matanya menetes.

Hingga kini, perlakuan kasar terus terjadi, dan ia tidak menyangka bahwa ternyata ibunya itu menjualnya kepada bos rentenir. Itu membuat hatinya sangat sakit, ditambah lagi dengan sebuah kenyataan yang harus ia terima, yaitu bahwa mereka bukanlah orang tua kandungnya.

"Lalu, di mana kedua orang tuanya? Kenapa mereka tega membuangnya hingga mengalami nasib seperti ini?" Bella terus meneteskan air matanya.

Hingga sebuah tepukan di bahunya menyadarkannya. "Maaf, Anda siapa? Kenapa berada di masion putraku?" ujar seseorang.

"Maaf, nyonya... aku..." ucap Bella, terpotong karena air mata yang tak terbendung jatuh begitu saja.

"Hey, nak, jangan menangis. Aku tidak menyakitimu, bukan?" ujar seseorang itu, duduk di samping Bella dan memeluk gadis rapuh itu.

Tangis Bella dipelukan oleh seseorang itu, hingga ia tersadar dan mendongakkan kepala untuk melihat orang yang memeluknya.

"Maaf, nyonya, bajumu menjadi basah karena air mataku," ujar Bella, merasa bersalah.

"Apa anakku menyakitimu, nak?" ujar mom Alex, ia sebenarnya terkejut melihat gadis muda berada di masion anaknya, karena ia tahu Alex sangat tidak menyukai wanita.

"Umm, tidak, nyonya... aku hanya teringat kedua orang tuaku saja, jadi aku menangis," ujar Bella.

Melihat kejujuran gadis di depannya membuat mom Alex, yang sangat merindukan memiliki anak perempuan, mengelus rambut Bella dengan sayang.

.

.

"Nak, apa kamu tahu setiap orang tua pasti memiliki cara sendiri untuk menjaga dan melindungi anaknya? Meskipun perlakuan mereka jahat sama kita, tapi dalam lubuk hati mereka sangat sayang. Jangan pernah merasa dendam, tetaplah menghormati mereka," nasehat mom Alex.

"Iya, nyonya, makasih sudah mengingatkan," ujar Bella, menatap wanita yang masih cantik itu meski usianya lebih tua darinya.

"Jangan panggil nyonya, dong, panggil mommy ya," ujar mom Alex, merasakan ikatan ketika menatap gadis itu, seakan-akan mereka sangat dekat.

"Iya, mom," ujar Bella, menunduk malu.

"Ayo, sayang, kita ke dalam. Suami mommy sudah menunggu di sofa," ajaknya kepada Luna.

"Dad, lihat deh, siapa yang bersama mom," ucapnya kepada suaminya, hingga mempersilahkan Bella masuk.

Sedang Bella sangat gugup, apalagi melihat tatapan Daddy Alex yang terlihat tajam, membuat bulu kuduknya merinding.

"Dad, jangan ditatap gitu, nanti nak Bella takut," ujar mom Alex, memperingati suaminya itu.

"Sayang, duduklah di sini, di samping mom," ujar mom Alex.

"Mom, dad," ucap seseorang yang baru datang.

Alexander William Smith, dia adalah putra tunggal dari pengusaha kaya raya. Di usianya yang 26 tahun, sudah menjadi pemimpin yang disegani oleh banyak pebisnis. Karena kepergian seseorang yang berarti dalam hidupnya, menjadikannya tumbuh menjadi sosok yang dingin dan pendiam. Ia terkenal ambisius dan tidak kenal ampun pada lawan bisnisnya, namun sampai sekarang ia belum mendapat pendamping karena masih menunggu "kelinci kecilnya" yang hilang 13 tahun lalu.

Banyak anak dari lawan bisnis yang terang-terangan mendekatinya, namun ia tidak pernah menggubrisnya karena ia tahu para lawan bisnisnya itu hanya mengincar harta keluarganya.

Tuan William tidak mempermasalahkan itu, namun mereka harus memiliki pewaris untuk meneruskan bisnis mereka, itulah mereka menekankan pada putranya itu untuk mencari pendamping, meskipun bukan dari kalangan atas seperti mereka. Putranya itu tetap diam dan setia menunggu pujaan hatinya, membuat ia frustasi melihat perubahan bertahun-tahun putranya menjadi pendiam dan dingin.

Ketika ia datang di masion, ia terkejut melihat gadis muda di masion putranya itu, karena untuk pertama kalinya putranya membawa seseorang di masionnya, padahal ia terkenal anti wanita.

"Jelaskan kepada Daddy, siapa dia," ujar Tuan William, tegas karena ia tahu putranya itu tidak sembarang membawa seseorang ke masionnya.

"Diistriku, Dad," ujar Alex, menatap kedua orang tuanya itu.

"Apa?" ucap mom dan dad bersamaan, terkejut mendengar pernyataan putranya itu.

"Bagaimana kamu menikah tanpa memberitahu mom dan dad, nak?" ujar mom Alex.

"Bukannya mom dan dad menginginkan seorang menantu sejak dulu? Maka Alex sudah menemukannya," ujar Alex.

"Tapi tidak seperti ini, nak. Bagaimana kamu membawa gadis orang tanpa izin pada kedua orang tuannya? Pasti mereka akan marah melihat anaknya kamu nikahi mendadak," ujar mom Alex, tidak percaya kelakuan putranya itu, tiba-tiba menikahi seorang gadis tanpa pengetahuan nya.

"Tidak perlu persetujuan mereka karena dia gadis yang dijual. Alex sudah membelinya dengan harga tinggi," ujar Alex, jujur.

"Apa? Dijual?" sekonyong-konyong, mom Alex memegangi kepalanya yang terasa pusing mendengar kenyataan demi kenyataan terlontar di bibir putranya. Ia tahu putranya itu terkenal jujur, ia tidak pernah berbohong kepadanya.

"Kamu urus gadis itu, Dad. Bawa mom istirahat," ujar Tuan William, tegas karena dia sendiri heran kelakuan anaknya yang tidak bisa ditebak.

"Maaf, kak. Gara-gara aku, tuan dan nyonya marah pada tuan," ujar Bella, merasa bersalah. Ia sebenarnya juga terkejut mendengar apa yang dilontarkan Alex. Ternyata ia telah dibeli oleh bos rentenir itu.

"Ikut aku," ujar Alex, berdiri melangkah menuju suatu ruangan.

"Baca dan tanda tangani ini," ujar Alex, melemparkan sebuah berkas ke hadapan Bella.

"Apa ini, tuan?" ujar Bella, mulai membuka setiap lembaran kertas itu. Ternyata adalah perjanjian pernikahan atau kontrak pernikahan, membuat kedua mata Bella terkejut.

"Aku tidak membutuhkan persetujuanmu sekarang. Tanda tangani ini," ujar Alex, menyodorkan satu lembar kertas tanpa menunggu perkataan Bella.

"Tapi, tuan, aku tidak mau," ujar Bella, karena yang tertulis pada surat kontrak itu memberatkannya sebagai pihak kedua.

"Yakin tidak mau? Aku sudah mengeluarkan banyak uang untuk menebusmu. Atau kamu mau aku lemparkan ke mucikari itu, ha?" ujar Alex, marah, mencekam dagu Bella keras.

"Tuan, sakit," ujar Bella, kesakitan dan mengeluarkan air matanya, menatap pria di depannya yang sedang menatapnya tajam.

"Segera tanda tangani. Jika tidak, maka..." ujar Alex, tersenyum licik, menghempaskan dagu Bella dengan kasar.

Mendengar itu, tubuh Bella menjadi gemetar. Ia mengambil pulpen di depannya dan menandatangani kontrak tersebut dengan air mata tidak berhenti mengalir.

Jangan lupa follow, like komen dan subscribe dibawah ini 🙏🙏

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!