Gemerlap Kota Jakarta memang tak pernah salah, keindahannya menjadi daya tarik semua orang untuk menetap dan menikmatinya. Bagaikan panggung sandiwara yang selalu memainkan peran tak nyata, seperti Dania dan Alvin.
Dalam kacamata netizen, keduanya adalah pasangan serasi, penuh dengan kebahagiaan, dan menjadi role model ideal bagi siapa saja yang mengikutinya. Namun, apa yang ada di media sosial tak seperti kenyataannya.
Dania dan Alvin lebih sering menggunakan perantara handphone daripada harus mengatakannya langsung. Keduanya seakan tak memiliki waktu bersama kecuali untuk syuting konten.
“Malam ini, masak nasi rendang kesukaan Mas Alvin aja deh,” kata Dania sepulang dari kantornya.
Perempuan itu mulai memotong ayam, menyiapkan semua bumbu, dan memasak nasi, hanya saja keinginan makan malam spesial pupus karena Alvin mengirim pesan, “Aku pulang larut malam ini!"
Pesan itu sering muncul di handphonenya, bahkan hampir setiap malam dengan berbagai kata berbeda. Perempuan itu terkadang kesal membacanya, tetapi pekerjaan suami sebagai pengacara ternama membuatnya memaklum pesan tersebut.
Setelah pesan itu terbaca, Dania tetap melanjutkan masakannya dan menikmatinya sendiri. Untuk menemani kesepiannya dia sering melihat drakor atau membaca komentar netizen.
Terkadang perempuan itu sering tertawa sendiri terutama saat membaca komen seperti ini, “Tolong sisakan satu cowok seperti Kak Alvin ya, Tuhan!”
Ada lagi seperti ini, “Aku siap menunggu jandamu,” beberapa dibalasnya, tetapi selebihnya dibiarkan begitu saja, karena menurutnya tidak terlalu penting. Jika sudah bosan, perempuan itu sering membaca untuk menambah pengetahuannya.
Buku yang sedang dibacanya saat ini tentang peran seorang istri ketika suaminya berselingkuh karena tidak mencintainya, apa yang harus dilakukan, dan bagaimana cara membuatnya jatuh cinta.
Tidak jarang juga Dania melihat aktivitas media sosial suaminya. Alvin memang lebih sering aktif di medsosnya, seperti membuat sebuah story, atau membagikan beberapa postingan dari hasil persidangan. Dia memang belajar banyak dari postingan tersebut karena sedikit banyak membantunya memberikan saran kepada seluruh kliennya.
Di sisi lain, Alvin selalu senang dengan dunia malamnya. Dia tak pernah mau absen untuk pergi ke cafe, minum secangkir cappucino dan menikmati nasi goreng atau nasi rendang kesukaannya.
Lelaki itu selalu berbincang dengan temannya, entah berdua saja atau bersama-sama. Pernah salah satu kawannya bertanya, “Kenapa lo lebih sering nongkrong di sini daripada di rumah?”
Alvin selalu menjawab, “Tempat ini lebih menyenangkan daripada harus menjadi orang lain di rumah,”
“Orang lain? Katanya nikah itu enak banget?” Canda teman lainnya,
“Enak disinilah, rumput tetangga kan lebih hijau dan lebih menggigit,” celetuk lainnya.
Alvin terdiam dan tersenyum tanpa membalasnya, dia paham bila teman-temannya mengetahui di balik ramainya Jakarta di malam hari pasti ada sesuatu yang sulit untuk menolaknya. Dunia lelaki memang lebih suka dengan hal-hal yang menantang seperti itu.
Mentari kembali menyapa kota ini dengan penuh harapan, semua insan selalu menginginkan ada perubahan, namun tidak bagi Alvin yang lebih senang kehidupannya seperti ini, bahkan semakin kesini semakin berani.
Lelaki itu tidak pulang dan pesan singkatnya, “Aku lembur, tidak pulang!" Sudah dibaca oleh Dania. Ada perasaan curiga mulai muncul, tetapi semua pikirannya teralihkan oleh seminar yang mengundang dirinya sebagai pembicara.
Perempuan itu memang menyiapkan semuanya dengan baik untuk seminar tersebut agar karirnya melesat jauh. Dia memilih naik taksi online, untuk melintasi macetnya kota Jakarta di pagi hari, sembari membaca kembali semua materinya.
Setibanya di lokasi, pandangan Dania tertahan di sebuah pasangan yang terlihat romantis, suaminya mengantar istrinya kemana saja, kemudian berpamitan dengan mencium tangannya.
“Andai saja, aku dan Mas Alvin bisa seperti itu,” kata Dania dalam hati
“Sadar Dania, jangan berpikir aneh-aneh, fokus ke acara hari ini,” lanjutnya menyadarkan diri keinginannya tersebut
Seminar kali ini banyak yang datang, Dania begitu senang sekaligus terharu. Bahkan, semua peserta aktif dalam menyampaikan pertanyaan, salah satunya seperti ini, “Apa yang harus kita lakukan kalau suami sering izin pulang malam karena alasan pekerjaan,”
Pertanyaan itu seperti bumi yang bergetar dan merobohkan puing-puing rumah secara perlahan, membuatnya sedikit terdesak, mematikan waktunya dalam sekejap sebelum dia kembali tersadar dan menjawabnya.
“Ibu bisa bertanya baik-baik dulu, kalau jawabannya meninggi mungkin ada sesuatu yang disembunyikan!"
Pertanyaan itu masih terngiang-ngiang di telinga Dania, mungkinkah apa yang disampaikannya harus dilakukannya juga, walau dulu pernah dilakukannya tetapi jawabannya masih mengambang tak jelas.
Dania tidak langsung pulang ke rumah, dia ke kantor karena ada janji dengan klien. Bagi perempuan itu, menolak atau mengatur jadwal ulang dengan klien haram hukumnya, kecuali sangat mendesak.
Sesuai prediksinya dan sudah disampaikan sebelumnya, kalau dia akan terlambat datang karena seminar. Tetapi, orang itu tidak mempermasalahkannya, dia ingin saat itu juga konsultasi.
“Selamat sore,” kata Dania yang masuk ke ruangannya dan menyapa kliennya
“Selamat sore,” jawab orang itu sambil menjabat tangan Dania.
“Silahkan duduk!” kata Dania yang duduk di kursi sofa kesukaannya.
“Terima kasih,” jawab orang itu sambil duduk di depan Dania,
“Baik, Bapak mau konsultasi apa?” tanya Dania.
“Saya tidak mau konsultasi."
“Lalu?”
“Saya hanya ingin menyerahkan ini kepada Anda,” kata lelaki itu yang menyerahkan sebuah foto ke Dania.
Dania menerimanya, alisnya terangkat ke atas tangan kanan menutup mulutnya melihat Foto Alvin dengan perempuan lain di sebuah cafe tampak mesra dan berkata, “Darimana Anda mendapatkan foto ini?”
“Saya ada di sana, bahkan setiap malam saya selalu ada di tempat suami Anda di sana."
“Ini pasti bohong….”
“Foto itu asli, bisa Anda kirimkan ke handphone lalu cek sendiri."
“Siapa Anda sebenarnya?”
“Saya Laksa,” kata lelaki itu yang meninggalkan Dania
Perempuan itu masih tidak percaya, dengan apa yang dilihatnya. Dia mencoba berpikir positif, tetapi bukti itu terlalu nyata, bahkan setelah bertanya ke temannya ahli IT, foto itu asli bukan rekayasa.
Jakarta tak pernah mendung, hanya sedikit polusi yang membuat pandangan menjadi samar. Sulit menerka, apakah ini baik atau buruk karena semuanya terlihat sama, abu-abunya seperti yang dirasakan Dania saat ini.
Perempuan itu masih memandang foto suaminya dengan perempuan lain di handphonenya. Berbagai pertanyaan melayang di pikirannya, sorot matanya tertuju pada satu titik, sayangnya semakin berpikir semakin tak ada jawabannya, sampai-sampai dia mengacak-acak rambutnya sendiri.
“Bisa jadi, dia kompetitor gue yang sengaja mau bikin onar atau …?”
Sambil keluar dari kantor, Dania mengais ide-ide kecil mengumpulkan sedikit petunjuk dari penampilannya, cara bicara, dan lain sebagainya. Hingga ia melihat sebuah poster film di bus Trans Jakarta, di situlah dia teringat salah satu temannya adalah seorang detektif.
“Tolongin gue dong, lo cari tahu orang ini!” Kata Dania yang mengambil foto.profil aplikasi chat Laksa dan diberikan ke temannya.
“Kenapa nggak minta tolong anak buah bokap mertua lo aja, sih? Peralatan mereka canggih!” Tanya orang itu.
“Jangan, urusannya bisa panjang entar, tolong ya! Please..!”
“Oke deh..!”
“Terima kasih… lo emang terbaik sih,” puji Dania yang tampak riang.
Pesan dari Alvin kembali masuk, Dania tidak membacanya karena tahu bakal seperti apa tulisannya. Setelah sampai di rumah dia tak masak dan memilih pesan online saja, nasi kebuli dengan minuman soda..
Perempuan itu juga tidak langsung mandi atau ganti baju, dia langsung merebahkan badannya ke kasur dan memikirkan foto itu lalu berkata, “Kalau Mas Alvin selingkuh beneran gimana ya?”
Belum sempat menemukan jawaban, makanannya sudah datang, sekaligus dengan info dari temannya. Ternyata, lelaki itu bernama Laksa Putra Darmawan, seorang pemilik media berita dan informasi terbesar di Indonesia.
“Tunggu…Tunggu.. dia dari media, berarti tahu kehidupan gue dong?” Kata Dania yang menikmati makanannya.
“Loh, dia fans gue juga?” Kata Dania yang memberhentikan makannya karena melihat lelaki itu mengikuti semua media sosialnya dan berlangganan.
“Gue ngerasa ada yang aneh ama ini orang,” kata Dania.
Di sisi lain, malam Laksa tak lagi di kafe, dia lebih memilih membuat sup ayam dan bubur untuk Ibu Kandhi (Ibunya) yang sedang sakit. Baginya, harta satu-satunya yang dia punya hanya ibunya, lelaki itu akan melakukan apapun untuk semestanya.
“Coba kalau ada, Putri? Pasti kamu bisa istirahat,” kata Ibu Kandhi yang memandang anaknya memasukkan ayam ke panci dari meja makan
“Laksa sudah menemukannya, Bu!”
“Oh, iya?” Jawab Ibu Kandhi tersenyum ceria.
“Kenapa kamu nggak ngenalin ke, Ibu!” Lanjut Ibu Kandhi
“Tenang, besok pasti dia kesini, seperti reinkarnasinya,” kata Laksa yang kemudian beralih ke dalam sebuah bayang-bayang.
Ketika pertama kali dia bertemu dengan Dania, di hotel waktu seminar. Perempuan itu membantu seorang nenek untuk masuk ke dalam seminarnya, membantu mengambil pulpen jatuh saat dia berkeliling dan mengejarnya hanya untuk menyerahkan kertas kosong yang jatuh, sampai nafasnya ngos-ngosan
“Besok dia akan kesini?” Kata Ibu Kandhi yang energinya meletup-letup seperti punya kehidupan baru..
Jakarta memulai hari dengan gerimis kecil, langkah para pekerja tak pernah padam, terdengar menyeruak menembus setiap butiran yang jatuh ke tubuh mereka. Begitupula dengan Dania, tetap berjalan perlahan, mencari nomor rumah sesuai alamat yang diberikan oleh temannya.
Tepat di angka 37, halaman rumah cukup luas bersih dan tampak tanaman anggrek Dendrobium menggantung, perempuan itu berhenti. Ibu Kandhi sudah ada di depan teras melihat tanamannya yang basah karena embun menyapa.
“Selamat pagi, Bu!” Sapa Dania
“Iya, nak!” Jawab Ibu Kandhi yang tampak tersenyum.
“Laksa ada, Bu?” tanya Dania
“Kamu..?”
“Saya Dania, temannya!”
Seketika Ibu Kandhi teringat akan perkataan Laksa kemarin malam, hatinya begitu gembira, ada juga perempuan yang datang ke rumah. Ibu Kandhi melihat dari atas sampai kebawah, hatinya seperti sudah tertawan oleh perangai perempuan itu.
“Bagaimana, Bu?” Tanya Dania lagi
“Ibu Dania?” Jawab Laksa yang muncul dari dalam rumah.
“Ya, Pak Laksa,” Jawab Dania
“Sama siapa ke sini?” Jawab Laksa yang menoleh kanan-kiri mencari seseorang
Lelaki itu memang sengaja memudahkan beberapa.orang untuk melacaknya, agar mudah ditemukan, beruntungnya Dania tidak mencurigai hal itu sehingga Laksa merasa semuanya masih aman.
“Iya, Saya sendiri, pagi ini Bapak Free? Saya ingin ngomong empat mata dengan Bapak!”
“Boleh, tapi sebentar ya saya bawa ibu ke dalam dulu.” jawab Laksa.
“Kita masuk ya bu, Laksa sudah masak makanan kesukaan ibu, dimakan dan dihabiskan ya!” Kata Laksa yang mendorong kursi roda Ibu Kandhi masuk ke dalam, perempuan itu seperti merasakan ada hal aneh, hanya saja dia tak mau terlalu banyak bertanya dulu.
Setelah itu, Laksa mengeluarkan mobilnya dan pergi bersama Dania di sebuah taman tidak jauh dari sana. Suasananya memang asri, terasa sangat sejuk dengan aroma tanah basah. Mereka duduk di dekat bunga lily, Laksa mengelap dulu kursi tersebut hingga kering.
“Terima kasih, Pak!” Kata Dania yang mulai duduk.
“Sama-Sama, Bu!” Jawab Laksa yang ikut duduk.
“Langsung saja ya Pak, Anda siapa? Kata Dania tegas
Laksa menundukkan kepalanya sejenak, lalu mendongakkan dan sejajar dengan Dania, lalu berkata,”Jangan berpura-pura seperti itu, Bu!”
“Maksud Anda?”
“Tidak mungkin, Anda jauh-jauh sampai sini tetapi tidak mengenali Saya,” jawab Laksa
Sorot mata Dania mulai tidak tenang, nafasnya terdengar naik turun kemudian dia bertanya, “Tolong, Jawab Jujur! Apa yang Anda inginkan?”
“Saya hanya ingin membantu mengeluarkan Anda dari semua kepalsuan ini.”
“Kepalsuan?”
“Jangan terlalu polos dengan catatan hitam yang telah mereka torehkan, sedikit banyak pasti Anda tahu,” Suhu Laksa mulai memanas begitu pula dengan nadanya walau masih ditahan.
“Pada dasarnya kita ini punya tujuan yang sama, apa salahnya kerja sama?” Lanjut Laksa.
Wajah Dania tampak pucat, jantungnya berdebar sangat kencang, keringatnya perlahan menetes. Ada rahasia yang coba disembunyikan oleh perempuan itu.
“Anda bisa pertimbangkan tawaran saya ini, karena untuk melawan mereka tidak mudah!” Kata Laksa Lagi.
Dania merasa nafasnya mulai tersengal dan membuatnya tak nyaman, tanpa permisi dia pergi begitu saja dan berharap tidak akan bertemu dengan lelaki itu lagi.
“Saat ini kamu bisa pergi, tetapi esok ceritanya pasti lain,” kata Laksa yang melihat Dania berjalan cepat meninggalkan taman itu.
Bab 3
Jakarta seperti menunjukkan wajah aslinya, penuh dengan topeng, suka memainkan perasaan, dan keras untuk mereka yang ingin menyerah. Pertemuannya dengan Laksa memberikannya rasa takut, dan pertanyaan mengenai alasannya memainkan peran ini, apakah demi bahagia atau kepuasan semata.
Posisi Laksa di media memberikan tekanan tersendiri, apalagi Dania sendiri tidak tahu lelaki itu ada di pihak yang mana. Bisa saja semua rencananya kacau, hingga akhirnya dia hanya mendapatkan duka tanpa rasa puas seperti keinginannya.
Perempuan itu tidak pergi ke kantor, melainkan ke sebuah pemakaman. Hari itu tidak banyak yang datang, sehingga Dania bisa aman tanpa memakai penutup kepala atau masker, dia juga tak membawa bunga seperti kebiasaannya, di depan nisan dia khusyuk berdoa.
“Maaf ya, saya belum bisa membalas, semuanya menjadi rumit,”
Dania mengusap nisan itu, menatapnya tajam sembari melihat kenangan masa lalu, saat dia harus berpisah dengan seseorang. Lukanya dimulai dari sana, namun dendamnya baru muncul setelah beranjak dewasa dan mengetahui bahwa mertua dan Suaminya punya koneksi erat dengan masa lalunya itu.
Dania berdiri sebelum pergi dia berucap, “Mungkin sudah waktunya topeng ini di buka, aku janji akan menyelesaikannya segera!” Setelahnya dia pergi perlahan, mengambil handphone di dalam tas dan kembali menghubungi temannya.
“Gue mau minta tolong lagi..!”
“Apa?”
“Cari tahu tentang Laksa selengkap-lengkapnya!” katanya.
Dania paham, apa yang dilakukan ini memang terlalu beresiko, media menjadi alat terbaik untuk menjatuhkan atau menaikkan orang. Maka dari itu, dia ingin tahu lebih lengkap siapa lelaki itu, agar rencananya bisa berjalan lancar, bahkan dapat dipercepat karena semakin bertahan nuraninya sangat terluka, langkahnya berjalan pasti menuju ke kantornya bertemu dengan klien.
Di sisi lain, Alvin terbangun dari tidurnya, membuka handphone dan melihat pesan dari Dania. Lelaki itu bangun dari tidurnya dan melihat dengan seksama layar handphonenya, mencoba cek apakah ada kerusakan, karena pesannya semalam tak dijawab bahkan belum dibuka sama sekali.
Pandangannya menerawang jauh di balik jendela, mungkinkah perempuan itu sudah tahu kalau dia berbohong, atau banyak pertanyaan mulai bermunculan dan sekaligus menyanggahnya sendiri karena dia paham bagaimana Dania.
“Atau jangan-jangan aku yang tak permah mengenal dia,” katanya lirih dengan menghela nafas panjang.
Nila datang ke kamar dengan membawa kue lapis legit kesukaan Alvin dan teh hangat. Perempuan itu sudah mandi duluan walau belum menggunakan pakaian kerja, dia menghampiri Alvin dan berkata, “breakfast dulu honey,”
Alvin tak menjawabnya, keringatnya mulai mengucur dari atas leher sampai turun sampai ke bagian perut. Lelaki itu masih mencoba menguasai diri dan teringat, kalau CCTV rumahnya terkoneksi dengan handphonenya.
“Kamu kenapa honey?” Tanya Nila yang memegang wajah Alvin dan memastikan lelaki itu baik-baik saja.
“Dania tidak menjawab pesanku semalam,” jawab Alvin yang masih sibuk memainkan handphonenya.
Nila memegang tangan Alvin dan menghentikan aktivitasnya mencari aplikasi cctv dan berkata, “Apapun yang terjadi,.kita berada di posisi terbaik, asal kamu bisa menjalankan rencana dengan baik,”
“Kenapa kamu bisa yakin?” Kata Alvin yang matanya mulai tajam.
“Kita bisa memanfaatkan media untuk berpihak kepada kita,” jawab Nila dengan senyumannya
“Termasuk membuatku menjadi orang yang terlihat baik?” Jawab Alvin dengan nada sedikit bergembira
“Apapun honey… saat hari itu kita bisa menggenggam dunia dan mereka akan membenarkan aku menjadi istri kedua?” Kata Nila yang mulai berdiri tepat di depan Alvin
“Lalu, kita mainkan lagi sandiwaranya sehingga, hanya ada satu ratu di hatiku yaitu kamu honey..” jawab Laksa yang kini ikut berdiri.
Keduanya saling menatap sesaat lantas berciuman cukup mesra, hanya saja saat Alvin menjatuhkan tubuh Nila ke ranjang, perempuan itu berkata, “aku sudah mandi, dan pagi ini aku ada meeting, jadi jangan buat aku harus mandi dua kali pagi ini.” Katanya yang bangkit dari tempat tidur
“Sudah! Kamu makan kuenya, habiskan tehnya, mandi, aku berangkat duluan!” Kata Nila yang menunjukkan makanan di meja, kemudian dia mendekat ke arah almari mengambil baju kerjanya.
Alvin melihat Nila cukup lama, semua rencananya memang selalu berhasil, apalagi sampai.sekarang Dania masih percaya saja dengan semua perkataannya. Namun dalam.lubuknya terdalam muncul keraguan dan berkata, “Sampai kapan rencana itu akan berhasil?”
Waktu berlalu begitu cepat, Adzan ashar berkumandang, menandakan hari sudah sore. Dania masih berada di kantor dan belum ada persiapan untuk pulang, hari ini tidak ada jadwal bertemu dengan klien, dia hanya menunggu kabar temannya.
“Nia, sorry banget nih gue nggak bisa nemuin informasi apapun soal lelaki itu? Bahkan, info yang kemarin aja udah ilang.” Kata teman Dania
“Kok bisa?” Tanya Dania dengan matanya terbelalak membulat
“Sepertinya dia sengaja deh, supaya lo dateng ke dia,”
“Sengaja?” Nada Dania Meninggi dan berdiri dengan tangan di pinggang.
“Iya, dia sengaja ngasih info itu agar lo nemuin dia, setelah sukses dihapus, saran gue lo ati-ati deh dengan orang kayak gitu,”
“Emang bisa ya, kayak gitu?” katanya dengan tangan mengusap.dagunya
“Ya, mungkin!”
“Menurut lo gue harus gimana?” kata Dania berjalan menuju ke jendela
“Kalau nggak bisa cari informasi melalui media online, ya offline”
“Oke deh, makasih ya, btw uangnya udah gue transfer ya,” katanya yang kini melihat senja yang cantik di depan matanya.
Langkah kaki Dania tak bisa berhenti, terus bergerak kesana-kemari. Terkadang, dia juga duduk di atas meja kerjanya sambil menggigit ibu jarinya, pikirannya mencoba memfilter apa yang harus dilakukan untuk menghadapi Laksa.
“Apa gue deketin dia aja ya? Sambil cari tahu info lebih lanjut, sekaligus cari bukti tentang perselingkuhan Alvin,” kata Dania dengan sikap tegap lalu, mengambil handphone dan menelpon lelaki itu untuk bertemu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!