seorang gadis yang rambutnya dicepol, memakai kaca mata tebal keluar dari kamarnya sambil menuruni satu persatu anak tangga dan meuju ruang makan.
gadis itu bernama melati atmaja,, berusia 25 tahun. putri dari pasangan agung atmaja dan dahlia atmaja.
"pagi, ma, pa" sapa melati
"pagi, sayang" ucap mama dan papa bersamaan.
"ayo makan sarapanmu, apa hari ini kamu akan pergi ke butik mel.?" tanya mama
"iya ma, hari ini mel akan pergi ke butik. sudah beberapa hari mel cuma bekerja dirumah, kasihan sarah dan liyla ma pasti mereka di butik sedang kualahan menangani pesanan"
"iya sudah papa antar ya, sekalian papa berangkat kekantor.!"
"nggak usah pa, mel berangkat sendiri saja naik taksi"
"kenapa kamu nggak bawa mobil kamu sendiri mel.?? papa dan mama membelikan mobil itu untuk transportasi kamu bukan sekedar untuk pajangan mel" ketus sang mama.
"nggak usah ma, itung-itung mengurangi macet" jawab melati sambil tersenyum.
"kamu selalu saja seperti itu mel" jawab mama sambil mencebikkan bibirnya.
"ya sudah mel berangkat ya ma, pa" melati bergi berlalu setelah mencium kedua orang tuanya
************************
Alvaro tristan efandi. berusia 28 tahun, seorang pria tampan dengan tubuh atletis, siapa saja yang melihatnya pasti akan langsung terpesona dengan ketampanannya. tapi sayangnya pria tampan itu memiliki hati yang dingin, dan agak sedikit angkuh.
dia adalah seorang CEO muda terkenal di jakarta. cucu tunggal dari yusuf efendi, dari kecil varo salalu ikut dengan yusuf di karenakan orang tuanya telah berpisah semenjak varo berusia 10 tahun. papanya menikah lagi dan menetap di belanda, sedangkan sang mama memilih menetap di paris, mengurus cabang perusahaan keluarga yang ada di luar negeri.
"pagi, kek" sapa varo.
"pagi, cucu kesayangan kakek" jawab kakek sambil tersenyum.
"gimana kondisi kakek.? sudah mendingan.?"
"kakek sudah agak lebih baik"
sunyi setelah itu tidak ada lagi percakapan antara mereka, hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring.
"varo" panggil kakek
"iya, kek"
"ada hal penting yang ingin kakek sampaikan sama kamu.!" sambil memasang wajah yang nampak serius.
"kakek mau bicara apa.?" tanya varo
"dulu kakek sama alm sahabat kakek pernah berencana menjodohkan anak-anak kami, berhubung anak-anak kami sama perempuan maka kami tidak bisa mewujutkannya" kakek tambak mengambil nafas dan menghembuskannya secara teratur.
"berhubung syifa anak kakek memiliki kamu anak semata wayangnya, dan dahlia anak alm sahabat kakek memiliki dua anak perempuan, maka kakek dan mamamu telah memutuskan untuk menjodohkan kamu dengan salah satu putri dahlia untuk mewujudkan apa yang telah kakek dan sahabat kakek sepakati"
"kenapa harus varo kek.?" ucap varo dengan keterkejutannya "varo nggak mau kek, ini udah jaman modern bukan lagi jaman siti nurbaya" jawab varo ketus
"kakek sudah menduga kamu pasti akan menolak. tapi ini sudah keputusan kakek dan mama kamu, kalau kamu menolak kakek dan mamamu sudah sepakat seluruh aset yang kakek miliki akan kakek berikan kapada putri sulung dahlia"
"nggak bisa gitu dong kek.! varo kan cucu kakek satu-satunya" jawab varo tidak terima
"ini sudah menjadi keputusan kakek varo, lebih baik kamu fikirkan lagi matang-matang" ucap kakek sambil berlalu meninggalkan meja makan.
"ahh.... shittt kenapa musti gue" gumam varo dengan amarahnya.
***************
melati tengah berjalan di depan rumah sambil menunggu taksi. setelah sekitar 10 menit menunggu taksi yang di tunggu telah tiba.
"butik x di jalan x ya pak" ucap melati setelah memasuki taksi
"baik mbak"
setelah sekitar 30 menit kemudian melati sampai di butiknya. melati keluar dari taksi dan memasuki butik, seluruh karyawan menyapanya dan disauti dengan ramah oleh melati. melati memasuki ruang kerjanya, meletakkan tas jinjingnya dan mulai membuat seketsa gambar gaun pernikahan yang telah di pesan oleh kliennya
"pagi melati" sapa sarah dan liyla yang main nyelonong masuk tanpa mengetok pintu terlebih dahulu.
"sarah, liyla. ketok pintu dulu kek kalau mau masuk, ucap salam juga. jangan main masuk aja bikin kaget tau" ucap melati sambil memegangi dadanya.
"iya maaf mel" sahut sarah dan liyla sambil cekikikan.
"untung gue nggak jantungan"
"iya ya untung loe nggak jantungan, kalau loe jantungan trus lewat. gue dan sarah nggak punya sahabat sebaik loe lagi, kasihan juga nasib loe meninggal dalam keadaan jomblo" ucap liyla polos.
"liyla" bentak sarah "loe tu ya kalau ngomong disaring dulu kek, loe doain sahabat kita yang satu ini lewat kah" ucap sarah melotot
"bukan, bukan gitu maksud gue sar"
"trus mak....." belum sempat sarah melajutkan omongannya sudah di potong oleh melati.
"udah-udah jangan berantem pagi-pagi" lerai melati " kalian ada perlu apa pagi-pagi udah nyariin gue.?"
"nggak kenap-kenapa mel, kita kangen aja ama loe. udah satu minggu loe nggak ke butik sih" ucap sarah dan diangguki liyla mengiyakan perkataan sarah.
"iya, gue juga kangen sama kalian. gimana pekerjaan kalian akhir-akhir ini nggak ada kendala kan.?" jawab melati sambil tersenyum.
"beres mel" ucap sarah dan liyla bersamaan
"ya udah mel kita balik kerja ya" ucap liyla
"iya"
setelah kedua sahabatnya keluar melati kembali di sibukkan dengan kesibukannya membuat seketsa gaun.
di ruang kerjanya varo nampak kacau. dia tidak bisa kosentrasi mengerjakan pekerjaannya karna memikirikan perkataan sang kakek..
"ahhhh shitt kenapa mesti gue. gue belum mau menikah" gumam varo frustasi. semua barang di ruang kerjanya tak luput jadi sasaran atas amarah varo. ruang kerja yang semula tertata dengan rapi, kini telah berubah seperti kapal pecah.
tok..... tokk.... tokkk
"masuk" sahut varo
tak lama dua orang pria tampan masuk keruang kerja varo.
"gila loe bro. ini kenapa ruangan loe jadi kayak kapal pecah gini.?" tanya gio
"iya bener. biasanya loe paling anti sama sesuatu yang berantakan.!" timpal bima
"gue lagi pusing. kalau kalian datang cuma buat nambah gue pusing, mending kalian balik aja"
"loe ada masalah apa sih brow.? cerita dong sama kita.!" ucap bima
"iya ro kita udah sahabatan sedari kita masih duduk di sekolah dasar. masak loe nggak mau cerita sama kita-kita" timpal gio
varo nampak menarik nafas dan menghembuskannya secara kasar. dia mengacak wajahnya secara frustasi sesaat sebelum dia menjawab pertanyaan kedua temannya. "gue pusing banget yo, bim. kakek dan mama gue sepakat buat ngejodohin gue sama cucu alm sahabatnya kakek" ucap varo
"trus gimana.? loe trima atau nggak.?" tanya bima penasaran.
"gue nggak tau. gue bener-bener pusing, gue belum siap kalau menikah sekarang, tapi di sisi lain kakek juga mengancam gue, kalau gue nggak mau menerima perjodohan itu, seluruh aset yang kakek miliki bakal di berikan sama cucu sahabatnya itu. gue nggak terima, secara gue pewaris tunggal dari keluarga gue yo, bim"
"loe terima aja perjodohan itu brow" ucap gio
"siapa tau aja tuh cewek cantik"
"iya bener banget tuh kata gio" kata bima
"kalian enak banget ngomongnya. iya kalau tuh cewek cantik dikit-dikit gue masih untuk, nah kalau jelek gimana.? gue nggak mau menghabiskan sisa hidup gue bareng istri buruk rupa yo, bim"
"fikiran loe kejauhan ro" jawab bima
"iya bener kejauhan loe mikirnya"
"trus gue harus gimana.?" tanya varo
"loe trima aja brow. kalau tu cewek cantik ya di syukuri, tapi kalau jelek ya loe tinggal buat aja dia kesel sama loe. loe buat dia nggak betah dan akhirnya minta pisah deh" jawab bima dengan entengnya.
"bener tuh ro kata bima" ucap gio menyetujui ide bima.
varo nampak berfikir, dan sersenyum licik setelah mendengar ide dari kedua sahabatnya.
**********************
sekitar pukul 17.00 melati sampai rumah. begitu sampai dia melihat kedua orang tuanya nampak bercengkrama dirungan keluarga, setelah menyapa kedua orang tuanya melati masuk kedalam kamar dan membersihkan tubuhnya, setelah seharian berkutat dengan pekerjaannya.
setelah selesai mandi ia merebahkan tubuh lelahnya diatas tempat tidur. tanpa sengaja matanya melihat bingkai foto di meja kecil samping tempat tidurnya, di sana terdapat dua gadis cantik di dalamnya. kedua gadis itu tampak tersenyum bahagia. di raihnya bingkai foto tersebut.
"kakak, melati kangen sama kakak" gumam melati. tanpa terasa air matanya lolos begitu saja, jatuh membasahi pipi mulusnya.
tokk.... tokk.... tokk
dan tidak lama terdengar suara mama yang memanggil melati dari luar.
"mel. ayo turun sayang, sudah waktunya makan malam, papa sudah menunggu nak"
"iya ma. mama turun aja dulu, sebentar lagi melati menyusul"
"iya sudah. jangan lama-lama nak kasihan papa kelamaan menunggu"
"iya ma" melati bergegas menghapus air mata yang sempat jatuh membasahi pipinya. kemudian ia bergegas keluar kamar dan berjalan menuju ruang makan.
"sayang kamu habis menangis.?" tanya papa
"tidak pa. tadi melati kelilipan" jawabnya sambil tersenyum.
"owh ya sudah. mari kita makan" ucap papa sambil ekor matanya melirik kepada sang istri, dan dijawab dengan menggelengkan kepala pelan.
hening, mereka minikmati makan malam tanpa ada percakapan sedikit pun. sampai pada akhirnya papa membuka suara untuk memecahkan keheningan itu.
"mel. papa ingin bicara sayang.!"
"papa ingin membicarakan apa.?"
"papa dan mama telah sepakat ingin menjodohkan kamu dengan cucu dari sahabatnya kakek. dan itu juga keinginan kakek kamu sebelum beliau meninggal"
"dijodohkan pa.?" tanya melati bingung
"iya sayang. sebenarnya kakakmu yang harus di jodohkan, tapi berhubung kakak kamu sudah tiada maka kamu yang harus menggantikannya nak."
melati melirik sang mama.
mama menarik nafasnya dan menghembuskannya pelan " begini sayang. sebenarnya dulu kakek kamu dan sahabatnya sepakat. kalau mereka akan menjodohkan anaknya, tapi berhubung sahabat kakek anaknya perempuan dan anak kakek juga cuma mama maka kesepakatan yang mereka buat tidak bisa terlaksana. sebelum kakek kamu meninggal beliau berpesan untuk menjodohkan kakak kamu dengan cucu sahabatnya itu. berhubung kakak kamu sudah tiada maka dengan terpaksa kamu harus menggantikannya nak"
melati menarik nafas dan menghembuskannya pelan. sebenarnya dia tidak ingin menerima perjodohan ini, tapi disisi lain dia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, dan mendiang kakeknya.
"baiklah pa, ma. melati nurut aja sama papa dan mama. kalau menurut papa dan mama itu yang terbaik, mel terima pa, ma" jawab melati sedikit lesu.
papa dan mama saling melirik. mereka tersenyum senang karna melati mau menerima perjodohan tersebut, meski sebenarnya mereka tau melati dengan amat terpaksa menyetujuinya.
1. Melati atmaja
2. Alvaro tristan efendi
3. Gio
4.Bima
5. Sarah
6. Liyla
************************************
malam itu pukul 22.00 selepas pulang kantor varo menemui kakeknya diruang kerja untuk membahas masalah perjodohan.
tokk....... tokk..... tokk......
"masuk" ucap kakek
"apa varo menggangu waktu kakek.?"
"tidak, tidak sama sekali. ada masalah apa hingga kamu menemui kakek.?"
"aku ingin membicarakan masalah perjodohan kek.!"
"lalu bagaimana keputusanmu ro.?"
"aku bersedia menerima perjodohan itu kek"
"bagus, kakek tidak menyangka akan semudah itu untukmu menerima perjodohan ini. kakek berfikir, kakek akan kesulitan untuk membujukmu. kalau begitu lusa kita datang untuk melamar" ucap kakek.
"kenapa secepat itu kek.?"
"semakin cepat semakin baik bukan.?"
"iya sudah, terserah kakek saja gimana baiknya. kalau gitu aku pamit ke kamar dulu kek"
"iya"
selepas kepergian varo. kakek langsung menghubungi mama syifa memberi tahu rencananya agar mama syifa lekas pulang dari paris. tak lupa kakek menghubungi mama dahlia mengenai masalah lamaran yang akan di adakan lusa.
varo memasuki kamarnya dengan lesu. ia lekas menanggalkan seluruh pakaiannya dan bergegas menuju kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya yang lelah. sehabis mandi dan berganti pakaian varo lantas merebahkan tubuhnya di tempat tidur, mengistirahatkan tubuh lelahnya. fikirannya benar-benar kacau memikirkan rencana perjodohan itu.
"kenapa harus secepat ini. kenapa lusa sudah harus pergi melamar" gumam varo sambil mengusap kasar wajahnya. tak lama varo pun lelap karna kantuk telah menghampirinya.
***************************
pagi harinya di ruang makan keluarga atmaja, nampak melati dan kedua orang tuanya telah menikmati sarapannya.
"sayang, besok keluarga kakek yusuf akan datang. mama minta kamu untuk mempersiapkan diri mulai sekarang"
"kenapa secepat itu ma.?"
"entahlah mama juga tidak mengerti mel"
"bukan kah semakin cepat akan semakin lebih baik mel, papa mendukung keputusan kakek yusuf untuk mempercepat pernikahan kalian. mengingat usia kalian juga sudah matang untuk membina rumah tangga"
"baiklah melati akan bersiap ma, pa. melati ke kamar dulu ya ma, pa"
"apa kamu tidak pergi bekerja nak.?"
"tidak ma, aku bekerja di rumah saja. kebetulan kemarin desain gaun pernikahan yang aku kerjakan telah selesai"
"ya sudah. kamu jangan terlalu setres tak lama kamu akan menikah loh mel"
"iya ma. mel ke kamar dulu" pamit melati sambil mencium pipi kedua orang tuanya.
melati masuk kedalam kamar lalu mengunci pintunya. melati berhambur ke tempat tidurnya sambil menangis, ekor matanya melirik bingkai foto yang berada di atas nakas.
"kakak, andai kakak masih berada di sini. aku benar-benar bingung kak. mungkin kalau kakak masih ada, aku nggak mungkin menggantikan kakak untuk menerima perjodohan ini kak." gumam melati sambil tak henti-hentinya menangis. ia sangat merindukan kakaknya, kakak kesayangannya yang telah lama pergi meninggalkannya.
seharian penuh melati mengurung diri di kamar, hingga membuat sang mama merasa cemas.
tokk.... tokk.... tokk
"mel ini mama sayang.! buka pintunya nak sedari pagi kamu belum keluar, kamu bahkan melewatkan makan siangmu mel. buka pintunya sayang, ayo kita makan malam bersama"
ceklek..... suara pintu terbuka, menampakkan melati dengan wajah kusutnya.
"mel sayang mama tau kamu terpaksa menerima perjodohan ini nak. mama dan papa sebenarnya juga tidak tega untuk menjodohkan kamu dengan laki-laki yang mungkin tidak kamu kenal. tapi papa dan mama tidak bisa berbuat apa-apa mel, ini keinginan kakek kamu sebelum beliau meninggal" ucap mama sambil mengelus lembut rambut melati.
"iya ma. melati nggak kenapa-kenapa kok ma" jawab melati sambil memaksakan senyumnya.
"ya sudah, ayo kita turun. papa sudah menunggu untuk makan malam sayang"
"iya ma"
**********************************
sesuai yang telah disepakati, malam ini keluarga efendi datang ke kediaman atmaja. mama syifa juga telah sampai pagi tadi.
tokk...... tokk...... tokk
"iya sebentar" sahut mama dahlia yang bergegas menuju depan untuk membukakan pintu.
ceklek..... pintu terbuka, menampakkan kakek yusuf, mama syifa dan seorang pemuda tampan yang sedang berdiri di depan pintu.
"om yusuf, syifa" ucap mama adel sambil menyalami kakek yusuf dan memeluk mama syifa. "oh iya ini...."
"ini varo lia. dia putraku" potong mama syifa
"oh... tampan" ucap mama dahlia sambil tersenyum
"halo tante, saya varo" ucap varo
memperkenalkan diri dan menyalami mama dahlia.
"ya udah ayo silahlan masuk om, syifa, varo" mama adel mempersilakan keluarga efendi untuk masuk. "silahkan duduk om, syifa, varo. biar saya panggilkan mas agung dan melati terlebih dahulu"
"tidak usah dipanggil aku sudah di sini ma" ucap papa agung sambil tersenyum.
"agung lama tidak bertemu denganmu"
"iya om. sudah lama kita tidak bertemu" ucap papa sambil menyalami kakek yusuf, mama syifa, dan varo. "ini pasti calon menantuku ya.?"
"iya gung. ini varo putra semata wayangku" jawab mama syifa.
"halo om. perkenalkan saya varo" ujarnya sambil tersenyum.
"iya nak. perkenalkan juga saya agung papanya calon istrimu"
tokk.... tokkk.....tokkk
"mel, ini mama sayang. apa mama boleh masuk nak.?"
"masuk aja ma. nggak di kunci kok pintunya"
"sayang kamu sudah siap nak.? keluarga kakek yusuf sudah datang sayang."
"iya sudah ma"
"kenapa kamu tampak pucat mel.? pakailah sedikit lipstik. biar mama dandani kamu" mama pun langsung memoles bedak tipis kewajah melati tak lupa dengan lipstiknya.
"nah ginikan terlihat lebih cantik" ucap mama "apa kamu tidak berkeinginan melepas kaca matamu mel.?"
"tidak ma, biarlah seperti ini"
"ya sudah kalau begitu, ayo kita turun. nggak enak sama tamu kalau harus menunggu lama" ucap mama dan di angguki melati.
"maaf ya om menunggu lama" ucap mama dahlia ketika sampai di ruang tamu.
"tidak masalah dahlia" jawab kakek. "ini putri sulungmu.?"
"tidak om. ini putri bungsu kami" jawab papa agung.
"lalu dimana putri sulung kalian"
ekor mata papa melihat kearah mama dan melati yang berada disampingnya sesaat sebelum menjawab pertanyaan kakek.
"putri sulung kami telah tiada om" jawab papa sedih mengingat mawar kakak melati yang telah lama meninggal.
"maafkan saya gung. saya benar-benar tidak tau, saking lamanya kita sekeluarga kehilangan kontak dengan kalian. sampai berita duka ini kami tidak mengetahuinya" sesal kakek.
"tidak masalah om. yang lalu biarlah berlalu" ucap papa
"ya sudah. kita langsung ke intinya saja ya gung. jadi sesuai yang telah kita bicarakan, kami sekeluarga datang bertujuan untuk meminang anakmu untuk cucu semata wayangku"
"kami sekeluarga senang atas niat baik om dan keluarga, saya selaku kepala keluarga dan sekaligus papanya melati. menerima dengan senang hati lamaran varo untuk melati" jawab papa sambil tersenyum.
"kalau begitu bagai mana kalau acara pernikahannya minggu depan.?"
"lebih cepat, lebih baik om"
"kenapa secepat itu kek.?" ucap varo
"apa kamu keberatan sayang.?" tanya mama syifa.
"tidak ma. varo hanya bertanya, kalau minggu depan bukannya terlalu cepat.!"
"tidak varo. itu sudah keputusan yang kakek ambil dan fikirkan matang-matang, lebih baik persiapkan diri kamu"
"iya kek" jawab varo. shittt kenapa harus dengan si cupu ini sih, sial banget gue harus punya istri jelek dan cupu gini batin varo.
"ya sudah om. karna apa yang kita bicarakan telah mencapai mufakat, bagaimana kalau kita makan bersama terlebih dahulu" ucap papa.
"baiklah mari"
seusai makan malam bersama kakek dan keluarga pun pamit pulang..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!