Di suatu pagi tepatnya di kediaman keluarga DIRGANTARA, seorang gadis masih terlelap di dalam tidurnya tidak tahu apa yang habis di kerjakannya semalaman sehingga membuatnya kesiangan seperti ini.
Tok ... tok ... suara ketukan pintu terdengar dari balik pintu kamarnya.
Namun gadis tersebut tidak bereaksi sedikit pun, setelah merasa tidak ada respond dari orang tersebut. Orang yang mengetuk pintu tadi pun langsung masuk ke dalam kamar yang bernuasa pink itu.
"Ya ampun, Difa. Jam segini kamu belum bangun juga," ucap mamanya dengan sedikit berteriak.
"Ih ... apa sih Ma, teriak-teriak enggak jelas," sahut dirinya dengan mata yang masih tertutup.
"Sekarang coba, kamu lihat sudah jam berapa sekarang?" tanya mama.
Melihat jam yang terpampang di dinding. "Hah ... jam 7 kok bisa kesiangan sih," dumel ia sendiri sambil menuju kamar mandi.
Mamanya hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya itu.
***
Skip meja makan, semua berkumpul.
"Dif, kamu berangkat sekolahnya bareng Papa ya," ucap papa.
"Enggak ah Pa, Difa mau berangkat sendiri aja," ucapnya.
"Lho ... memang kenapa, Nak?" tanya mama.
"Ya enggak apa-apa sih Ma, Difa cuma pengen berangkat sendiri aja," ujarnya.
"Ya, sudah kalau kamu maunya begitu. Mama enggak bisa melarang kamu," ucap mamanya dan tersenyum.
Selesai makan Difa bergegas pergi ke sekolahnya, dengan menggunakan sepeda kesayangannya itu. Jarak sekolah dari rumahnya memang tidak terlalu jauh.
***
"Huh ... sampai juga akhirnya," ucapnya.
Di parkiran sekolah, Difa memarkirkan sepedanya, tiba-tiba.
Deo si kakak kelas+ketos.
"Hehhh lo minggir sana!" bentaknya pada Difa.
"Maaf kak. Aku, kan sudah duluan parkir di sini," ucapnya sambil menundukkan kepala.
"Hehh asal lo tau ya, elo tuh nggak pantes sekolah di sekolah elit kayak sekolah ini. Jadi lo jangan sok-sok an deh," bicaranya dengan nada mengejek.
"Maaf kak memang salah ya kak. Kalau aku sekolah di sini," ucap Difa menangis.
"Ya iyalah, lo tuh enggak pantes. Lo itu cocoknya ada di pinggir jalan tuh," ucap Deo.
Difa pun sangat terpukul mendengar perkataan Deo, ia pun tidak menghiraukan tatapan-tatapan sinis dari siswa/i. Dia terus berlari dan masuk ke dalam toilet, sesampai di toilet.
"Kenapa sih semua orang tuh benci sama aku. Padahal, kan aku enggak pernah ganggu mereka. Tapi kenapa mereka kayak enggak suka sama aku," tangisnya.
Bel Masuk pun berbunyi....
"Bel masuk," ucapnya pelan ia mengusap air matanya sembari keluar dari toilet.
Di kelas, Difa mengikuti pelajaran seperti biasa dan tidak terasa bel istirahat berbunyi.
"Yesss ... horee," siswa/i di kelas bersorak gembira.
"Baiklah anak-anak usai sudah pelajaran kita hari ini, dan sampai jumpa minggu depan," ucap guru dan keluar kelas.
**Istirahat**
"Ke kantin ah (setiba Difa di kantin), ya ... kantinnya penuh lagi. Kalau gini gimana mau makannya," ucapnya dan menengok kanan-kiri untuk mencari tempat duduk, namun ketika sedang melihat-lihat matanya tertujuh ke satu meja yang berisi 2 orang cowok yang lagi makan.
Difa mendekat ke arah meja...
"Permisi, kak," ucapnya dengan sopan.
"Iya ada apa?" tanya cowok 1 tanpa menatap Difa.
"Aku boleh duduk di sini enggak, kak?" tanyanya hati-hati.
"Cari tempat lain aja," jawab cowok 2 ketus.
"Tapi kak, semua meja sudah pada penuh, tinggal meja ini aja yang masih kosong," ucapnya lagi.
"Elo enggak denger ya, gue tadi bilang apa!" bentak cowok 2.
"Kalau lo mau makan ya tinggal makan aja kali, berdiri juga bisa sambil makan," ucap cowok 1 meledek Difa.
"Hahaha," mereka tertawa.
"Sudah sana pergi," usir cowok 1 pada Difa.
Difa pun terpaksa makan sambil berdiri.
Tiba-tiba ada 3 cewek mendatangi Difa.
"Ehh ... elo ngapain berdiri di sini," ejek cewek 1.
"Makan kok berdiri," celetuk cewek 2.
"Kasihan banget sih lo." cewek 3.
"Sudah-sudah dari pada kita ribut-ribut, enggak jelas sama nih cupu, mending kita cabut aja yuk..." ajak cewek 2.
"Yaudah yuk..." jawab cewek-cewek itu dan pergi.
Setelah kepergian ke 3 cewek tersebut.
"Ya allah kenapa semuanya jadi gini," ucapnya lirih dalam hati.
Ting...ting...ting...ting. Suara bel menggema di semua penjuru ruangan, menandakan bahwa jam istirahat telah usai.
Pulang sekolah, di parkiran Difa berjalan menuju tempat, di mana sepedanya yang tadi pagi ia letakkan.
Difa kaget. "Lho ... kok ban sepedanya bocor sih? duh gimana ini," bingungnya.
"Owh iya, apa aku telpon mama aja ya siapa tahu mama bisa jemput aku," ia menelpon mamanya.
"Duhh kok enggak aktif sih (kesalnya), enggak ada cara lain lagi ini. Terpaksa aku harus jalan kaki," ucapnya bete.
Di perjalanan pulang tiba-tiba, ada mobil yang lewat dengan kecepatan tinggi.
"Aaah ... (teriak) ya basah deh baju aku, (Difa terkena percikan genangan air kotor di jalan itu) siapa sih yang pake mobil enggak lihat apa kalau ada orang!" marahnya.
Tiba-tiba turunlah orang dari mobil itu.
"Hahahaha," orang itu tertawa.
"Kak Deo," sebutnya.
"Iya gue memang kenapa? enggak suka."
Difa hanya diam.
"Kenapa diem?" tanya Deo.
Masih diam Difa.
"Ehh, lo ... denger enggak sih gue ngomong apa. Bukannya di jawab malah diem!" marah Deo.
Difa langsung pergi tanpa menghiraukan Deo.
"Woyyy, cupu aja belagu lo," meneriaki Difa.
"Wih ... nyari gara-gara ini cupu, belum tau aja dia siapa gue," gumamnya.
Di kediaman keluarga DIRGANTARA.
"Lho sayang. Kamu kenapa, kok cemberut begitu mukanya?" tanya mamanya.
"Tadi Mama kemana aja sih, dari tadi Difa telponin lho. Tapi hp Mama enggak aktif," ucap Difa kesal.
"Maaf ya sayang tadi itu, hp Mama enggak sengaja jatuh pas Mama lagi mau pemotretan. Dan hp Mama jadi rusak deh," cerita mamanya.
"Ya udah enggak apa-apa kok, Mama enggak perlu minta maaf sama Difa," ucap Difa lembut dan tersenyum.
Mama balas tersenyum.
"Owh iya Ma Difa izin ke kamar ya, mau istirahat Difa capek," izin Difa.
"Iya, tapi nanti jangan lupa turun makan ya sayang," ucap mama.
"Iya Ma siappp" hormat Difa.
Di saat Difa ingin menaiki anak tangga rumahnya.
"Difaaa," panggil mama.
"Iya Ma?" sahut Difa.
"Baju kamu kenapa, kok kotor begitu?" tanya mamanya baru sadar.
"Duh gimana ini aku harus jawab apa," ucapnya dalam hati.
"Difaaa, kok diem?" tanya mamanya lagi.
"Eh, itu Ma tadi, Difa enggak sengaja jatuh dari sepeda," bohongnya.
"Kamu enggak bohongkan sama Mama?" ucap mamanya seakan ragu dengan jawaban putrinya itu.
"Enggak kok Ma. Difa enggak bohong," geleng Difa.
"Ya udah kalau bener kamu enggak bohong, kamu lanjut gih ke kamarnya. Istirahat ya sayang."
"Iya Ma," angguk Difa.
Di kamar.
"Ma maafin Difa ya, karna tadi Difa bohong sama mama," bicaranya sendiri.
Malam hari...
Di ruang tamu.
"Dif, besok kamu sekolah, kan?" tanya papanya.
"Iya ... Pa, memang kenapa?" tanya Difa
"Enggak."
Difa diam.
Keesokan harinya, di sekolah.
Difa berjalan menyusuri koridor untuk menuju kelasnya, tiba-tiba di tengah perjalanan.
"Aww..." Cica teman sekelasnya Difa terjatuh.
"Eh maaf, Ca," maaf Difa dan berusaha untuk menolong Cica, yang terjatuh karna bertabrakan dengannya.
"Udah minggir sana," ucap Cica menepis tangan Difa.
"Gue tau lo pasti sengajakan nabrak gue, lo mau balas dendam ya sama gue. Karna gue suka gangguin lo!" bentaknya.
"Enggak kok Ca," ucapnya menunduk.
"Alah lo enggak usah ngeles deh, bilang aja iya. Gitu aja susah."
Difa diam.
"Oke karna lo udah nabrak gue, lo harus tanggung jawab. Lo harus dapet hukuman," ucapnya dan menarik tangan Difa.
"Eh Ca kamu mau bawak aku kemana, Ca plis lepasin tangan aku Ca," mohonnya.
"Diem lo berisik," terus menyeret Difa.
GUDANG
Cica membawa Difa masuk ke dalam gudang.
"Ca lepasin, aku takut ini gelap banget Ca," Difa memohon.
"Enggak akan," ucap Cica.
"Ca plis lepasin aku Ca," mohonnya.
"Udah lo diam aja," suruhnya.
Difa diam.
"Udah, sekarang lo duduk," perintahnya kepada Difa.
"Tapi Ca," tolak Difa.
"Udah buruan duduk," memaksa Difa lalu mengikat kedua tangan Difa ke belakang.
"Ca plis lepasin, aku takut Ca," ucap Difa menangis ketakutan.
"Udah deh lo enggak usah nangis kayak gitu. Karna percuma, gue juga enggak bakalan lepasin lo," ucapnya dan tertawa.
Lalu Cica keluar dari gudang itu meninggalkan Difa sendirian.
Bel masuk berbunyi.
Di kelas.
Absen
Guru : Adit
Adit : Saya Buk.
Guru : Angga
Angga : Hadir Buk.
Guru : Cinta
Cinta : Hadir Buk.
Guru : Cica
Cica : Hadir dong Buk.
Guru : Difa
Difa : ......
Guru : DIFAAA panggil guru sekali lagi namun tidak ada jawaban. Kemana Difa? tanya guru.
Siswa 1 : Enggak tau Buk.
Siswa 2 : Mungkin enggak masuk Buk.
Siswa 3 : Palingan telat Buk.
Siswi 1 : Enggak mungkin kalau dia telat Buk, soalnya tadi pagi saya lihat dia.
Siswi 2 : Iya buk bener tadi pagi saya juga lihat, Difa nya lagi jalan di koridor.
Cica : BOLOS KALI BUK, teriak Cica.
Guru : Sudah-sudah kalian nggak usah pada ribut, sekarang kita lanjutin aja pelajaran kita hari ini.
Siswa/i : Iya Buk.
Istirahat.
Gudang.
Ya allah gimana ini, Difa takut ya allah (menangis) tolong...tolong...TOLONG... teriaknya minta tolong namun tidak ada satu orang pun yang mendengar.
Pulang sekolah
Siswa/i sudah berhamburan untuk pulang, sekolah pun mulai sepi.
Di kediaman DIRGANTARA.
Sudah 1 jam lebih dari waktu harusnya Difa pulang sekolah, namun pada saat sekarang Difa tidak kunjung pulang juga.
"Ya allah Difa, kamu kemana sayang udah jam segini kamu kok belum juga pulang," Khawatir mama Difa.
Papa Difa yang baru pulang dari kantor, dan mendapati istrinya yang mondar-mandir nggak jelas. Langsung menghampiri istrinya itu.
"Ma ada apa sih, Papa lihat Mama mondar-mandir aja dari tadi kayak orang lagi khawatir gitu?" tanya papa Difa.
"Gini lho Pa, Difa itu kok belum pulang-pulang juga ya dari sekolah. Ini sudah 1 jam lebih lho Pa dari waktu pulang sekolah," jelas mama.
"Oh mungkin Difa lagi ada pelajaran tambahan kali Ma, makanya pulangnya agak telat," ucap papa.
"Tapi Pa, ini nggak kayak biasanya lho," ucap mama.
"Udah Mama nggak usah khawatir ya, sekarang Mama yang tenang Mama nggak boleh mikir yang macam-macam kita doain aja semoga Difa baik-baik aja," ucap papa Difa mencoba menenangkan istrinya.
Mama Difa hanya diam.
Malam hari pukul 18:30 WIB.
"Pa, kok Difa belum pulang-pulang juga ya," panik mamanya.
"Iya, ya Ma udah malam kayak gini tapi Difa belum juga pulang," papanya juga ikut panik.
"Gimana ini Pa?" tanya mama.
"Hemm ... coba Mama telpon Difa," suruh papa.
"Iya Pa," ucap mama langsung menelpon Difa, namun usahanya sia-sia karna tidak ada jawaban dari orang yang di telponnya itu.
"Gimana Ma?" tanya papa.
"Nggak di angkat Pa," jawab mama.
"Duuh gimana ini Ma," ucap papa.
"Pa, Mama kok jadi khawatir gini ya," gelisah mama.
"Iya Ma Papa juga, Papa takut kalau nanti ada sesuatu yang terjadi sama anak kita Difa," ucap papa ikut khawatir.
"Pa coba kita hubungi guru-gurunya Difa Pa, siapa tahu ada yang tahu keberadaan Difa," usul mama Difa.
"Iya Ma," ucap papa Difa, langsung menelpon guru-guru Difa namun jawabannya semua sama mereka tidak ada yang mengetahui keberadaan Difa.
"Gimana Pa?" tanya mama.
Papa diam.
"Pa jawab Mama. Papa jangan buat Mama khawatir kayak gini dong," ucap mama.
Papa Difa hanya diam, dan hanya menggelengkan kepalanya.
"Ya allah kamu kemana, Nak," tangis mama Difa.
"Udah Mama tenang dulu ya, sekarang coba kita hubungi kantor polisi untuk membantu mencari Difa," ucap papa menenangkan, ia menghubungi kantor polisi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!