NovelToon NovelToon

Menikah Dengan Dosen

One

Terdengar suara kereta yang perlahan-lahan bergerak maju, peron yang tadinya sepi kini mulai terasa ramai. Pria itu menatap kosong kereta dihadapannya yang mulai berhenti. Ia berdiri di tengah keramaian saat orang- orang berlalu lalang dan mulai turun dari kereta tersebut. Pandangannya lurus kedepan, tetapi bola matanya tengah sibuk melirik setiap orang yang turun dari kereta tersebut.

Hal itu kembali mengingatkannya pada kejadian lima tahun yang lalu, peron yang  ramai, dan air mata yang kembali membasahi pipi. Setiap tahun, dibulan dan tanggal yang sama ia selalu menunggu kepulangan seseorang dengan membawa buket bunga kesukaannya. Masih terekam jelas dalam ingatan pria itu bagaimana gadis itu melepas hangatnya pelukan perpisahan yang menyakitkan hatinya. Kalau tahu dia tidak akan pernah kembali lagi, pria itu tidak akan pernah melepas pelukannya.

"Aku pasti akan pulang, Aku akan pulang" ucap gadis itu.

Pria dihadapannya tak bergeming. Gadis itu mengusap kedua pipi kekasihnya.

“Kamu mau kan nunggu aku pulang?” tanya gadis itu.

“Kamu harus percaya sama aku Bi, aku nggak akan ninggalin kamu. Kita sama – sama berjuang buat hubungan kita, kamu yang semangat kuliahnya, kita kan sama – sama belajar”

Gadis itu tak kuasa menahan tangisnya.

“Kamu kenapa diam aja? Kamu nggak percaya ya sama aku?”

“Aku bakal yakinin papa, supaya setuju sama hubungan kita, kalau kamu sukses papa pasti bakal seneng”

"Apa kita bisa?" Tanya pria itu.

“Kita pasti bisa... kita harus saling percaya Bi”

"Aku gak akan menikah kalau bukan kamu orang nya" ucap gadis itu.

Pria itu memeluk kekasihnya dengan sangat erat.

Kereta yang ditunggu, berhenti tepat di depan mereka.

"Udah ya? Aku pergi, jaga diri kamu baik-baik. Tunggu aku ya... Kalau ada cewek yang deketin kamu, Jambak aja rambutnya" ucap gadis itu seraya menghapus air mata kekasihnya.

Mungkin Itu akan terdengar lucu, kekasihnya merasa cemburu dan pria itu akan tertawa gemas sambil mencubit pipi kekasihnya. Namun pada saat perkataan itu dilontarkan, entah kenapa terdengar sangat menyakitkan.

"Aku pamit ya..." Ucap gadis itu lirih.

"Jaga diri kamu baik - baik" ucap pria itu.

Gadis itu melepaskan pelukannya dan pergi masuk kedalam kereta. Ia meninggalkan aroma khas nya di tempat itu.

Aroma yang sangat melekat pada indra penciumannya walau sudah lama berlalu.

Dan pada akhirnya Dia tidak pernah kembali lagi, bahkan kabarnya pun tak terdengar lagi menghilang bak ditelan bumi.

Pria itu meninggalkan stasiun, ia menenteng payung nya padahal sedang hujan gerimis. Sambil membawa buket bunga ia berjalan sendirian diterpa angin sore yang menyapa nya lembut. Ditemani aroma bunga Peony yang manis, dan semakin membuat ia rindu pada kekasihnya.

Pria itu sampai dirumahnya. Begitu masuk ia melihat televisi menyala dan seseorang tengah tertawa terbahak-bahak diruang tamu.

Pria itu menghela nafas.

"Dari mana sih?" Tanya Darren sepupunya.

Pria itu tidak menjawab, ia meletakan buket bunga diatas meja dengan hati-hati.

Darren mengerti setelah melihat buket bunga itu.

"Ke stasiun lagi?" Tanya Darren.

"Hanya menepati janji" jawab pria itu.

"Janji? Ini udah hampir 6 tahun, tapi apa? Dia gak balik. Udah lah lupain aja" ucap Darren.

Pria itu hanya diam. Darren lalu dengan seenak jidat mengambil beberapa camilan didalam kulkas milik Abyan.

"Gue lihat stok makanan Lo tinggal dikit tuh" ucap Darren.

"Terus?"

"Lo gak ada niatan buat belanja gitu?"

"Yang ngabisin stok makanan gue siapa? Lo lah yang belanja. Gak tau diri banget Lo. Punya rumah juga" kesal pria itu.

"Iya iya, tuan muda gue yang belanja nanti" ucap Darren.

Pria itu lalu meletakan daftar list belanjaan diatas meja.

"Eh apa nih?" Tanya Darren.

Seperti biasa pria itu tidak menjawab, Darren pun mengambil kertas itu dan melihatnya.

"Sebanyak ini? Lo meras gue apa gimana?" Darren tak terima.

"Itu makanan yang Lo habisin, dan gue jarang makan dirumah. Jadi tolong kesadaran diri untuk belanja semua stok makanan yang udah Lo makan"

"Perhitungan banget Lo Ama sepupu sendiri" ucap Darren.

"Gue gak peduli" ucap pria itu.

Darren kesal dan melahap dengan rakus camilan diatas meja.

Sedangkan pria itu tengah memberi makan anabul perliharaannya. Saat tengah mengelus lembut kucing nya yang sedang makan ia tidak sengaja melihat amplop putih diatas meja.

"Surat apa nih ren?" Tanya pria itu.

"Nggak tau gue, tadi itu didepan pintu jadi gue bawa masuk" ucap Darren.

Abyan membuka surat itu dan membacanya, ternyata itu adalah surat tagihan rumah sakit yang datang hari ini.

Pria itu menggusar surainya kasar.

"Apa isinya?" Teriak Darren dari ruang tamu.

Abyan dengan segera melipat surat itu dan memasukan kedalam saku celananya.

"Ah dari mahasiswa" ucap Abyan.

"Ha? Dari mahasiswa? Mahasiswi kali" ledek Darren.

Darren menghampiri Abyan yang berjongkok memperhatikan kucingnya makan.

"Iyah kan? Dari mahasiswi kan?" Tanya Darren begitu penasaran.

"Ah udah gue duga sih, pasti banyak mahasiswi yang naksir sama Lo. Udah lah terima aja, pokoknya tahun ini nikah" ledek Darren.

"Lo dari tadi ngomong nya ngawur terus, mending Lo pergi belanja aja"

Abyan mendorong bahu Darren dari belakang, mengusirnya pergi.

"Eh eh... Bentar. Tiba-tiba gue ingat sesuatu" ucap Darren.

"Apaan?" Tanya Abyan.

"Ngomong-ngomong soal mahasiswi kampus yang naksir sama Lo. Gue jadi keinget masa lalu tau gak sih, Lo masih ingat gak Anak kecil yang selalu main-main sama kita pas masih SMA?" Tanya Darren.

"Nggak ingat" ucap Abyan dengan cepat tanpa mengingatnya.

"Aduh gue lupa lagi namanya siapa, pokoknya dia imut banget. Dan selalu ngejar-ngejar Lo" ucap Darren.

"Udah lah, Lo bicarain siapa sih? Gue nggak ingat" ucap Abyan.

"Lo nggak rindu sama kampung halaman?" Tanya Darren.

"Nggak" ucap Abyan.

"Lo bener-bener nggak asik sumpah" ucap Darren.

Abyan tidak peduli, Darren pergi meninggalkan rumah.

"Jangan lupa list belanjaan diatas meja" ucap Abyan.

Darren yang tadinya ingin pergi keluar, memutar balik badannya untuk mengambil kertas yang diletakan Abyan di atas meja sebelumnya.

Abyan hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sepupunya itu.

Setelah Darren pergi, ia kembali membaca surat tagihan rumah sakit yang ia terima.

"Gimana caranya gue bayar tagihan rumah sakit ini?" Abyan terlihat frustasi, ia memijat pelipisnya.

***

Ditempat lain, seorang siswi SMA tengah berbincang dengan temannya di jam istirahat sekolah.

"Eh jadi gimana Lo sama Tama? Dia beneran nembak Lo kan?" Tanya July.

Terlihat gadis didepannya itu memanyunkan bibirnya.

"Apaan sih, gue gak suka sama dia" jawab gadis itu.

"Ih kenapa?? Dia kan ganteng, pinter, ketua OSIS lagi" ucap July.

"Ya karena gue gak suka"

"Kenapa sih? Lo masih nunggu cinta masa kecil Lo itu?" Tanya July.

Gadis cantik itu menyunggingkan senyum begitu disinggung soal cinta masa kecilnya. Ia hanya mengangguk.

July menepuk jidatnya.

"Hei.. ini udah berapa tahun? Gila ya masih aja, Lo juga gak tau kali disana dia masih ingat Lo apa nggak, siapa tahu dia udah nikah" ucap July.

"Insting gue mengatakan kalau dia masih single"

"Gak usah terlalu diyakini deh, insting Lo itu" ucap July dengan nada ketus.

"Lah Kenapa?" Tanya gadis itu.

"Lo nggak ingat? Waktu kita telat dan milih jalan pintas biar bisa masuk kelas? Terakhir kali ngikutin insting Lo buat lewat perpus malah ketahuan pak Ihsan" kesal July.

Gadis itu hanya nyengir bagai kuda.

"Iyah Iyah sorry, mungkin saat itu insting gue gak berfungsi dengan baik"

"Dan gara-gara Lo, gue jadi ikutan hormat bendera. Gila banget waktu itu crush gue liatin lagi" rengek July.

Gadis itu terkekeh.

"Iya gue ingat banget itu, dan gue gak sengaja dorong Lo sampe rok Lo robek kan?"

"Ahh tai, udah gak usah ngomong lagi Lo" kesal July.

Mengingat betapa memalukannya kejadian waktu itu, Hanum yang begitu pecicilan dan ceroboh benar-benar sangat menyebalkan.

"Tapi kan, dari itu akhirnya Lo bisa kenalan kan sama dia? Yah berkat siapa coba? Berkat Lidya Hanum lah" gadis itu menyombongkan dirinya.

Begitulah Lidya Hanum, teman – temannya biasa memanggilnya Hanum gadis periang nan berisik, pelupa dan ceroboh.

***

Hanum membeli sepotong kue kecil dan satu buah lilin. Ia letakan di atas kue tersebut dan menyalakan api di atasnya.

"Selamat ulang tahun kak... Kamu apa kabar? Semoga selalu sehat. Tahun ini umur kamu sudah 24 tahun dan aku masih 16 tahun. Harapannya sebelum umurku 17 tahun, kuharap kita bisa ketemu ya" ucap gadis itu.

Ia lalu meniup lilin tersebut dan memakan kue itu.

Dalam ingatan Hanum yang samar-samar ia dapat mengingat moment saat makan kue ulang tahun berdua bersama cinta masa kecilnya.

Di tempat yang sama...

9 November 2008

"Lidya, kamu harus selalu ingat yah ulang tahun kakak"

"Lidya selalu ingat kak"

Lidya menyantap kue bolu itu dengan lahap.

"Coba tanggal berapa kakak ulang tahun?"

Lidya berhenti makan "yah hari ini"

Siswa SMA itu terkekeh dan mengelus puncak kepala Lidya.

"Lili akan selalu jadi orang pertama yang ngucapin hal itu ke kakak, asal kakak selalu berada di dekat Lili"

"Kakak gak akan kemana-mana"

"Kalau Lili udah besar, kita nikah yah kak?"

Siswa SMA itu tertawa dan mengusap lembut rambut Lidya.

"Kakak kok ketawa? Lidya serius"

"Iyah makan aja kue nya biar cepat besar"

"Oke" Lidya menyantap kue bolu tersebut dengan cepat hingga menyisakan krim disudut bibirnya.

"Makannya pelan-pelan, jelek tau belepotan gitu"

Lidya langsung berhenti dan tersenyum, ia langsung memakan kue itu dengan perlahan-lahan. Lidya terlihat menggemaskan.

cast

Abyan Pramana Tirtayasa

Saat SMA

Lidya Hanum Anindita

Saat masih SD

Lidya Hanum Anindita

Saat SMA

Two

Monitor kecil berisi angka dan garis warna warni berbunyi setiap saat, benda itu mengeluarkan suara secara teratur. Monitor itu memperlihatkan banyak angka, huruf, serta bentuk gelombang yang menjadi pusat informasi tanda vital pasien yang berada dalam pemantauan.

Tak hanya itu, alat medis berupa ventilator yang terpasang di mulutnya menjadi suatu bantuan yang berfungsi untuk memberikan nafas buatan agar mempertahankan oksigenasi pasien.

Wanita tua itu terbaring lemah dalam kondisi tak sadarkan diri ditemani alat-alat medis. Tujuh tahun sudah wanita tua itu mengalami koma, dan selama tujuh tahun itu pula setiap hari Abyan selalu mendampinginya. Abyan selalu berharap setiap harinya, ketika datang wanita tua itu membuka matanya. Namun itu tidak pernah terjadi bahkan jari nya pun tidak pernah bergerak lagi selama tujuh tahun.

Abyan memegang jemari wanita tua itu lalu menciumnya.

"Selamat pagi Oma, Abyan datang nih" ucap pria itu berusaha menahan tangis.

Setiap kali mengunjungi ruangan ini, Abyan paling tidak bisa untuk tidak menangis. Air matanya selalu tumpah setiap kali bertemu dengan Oma nya. Sesekali Abyan ingin tegar, ia ingin setiap kali datang tidak mengeluarkan air mata sedikitpun namun ia tidak bisa menahannya. Kecelakaan itu benar-benar menghantuinya, bahkan Abyan selalu merutuki dirinya sendiri, selalu menyalahkan dirinya sendiri atas peristiwa itu.

Kecelakaan mobil yang terjadi tujuh tahun lalu itu merenggut nyawa ibunya dan membuat nyawa nenek nya berada di ambang kematian. Hanya Abyan lah yang selamat dari kecelakaan itu.

"Oma udah sarapan belum?" Tanya Abyan.

Namun yang terdengar hanya suara monitor.

"Abyan rindu banget sama Oma, Oma gak rindu sama Abyan?"

"Oma tau gak? Abyan sekarang udah jadi dosen muda di usia 24 tahun. Itu keinginan Oma kan? Oma bangun ya, Oma harus kasih ucapan selamat ke Abyan. Karena bunda gak bisa ngucapin itu, Abyan harap Oma bisa melakukannya"

Abyan terus memegang jemari neneknya. Ia sangat berharap jemari itu bergerak setiap kali Abyan sentuh, ia ingin keajaiban sesekali datang padanya.

Sudah sejam lebih Abyan berada di ruangan itu, ia akhirnya memutuskan untuk kembali mengajar ke kampus. Namun sebelum itu ia berjalan ke bagian administrasi untuk membayar tagihan rumah sakit yang sudah jatuh tempo.

"Permisi mbak, saya ingin memenuhi surat yang kemarin dikirimkan pihak rumah sakit kerumah saya terkait biaya pengobatan oma saya yang sudah jatuh tempo"

"Oh? Tapi barusan saja ada seseorang yang telah melunaskan tagihan rumah sakit milik nyonya Lila" ucap wanita itu.

"Ha? Siapa mbak? Hanya saya keluarga yang bertanggung jawab atas nyonya Lila"

Lalu seorang pria dengan jas hitam datang dengan sombongnya memperlihatkan kertas kwitansi pelunasan rumah sakit.

"Lo nggak usah susah susah ngeluarin duit receh lo itu, mending lo simpan aja"  ucap pria itu seraya melirik Abyan.

"Bapak ini tadi yang bayarin tagihan rumah sakitnya nyonya Lila" ucap Pihak administrasi.

"Iyah betul itu gue" jawab pria itu.

Pria itu lalu tersenyum manis pada Abyan.

"Lo ngapain disini?" Tanya Abyan.

"Jenguk Oma" jawabnya.

"Tolong kembalikan uangnya mbak, pakai uang saya aja" ucap Abyan.

Wanita itu telrihat bingung.

"Udah mbak, nggak usah dengerin dia"

"Mbak tolong kembalikan semua uang yang udah dia kasih tadi, pakai uang saya aja" ucap Abyan.

Pria itu terlihat emosi sebab Abyan tidak mau mengalah dengannya.

"Mbak, sekali lagi saya ingin mengingatkan bahwa nyonya Lila Tirtayasa itu adalah tanggung jawab saya. Jadi saya mohon tolong jangan terima uang dari sembarang orang" ucap Abyan.

Akhirnya pihak administrasi mengembalikan uang yang telah di berikan sebelumnya kepada pria itu dan bahkan menolak uang yang akan dibayarkan untuk tagihan rumah sakit di bulan ini.

"Maaf pak ini uangnya saya kembalikan" ucap wanita itu yang hanya menerima uang dari Abyan.

"Terimakasih mbak" ucap Abyan.

Pria itu mengepalkan tangannya, ingin rasanya ia melayangkan pukulan kewajah adik kandungnya itu.

Abyan mengabaikan Adryan dan pergi. Adryan yang masih tak terima mengikuti Abyan dari belakang.

"Abyan?" Panggil Adryan.

Namun Abyan tidak menoleh sedikitpun.

"Abyan Pramana Tirtayasa, gue mau ngomong sama Lo" panggil Adryan.

Abyan menoleh begitu nama lengkap nya dipanggil.

"Mau ngomong apa?" Tanya Abyan.

"Lo rese banget sumpah"

"Lo hanya punya waktu satu menit untuk bicara sama gue dari sekarang" ucap Abyan.

Adryan sangat kesal, Abyan benar-benar menyebalkan.

"Waktu Lo tinggal 56 detik" ucap Abyan

"Kenapa Lo kembaliin uangnya? Lo keberatan gue bayarin uang tagihan rumah sakit Oma?"

"Iya gue keberatan, karena Oma tanggung jawab gue"

Adryan terkekeh, kedengaran sangat lucu saat Abyan mengatakan hal itu.

"Lo punya apa emangnya? Uang yang Lo punya gak akan mampu buat ngebiayain tagihan rumah sakit sebanyak itu. Udah lah Lo serahin aja Oma sama gue. Gue yang bakal ngerawat Oma dan Lo gak perlu repot-repot buat kerja kesana kemari untuk ngelunasin hutang Lo itu"

"Gue nggak akan biarin Oma jatuh ke tangan Lo"

"Sampai mana Lo bertahan menghadapi situasi ini?" Tanya Adryan yang membuat Abyan kehilangan kata-kata.

"Lo gak bisa jawab kan?"

Adryan memegang bahu adiknya.

"Lo lupa? Lo itu penyebab dari semua kekacauan yang ada yang ada didalam keluarga kita. Salah satunya Kematian bunda dan koma yang dialami Oma"

Abyan berbalik.

"Gue belum selesai ngomong Abyan, gak sopan banget ya Lo""

"Waktu Lo habis" ucap Abyan.

Abyan berbalik dan pergi meninggalkan Adryan yang terus memanggil namanya.

Perkataan Adryan sangat membekas di ingatan Abyan. Ia bahkan sangat hafal nada bicara kakak kandungnya itu, begitu menyakiti hatinya.

***

Ditempat lain.

"Kau kalah lagi Mario" ucap pria baruh baya yang mengambil semua uang milik Mario di atas meja.

"Ah sialan" ucap Mario.

“Abangku memang jago banget mainnya” puji seorang wanita disamping Mario.

Beberapa orang tertawa melihat kekalahan Mario.

"Gimana mau main lagi nggak?" Tanya pria paruh baya itu.

“Ayo lanjutlah mas, pasti kali ini menang”

"Ah sudah lah Siska, aku udah kalah. Uang ku udah habis" keluh Mario.

“Tenang aja mas, kamu itu kan adik iparnya bang Wijaya, dia bisa kasih kamu uang lagi”

"Iya, betul itu mario. Aku bisa kasih kau uang lagi" tawar pria paruh baya itu.

"Ah nggak usah lah... Utang ku udah terlalu banyak pak Wijaya, aku gak tau gimana cara lunasinnya" ucap Mario.

"Iya benar juga ya, hutang kau yang tiga tahun lalu juga belum kau lunaskan. Aku pun sudah nggak ingat lagi semua total hutang mu berapa"

Mario menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Ah Mario, udah lah gak usah kau pikirkan. Aku cuman bercanda, aku bisa kasih kau uang lagi, berapapun yang kau mau"

Wijaya menyenggol lengan adik perempuannya.

Mario melotot kaget mendengar perkataan Wijaya.

"Ah pak Wijaya ini bilang apa sih? Mana ada sih orang yang mau ngasih uang secara percuma"

Wijaya tertawa.

"Iyah itu memang benar, aku memang gak ngasih secara percuma. Ada jaminannya Mario"

"Apa itu jaminannya pak?" Tanya Mario.

"Mas Mario, kamu tau kan abang ku ini udah lama cerai dari istri - istrinya. Sekarang dia melajang, dan hidup sendiri. Jadi abangku mau menikah lagi, jadi tolong Carikan abangku calon istri Mas Mario"

"Calon istri?" Tanya Mario terkejut mendengarnya, mengingat usia wijaya tidak lagi muda.

"Iyah calon istri, kalau bisa yang masih muda" ucap Wijaya.

Mario terlihat sedikit ragu dengan permintaan itu.

“Aduh gimana yaa...”

“Gimana apanya mas? Kamu nggak mau bantu abangku?” tanya siska.

“Bukan aku nggak mau bantu tapi...” mario menjeda kalimatnya.

“Tapi apa mas?”

Mario terlihat berpikir keras, mengingat Wijaya adalah orang yang sangat kaya raya perempuan manapun di zaman sekarang pasti mau dengannya.

"Baiklah, Aku bisa mengusahakan nya pak, tapi calon istri bagaimana yang bapak mau? Aku pastikan aku akan mendapatkan nya" ucap Mario.

"Kau serius? Benar-benar mau mengusahakannya?" Tanya Wijaya menyakinkan Mario.

"Ya ampun pak Wijaya, apapun akan aku lakukan untuk bapak" ucap Mario.

Wijaya tersenyum puas mendengar jawaban Mario.

"Aku tertarik pada seorang gadis Mario"

"Siapa gadis itu pak? Katakan aja"

"Lidya Hanum putrimu" ucap Wijaya.

"Ha.. ha.. Hanum?" Mario terkejut.

"Iyah Lidya Hanum, putri kau itu cantik sekali. Aku suka setiap kali dia tersenyum dan tertawa" ucap Wijaya.

Mario tampak ragu merespon keinginan Wijaya. Ya meskipun Mario brengsek tapi Bagaimana bisa ia membiarkan putrinya menikah dengan pria tua bau tanah seperti Wijaya ini?

Mario terlihat berpikir keras. Hanum pasti akan menolak, terlebih lagi Ratna pasti sangat tidak setuju. Wijaya mengkode Siska untuk menghasut Mario.

“Mas, coba deh kamu pikir. Kalau hanum menikah dengan abangku, sudah sangat dipastikan bahwa hidupnya nggak akan sengsara, hanum tetap bisa sekolah dan kuliah dimanapun yang dia mau”

“Tapi apa Hanum mau? Dia masih sangat muda, Ratna pasti marah besar” Mario terlihat gusar.

“Mas hanum itu juga putriku, aku menginginkan masa depan yang baik buat Hanum. Kamu coba lihat di usianya yang masih muda seperti itu Ratna membiarkannya menjual gorengan keliling, ibu macam apa dia? Ratna bahkan nggak bisa memberikan kehidupan yang baik buat putrinya sendiri, beda sama aku mas... ya walaupun aku ini cuman ibu tirinya, tapi aku sayang sama hanum, aku ingin hanum itu tinggal menikmati apa yang ada aja. Menikah dengan abangku nggak akan buat hanum hidup susah”

Siska memegang lengan suaminya.

"Gimana Mario? Bisa nggak aku jadi menantumu?" Tanya Wijaya.

Wijaya lalu memberikan kunci mobil pada Mario.

"Ini hadiah dari ku, mahar apapun yang kau mau akan aku berikan Mario. Gimana?"

Mario masih berdiam diri menatap kunci mobil di atas meja.

"Masih kurang?" Tanya Wijaya.

Mario tidak menjawab.

Wijaya lalu memberikan sebuah black card kepada Mario. Mario semakin melotot melihat barang kecil itu, bagaimana tidak Black card adalah kartu kredit luar biasa yang dapat memberikan berbagai macam privilege. Pengguna dengan sesuka hati bisa membayar tagihan apa saja, berbelanja barang mewah sampai jalan-jalan keluar negeri.

"Pak Wijaya? Ini bapak serius?" Tanya Mario.

"Apa pernah aku bercanda Mario?"

"Tapi pak, bapak menghargai Hanum semahal ini? Dia hanya anak perempuan biasa. Gak punya pengalaman apapun, dia begitu polos dan lugu, terlebih lagi dia masih sekolah"

"Justru itu yang aku mau Mario. Aku benar-benar menyukai putrimu. Tenang aja setelah menikah dia masih bisa sekolah, aku biayain semua dia mau apa aja" ucap Wijaya.

“Mas ini kesempatan emas” bisik siska.

Tanpa berpikir panjang lagi Mario mengambil kunci mobil dan black card dihadapannya itu.

Mario tersenyum puas melihat benda berharga yang tak akan pernah bisa ia beli sampai kapanpun. Dan dengan hanya menikahkan putrinya dengan Wijaya dia bisa menjadi miliarder dadakan. Dan Tak perlu repot-repot lagi membayar hutang-hutangnya yang menumpuk kepada Wijaya.

Mario pun menerima tawaran itu.

"Baik pak Wijaya, aku sangat setuju. Kau boleh menikahi putriku, Hanum" ucap Mario.

Wijaya dan Siska tersenyum puas mendengar jawaban Mario.

"Besok aku mau ajak Hanum jalan boleh? Ayah mertua?" Tanya Wijaya.

"Boleh-boleh ajak lah dia jalan-jalan" ucap Mario.

Wijaya dan Siska sangat senang mendengarnya.

***

Three

Adryan pulang dengan kesal kerumahnya. Ia membuka pintu rumah dengan kasar sehingga membuat asisten rumah tangga diruang tamu terkejut. Ia lalu membentak asisten rumah tangganya yang tidak sengaja menjatuhkan gelas dari nampan.

"Maaf tuan Adryan, saya gak sengaja"

Adryan langsung mendorong wanita itu hingga jatuh dan tangannya mengenai pecahan beling di lantai.

"Gak becus banget ya Lo kerja!!! Kalau udah gak niat kerja mending Lo pergi dari rumah ini" bentak Adryan.

Anara yang melihat kejadian itu langsung menghampiri mereka.

"Adryan?? Kamu kenapa?" Tanya Anara seraya membantu berdiri asisten rumah tangganya.

"Nyonya maaf saya gak sengaja" ucap wanita itu.

"Tololl banget Lo jadi babu" maki Adryan.

"Lasmi!!!!" Teriak Anara memanggil asisten rumah tangga yang lain.

Lasmi pun segera datang.

"Bawa Ijah ke dapur dan tolong obati lukanya" suruh Anara.

"Baik nyonya... Ayo Ijah" Lasmi menuntun Ijah ke dapur.

Setelah kedua asisten rumah tangga itu pergi, Anara menatap Adryan suaminya dengan mata sinis.

"Kamu kenapa? Pulang-pulang kesetanan, bikin keributan sama Ijah"

"Aku tuh kesel banget hari ini"

"Siapa yang udah buat kamu kesal?" Tanya Anara.

"Abyan itu makin lama makin brengsek ya, sombong dan gak tau diri banget. Masa dia ngembaliin uang yang udah aku bayarkan buat tagihan rumah sakit Oma"

Anara terkejut. "Abyan? Ngembaliin uang kamu?"

"Iyah, lihat nih. Semuanya di kembalikan. dasar! miskin aja belagu!" Ucap Adryan seraya membuang uang itu ke lantai.

"Memangnya dia udah sekaya apa? Sampai nolak bantuan dari aku?" Sambung Adryan.

"Udah lah Adryan, jangan sampai gara-gara dia kamu lepas kontrol kayak gini. Ini baru dirumah loh, gimana kalau di kantor?"

"Maaf aku kelepasan, habisnya dia sombong banget. Kalau gak dirumah sakit udah aku tonjok itu mukanya" ucap Adryan.

Anara mengusap pelan bahu suaminya.

"Yaudah kamu bersih-bersih sana, tenangin tuh emosinya. Aku buatin kamu teh ya"

Adryan luluh dan mengusap pelan puncak kepala istrinya.

"Udah ya, jangan marah-marah lagi... Kamu buat aku takut"

"Iya aku minta maaf ya"

"Iya, yaudah sana ke kamar. Nanti aku susul"

Adryan menurut dan langsung naik ke tangga menuju kamarnya.

***

Setelah selesai jadwal mengajar nya di kampus, Abyan kembali ke kantor. Dia bekerja di perusahaan yang sedang merintis, tidak terlalu terkenal. Abyan bekerja di bagian pengembangan aplikasi, ia merancang dan mengembangkan update - update terbaru dari aplikasi game yang ia buat.

Hari-hari Abyan selalu dipenuhi dengan pekerjaan, ia berangkat pagi dan pulang larut malam. Dan apabila tidak ada jadwal mengajar di kampus, ia akan lembur di kantor.

"Tanggal muda, tanggal muda" ucap Rio.

"Ya Tuhan, semoga bos kasih bonus" ucap Ara.

"Jangan mimpi dapat bonus deh, gajian tepat waktu aja udah syukur" ucap Arumi.

"Iyah bener yang dibilang Rumi, gue gak harapin bonus apapun deh. Tapi kalau dikasih yah Alhamdulillah" Dimas ikutan menimbrung.

"Hehh ada apa ini kalian ngumpul-ngumpul?" Pak Andre datang dan membubarkan karyawan nya yang tengah ngerumpi.

"Eh pak Andre, good morning!!!" Sapa Dimas.

"Good morning pak Andre" sapa beberapa karyawan di tempat itu dengan wajah sumringah.

"Kenapa kalian senyum nya lebar banget kayak gitu? Awas robek tuh mulut" ucap pak Andre.

"Menyapa atasan setiap pagi itu merupakan aturan yang telah bapak buat selama bertahun-tahun dikantor ini" ucap Arumi.

"Iyah sudah lama memang aturan itu saya buat, tapi kalian ngucapin itu pas tanggal muda aja. Heran saya"

Mereka nyengir bagai kuda.

"Hehe jadi gimana nih pak Andre? Cair gak hari ini?" Tanya Rio.

"Gimana saya mau gaji kalian tepat waktu, kalian aja malas-malasan. Coba lihat tuh Abyan disaat kerja ya kerja, ga ada rumpi dan gosip" ucap pak Andre membanggakan karyawannya.

Abyan hanya fokus pada laptopnya.

"Si robot kulkas itu memang gitu pak, kayak ga ada warna kehidupan" sindir Rio.

Arumi langsung menampol nya dengan map.

"Jangan ngomong hal buruk tentang calon suami gue" ucap Arumi.

"Calon suami? Emang Abyan mau sama Lo?" Ucap Ara.

Pak Andre tertawa.

"Pak Abyan??" Panggil Pak Andre.

Abyan berhenti mengetik dan menatap datar orang-orang dihadapannya.

"Sudah lah mengetiknya, sini ikutan gabung. Jangan terlalu diforsir pekerjaannya"

Abyan melirik jam di tangannya.

"Mohon maaf pak saya hanya mengikuti aturan yang bapak buat selama bertahun-tahun bahwa saya tidak akan meninggalkan tempat duduk saya sebelum pekerjaan saya selesai"

"Wahh lihat kan, saya bangga sama kamu Abyan. Kalian contoh itu karyawan terbaik saya" puji Andre sambil bertepuk tangan.

"Gawatt!!!" Ucap Fio.

"Kenapa Fio?" Tanya pak Andre.

Abyan ikut menoleh ke sumber suara, terlihat Fio sedang panik di kursi kerjanya.

"Coba lihat laman komentar di aplikasi dating kita"

Mereka ikut membuka handphone dan membuka aplikasi dating yang mereka rancang, begitu juga Abyan yang meninggalkan laman kerjanya dan beralih membuka laman komentar aplikasi dating.

"Kok komentar nya buruk semua?" Panik Arumi.

"Coba cari tahu keluhan lainnya" ucap pak Andre.

Abyan dengan cepat membuka ruang obrolan di aplikasi dating tersebut, ternyata ada salah satu pengguna yang memakai foto palsu dan menipu orang-orang di aplikasi itu.

"Ada salah satu pengguna yang memakai foto palsu untuk menipu pengguna lainnya, bahkan sudah ada beberapa pengguna kita yang menjadi korban"

"Untuk solusi ini Berikan permintaan maaf terlebih dahulu, mari kita bahas permasalahan ini di ruang rapat" ucap pak Andre.

Mereka dengan segera membuat pernyataan maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi dan akan segera mengatasi permasalahan ini.

Setelah itu mereka merundingkan permasalahan ini ke ruang rapat.

"Polisi udah menghubungi pihak kantor kita, untuk memberikan pernyataan terkait masalah yang terjadi" ucap Abyan.

"Aduh gimana ini pak?? Apa mungkin kantor kita bakalan ditutup" Arumi gelisah.

"Huss jangan mikir macam-macam dulu" ucap Dimas.

"Saya akan coba lacak pengguna palsu ini" ucap Abyan.

Abyan dengan laptopnya mencoba melacak, suara ketikan pada keyboard itu menjadi suara utama yang terdengar diruangan itu.

Sedangkan yang lain sibuk memantau apakah ada lagi laporan atau rating buruk yang masuk pada aplikasi dating mereka.

"Ratingnya makin buruk" ucap Fio.

"Komentar juga pedas semua, melebihi seblak ini" ucap Ara.

Pak Andre begitu frustasi, awal bulan ini ia dihantam masalah begitu saja.

***

Adryan yang sedang duduk di sofa tertawa terbahak – bahak sambil melihat handphone nya.

“Heh... kenapa kamu?” tanya Sadam

"Papa harus lihat ini" Adryan memberikan handphone nya yang berisi berita terkait aplikasi dating yang dikelola oleh perusahaan Abyan.

Sadam membaca berita itu.

"Mereka lagi terkena scandal?" Tanya Sadam.

"Iyah yang lebih parahnya lagi, ada korban didalamnya" Adryan tertawa puas.

"Dia memang anak pembawa sial, dia pantas dapatin itu" ucap Sadam.

Adryan dan Abyan lahir dari ibu yang sama, mereka kembar tak identik. Sifat dan tingkah laku mereka sangat bertolak belakang. Sejak kecil mereka tidak pernah berada di lingkungan yang sama, Sadam meninggalkan kedua anaknya dan Liana (Istrinya) di Pontianak, sedangkan Sadam membawa Adryan untuk tinggal di luar negri mengurus bisnis perusahaan.

Sebuah fakta mengejutkan bahwa ternyata sebelum menikahi Liana, Sadam sudah menikah dengan wanita lain dan kini wanita itu tengah mengandung anak ke dua mereka. Hati Liana sangat hancur, terlebih lagi ketika Sadam memboyong mereka ke Jakarta dan tinggal dirumah mereka.

Setelah menghabiskan masa-masa indah rumah tangganya di luar negeri Sadam dan keluarganya pulang ke Jakarta. Liana tidak pernah dianggap lagi sebagai istri bahkan Adryan pun mengabaikannya. Kepulangan Liana kerumah itu hanya untuk dijadikan sebagai pembantu dan menuruti keinginan Alexa.

Alexa menyiksa Liana habis – habisan, memfitnahnya, berbagai cara dia lakukan agar Liana menderita.

“Bertahun – tahun Sadam ninggalin aku, seorang diri hanya untuk hidup bersama kamu perempuan jalang!!!!! Sekarang kamu rasain akibat dari ngerebut suami orang”

Alexa menyakitinya, selalu menjambak rambutnya, menamparnya bahkan didepan Sadam, pria itu bahkan tidak perduli.

Menikah dengan Liana adalah paksaan dari kedua orang tuanya. Dan setelah perusahaan tambang itu sudah menjadi miliknya Sadam menceraikan Liana.

“Mama minta maaf Liana, Mama juga tidak tahu bahwa ternyata mereka sudah menikah”

Liana sangat sedih, bahwa ternyata ia hanya dijadikan alat untuk Sadam memperluas kekayaannya.  Hingga pada akhirnya Liana bercerai dengan Sadam dan mendapatkan kebebasan. Sebelum ayah mertuanya meninggal dunia, Liana diberikan sebuah rumah mewah bernilai 150 milyar serta Marketing Agency untuk dikelola saat Abyan tumbuh dewasa.

Dan hal itu membuat Sadam amat sangat marah dan berupaya untuk mencelakai istrinya sendiri.

***

Setelah begitu cukup lama Abyan mengetik dan menatap monitor, akhirnya mereka mendengar keyboard berhenti diketik.

Mereka menatap Abyan dengan raut wajah penuh harapan.

Abyan yang ditatap peka akan hal itu, pasti mereka khawatir sejak tadi. Bahkan tidak berani untuk mengambil minum karena sibuk memantau laman aplikasi.

"Dapat!" Ucap Abyan.

Mereka menghembuskan nafas panjang tanda perasaan mereka begitu lega.

Mereka mendekati Abyan dan melihat layar laptop. Abyan berhasil melacak, bahkan mencari data asli si pengguna. Ternyata pengguna palsu itu pernah terdaftar beberapa kali pada aplikasi yang berbeda.

"Ini yang waktu itu nipu kakak gue" Ucap Fio.

"Kurang ajar bener, kata korbannya barang – barangnya dirampok" ucap Rio.

"Iya, perhiasan, handphone, motor juga diambil" tambah Ara.

"Kita harus kasih data ini ke kantor polisi" ucap Abyan.

Maka dari itu Abyan dan pak Andre bergegas mendatangi kantor polisi untuk memberikan data yang telah mereka dapat.

Akhirnya kerja keras Abyan berhasil, polisi segera mencari pelaku dan menjebloskan nya ke dalam penjara.

Abyan merasa lega, ia akhirnya berhasil melewati peristiwa yang begitu sulit dan terasa panjang hari ini.

Abyan pun segera melakukan konferensi pers untuk menindaklanjuti aplikasi dating yang sudah merambah ke segala penjuru.

"Sebelumnya kami meminta maaf atas ketidaknyamanan pengguna. Kami juga paham pasti kalian merasa was-was setelah kejadian ini terjadi, maka dari itu kami telah membuat update terbaru dari aplikasi dating yaitu scanner"

"Apa itu scanner? Jadi di update terbaru ini scanner berfungsi untuk mendeteksi pengguna palsu yang menggunakan foto atau data data palsu. Jadi ketika ada pengguna baru yang ingin mendaftar maka kami akan mengecek data dan foto secara teliti. Apabila pengguna itu palsu maka dia tidak dapat mendaftar dan datanya akan segera kami blacklist" ucap Abyan di konferensi pers nya di hadapan media.

"Lalu bagaimana dengan pengguna lama?" Tanya salah satu awak media.

"Nah scanner ini bukan hanya berfungsi untuk pengguna baru aja, scanner berfungsi untuk pengguna lama. Jadi setelah di update pengguna lama akan diminta untuk mengisi kembali data dan foto profil pada laman formulir"

“Bukan hanya itu saja, kami juga telah membuat beberapa update tan terbaru dari aplikasi dating kami, yakni kami menambahkan banyak fitur game yang menarik. Yang pasti akan membuat pengguna semakin nyaman menggunakan aplikasi tersebut. jadi di aplikasi ini kita nggak hanya dapat pacar tapi juga dapat memperluas pertemanan”

“Para pengguna nggak perlu khawatir lagi, nggak akan ada lagi penipu – penipu yang berkeliaran. Karena dengan update terbaru ini kami jamin aman”

Para media merekam dan segera meluncurkan berita terkait perusahaan yang nyawanya hampir terancam ini.

Begitu berita dan siaran konferensi diadakan, komentar positif dan rating kembali naik.

Bahkan unduhan meningkat menjadi 80 persen saat Fio mengeceknya.

Aplikasi mereka trending dan pihak korban tidak jadi menutup kantor mereka.

"Wihh gaji naik" teriak Fio.

Mereka langsung mengecek rekening mereka.

"Wah iya nih, baru di transfer juga" ucap Dimas.

Abyan pun mengakhiri konferensi pers nya dengan media. Ia menghampiri rekan kerjanya yang menunggu di luar ruangan.

"Kerja bagus" ucap pak Andre menepuk bahu Abyan.

"Abyan berkat Lo semua berjalan baik" puji Arumi.

"Mantap Bian" ucap Rio.

"Ayo pak Andre traktir kami makan" ucap Ara.

"Boleh boleh, mau makan apa kalian?" Tanya pak Andre.

"Korean food yuk"

"Tanya Abyan, dia mau nggak?

"Terserah kalian aja" ucap Abyan.

Suara mereka perlahan terdengar pelan meninggalkan ruangan itu.

Abyan tersenyum lega melihat rekan-rekannya ceria kembali.

***

Mario akhirnya pulang kerumah setelah seminggu tidak pulang, ia memarkirkan mobil nya dihalaman rumah. Ia sangat kegirangan, namun beberapa tetangga mencibirnya. Bagaimana tidak? Keluarga mereka sangat susah, belanja pun mengutang kesana kemari. Mario hanya seorang pengangguran yang gemar berjudi dan mabuk mabukan. Dan sekarang begitu pulang ia mendatangi beberapa teman dan tetangga yang pernah ia hutangi dan melunaskan semuanya tanpa tertinggal sepeserpun.

"Kerja apa sekarang pak Mario?" Tanya salah satu tetangganya.

"Bisnis" jawabnya sombong.

Mario lalu pulang kerumah, ia menemukan Hanum dan istrinya tengah mempersiapkan dagangan untuk jualan.

“Hanum buatin ayah kopi” Mario duduk di kursi dan mengangkat kedua kakinya ke atas meja.

Hanum menatap ayahnya dengan tatapan tidak suka, Ratna lalu memberikan kode untuk Hanum pergi ke dapur.

“Kamu ingat pulang mas? Masih ingat punya anak istri disini?” tanya ratna.

“Apasih? Pagi – pagi udah cari masalah”

“Seharusnya kamu itu mikir, kita punya anak yang harus dibiayain. Semua uang kamu hamburkan buat istri mudamu itu”

Mario sangat kesal, Mario lalu melemparkan amplop coklat berisi uang ke wajah ratna.

"Hari ini gak usah capek-capek keliling jualan lagi" titah Mario.

Ratna terkejut, dan mengambil amplop coklat tersebut.

"Apa ini mas?" Tanya Ratna.

"Uang buat kalian"

"Dari mana kamu dapat uang sebanyak itu? Kamu habis ngapain?" Tanya Ratna.

"Ya kerja lah"

"Bohong, kerja apa kamu? Atau Kamu main judi? Ini uang hasil judi?"

Mario sangat kesal.

"Kamu itu banyak tanya banget ya, tinggal diterima aja apa susah nya sih? Aku capek-capek cari uang bukannya bersyukur malah ditanya yang aneh-aneh"

"Aku gak mau Nerima uang ini kalau hasil judi ya mas" tolak Ratna.

"Aku nggak main judi, aku kerja. Aku seminggu nggak pulang itu aku lagi cari kerja buat lunasin semua hutang yang kita punya sama tetangga kita"

Ratna masih tidak percaya, bagaimana bisa dalam waktu 1 Minggu suaminya mendapatkan uang sebanyak itu? Ratna punya firasat yang tidak enak terhadap suaminya.

Mario lalu menatap Hanum yang datang seraya membawa nampan berisi secangkir kopi. Mungkin ini waktu yang tepat untuk berbicara mengenai lamaran dari pak Wijaya.

"Hanum siap-siap kamu, ada yang mau ketemu sama kamu" ucap Mario.

"Siapa Yah?" Tanya Hanum.

"Alah nanti kamu tau sendiri" ucap Mario.

"Oh ya bila perlu pakai pakaian yang cantik ya Hanum"

Hanum merasa heran, karena tak biasanya ada orang yang ingin bertemu dengannya. Dia tidak seterkenal itu hingga ada orang yang ingin bertemu dengannya.

"Emang siapa yang mau ketemu Hanum?" Tanya Ratna.

"Wijaya" jawab Mario.

Ratna terkejut, sebab Wijaya yang ia kenal adalah pria tua kaya raya yang selalu meminjamkan mereka uang.

"Wijaya? Maksud kamu pak Wijaya? Yang sering kamu hutangin itu? Abang dari pelakor itu??" Tanya Ratna memastikan.

"Yang bagus ucapan kamu itu yaa... dia bukan pelakor, dia istriku? Dia orang baik yang selalu nolong Kita" ucap Mario.

"Astagfirullah mas, kamu waras? Wijaya mau ketemu putri kita? Mau apa dia?" Tanya Ratna lagi.

"Banyak tanya kamu, sudah bantu aja Hanum siap-siap. Dandanin yang cantik"

"Aku nggak mau, sebelum kamu kasih tau aku apa tujuan pria tua Bangka itu ketemu putri kita?"

"Wijaya suka sama Hanum" ucap Mario.

Ratna semakin terkejut.

"Dia mau menikah sama Hanum" sambung Mario.

"Terus?? Kamu mau bantu Wijaya buat deketin Hanum gitu? Kamu mau nikahin putri kita sama dia?"

"Kalau iya kenapa? Hanum juga udah dewasa kan? Gak perlu repot-repot cari calon suami untuk dia, ada yang mau yaudah syukurin aja. Kita bisa dapat banyak uang karena udah bantu wijaya"

Ratna menampar Mario.

"Gila kamu ya mas, gak ridho aku kalau putriku kamu jodohin sama kakek-kakek kayak dia. Ayah macam apa kamu ini? Dia itu darah dagingmu. Sanggup kamu ya mas menukar dia demi memperkaya diri. Atas hasutan siapa kamu begini? Perempuan itu kan?? Pelakor itu kan?"

Mario kesal, ia menjambak rambut istrinya dengan kuat, Hanum langsung berdiri dan memegang lengan ayah nya untuk melepaskannya dari rambut ibunya. Ratna menjerit kesakitan.

"Ayah lepasin ibu"

"Minggir Hanum, jangan ikut campur"

"Lepasin ibu ku" teriak Hanum.

"Kau dengar ya Ratna, kalau bukan karena Wijaya kita gak akan mungkin bisa hidup. Wijaya udah ngasih uang ke kita, modalin kerjaan aku" ucap Mario.

"Aku bisa nafkahin putri ku sendiri, masalah hutang itu urusan kamu sama dia. Jangan bawa-bawa putriku"

Mario mendorong Ratna hingga jatuh dan hendak memukulnya dengan tangannya namun Hanum mendorong ayahnya dengan kuat.

Hanum memeluk ibunya dan menangis.

"Kurang ajar!!!" Teriak Mario.

"Cukup yah cukup" mohon Hanum.

"Kau bilang apa tadi?? Jangan bawa-bawa putri mu? Dia juga anakku, aku juga berhak ngatur hidupnya" ucap Mario.

“Memangnya kau sudah sebagus apa jadi ibu? Untung ada Siska yang masih mikirin gimana nasib Hanum kedepannya”

Mario mencampakkan cangkir berisi kopi tersebut ke lantai dan pergi.

***

Malam harinya, Hanum tengah duduk diruang tamu dengan perasaan takut dan sedih.

"Eh anak ayah kok belum siap – siap sih? Pagi tadi ayah bilang apa hanum?" ucap Mario.

Hanum hanya diam menatap ayahnya dan siska dengan kesal.

"Ada orang yang mau ketemu sama kamu, tolong wajah nya jangan cemberut kayak gitu" ucap Mario.

"Ayah bener bener tega ya" ucap Hanum.

"Dia itu orang baik Hanum" ucap Mario.

“Orang baik nggak kayak gitu ayah...” Hanum meneteskan air matanya.

“Aduh sayang jangan nagis dong... kamu harus kelihatan cantik” ucap Siska.

Hanum menarik wajahnya, “Jangan sentuh aku”

Tak lama kemudian terdengar suara mobil, Hanum ingin beranjak pergi namun Mario melarangnya.

"Eh kamu mau kemana? kamu duduk sini aja. Jangan kemana-mana" ucap Mario.

Ditemani Ratna, Hanum duduk di sofa.

"Ada ibu yang akan jaga kamu" ucap Ratna.

Diluar Mario menyambut kedatangan Wijaya.

"Akhirnya calon mantu datang juga" ucap Mario.

"Mana hanum?" Tanya Wijaya.

"Menunggu pak Wijaya didalam" ucap Mario.

Mendengar itu Wijaya terlihat bersemangat dan berjalan mendahului tuan rumah.

Wijaya masuk kedalam dan melihat Hanum duduk di sofa.

"Assalamualaikum" ucap Wijaya.

"Waalaikumussalam" jawab mereka.

Wijaya terenyum lebar, ia terlihat mengerikan Dimata Hanum.

"Hanum kok gak di suruh duduk sih om Wijaya nya?" Tanya Siska.

"Oh? Duduk kek" ucap Hanum.

Siska melototi mario karena perkataan kasar putrinya. Mario peka akan hal itu dan mencubit lengan putrinya.

"Yang sopan dikit manggilnya, panggil pak Wijaya" bisik Mario.

Hanum kesakitan karena Mario mencubit lengannya.

"Maaf pak Wijaya" ucap Hanum.

"Gapapa Hanum, Mario kau jangan lah kasar sama Hanum. Kasihan" ucap Wijaya.

Mario menyenggol lengan istrinya, Ratna lalu memberikan minuman dan camilan untuk Wijaya.

Raut wajah Ratna yang menarik perhatian Hanum, ia tau pasti ibunya saat ini sedang terluka.

Ibunya begitu murung, dan terus memegang lengan Hanum.

"Silahkan dinikmati pak Wijaya" ucap Mario.

Wijaya hanya tersenyum menatap Hanum. Sungguh Hanum merasa tidak nyaman, perasaannya pun semakin tidak enak, ia risih karena menjadi pusat perhatian Wijaya.

"Hanum kamu cantik sekali ya" puji Wijaya.

Hanum tersenyum canggung.

"Kamu umur berapa sekarang?" Tanya Wijaya.

"16 tahun"

Wijaya semakin senang mendengarnya.

"Wah masih muda sekali ya Hanum" ucap Wijaya.

Senyum menyeringai itu benar-benar membuat Hanum merinding.

"Jadi pak Wijaya yang mau ketemu aku" ucap Hanum.

"Ya ini pak Wijaya yang mau ketemu sama kamu" ucap Mario.

"Kenapa pak wijaya mau ketemu sama saya? Ada keperluan apa ya?" Tanya Hanum.

"Hanum saya suka sama kamu"

Mata Hanum tak dapat berkedip ketika Wijaya dengan tidak tahu malunya mengungkapkan perasaannya.

Suka dia bilang?? Gak lihat kah umurnya sudah tua sedangkan aku masih belasan tahun. Apakah pak Wijaya ini waras?

"Jadi maksudnya?"

"Hanum, pertama kali lihat kamu saya benar-benar terpesona sama kecantikan kamu Hanum"

"Kenapa bisa? Bapak kan tau saya ini masih belasan tahun"

Hanum terlihat berani.

Ratna yang ingin membuka suara kakinya di pijak oleh Mario.

"Makanya itu saya juga ngga tau nih Hanum kenapa hati saya bisa terpikat sama kamu" ucap Wijaya.

Hanum ingin muntah rasanya.

"Saya sangat mencintai kamu Hanum, sangat..."

“Tapi saya sudah punya pacar” ucap Hanum.

“Apa – apaan kamu ini Hanum?”

“Ohh jadi kamu sudah punya pacar ya?” tanya Wijaya.

“Apa kurang jelas ya tadi aku ngomongnya?”

“Jangan percaya omongan nya Hanum pak wijaya, dia emang suka gitu”

“Nggak masalah, justru saya makin suka”

Hanum semakin merinding mendengarnya.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!