“Mas, hentikan,” Anna terus meminta untuk menyudahi hubungan panas yang terjadi antara dirinya dengan suaminya, Liam.
Tidak memperdulikan Liam tengah menikmati permainannya, pria itu terus memacu tubuh Anna yang sangat nikmat baginya. Meskipun Anna terus meminta untuk menyudahi dibawah sana tapi Liam tetap menggempur sampai mendapatkan puncak.
“Tunggu, Sayang… Sebentar lagi aku akan sampai, aaaaahhhhhh!” tubuh Liam menegang sempurna karena mendapatkan pelepasan untuk pertama kalinya.
Anna langsung mendorong tubuh Liam hingga penyatuan tubuh mereka terlepas. Dorongan Anna mendapatkan tatapan sangat tajam dan penuh menyelidik dari Liam. Seolah merasa jijik dan benci, padahal Liam adalah suaminya sendiri.
Apa yang membuat Liam heran, ya karena mereka menikah berdasarkan cinta bukan perjodohan. Sudah lebih dari seminggu Anna terus bersikap sama setiap melakukan hubungan suami istri. Seperti enggan melayani dan seperti benci kepada Liam. Sebenarnya hal apa yang membuat Anna seperti itu?
“Aku boleh bertanya padamu, Anna,” Liam mulai membicarakan masalah yang sangat menganggu pikirannya beberapa hari ini.
Anna tengah memakai pakaiannya kembali, tanpa menoleh kearah Liam sedikitpun. Hanya diam duduk membelakangi pria tersebut, tanpa Liam sadari jika Anna tengah menyembunyikan perasaan bersalahnya.
“Ntah aku yang berlebihan atau tidak, tapi sepertinya sudah seminggu ini kau seakan tidak mau melayani aku,” ucap Liam ekspresi wajahnya sangat tajam tapi ada kesedihan dimata tajam itu.
Susah payah Anna menelan ludahnya karena apa yang Liam tanyakan. Sudah lama Anna menunggu Liam membahas semua ini, akhirnya yang ia tunggu datang juga tapi anehnya kenapa Anna malah takut.
“Apa ada yang salah pada setiap sentuhanku? Katakan jika memang seperti itu, Anna,” Liam memegang tangan Anna dengan sangat erat.
Pegangan Liam membuat hati Anna semakin berantakan, ia sangat berat untuk mengatakan hal selanjutnya. “Mas, pertama aku akan mengatakan jika tidak ada masalah dalam setiap sentuhan yang kau berikan.”
“Lalu kenapa kau seakan diam seperti pohon setiap aku menyentuhmu?”
Anna memberanikan diri menatap Liam, dan jantungnya berdebar sangat kencang. “Sudah seminggu, Anna. Sudah seminggu kau terus bertingkah sama seperti ini, jika memang ada kekurangan… tolong kau katakan saja.”
Tidak ada yang bisa mendeskripsikan seperti apa perasaan hati Anna saat ini. Tangan Anna menggenggam erat tangan Liam, tapi tidak lama karena ia terus menjauhkan tangan suaminya tersebut. Semua tindakan Anna mendapatkan perhatian aneh dari Liam, bukan tindakan yang sering Anna berikan padanya.
“Aku tidak bergairah padamu, lebih tepatnya kau tidak membuatku puas dalam hal ranjang, Mas.”
“Apa? Co… cob… Coba katakan sekali lagi, Anna,” Liam masih belum percaya lebih tepatnya merasa jika semua yang Anna katakan hanyalah candaan belaka.
Anna menatap intens Liam, tanpa kedip dan penuh keberanian ia menatap pria yang sangat ia cintai itu. “Aku tidak bernapsu padamu, Mas. Semuanya hanya palsu, aku tidak puas dalam hal ranjang.”
“Kau tahu, Anna… Semua yang kau katakan ini sangat menyakiti hatiku,” ucap Liam, ia bangkit dari duduknya hingga kini dalam posisi menatap Anna. “Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu dengan sangat mudah dan apa yang kau katakan tadi… tidak bernapsu?” Liam tertawa kencang tapi terdengar sangat menyakitkan di telinga Anna.
Hanya sebentar Liam tertawa, ia memegang pundak Anna terus menggoyangkan pundak wanita yang sangat ia cintai. Seolah meminta penjelasan pada Anna, mengapa bisa merasakan hal seperti yang sama sekali tidak pernah ia duga.
“Kau bohongkan, Sayang?” Liam ingin memastikan lagi jika semua ini hanya candaan saja.
Tidak ada seperti tanda-tanda jika lagi bercanda diwajah cantik Anna. Wanita cantik berusia 26 tahun itu menatap Liam sangat serius dan sangat dalam, tidak ada tatapan penuh cinta lagi.
“Aku serius, Mas. Maafkan aku selama ini berpura-pura seperti sangat menyukai sentuhanmu.”
“Kau berpura-pura menyukainya?” Liam berdecak, ia menekan kuat pundak Anna mungkin saja ulahnya itu akan menciptakan rasa sakit.
“Demi membuat hatimu senang, satu hal yang paling penting. Karna aku tidak puas denganmu jadi aku ingin kita segera bercerai, Mas,” tanpa ragu Anna mengatakan itu, ia sudah sangat yakin dengan pilihan hidupnya.
Tangan Liam menjauh dari pundak Anna, seolah bergetar menahan rasa sakit didadanya. Ia menatap tidak menyangka kepada Anna yang kini sudah bangkit menuju lemari mengambil tas besar.
“Anna, hentikan. Jangan lakukan tindakan kejam ini, aku tidak bisa hidup tanpamu, Anna!” pinta Liam, ia terus merayu Anna untuk jangan pergi atau bahkan meminta bercerai.
Anna seakan tuli, ia membuka tas besar tersebut memasukkan pakaian tidak terlalu banyak. Karena Anna merasa semua pakaian mewah yang terpajang di lemari mahal tersebut bukanlah harta miliknya.
“Tidak akan ada yang bisa menghentikan keinginanku kali ini, Mas. Aku sangat ingin berpisah murni karena aku tidak puas pada setiap sentuhanmu!” Anna mencoba menjelaskan kepada Liam yang tidak kunjung mengerti.
Kepala Liam terus menggeleng tidak percaya dengan apa yang Anna katakan. Merebut paksa tas besar tersebut, ia meraih tangan Anna ya meskipun terus mendapatkan penolakan.
“Aku akan belajar lebih lagi agar kau menyukai dan merasakan puas, Anna. Tolong jangan pergi dariku,” pinta Liam dengan sesungguhnya.
Hati Anna sangat sakit melihat Liam yang sangat kacau didepannya, dari pertama kali mereka bertemu hingga menikah selama tiga bulan tidak pernah sedikitpun Anna merasa kekurangan kasih sayang dan cinta dari Liam. Hanya saja masa mereka untuk bersama sudah habis, tidak ada hal yang bisa membuat mereka bisa tetap menjalani pernikahan lagi.
“Aku tetap mau kita berpisah, Mas. Aku tidak mau hidup denganmu lagi, semakin lama aku hanya semakin muak padamu,” ucap Anna dengan penuh kebohongan.
“Sampai kapan aku harus terus hidup dalam pura-pura? Terus bersikap seolah sangat mencintaimu padahal yang membuat aku bertahan adalah karna hartamu saja.”
“Tidak mungkin!”
“Itulah faktanya, Liam! Kau harus menerima itu, aku memang tidak mencintaimu. Yang dikatakan Ibumu benar, jika aku… Anna tidak pernah mencintaimu dengan tulus!” Anna bangkit merebut tasnya dari tangan Liam kembali memasukkan baju bajunya yang tergeletak di lantai.
Tangan Liam saling mengepal erat menatap Anna yang tetap kekeh dengan pilihan sepihaknya. Dengan sangat kejam meminta cerai disaat Liam sendiri sangat mencintai Anna tanpa kurang sedikitpun. Bagi Liam kebahagiaan akan adalah utama, jika memang Anna tidak bahagia dalam hidupnya maka Liam harus tetap bisa melepaskannya.
“Baiklah, aku akan melepaskanmu. Kita akan bercerai sesuai dengan keinginanmu, pergilah dari hidupku jika itu yang bisa membuatmu bahagia.”
Ucapan Liam membuat pergerakan tangan Anna terhenti, tangannya gemetar mendengar Liam sangat lantang mengatakan hal tadi. Seharusnya Anna senang bukan karena pada akhirnya Liam menerima semua permintaan untuk berpisah. Lalu, kenapa seakan sekarang Anna sedih mendengar jika Liam telah setuju.
Tanpa sengaja dan tanpa diminta air mata Anna jatuh membasahi pipinya. Dengan gerakan cepat Anna menghapus air mata tersebut, ia menoleh kearah Liam. Ternyata pria itu berdiri membelakanginya, mata Anna sendiri melihat tangan Liam saling mengepal erat seolah sangat menyimpan amarah.
“Anna Adeline, mulai saat ini dan detik ini kau bukanlah istriku lagi. Aku menjatuhkan talak tiga padamu!” Sangat lantang Liam mengucapkan kata itu, tanpa ragu sedikitpun.
Sampai Anna memejamkan mata mendengar semua ucapan sakral itu, ia menahan air matanya yang akan jatuh lagi. Liam tidak ada berbalik badan sedikitpun, tetap diam di tempat tanpa Anna tahu jika Liam tengah menangis.
Hati Liam sangat sakit mendapatkan fakta jika Anna tidak mencintai dirinya selama ini. Tidak merasakan kepuasan setiap sentuhan yang telah mereka lakukan selama tiga bulan. Siapa sangka jika semua perlakuan manis dan ungkapan cinta Anna selama ini hanyalah pura-pura saja.
“Terimakasih, Mas. Sudah melepaskan aku dari beban berat ini, aku ucapkan sekali lagi… terimakasih,” ucap Anna setulus hati dengan mata memerah menahan air mata.
Ucapan terimakasih Anna seolah sebagai anak panah yang menancap dihati Liam. Pria itu tidak kuat untuk menoleh kearah Anna, menatap wanita itu sekali lagi sebelum pergi dari kehidupannya. Mungkin saja Liam tidak akan bertemu dengan Anna lagi, mungkin saja Liam tidak akan pernah mendapatkan senyuman manis Anna lagi.
“Cepatlah pergi dari sini, Anna. Aku tidak mau melihatmu lagi, yang ada dihatiku sekarang adalah rasa benci saja….”
Liam menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan apa yang ingin ia katakan. Memejamkan mata hingga air matanya jatuh kembali, kedua tangan juga saling mengepal erat hingga memutih.
“Mulai saat ini dan seterusnya aku sangat membencimu! Enyahlah dari kehidupanku selamanya, Anna!” teriak Liam dengan sangat lantang dan menyedihkan.
Langsung Liam berlalu pergi meninggalkan Anna seorang diri dikamar. Berjalan cepat mencari tempat yang bisa menenangkan perasaannya saat ini. Tidak ada yang Liam pikirkan kecuali segera membuat Anna pergi jauh jauh dari pikirannya.
Sementara Anna disaat Liam pergi dari kamar langsung menangis sesenggukan. Memukul dadanya yang sangat sakit, Anna mengkhianati hatinya sendiri sepanjang waktu dan sepanjang ucapannya pada Liam. Padahal yang sebenarnya Anna sangat ingin terus hidup bersama dengan Liam, mendapatkan cinta dari pria itu adalah kebahagiaan yang sempurna dari Anna.
Terlebih lagi Anna hanya memiliki Liam saja dalam hidupnya, pria yang telah mencintai Anna dengan setulus hati. Tanpa memandang siapa Anna sebenarnya, dari mana berasal. Yang terpenting bersama dengan Liam membuat Anna merasa sangat dicintai, sayangnya hubungan mereka tidak bisa bertahan diatas Ibu Liam yang tidak pernah setuju.
Tanpa sepengetahuan kedua orang yang terus salah paham akan perasaan sendiri sebenarnya ada Sophia yang menyaksikan dari awal keributan mereka. Ya, Shopia yang membuat Anna mengambil keputusan untuk berpisah.
“Tindakan bagus, Anna. Aku tidak menyangka jika kau akan secepat ini mengambil keputusan untuk berpisah dengan anakku.”
Tubuh Anna langsung bangkit karena mendengar ucapan Shopia. Anna mengambil tas besarnya sebelum pergi juga menyempatkan memakai pakaian yang lebih pantas lagi.
“Tenang saja karena Liam tidak akan menderita seperti tadi, dia akan segera mendapatkan pujaan hati yang lain,” ucap Shopia dengan sangat angkuhnya kepada Anna.
Tangan Anna yang tengah mengikat rambut saja jadi terhenti, ia menoleh kearah Shopia yang sangat bahagia karena perpisahan mereka.
“Kau hanyalah wanita miskin, tidak seharusnya kau mau menikah dengan putraku. Jika kau sadar diri lebih cepat pasti aku tidak perlu capek-capek memaksamu untuk meminta cerai bukan?”
Jadi, Shopia menyalahkan Anna kali ini. Sejujurnya Anna tidak tahu terbuat dari apa hati Shopia ini, mengapa kejam dan tidak punya hati. Padahal Anna selalu melakukan hal terbaik sebagai menantu selama ini, tapi tidak ada gunanya dimata wanita tua itu.
“Kau baik, hanya saja miskin dan tidak memiliki pekerjaan yang luar biasa. Hal itu yang sangat menganggu keluarga kami jika kau sangat ingin terus bersama anakku.”
Tidak ada jawaban apapun dari Anna hanya tetap diam meraih sendal jepitnya. “Liam bisa menerimamu tapi keluarga kami tidak, ingatlah ini, Anna… Jangan pernah kembali lagi mengusik hati anakku!” ucap Shopia dengan sangat kejamnya.
Bahkan Shopia mendorong Anna hingga tersungkur di lantai, tangan Anna terluka tentunya karena terbentur lantai sangat keras. “Cepatlah pergi, Miskin! Kau menjijikkan!” teriak Shopia, merasa tidak sabaran padahal Anna juga akan pergi.
Anna tidak mau menangis didepan Shopia, meskipun ingin sekali Anna membalas semua perlakuan kejam ini. Tapi, Anna sadar ada cara yang lebih elegan dan menakjubkan untuk membalas penghinaan Shopia. Yaitu berubah menjadi lebih baik, Anna akan membuktikan kemampuan dan kekuatan dirinya melalui penghinaan ini.
“Pelayan!” Shopia berteriak memanggil pelayan, sehingga dua pelayan masuk kedalam kamar Anna dengan terburu-buru. “Cepat bawa dia pergi! Dia bukan Nona muda kalian lagi, usir dia dengan cara yang kasar!” perintah Shopia tidak terbantahkan.
Pelayan tersebut melakukan semua perintah Shopia, menarik tangan Anna bahkan tidak membiarkan Anna membawa pakaiannya. Tubuh Anna diseret selayaknya sampah yang menjijikkan, sementara Shopia terus tertawa dengan semua penderitaan yang Anna rasakan. Tidak perduli dengan raungan permintaan tolong dan ampun dari Anna, Shopia tetap gelap mata memperlakukan mantan menantunya itu.
Tubuh Anna dicampakkan begitu saja oleh para pelayan tepat didepan pintu Mansion. Dari kejauhan sana Anna melihat Liam berdiri di area ruang tengah sana, bahkan perlakuan buruk yang Anna dapatkan kali ini tidak membuat Liam berkutik disana.
“Keputusanku benar, yaitu… cerai dari Liam, menjauh dari keluarga penuh aturan ini.”
Kekecewaan sangat besar menghantam hati Anna, padahal ia sangat mencintai Liam yang selalu saja mendukung dirinya dalam keadaan apapun. Tapi, semua itu telah tergantikan dengan rasa benci dan muak.
“Aku akan buktikan pada keluarga Alexander yang kaya ini, bahwa aku sangat bisa bangkit tanpa bantuan putra mereka!” Anna sangat tegas mengatakannya meskipun mendapatkan ejekan keras dari para pelayan.
“Bawa dia pergi, Pelayan!” perintah Liam dari kejauhan sana, meskipun kini telah berbalik badan dengan tangan memegang minuman anggur. “Sampai matipun jangan izinkan dia masuk kedalam kehidupanku!”
Satu tahun berlalu…
Setiap masalah dan penderitaan hidup telah Anna perbaiki meskipun semua sangat tidak mudah baginya. Anna terus yakin jika semua kegelapan yang menimpa hidupnya akan tergantikan dengan kebahagiaan yang tidak terlupakan. Semua kesabaran dan kegigihannya telah membuahkan hasil sekarang, Anna telah menjadi sosok yang hebat hanya dalam waktu satu tahun.
Hidup sebagai sosok janda memang tidak muda bagi Anna, tapi ia telah membuktikan kepada semua orang bahwa Anna mampu bangkit tanpa bantuan siapapun. Menciptakan usaha dari kreatifitas sendiri, yaitu seorang desainer hebat bahkan Anna memiliki Boutique yang berkembang pesat di Kota Jakarta.
“Semua orang sangat suka dengan gaun yang baru saja lo rancang, Anna,” ucap Nora setelah sekian lama membiarkan Anna fokus melukis sebuah ide berliannya.
Anna teralihkan fokusnya pada teman terbaiknya, sosok orang yang selalu ada di kehidupan Anna selama satu tahun ini. Oh iya selama satu tahun tidak pernah Anna bertemu dengan Liam atau bahkan semua keluarga Alexander. Seakan Anna telah menghilang dari dunia selain itu Anna juga enggan bertemu dengan keluarga arogansi yang selalu mempertahankan bibit bobot itu.
“Ini semua berkat bantuan lo, Ra. Gue nggak akan bisa sampai didetik ini kalau nggak lo modalin. Hahaha,” Anna tertawa lepas begitu pula Nora.
Nora duduk didepan Anna yang tengah asik merancang sebuah mode untuk kebutuhan Boutique nanti. “Hem, gue mau ajak lo untuk pameran karya busana di Villa klien. Kalau lo berhasil memikat para orang-orang kaya yang ada disana pasti lo bakal untung besar deh, An.”
Sampai tangan Anna yang tengah sibuk di atas kertas terhenti, fokusnya jatuh sempurna kepada Nora. “Lo, serius?”
“Dua rius malah!” jawab Nora cepat, ia mengeluarkan sebuah kertas dari tas selempang mahalnya. “Nih undangannya, lo datang aja bawa semua hasil terbaik yang ada di Boutique. Soal model… gue yang urus.”
Tidak tahu Anna harus berterimakasih dengan cara apa lagi untuk Nora yang selalu saja membantu. Anna benar-benar terharu atas hadirnya orang baik seperti Nora dihadirkan didalam kehidupannya yang sangat sepi.
“Terimakasih, Ra. Gue nggak tahu harus….”
“Eh cukup, An. Gue nggak suka kalau lo mulai bahas balas budi, gue lakuin semua ini murni karena kita sahabat,” Nora bangkit dari duduknya, ia selalu saja menghindar disaat Anna mulai terbawa suasana sedih seperti ini. “Buruan cepat siapkan, gue tunggu lo di Villa itu,” perjelasnya, Nora pergi begitu saja meninggalkan Anna yang hanya tersenyum.
Tangan Anna memegang erat kertas undangan tersebut sembari menghela napas panjang. Kali ini Anna sedikit ragu karena cukup beresiko, belum tentu para orang-orang kaya itu suka dengan hasil karyanya. Tapi, Anna membuang pikiran itu jauh-jauh karna ia yakin pasti semua hasil usahanya akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
“Nggak ada kamus menyerah dalam kehidupan Anna Adellia, hem… kita mulai dari rangkai gaun terbaik.”
Anna terlihat sibuk menata gaun yang akan ia pamerkan di peragaan busana nanti. Semua ia lakukan seorang diri tanpa bantuan siapapun, meskipun di Boutique banyak karyawan hanya saja semenjak bercerai Anna menjadi orang yang sulit percaya dengan orang lain selain Nora.
Tangan Anna tanpa sengaja terkena pisau kecilnya hal yang sangat jarang terjadi. “Astaga!” Anna sampai terkejut, meskipun hanya tergores sedikit saja berhasil mengeluarkan darah yang cukup banyak. “Pertanda buruk apa ini?” Anna menjadi berpikir yang tidak tidak, akibatnya menjadi termenung.
Suara notifikasi pesan dari benda pipih miliknya cukup mengejutkan Anna yang tengah melamun. Anna melihat layar ponselnya tertera nama Nora disana mengirim pesan singkat padanya.
Nora:
“Anna, kita akan bersenang-senang sedikit disana. Kita akan party, hahaha.”
Anna tersenyum tipis saja membaca pesan dari Nora, ternyata firasat buruknya tentang acara sore nanti adalah ajakan party dari Nora sendiri. Tapi tidak apa, Anna juga merasa sudah cukup bekerja keras sudah waktunya menikmati waktu yang sangat melelahkan ini.
“Oke baiklah, aku sudah lama tidak menyenangkan diri selama menjadi janda,” ucapnya, Anna tertawa kecil saja sembari melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.
•
•
Villa Sky Garden Jakarta Barat..
Mobil Anna berhenti tepat di area parkiran yang tersedia terlihat sudah ramai orang yang berdatangan. Anna keluar dari mobil dengan dibantu karyawannya untuk membawa pakaian yang akan digunakan untuk pameran nanti. Semua mobil tamu yang akan menyaksikan pameran ini cukup membuat Anna gugup. Karena sangat mewah dan mahal bagaimana bisa orang sepertinya bisa membuat para orang besar ini mau menggunakan hasil karyanya.
“Ntah kenapa aku jadi tidak percaya diri sekarang,” gumam Anna.
“Hei, Anna!” Suara itu mengejutkan Anna yang masih berperang dengan pikirannya sendiri. “Buruan masuk! Acara udah mau mulai nih, yaelah ngapain lo melamun disana!” Nora terlihat sangat bersemangat hari ini.
Anna tertawa kecil saja, ia mengarahkan para karyawan untuk mengikuti dirinya menuju Nora yang sudah mengomel dikejauhan sana. Bahkan begitu Anna sampai langsung semua gaun gaun yang Anna bawa direbut oleh para tata rias Nora.
“Cepat urus para model, ingat… harus menghasilkan kesan terbaik. Nyawa kesuksesan sahabatku ada pada tangan kalian malam ini, mengerti?”
“Mengerti, Bos!”
Sampai Anna terharu dengan kegigihan Nora dalam mendukung dirinya. “Terimakasih lagi, Ra. Gue gugup tahu, nggak yakin aja bisa merebut perhatian para orang kaya ini,” Anna benar-benar tidak percaya diri.
Tangan Nora mendarat pada pundak Anna memberikan sebuah tepukan bangga disana. Tidak perduli berapa kali Anna merasa dirinya tidak hebat hanya karna dicampakkan oleh keluarga Alexander. Tetap saja bagi Nora jika Anna adalah orang terhebat dan berbakat baginya.
“Percaya pada gue, An. Pasti bakal berhasil, keluarga Alexander akan ternganga mendengar kesuksesan yang lo miliki. Percaya sama gue!” Nora masih sangat dendam dengan keluarga Alexander yang telah mencampakkan Anna begitu saja.
“Ayo ikut gue!” Tiba-tiba saja Nora menarik tangan Anna untuk ikut dengannya. Ternyata Noah membawa Anna menuju tempat diadakannya acara pameran busana tersebut.
Orang-orang besar dan tamu kebanggaan telah duduk manis disana, apa lagi disaat pameran sudah dimulai. Para model berjalan dengan penuh berkharisma menampilkan hasil para desainer muda dan pemula seperti Anna.
Anna duduk di sebelah Nora, ia sangat gugup disaat mode dari Nora mulai keluar dengan gaun rancangannya. Berlenggak lenggok di area dengan penuh percaya diri, setiap ekspresi orang-orang terus diperhatikan oleh Anna. Semua berdekatan kagum dengan terus memuji hasil karya Anna, dan bahkan banyak mengucapkan keindahan pada rancangan Anna kali ini.
“Mengagumkan!”
“Karya yang sungguh luar biasa, pastinya desainer itu sangat memperhatikan setiap detail hasil karyanya. Aku suka sekali!”
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!