NovelToon NovelToon

Ultimate Internet Power

Terjun Bebas

"Aaaaah, aku jatuh!" teriak MC kita.

Kita akan mundur beberapa menit sebelum MC kita terjun bebas.

Di sebuah rumah di daerah Jakarta. 15 menit sebelum terjun bebas.

"Hah, akhirnya aku bisa pulang," ucap MC kita yang bernama Daru, seorang pemuda berusia 25 Tahun. Dia memiliki wajah dan postur tubuh khas Indonesia. Dia adalah karyawan salah satu perusahaan game terbesar di Indonesia. Ia bekerja di posisi debug yang selalu bekerja dibawah tekanan deadline. Saat ini, dia baru pulang dari kantornya setelah tiga hari menginap disana.

Daru yang masih mengenakan jaket hoodie berwarna hitam menjatuhkan dirinya ke ranjang. Bahkan, dia tak sempat untuk melepas ranselnya. Dia mengambil smartphone-nya lalu membuka dompet elektronik untuk memeriksa apakah gajinya sudah dikirim.

Dia melihat ada tulisan Rp30 juta di bagian saldo. Tadi pagi, saldonya masih di angka 25 juta, itu berarti dia sudah menerima gajinya untuk bulan ini.

"Cih, miskin," umpatnya.

"Kerja lembur terus, pikiran tidak terurus. Lingkaran setan," dia terus mengeluh setiap kali dia mendapat gaji bulanannya. Kenapa? Bukankah lima juta itu angka yang lumayan tinggi? Alasannya bukanlah gaji. Tetapi, Itu dikarenakan jam kerja yang tidak manusiawi. Banyak teman-teman Daru yang bekerja disana memilih untuk keluar dari perusahaan itu. Andai saja Daru memiliki bakat lain yang dapat digunakan untuk bekerja, dia pasti akan keluar dari sana. Tapi, takdir berkata lain. Dia hanya berbakat dalam olahraga panahan dan sedikit bela diri. Pekerjaan apa yang membutuhkan bakat memanah? Tidak ada!

Lalu kenapa dia bekerja di bidang debugging? Karena dia teliti. Dia bisa mencari kesalahan sebuah script hanya dengan sekali baca. Walaupun dia tidak bisa memperbaikinya, rekan-rekan satu divisi selalu mengandalkannya. Bisa dibilang, Daru adalah anjing pelacak divisi debug.

Setelah keluhan yang membosankan, Daru merasa kedua kelopak matanya sangat berat. Perlahan, dia pun menutupnya.

Woooosssshhhh

Dia mendengar suara angin yang cukup kencang. Dia juga merasakan ada angin yang menabrak dirinya dari bawah.

"Ah, nyaman sekali," gumamnya sambil tetap memejamkan mata.

Tiba-tiba, suara semakin kencang dan gaya dorong dari bawah juga semakin bertambah.

Daru pun membuka matanya.

"Biru? Putih? Oh, sial, ini langit!"

Sekarang kita lanjutkan cerita saat MC kita terjun bebas.

"Bangun, Woy! Kenapa tidak bangun-bangun? Mimpi buruk macam apa ini!" Daru tetap berteriak mencoba untuk bangun dari mimpinya.

"Wahai Tuhan yang mana saja, selamatkan aku! Bagaimanapun, aku adalah ciptaan-Mu!"

Daratan pun semakin mendekat, membuat Daru takut dan memejamkan mata bersiap untuk benturan.

....

"Lah, gitu doang? Kok nggak sakit?" Menyadari bahwa angin yang menabraknya sudah berhenti dan dia tidak merasakan adanya benturan, Daru pun mencoba untuk membuka matanya.

Dua meter, itulah jarak Daru dengan tanah saat ini, dia mengambang!

"Haha, ternyata aku punya kekuatan untuk melawan gravita-" Sebelum menyelesaikan kata-katanya, dia terjatuh.

Bug

"Ah sial, ekspektasi tak seindah realita," gumamnya sambil menahan sedikit nyeri di tubuhnya.

"Lah, sakit, bukan mimpi dong? Terus tempat apa ini?" dari kamar yang nyaman menjadi padang rumput seluas lapangan sepak bola yang dikelilingi pohon-pohon tinggi. Pikiran Daru mulai kacau karena memikirkannya.

"Oh, Buka map!" Daru mengambil smartphone dari sakunya dan membuka aplikasi glooge map.

Ketika melihat hasil yang ditampilkan, alis Daru mengerut. "Hutan arc? Dimana coba?" gumamnya sambil melakukan zoom out pada aplikasinya.

"Kerajaan Resia? Kerajaan Saria? Apaan sih?" Dia mencoba untuk zoom out lebih jauh dan melihat bentuk daratan yang sangat-sangat berbeda dari apa yang dia ketahui. Hanya satu hal yang ada di pikirannya saat ini.

"Aku ada di isekai! Hahahahaha, Mungkinkah aku punya sihir? Punya misi untuk mengalahkan Raja Iblis ditemani Dewi berambut biru, ksatria wanita, dan penyihir ledakan wanita? Apakah aku mendapatkan pedang Chunchunmaru?" teriaknya.

"Haahhh, Tidak mungkin. Seharusnya sebelum kesini aku di Akhirat dulu dan bertemu Dewi berambut biru. Aneh, kalau ini isekai, kok aku bisa akses internet? Sekarang harus bagaimana ya?"

Daru kembali menatap smartphone-nya. Sekarang, ia membuka aplikasi dompet digital untuk mengetes internet sekali lagi.

Benar saja, di dunia ini ada internet. Tetapi yang lebih aneh saat ini adalah, saldo di dompet digitalnya. Bukan hanya menampilkan tulisan 30 juta rupiah, tetapi di bawahnya ada tulisan lain. Yaitu 0 koin emas.

"Koin emas? Apa ini mata uang disini? Terus uang ku yang bermata-uang rupiah gunanya apa?" Karena pertanyaan itu, Daru mencoba mengakses menu belanja online dari aplikasi dompet digitalnya.

"Coba pulsa lima ribu, ah," Daru mencoba membeli pulsa dari menu belanja dompet digital. Belum sampai 10 detik sejak dia menekan tombol beli, pulsa sebesar Rp5000 telah masuk ke nomornya.

"Jadi rupiah masih bisa dipakai," gumam Daru sambil mengelus dagunya.

"Bagaimana dengan membeli barang yang harus dikirim? Bisa sampai ke dunia ini atau tidak, ya?" Daru menggosok dagunya lebih keras.

Dengan rasa penasaran yang besar, dia mencoba membeli satu set alat survival dengan harga Rp100.000. Mata Daru terbelalak kaget ketika melihat bagian pengiriman.

[Biaya pengiriman: - ]

[Estimasi pengiriman : 1 menit]

"Hah? Satu menit? Gratis ongkir? Coba!" Daru langsung menekan tombol konfirmasi.

Satu menit berlalu.

"Permisi paket," Daru mendengar suara berat dari belakangnya. Ketika dia berbalik ...,

"Setan!" teriak Daru.

Kenapa Daru berteriak seperti itu? Karena dia melihat seorang pria berbaju merah dengan kulit pucat, mata merah tanpa pupil, taring yang menonjol dari bibir, dan sepasang tanduk mungil di dahi. Pria itu membawa sebuah kotak sepanjang satu meter dengan bungkus coklat bertuliskan "Daru, 0839485xxxxx, Hutan Arc."

"Mas jangan gitu! Pengiriman saya tepat waktu, masa masnya malah ngatain saya setan. Jangan gitulah mas, Saya tidak bersalah tetapi masnya malah ngata-ngatain saya," ucap pria itu.

"Eh?" Daru hanya berekspresi tercengang karena apa yang pria itu katakan.

"Saya jauh-jauh dari bumi sampai sini lo, Mas. Saya cari nafkah untuk anak istri saya dirumah. Tapi malah sampeyan gituin. Sakit mas hati saya," ujar pria itu mulai menangis.

"Ma-maaf." Hati Daru mulai tersentuh ketika pria itu menangis. Lalu, "kalau boleh tahu, Anda siapa ya?" tanya Daru sopan.

"Nama saya Veux. Saya jin pengantar paket lintas dunia. Saya bukan setan Mas, Hiks." Veux memperkenalkan diri.

Jin! Ada apa dengan dunia ini! batin Daru.

"Mmm, Mas Veux, Maaf atas perkataan saya tadi. Baru pertama kali saya lihat jin. Harap dimaklumi, hehe. Kalau begitu, mana paketnya?" tanya Daru.

"Ini mas, silahkan tanda tangan di sini. Harap dipercepat, saya mau pulang, terus curhat sama istri saya," ucap Veux sembari menyodorkan paket, kertas bukti tanda terima, dan sebuah pena.

Daru pun tak enak hati dan bergegas menandatangani kertas itu. Setelah itu dia langsung mengembalikan kertas dan pena kepada Veux.

"Yaudah Mas, selamat tinggal." Veux memasukkan kertas itu ke dalam ranselnya dan berbalik.

"Iya mas veux, hati-hati di ja-" belum sempat menyelesaikan kata-katanya, veux sudah menghilang.

"Lan ...." Ekspresi Daru menjadi kacau.

Aku menyakiti perasaan orang yang baik! Ahh sial, Dont judge a book by its cover, pikir Daru

"Hahh, buka paketnya dulu lah." Daru pun mulai membuka paket itu.

Di dalam paket itu terdapat sebuah pisau survival, satu buah parang yang cukup besar, kapak, satu korek api plasma bertenaga listrik, dan senter.

Melihat itu semua, hati Daru menjadi sangat senang. Pasalnya, ia bisa membeli barang-barang dari dunia asalnya.

"Haha ... berhasil! Bisa beli apapun selama ada uang! Hahahaha!" Daru tertawa lepas seolah dia tidak memiliki beban hidup apapun.

Karena dia semakin penasaran tentang kemampuan internet di smartphone-nya, dia mencoba membuka aplikasi web browser. Dia menemukan sesuatu yang baru lagi. Sebuah alamat web baru di bookmark-nya berjudul "Benua Isla". Ketika dia membuka web tersebut, sebuah halaman yang menampilkan informasi terkait tempat dia berdiri muncul.

Menurut web itu, tempat ini adalah Benua Isla. Banyak sekali informasi yang tersedia tentang Benua Isla. Seperti Kerajaan, pembagian teritori, konflik, sejarah tentang Kerajaan, dll.

Ada enam kerajaan berdiri di Benua Isla. Salah satunya adalah Kerajaan Resia, Kerajaan yang berada di sebelah selatan dari posisi Daru saat ini.

Di pojok kanan atas halaman itu, terdapat sebuah bar pencarian. Daru pun iseng dan mengetik "Hutan Arc" lalu menekan tombol cari. Tak lama kemudian, hasil pencarian pun muncul. Menampilkan artikel-artikel tentang Hutan Arc. Ada daftar spesies makhluk hidup, isi Hutan Arc, berita tentang bencana beberapa tahun lalu, bahkan ada sebuah artikel tentang kematian salah satu anggota keluarga bangsawan di dalam hutan Arc.

"Hmmm. Menarik ...," gumam Daru kagum.

Dia kembali ke menu awal dari web Benua Isla dan menemukan sebuah tombol bertuliskan "Islagram". Ya benar, itu adalah sebuah social media. Daru yang melihat itu, hanya terkekeh kecil lalu membukanya.

[Vanir lioness]

[Putriku ... Dimana kamu? Aku sudah mencarimu kemana-mana. Ibumu jatuh sakit ketika mengetahui kau menghilang. Untuk siapapun yang berani menculik Putri ku, akan kubunuh di tempat! #PutriKerajaanResia #ResiaBerduka]

"Oh, jadi si Vanir Lioness ini adalah Raja Kerajaan Resia. Dan putrinya diculik ... Hmmm ...." Daru hanya mengelus Dagunya saat membaca postingan Raja Vanir.

Setelah cukup puas menjelajahi web, dia memikirkan tentang bertahan hidup di dunia baru ini. Dia pun kembali ke aplikasi e-wallet dan membuka menu belanja. Dia melakukan pembelian online lagi. Kali ini dia membeli sebuah powerbank dengan fitur pengisian menggunakan panel surya, sebuah busur standar atlet dengan 30 anak panah untuk berburu, sebuah tenda kecil, dan ransel gunung yang cukup besar. Itu semua menghabiskan hampir Rp10 juta. Barang paling mahal adalah busur dan anak panahnya. Bagaimana tidak? Itu adalah busur standar atlet yang berkekuatan lebih dari 100 pon seharga Rp8 juta

Lalu, "Mas, biarkan saya istirahat, saya masih sakit hati." Suara yang tak asing bagi Daru terdengar dari belakangnya.

"Ah, Mas Veux. Maaf, tapi ini darurat. Hehe ...." Daru sedikit tertawa canggung. Setelah beberapa percakapan, Daru sudah terbiasa dengan Veux. Tidak lagi takut dengan wujudnya yang terkesan menyeramkan.

"Hahh, Cepat tanda tangan mas. Istri saya sudah nunggu di kamar." Seperti sebelumnya, Veux meminta tanda tangan bukti terima.

"Sekali lagi maaf mas veux ... hehe," ucap Daru sembari menandatanganinya dengan cepat.

Setelah serah terima selesai, Daru memasukkan semua barang nya ke ransel yang baru kecuali parang, busur, dan anak panah. Karena dia tidak membutuhkan ransel lamanya, dia meninggalkannya begitu saja.

Daru berjalan memasuki pepohonan di Hutan Arc. Dia berjalan dengan senyum di bibirnya.

Frey

Benua Isla terdiri dari enam kerajaan, yaitu Kerajaan Saria di tengah, Kerajaan Morin di Utara, Kerajaan Karian di Barat laut, Kerajaan Vradarian di Barat, Kerajaan Resia di Selatan, dan Kerajaan Worez di timur laut.

Di sebelah tenggara, ada sebuah wilayah yang sangat besar disebut Dark Plain. Dark Plain berbatasan dengan empat kerajaan, yaitu Kerajaan Worez, Kerajaan Morin, Kerajaan Saria, dan Kerajaan Resia. Wilayah ini disebut wilayah terlarang karena banyaknya monster--makhluk yang berubah bentuk, sifat, perilaku karena kontaminasi mana-- dengan populasi yang terus bertambah. Bahkan, keempat kerajaan berkerja sama dan membuat tembok yang membentang mengelilingi Dark Plain.

Hanya ada satu pintu masuk menuju Dark Plain, yaitu Hutan Arc yang berada di antara Kerajaan Saria dan Kerajaan Resia. Hutan Arc sendiri adalah sebuah wilayah netral yang mana tidak boleh ada peperangan yang berlangsung disana. Kenetralan hutan Arc sudah di akui oleh keenam kerajaan.

Dan juga, ada sebuah sungai raksasa bernama Deuz River yang membentang dari utara kerajaan Morin melewati Kerajaan Saria, Hutan Arc, Kerajaan Resia, dan Kerajaan Vradarian. Di Kerajaan Resia, Deuz River bercabang menjadi dua. Satu cabang mengarah ke Barat sampai ke Kerajaan Vradarian yang berada di Utara Kerajaan Resia, dan satu lagi mengarah ke Selatan sampai ke laut melewati Ibukota Kerajaan Resia, Moon City.

Saat ini, Daru sedang berjalan ke arah timur menuju Deuz River. Karena dia berpikir jika ada air, ada kehidupan. Sambil berjalan, Daru semakin dalam menjelajah web Benua Isla. Dia sekarang mengetahui sebagian besar kondisi dari Benua Isla. Seperti peperangan yang terjadi antara Kerajaan Vradarian dan Kerajaan Resia. Di web itu, dijelaskan bahwa peperangan disebabkan karena Kerajaan Resia yang menuduh Kerajaan Vradarian menyembunyikan Putri Kerajaan Resia. Ketika Daru menyelidikinya lebih dalam, ternyata itu hanyalah akal-akalan Kerajaan Karian yang mengadu domba kedua kerajaan tersebut. Bagaimana bisa Daru mengetahui hal tersebut? Islagram. Dia stalking Raja Kerajaan Karian, Raja Arthur. Sampai saat ini, Putri Kerajaan Resia belum ditemukan.

Apa mungkin di dunia ini ada smartphone juga? Tapi dilihat dari persenjataan perang, mereka belum lah semaju bumi. Tapi bagaimana mereka meng-upload postingan di Islagram? pikir Daru.

Boom

Dikala Daru termenung, suara ledakan mengembalikan kesadaran Daru.

"Ledakan?" ucap Daru terkejut. Dia lalu menyiapkan busurnya dan berjalan secara tersembunyi menuju ke arah suara ledakan.

Setelah berjalan sejauh 100 meter, Daru melihat ada enam orang pria dan seorang wanita. Lima orang pria memegang pedang dan seorang lagi memegang tongkat yang diujungnya terdapat sebuah batu kristal berwarna merah. Dipikiran Daru, kata "penyihir" muncul. Daru menyapu pandanganya dan berhenti ke arah sang wanita. Di tubuh wanita itu terdapat beberapa luka dan dia terlihat kesusahan untuk mempertahankan kondisi berdirinya.

"Apakah kau sudah tidak bisa melawan? Hahaha, Jika kau menurut, kau tidak akan menjadi seperti ini," ucap salah satu pria.

"Ugh ... aku lebih memilih mati dari pada menuruti keinginan kotormu!" teriak si wanita tidak berdaya.

"Ayolah cantik ... walaupun kau melawan seperti itu, aku memiliki ramuan penyembuh. Seberapa banyak pun lukamu, kulitmu akan menjadi bersih kembali setelah meminumnya. Dan kita akan bersenang-senang, hahaha!"

Mendengar ucapan mereka, Daru mulai tahu apa yang terjadi. Tatapan Daru menjadi sedikit menyeramkan. Dia sangat membenci sesuatu seperti ini. Tanpa pikir panjang, Daru menyiapkan busur dan anak panahnya. Dia tarik busurnya dan mengarahkanya ke kepala si penyihir. Kenapa penyihir dulu? Karena Daru tidak tau apapun tentang kekuatan penyihir. Dia memilih mengakhirinya dahulu agar tidak merepotkan nantinya.

Suut! Tap!

Anak panah Daru menancap tepat di kepala penyihir itu. Sontak, membuat kelima pria lain menjadi waspada.

"Siapa itu? Tunjukkan dirimu!" teriak salah satu pria.

Suut! Tap!

Kali ini anak panah Daru menembus dada pria yang berada paling dekat dengan si wanita.

Empat orang sisanya segera melihat ke arah datangnya anak panah. Mereka melihat seorang pria yang memegang busur aneh dengan tatapan yang sangat dingin.

"Si-siapa kau?" tanya salah satu pria sedikit ketakutan.

Tanpa bicara, Daru melepas anak panah lain. Anak panah itu menembus kepala pria yang berada di paling depan.

Melihat rekannya mati satu persatu, membuat tiga orang sisanya ketakutan. Mereka tak sanggup bergerak sedikit pun. Walaupun mereka menang jumlah, tetapi keberadaan Daru seperti sesosok Malaikat Maut.

Lah, kenapa mereka diam saja? Kok nggak maju nyerang? pikir Daru.

Melihat ada kesempatan emas yang lain, Daru kembali menarik busurnya. Kali ini Daru menarik busurnya dengan posisi horisontal dengan tiga anak panah sekaligus.

Suuut.. tap! Tap! Tap!

Ketiga anak panah itu tepat mengenai target. Ini adalah kemampuan sekelas atlet!

Ketiga pria itu ambruk tak bernyawa. Kekuatan busur itu memang diluar nalar. Kecepatan, kekuatan, dan akurasi, Seperti busur yang ditarik oleh Dewa.

Wanita yang melihat Daru membantai keenam pria yang mengganggunya sangat ketakutan. Ditambah pakaian yang Daru kenakan berbeda dengan pakaian yang biasa dikenakan oleh penduduk benua isla membuat rasa takut semakin mendalam.

A**pakah dia malaikat maut? pikir wanita itu.

Daru pun berjalan mendekati wanita itu dengan santai. Dia tidak tau fakta bahwa wanita itu ketakutan olehnya.

Saat Daru berjarak hanya 5 meter dari wanita itu, wanita itu tiba-tiba bersujud. Membuat Daru menghentikan langkahnya.

"Ya Dewa! Tolong ampuni hidup hamba. Hamba akan melakukan apapun untuk Dewa," Ucap wanita itu sambil mempertahankan posisi sujudnya.

Hah? Dewa? Aku? pikir Daru.

"Aku bukan Dewa," ucap Daru.

"Eh? Bukan Dewa? Lalu siapa anda?" Wanita itu pun mengangkat kepalanya dan melihat Daru. Tatapan mengerikan itu akhirnya hilang, membuat wanita itu sedikit lega.

"Aku Daru, pengelana. Siapa kau? Dan apa urusanmu dengan kumpulan pria tadi?" Daru memperkenalkan diri dan bertanya tentang kejadian sebelumnya. Walaupun dia sudah bisa menebaknya.

"Nama saya Frey. Saya dari kerajaan Resia. Saya hendak pergi ke Dark Plain bersama tiga orang lain dari kelompok saya. Tetapi, kelompok saya dihadang oleh lima belas bandit. Kami berempat berhasil membunuh 9 bandit namun, nyawa rekan-rekan saya menjadi korban," jawab Frey dengan ekspresi sedih.

"Dark plain? Bukankah itu tempat para monster? Kenapa kau kesana?" tanya Daru.

"Kami mencari keberadaan Putri Kerajaan Resia. Info terakhir menyatakan bahwa dia dibawa ke Dark Plain," jawab Frey

"Ah, seperti itu ... sebentar, aku ambilkan ramuan penyembuh yang tadi dikatakan oleh pria itu," ucap Daru. Dia berjalan ke arah tubuh pria yang mengatakan tentang ramuan penyembuh. Dia menggeledah dan tidak menemukan apapun.

Melihat Daru kebingungan, Frey berkata, "Mungkin ada di cincin dimensinya."

Daru tidak tau apa itu cincin dimensi. Tapi dia melihat hanya ada satu cincin yang dipakai oleh pria itu. Pasti ini yang disebut cincin dimensi pikirnya. Daru pun mengambil cincin itu dan kembali ke tempat Frey duduk.

"Bagaimana cara mengeluarkan ramuannya?" tanya Daru heran.

"Teteskan darahmu ke cincin itu, dan itu akan menjadi milikmu," jawab Frey.

Daru melakukan apa yang dikatakan Frey. Dia melukai jari tangannya dengan anak panah dan meneteskannya ke cincin. Setelah dia meneteskan darahnya, tidak ada apapun yang terjadi, membuat Daru keheranan.

Mungkin harus dipakai dulu?  pikirnya. Daru pun memakai cincin itu di jari tengah tangan kirinya. Tiba-tiba, banyak gambar memasuki pikirannya. Ada gambar pedang, koin emas, botol dengan cairan berwarna merah, dan sebuah peta. Daru menyadari bahwa gambar-gambar itu adalah isi dari cincin dimensi. Lalu, dia membayangkan gambar botol berwarna merah. Tiba-tiba sebuah cahaya keluar dari tangan kiri Daru. Setelah Cahaya itu meredup, botol berwarna merah muncul di telapak tangannya.

Keren! pikirnya. Daru hendak melompat kegirangan. Tetapi masih ada Frey yang melihatnya. Jadi, dia menahan perasaan gembiranya.

"Ini." Daru menyerahkan botol itu ke Frey.

"Terima kasih." Frey mengambilnya dan langsung meminum cairan itu. Tiba-tiba luka yang dialami Frey sembuh. Bahkan tidak ada bekas luka sama sekali di tubuhnya.

Ramuan yang gila! Daru takjub dengan apa yang dilihatnya.

"Terima kasih tuan Daru karena telah menyelamatkan hidup saya. Saya berhutang kepada anda," ucap Frey dengan berlutut di depan Daru.

"Sudahlah. Aku hanya kebetulan lewat," ucap Daru dengan membusungkan dadanya.

"Tetap saja, anda telah menyelamatkan hidup saya. Saya berhutang budi kepada anda. Karena misi saya telah gagal, saya akan kembali ke Resia untuk melapor. Apa yang akan Tuan Daru lakukan?" tanya Frey.

Daru diam sejenak, lalu berkata, "Aku akan tetap di hutan arc untuk sementara waktu."

Apa yang dipikirkan Daru? Uang! Dia telah mendapatkan satu cincin dimensi yang berisi barang-barang berharga. Dia ingin mendapatkan cincin dimensi lain.

"Kalau begitu saya akan kembali ke Resia. Jika anda kesana, tolong kunjungi saya. Dan jika anda membutuhkan bantuan, tolong beritahu saya," ucap Frey.

"Tunggu, apakah kau mempunyai benda seperti ini?" Daru mengeluarkan smartphone-nya dan menunjukkanya pada Frey.

"Benda apa ini tuan?" tanya Frey keheranan.

"Umm, lupakan. Kalau begitu, apakah kau tau tentang Islagram?" tanya Daru lagi.

"Islagram? Apakah itu sebuah senjata? Saya belum pernah mendengarnya," jawab Frey.

"Umm, kalau begitu lupakan saja. Kau bisa pergi sekarang," ucap Daru dengan sedikit senyum.

Frey pun berjalan menuju ke arah Kerajaan Resia. Sedangkan Daru mulai mengambil cincin dimensi dari kelima tubuh bandit yang sudah ia bunuh sebelumnya. Tak lupa, dia juga mengambil enam anak panah yang masih menancap di tubuh masing-masing bandit.

Dia tidak tau apapun tentang smartphone ataupun Islagram. Apakah di dunia ini keberadaan Islagram tidak diketahui? pikir Daru

Daru pun mengeluarkan semua isi dari ke enam cincin dimensi. Dia mendapatkan lima belas koin emas, tujuh botol ramuan penyembuh, satu peta, beberapa pedang, dan beberapa pakaian. Daru pun sekarang melompat kegirangan dengan apa yang dilihat di depanya. Tetapi itu tidak bertahan lama, karena secara tiba-tiba, koin emas itu lenyap dari pandangannya.

"Lah, kemana uang berhargaku!?" teriak nya.

Zzzz zzzz

Smartphone Daru bergetar.

Ketika Daru membuka smartphone-nya, dia melihat satu notifikasi baru di bagian atas layar.

[Saldo berhasil ditambahkan]

Daru pun menekan notifikasi tersebut. Lalu, aplikasi e-wallet nya pun terbuka. Di bagian saldo, dia melihat tulisan "Rp19.900.000" dan "15 koin emas" di bawah nya. Mata Daru terbelalak karena kaget. karena uang yang dia dapatkan secara otomatis akan berpindah ke aplikasi e-wallet-nya.

"Ajaib! Hahaha!"

Dia pun membuka menu pertukaran mata uang. Dia lebih terkejut lagi.

[IDR->Isla Coin]

Rp100.000 \= 1 gold coin

"****, 1,5 juta! Aku kaya! Hahahaha!" Daru kegirangan.

"Wait wait ... Ini ada peta. Jangan-jangan peta harta karun?" ucapnya sambil melihat peta yang ada ditangannya.

Daru membuka peta tersebut dan benar saja. Ada tanda silang berwarna merah disana, "Julius Tomb" itulah yang tertulis di bawah tanda silang berwarna merah. Tanpa pikir panjang, Daru memasukkan semua barangnya di cincin dimensi, kecuali busur, anak panah, dan peta. Bahkan ransel gunungnya kini ia masukkan ke cincin dimensi. Tak lupa, dia juga mengenakan pakaian yang ia dapat dari bandit, karena pakaian yang dia pakai dari dunia asalnya terlalu berbeda dari pakaian orang-orang di dunia ini.

Setelah itu, dia pun bergegas ke tempat yang ditandai silang pada peta tersebut.

Harta Karun Julius

Daru berjalan mengikuti peta ke arah Barat. Karena di peta tersebut tidak menunjukkan jarak, Daru membuka smartphone-nya dan mencari "Julius Tomb" di kolom pencarian aplikasi maps nya. Menurut maps, Julius Tomb berada di dalam gua bernama Loner Cave. Di maps juga, ikon gua tersebut berwarna hitam, ketika Daru menekannya, itu dikatakan bahwa ikon berwarna hitam menandakan tidak ada bahaya disana. Sontak, membuat Daru sangat gembira. Jarak antara dia dan gua hanya sekitar 25 menit berjalan kaki, cukup Dekat.

Daru sangat bersemangat dengan apa yang bisa ia temukan disana. Ia pun mulai berlari. Dari perkiraan waktu tempuh 25 menit, Daru bisa sampai ditujuan dengan waktu 15 menit.

Gua itu tampak sedikit menyeramkan dari luar. Karena itu masih dalam lingkup pepohonan Hutan Arc, jadi terlihat agak gelap dan suram. Karena hari sudah semakin sore, Daru berinisiatif untuk mencari beberapa kayu bakar untuk dibuat api unggun didalam gua, dia berencana untuk menginap di sana.

Dalam waktu 30 menit, Daru mengumpulkan setumpuk kayu bakar yang sudah lumayan kering. Daru melihat smartphone-nya, dan waktu masih menunjukkan pukul 17.00. Belum terlalu gelap untuk menyalakan api unggun, jadi Daru menaruh kayu bakarnya di mulut gua dan masuk kedalam untuk mencari harta karunnya.

Dia mengambil senternya dan mulai berjalan kedalam.

Daru menyadari tidak ada satupun makhluk selain dirinya di dalam gua itu. Daru pun mulai mengendurkan kewaspadaannya.

Semakin dalam dan semakin dalam Daru menelusuri gua. Tak terasa, dia sudah menghabiskan 2 jam didalam gua tersebut. Untung saja, senter Daru sudah di isi dengan menggunakan Powerbank surya. Begitu juga dengan smartphone-nya. Ketika dia sedang asik berjalan, Daru melihat didepan ada sebuah pintu kayu. Ya, pintu kayu didalam sebuah gua.

"Ini adalah tempatnya?" ucap Daru sambil bergerak mendekati pintu.

Daru mencoba untuk membuka pintu itu. Tetapi pintu tersebut tak bergerak sedikitpun.

"Hm susah dibuka, Bakar!" ucapnya.

Dia mengeluarkan smartphone-nya dan membeli satu jirigen bensin dari aplikasi e-wallet.

.....

"Mas, ini ketiga kalinya loh. Mas ngerjain saya?" tanya Veux yang tiba-tiba berada dibelakang Daru. Bagaimana Veux tidak merasa kesal? Pertemuan pertama dia di teriaki "Setan" oleh Daru. Pertemuan kedua Daru menganggu "waktu" Veux dengan sang istri. Dan sekarang dia membuat Veux kembali lagi. Daru membuat Veux bolak-balik dari bumi ke Benua Isla tiga kali dalam sehari.

"Hehe, Mas Veux sudah datang. Maaf lagi mas, ini juga darurat, hehe," ucap Daru meminta maaf.

"Lain kali Masnya sebelum belanja dipikir dulu apa saja yang dibutuhkan, jadi sekali jalan bisa selesai. Kasihan yang nganter, ini gratis ongkir. Ngerti sendiri kan kalau gaji saya kecil," ucap Veux dengan nada sedih.

"Maaf ya Mas Veux, pengiriman depan saya kasih komisi, hehe." Daru tersenyum canggung sembari menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.

"Yaudah mas, tanda tangan."

....

Setelah Veux pergi, Daru menyiramkan bensin yang dia dapat tadi ke pintu yang ada didepannya. Lalu dia mengeluarkan korek api plasma nya dan menyalakan api di pintu tersebut.

Daru pun duduk sembari menikmati kehangatan pintu yang dibakarnya. Lalu, dia mengeluarkan sebungkus roti yang terbawa dari dunia asalnya dan memakannya dengan lahap.

Pintu itu pun mulai berubah warna menjadi merah menyala. Ya, pintu itu sudah berubah menjadi lebih rapuh. Tak menunggu lebih lama lagi, Daru menendang pintu itu.

Brak

Pintu itu pun runtuh dalam sekali tendang. Tetapi, Daru tidak bisa memasuki ruangan yang berada dibalik pintu. Karena api yang dia nyalakan tadi belum padam. Dia pun kembali duduk menunggu api itu padam.

Setelah menunggu selama beberapa menit, api itu mengecil. Membuat Daru bisa berjalan melewatinya. Daru pun bergegas masuk. Hal pertama yang dia lihat adalah cahaya.

"Emas!" Ya, itu adalah cahaya api yang terpantul oleh tumpukan koin emas. Disana juga ada sebuah peti yang cukup besar berwarna hitam.

"Ahahaha, aku kaya!" teriak Daru sambil berlari kearah tumpukan koin itu. Dia pun melompat hendak menjatuhkan diri ke tumpukan koin. Lalu,

Bugg!

"Adudududuh." Daru meringis merasakan sakit. Sebelum Daru mencapai Tumpukan koin, Koin tersebut sudah masuk kedalam E-wallet-nya.

Zzzz zzzz

[Saldo berhasil ditambahkan]

Notifikasi pun muncul. Daru dengan segera membuka smartphone-nya.

[Saldo]

Rp.19.850.000

1.015 gold coin

Daru ingin menangis bahagia melihat uangnya yang begitu banyak.

"101.500.000! Hahaha, aku suka dunia ini!!"

"Bisakah kau tidak berisik?" Tiba-tiba Daru mendengar suara lembut seorang pria. Daru pun dengan cepat memegang busurnya dan berbalik kearah sumber suara.

"Wow, wow, Tenang ... kau yang mencuri, seharusnya aku yang menodongkan senjata."

"Oh, kau pemilik harta ini? Bisakah kau tunjukkan dirimu?" Ucap Daru.

Tiba-tiba partikel-partikel kecil berwarna putih muncul di udara dan perlahan-lahan berkumpul menjadi satu. Kumpulan partikel-partikel itu membentuk tubuh seorang manusia. Tak lama, seorang pria dengan wajah penuh wibawa terbentuk.

"Aku julius. Dan ya, harta tadi adalah milikku," ucap Julius.

"Apakah kau akan membunuhku?" tanya Daru.

"Tidak," jawab julius.

"Apakah kau akan menghentikanku mencuri hartamu?" tanya Daru lagi.

"Tidak, merepotkan," jawab Julius.

"Apakah kau akan membujukku untuk tidak mencuri?" tanya Daru

"Tidak juga, itu lebih merepotkan," jawab Julius.

"Lalu apa maumu?" tanya Daru.

"Jangan berisik," jawab Julius dengan nada datar.

Daru keheranan dengan jawaban Julius. Bagaimana tidak? Dia menampakkan sosoknya bukan untuk menghentikan Daru mencuri hartanya, melainkan agar Daru tidak berisik dikala mencuri.

"Umm ... Apakah kau tidak merasa sayang dengan hartamu? Apakah kau tidak mau menghajarku?" tanya Daru sekali lagi.

"Hahh ... Aku sudah mati 100 tahun yang lalu. Selama 100 tahun aku menemukan kedamaian. Dan kau tiba-tiba datang dan berteriak seperti seekor kera yang menemukan pohon pisang. Dan harta itu? Aku tidak bisa menyentuh barang-barang fisik. Dan juga tidak ada gunanya lagi mempunyai harta. Kau sudah mengambil hartaku, sekarang pergilah.

"Oh, jangan lupa bawa peti hitam sialan itu, pindahkan ketempat lain. Aku tidak mau ada orang yang mengangguku lagi." Setelah Julius menyelesaikan kalimatnya, dia menghilang begitu saja. Membuat keringat dingin mengalir di punggung Daru.

Itu tadi hantu. Benar-benar hantu, pikirnya. Dia sudah tidak mau berteriak "setan" karena pengalamannya dengan Veux, dia tidak mau melukai hati orang-orang baik.

Daru pun melihat peti yang tadi ditunjuk oleh Julius. Peti itu berbentuk kubus dengan ukuran satu meter. Penasaran dengan isinya, Daru membuka peti itu perlahan.

Didalam peti itu, terdapat sebuah buku lusuh bersampul biru, beberapa koin emas, dan sebuah plat emas bertuliskan "Julius". Seperti biasa, koin emas yang ada di peti tersebut menghilang dan masuk kedalam e-wallet Daru. Dia pun mengambil yang tersisa dan memindahkan peti hitam tersebut ke bagian lain gua yang cukup jauh dari tempatnya berasal.

Daru pun segera kembali ke mulut gua tempat dia menumpuk kayu bakar yang ia kumpulkan tadi. Setelah sampai, Daru menyusun kayu-kayu tersebut dan membuat api unggun kecil untuk menemaninya tidur malam hari ini.

Banyak hal aneh terjadi hari ini. Tapi entah mengapa, aku merasa aku terlalu cepat beradaptasi, pikirnya sambil mencoba untuk memejamkan mata dan tidur.

.....

Malam dengan cepat berlalu. Berkas-berkas cahaya mulai tampak dari ufuk. Daru terbangun dari tidurnya karena dia merasa lapar.

"Ugh, aku baru ingat kemarin hanya makan satu bungkus roti," ucap Daru sambil memegang perutnya.

Daru pun mengambil busurnya dan berjalan keluar gua untuk berburu. Dia kembali berjalan ke timur menuju tempat yang ia ingin tuju sebelumnya, Deuz River.

Sementara itu di sebuah ruangan di istana Kerajaan Resia.

"Maaf Yang Mulia, saya telah gagal mendapatkan info tentang Tuan Putri Rennesia." Seorang wanita berlutut meminta maaf didepan seorang pria dengan pakaian yang mencolok dan mahkota emas di kepala. Wanita itu adalah Frey, wanita yang diselamatkan Daru di hutan Arc kemarin. Sedangkan pria di depannya adalah Raja Kerajaan Resia, Raja Vanir.

"Gagal? Gagal? Hahahaha, Kalian semua tidak becus! Putriku masih diluar sana, dan kau berani-beraninya datang dan berkata bahwa kau gagal?" ucap Raja Vanir dengan marah.

"Maaf Yang Mulia, saya akan kembali ke Dark Plain dengan lebih banyak orang," balas Frey dengan ketakutan.

"Lupakan tentang Dark Plain, sumber lain mengatakan Rennesia ada di sebuah gua yang berada di perbatasan Resia-Vradarian. Kumpulkan orang dan cari Putriku! Jangan sampai gagal atau aku penggal kepalamu di depan keluargamu." Raja Vanir memerintah.

"Baik Yang Mulia!" Frey memberi hormat dan segera pergi menjalankan titah sang Raja. Menyisakan Raja Vanir seorang di ruangan itu.

"Intel tidak berguna, melacak seorang gadis saja tidak bisa. Apa yang harus aku lakukan ...," ucap Raja Vanir dengan ekspresi sedih. Sudah enam bulan sejak Putri Rennesia menghilang. Dan sampai saat ini, informasi dari intel selalu berubah-ubah. Membuat Raja Vanir semakin depresi.

Enam bulan lalu, Putri Rennesia menghilang dari kediaman Kerajaan. Ditemukan sepucuk surat di atas ranjangnya bertuliskan "aku dapatkan putrimu" dengan tinta berwarna merah yang menyerupai darah. Permaisuri Kerajaan Resia, Fiona Lionness, yang menemukan suratnya, langsung jatuh pingsan saat itu juga, dan berlanjut pada kesehatannya yang terus menurun. Sementara itu, Raja Vanir pada saat itu langsung mengerahkan semua pasukan yang dia miliki untuk menyebar dan mencari keberadaan Putri Rennesia. Sayangnya, usaha sebesar itu tak membuahkan hasil sama sekali hingga saat ini.

"Kumohon Dewa Agung Odeat, lindungilah putriku." Raja Vanir memejamkan mata seraya menahan air matanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!