NovelToon NovelToon

Isekai Slime? Reincarnation Into Another World

Bab 1 : Isekai

Sion. Jangan melawan ya, dengan begitu maka, kau akan aman.

Hal yang mereka katakan. Itu semua, sebuah kebohongan. Jika aku tak melawan maka aku akan aman? Hahahaha! Bodoh! Bodoh sekali!

Sekarang lihatlah! Aku di hajar habis-habisan oleh anak-anak orang kaya ini. Siapa yang mau menolongku?!

"Kenapa kau diam saja? Menangis lah govlok!"

Anak orang kaya itu, menendang wajahku menggunakan kakinya. Dan yang lain, menahanku dengan tangan mereka. Membuatku tak bisa bergerak.

"Lihat teman-teman. Anak miskin, dan tak berguna ini. Mari kita lihat, sampai kapan dia akan bertahan... Hahahaha!"

Aku mendengar jelas, semua tawa mereka. Senang? Mereka sangat senang melakukan ini padaku. Namun, jika aku yang melakukan ini pada mereka, bagaimana?

Oh jelas! Mereka pasti akan menggunakan kekuasaan orang tuanya, yang berduitlah yang menang. Itulah kenyataannya.

Tapi, jika sudah begini. Aku sudah tak perduli lagi.

Aku menggunakan sisa tenagaku, untuk memukul orang disampingku. Membuatnya merasakan sakit diwajahnya.

"Kau! Beraninya kau melakukan itu pada temanku!"

Lalu begitu juga dengan yang satunya, mereka berdua mengeluarkan darah dari hidungnya.

"Kau akan menerima akibatnya!"

Anak orang kaya itu, yang di panggil William. Memulai menyerang dengan tinjunya, yang mana berhasil kutangkap.

"William Yorda, kan? Aku sudah tak perduli, bahkan jika mati disini. Setidaknya aku akan membuatmu merasakan apa yang kurasakan."

"Apa-apaan kau ini! Kau pikir kau bisa meng—"

Sebelum kalimatnya selesai, tinjuku sudah kudaratkan di wajahnya. Ia tersandar ke dinding, memegangi wajahnya.

"Wajahku! Kau! Awas saja!"

William mencoba untuk lari. Namun, ia terjatuh karena kakinya di tarik temannya.

"Bos William! Jangan tinggalkan kami!"

"Bodoh! Siapa perduli dengan kalian, yang terpenting adalah nyawaku!"

Bodoh, sungguh bodoh. Dengan begitu sudah tak ada jalan keluar untukmu.

Kedua temannya itu memeganginya dengan erat, membuat William makin mengamuk mencoba melepaskan kakinya.

"Sialan! Lepaskan aku!"

"Jika kami terluka, maka kau harus merasakannya juga! Ini salahmu!"

Aku menendang wajah William saat ia masih tak bisa bergerak, karena kakinya di pegangi.

"Teruskan Sion! Kau memukul kami dengan keras, tapi dia bahkan belum mengeluarkan darah!"

"Diam bodoh, setelah aku selesai dengannya. Maka, selanjutnya giliran kalian."

Mereka berdua terdiam, sedangkan aku masih memukuli wajah si William. Orang ini harus di beri pelajaran.

Pukulan demi pukulan di daratkan, membuat memar diwajahnya. Pukulan terakhir dengan semua tenagaku. Yang mana berhasil membuatnya memuntahkan darah segarnya.

"Uhuk!"

William menatapku tajam, amarah terlihat di wajahnya. "Sion! Lihat saja, aku tak akan mengampunimu!"

Mendengar itu membuatku ingin tertawa. "Kau? Ingin melawanku? Hahahaha! Sayang sekali, kau telah kehilangan kesempatan itu."

Aku menginjak kaki William yang sedang di pegangi oleh teman-temannya.

Krakk!

"Aghhhhhhkkk! Sakit! Sakit!"

Kedua temannya itu melepaskan pegangannya, dan mundur dengan sedikit takut. Terdengar jelas suara retaknya tulangnya, dan saat ini William tak bisa melarikan diri lagi.

"Ada apa, William? Kau takut?"

"Kau! Lihat saja kau past—"

Bugh!

Tendangan kudaratkan di wajahnya. Membuatnya terdiam, menahan rasa sakitnya.

Ahhh aku bosan.

Aku menarik kaki William.

"Hei! Tunggu! Apa yang kau lakukan!"

Satu... Dua... Tigaa!

Tepat setelah hitungan ke tiga, aku melemparkan tubuh William ke jendela. Karena saat ini, kami berada di gedung yang sangat tinggi.

"SIALAN!"

Setelah beberapa saat menikmati pemandangan berdarah itu, aku sendiri melompat kebawah.

Hahaha! Ini akhirnya! Aku bebas, aku tidak menyesalinya.

Setelah itu, semuanya menjadi gelap. Aku tak mengingat apapun.

...---...

Aku merasakan angin berhembus pelan, dingin menerpa kulitku. Dan aku juga merasakan ada rumput yang bergoyang disekitarku, terasa geli saat mereka menyentuh kulitku.

Perlahan aku membuka mataku, melihat langit yang tertutup pepohonan lebat. Aku bangun dari posisiku.

"Di mana ini," ucapku, sambil melihat sekeliling.

Penuh dengan pohon. Suasana terasa damai, hanya angin berhembus dan suara dedaunan.

Tak bertahan lama ketenangan itu, tiba-tiba terdengar suara keras, yang membuatku menengok. Burung-burung berterbangan, tanda akan ada yang datang, sesuatu yang besar, kuat, dan berbahaya.

Melihat monster itu, hal pertama yang kupikirkan adalah.

Dinosaurus?

Bukan, itu hanya terlihat mirip. Yang ini lebih seperti monster yang memiliki tubuh mirip T-rex. Aku bangkit dari tempatku, mencoba melarikan diri.

Dengan sekuat tenaga berlari menjauhi monster itu.

Huhh... Huh... Huh...

Setelah beberapa saat, aku menemukan tempat persembunyian. Sebuah gua yang lumayan muat untuk kumasuki. Tenda ini tertutup pepohonan, seakan ada pemiliknya, yang sengaja menutupi tenda ini.

Apapun itu, yang terpenting selamatkan diri terlebih dahulu.

Aku dengan cepat memasuki gua itu, di dalamnya gelap. Namun, ada yang bersinar. Itu... Sebuah batu? Atau berlian?

"Tidak-tidak, mana mungkin ada berlian disini. Tapi monster itu tadi, sebenarnya apa?"

Memikirkannya saja membuatku agak merinding, dan tepat saat itu ada sesuatu yang menyentuhku dari belakang.

"Aghhhhhhhh!" teriakku, kaget.

Setelah melihat kebelakang, oalahh itu cuma Slime. Eh... Slime?

Monster... Batu berkilau, dan Slime. Jangan-jangan ini Dunia lain.

"Tebakanku mungkin saja benar, hei Slime kecil. Tempat apa ini... Dan benda apa itu?"

"..."

Tiada jawaban, dengan bodohnya aku mengajak Slime bicara. Apa sih, yang kupikirkan.

Slime ini bersembunyi disini juga, sepertinya dia juga takut dengan monster tadi.

"Slime kecil yang malang, kau pasti ketakutan ya," ucapku sambil mengelus-elus Slime itu.

Aku menghabiskan waktu lama, bersama Slime itu. Tidak terasa kami jadi semakin dekat. Waktu yang kami habiskan sepertinya tidak sampai sehari, karena monster itu sudah pergi, dan kami akhirnya bisa keluar.

Langit berwarna jingga, terlihat di celah-celah pepohonan. Menandakan sudah sore.

"Akhirnya... Badanku pegel-pegel."

Aku meregangkan tubuhku, karena terlalu lama duduk membuat tubuhku jadi sedikit kaku. Dan tepat saat itu juga terdengar suara dari perutku.

Sudah jelas, itu tanda kalau aku lapar.

Aku memegangi perutku, memikirkan apa yang bisa kumakan. "Aduhh, tidak ada makanan disini."

Slime itu kemudian menuju ke semak-semak, dan mengambil beberapa daun untuk diberikan padaku.

"Eumm. Terima kasih, tapi aku tidak makan daun."

Aku mendekati Slime itu, sedikit heran. Kira-kira Slime ini kupanggil apa ya.

"Hei. Slime kecil, kau itu betina atau jantan?"

Eh pertanyaan apa itu tadi, memangnya Slime punya gender?

"Aku betina."

Mendengar suara itu, aku terdiam beberapa saat.

"Eh... Slime bisa bicara!"

"Diam-diam, harusnya yang terkejut disini adalah aku. Aku sendiri bingung kenapa aku bisa bicara."

Ini aneh sekali. Dunia macam apa ini sebenarnya.

"Kalau begitu... Kupanggil Lise saja, bagaimana? Kurasa itu cocok denganmu."

"Tidak buruk, aku menyukainya."

Setelah selesai berbicara ia melompat, tubuhnya dipenuhi cahaya, yang kemudian berubah menjadi berbentuk manusia.

"Bagaimana? Apakah penampilanku cantik?"

Aku terdiam, tak bisa mengatakan apapun.

Bab 2 : Makan Di Kedai

Angin berhembus kencang, sangat segar rasanya. Dan saat ini juga aku sedang memperhatikan seorang gadis cantik, berambut biru panjang senada dengan matanya. Dengan polosnya ia mengejar kupu-kupu yang terbang disekitarnya.

Sulit dipercaya dia ini adalah Slime.

"Hei, Lise. Apa kau tau kota terdekat disini?"

Lise yang sedang mengejar kupu-kupu, tiba-tiba berhenti lalu menjawab. "Hmm, ahh ada. Ikuti aku, mari kita kesana."

Setelah beberapa langkah, Lise melompat dan berubah kembali menjadi Slime. Ia menaikiku, dan duduk di kepalaku.

"Lise."

"Apa?" jawabnya, merasa tak ada yang salah.

"Kenapa, kau duduk disana?"

"Aku malas berjalan."

Slime ini, dia ingin membodohiku ya. Ia seenaknya duduk di kepalaku sementara aku berjalan. Tapi yasudahlah, apa boleh buat.

Kami terus berjalan, melewati pepohonan yang lumayan lebat. Semakin jauh kami berjalan, semakin terang cahaya di depan. Menandakan sudah hampir keluar dari hutan.

Di beberapa langkah terakhir, aku berlari keluar hutan, lalu melompat. "Yahuu! Akhirnya keluar juga!"

"Woi! Apa yang kau lakukan."

Tanpa kusadari, Lise yang sebelumnya ada di atas kepalaku malah terjatuh karena aku melompat, serius aku tidak sengaja.

"Gomenasai..." ucapku, sambil mengangkatnya, lalu mengelus-elus kepalanya.

"Kau ini ada-ada saja."

Lupakan itu, dan lanjutkan perjalanan. Dari sini sudah terlihat sebuah kota, aku melanjutkan berjalan.

Sesampainya di gerbang kami di periksa, untung saja Lise sudah merubah bentuknya menjadi manusia, sebelum kami tiba di gerbang. Kurasa monster tidak di perbolehkan ada di kota.

Eh? Memangnya Slime monster juga? Padahal mereka lemah seperti ini.

Kami meneruskan berjalan lagi, bedanya kali ini Lise sudah berjalan sendiri. Akhirnya kepalaku tidak berat lagi. Begini-begini Lise dalam wujud Slime cukup berat.

Sepanjang kami berjalan banyak hal yang kuperhatikan, dan ada juga hal yang membuatku khawatir. Satu hal, yaitu...

Kami tidak punya uang!

Lise selalu memperhatikan makanan sepanjang perjalanan, yang menandakan kalau dia ingin makan. Dia lapar!

"Bagaimana ini! Ada gadis cantik yang sedang kelaparan di sampingku, apa yang harus kulakukan!" pikirku panik.

Eh dia Slime, bukan kah tinggal makan daun saja.

Ahh... Tidak mungkin dia mau makan daun dalam wujud manusia, lagi pula itu akan menarik perhatian orang-orang.

"Hei..."

Gawat! Dia pasti akan bilang, kalau dia lapar!

"Eum, apa?" ucapku, menoleh kearahnya.

"Siapa namamu? Aku lupa menanyakannya."

Ahh, benar juga. Saking terkejutnya tentang Slime yang bisa bicara, sampai-sampai aku lupa memberitahu namaku.

"Namaku... Sion."

"Hmm... Sion, aku lapar."

"Eh..."

Kan! Dia benar-benar lapar!

"Kau mau makan daun?"

Karena sudah kebingungan, aku malah melontarkan pertanyaan itu kepadanya.

Plak!

Ia memukul kepalaku lalu berkata. "Kau bodoh ya? Seorang gadis cantik ini kau suruh makan daun?"

"Padahal sebelumnya kau menyuruhku makan daun, kupikir itu makananmu." Aku memegangi kepalaku.

"Aku hanya bercanda." Ia menarikku ke suatu kedai makanan.

Di depan kedai, aku berpikir. Bagaimana caranya agar kami bisa makan. Kalau di dunia sebelumnya, bayarannya bisa digantikan dengan mencuci piring.

Tepat saat aku melangkah masuk ke dalam kedai, tiba-tiba. "Eh—"

Semua orang di kedai menoleh ke arahku, begitu juga dengan Lise. "Ah, ehem. Bukan apa-apa."

Aku hanya sedikit terkejut, sebelumnya muncul suatu ilusi. Sepertinya itu petunjuk kekuatanku. Aku tak dapat skill cheat saat datang, bahkan tak ada sistem. Memangnya skill seperti apa yang kumiliki.

Kami akhirnya mendekati meja, Lise duduk di kursinya dengan anggun. Kurasa ia hanya sedang pamer. Karena ada beberapa gadis disini, mereka memperhatikan Lise, kurasa karena iri akan kecantikannya.

Aku duduk sambil mengingat apa yang ada pada ilusi, yang kulihat sebelumnya. Sementara itu Lise menatapku dengan menggembungkan wajahnya.

"Kalau tidak salah, tinggal begini saja kan." Aku mengarahkan tanganku, pada seseorang berpakaian rapi yang terlihat kaya.

"Noriutsuru."

Setelah selesai mengucapkan kata itu, tubuhku langsung pingsan dan kesadaranku beralih ke tubuh pria dengan pakaian rapi itu.

"Ahh, jadi begini."

Saat ini aku sedang berada di tubuh orang itu sambil berpikir, lalu setelah beberapa detik. Aku kembali ketubuh asliku.

"Sepertinya kekuatan ini hanya bertahan beberapa detik," batinku.

Dan di depanku, Lise menatapku tajam. Kelihatannya ia marah.

"Hoi, Sion. Kenapa malah tiduran! Aku lapaarr!"

"Iya-iya, sebentar," jawabku.

Kini aku kembali mengulangi apa yang kulakukan sebelumnya. "Noriutsuru."

Aku mengambil uang dari satu milik pria itu, lalu berjalan ke arah mejaku dan Lise. Meletakkan uang ke dalam saku milikku, dan kembali duduk seperti sebelumnya.

Dan setelah itu aku kembali ke tubuhku.

Aku mengambil uang yang sebelumnya kumasukkan ke saku milikku, dan sedikit tersenyum. "Uang ini kelihatannya lumayan banyak."

Sebenarnya masih banyak di saku orang itu, tapi aku hanya mengambil beberapa.

Aku melihat ke arah Lise, ia tampak penasaran dengan apa yang kulakukan. Lalu, ia menghembuskan napasnya. "Sudahlah, apapun yang kau lakukan, terserahlah. Sekarang..."

Dalam sekejap uang yang ada di tanganku hilang, bagai debu tertiup angin. Itu adalah perbuatan Lise. Matanya bersinar melihat uang yang begitu banyak.

"Hei, kenapa kau mengambil semuanya?"

"Begini, tidak baik jika laki-laki yang menyimpan uang. Bahkan di rumah tangga juga perempuan yang menyimpan uang, kan?"

"Eh... Kau menganggapku suamimu? Tapi kita baru saja bertemu tadi!"

"Terserahlah." Ia kemudian pergi, dan mengambil banyak makanan yang terlihat sangat lezat.

Makanan yang terlihat enak, membuat air liurku menetes saat melihatnya. Tak berlama-lama kami berdua menyantap makanan itu.

Aku makan dengan tenang, menikmati setiap rasanya. Sedangkan Lise makan dengan begitu cepat, kelihatannya dia sangat lapar. Saat ini, ia sudah menghabiskan lima piring.

Sungguh...

"Slime yang rakus."

"Hah?! Apa katamu!"

Gawat! Suara hatiku bocor!

"Aaa... Bukan apa-apa, sepertinya kau salah dengar." Aku menggaruk-garuk kepalaku, dan memalingkan wajah selagi mengubah topik.

Tong!

Sebuah piring melayang dan mengenai kepalaku, membuatku berteriak. "ADUHH! SAKITT!" Membuat semua orang disini langsung memperhatikanku.

"Sekali lagi kau bilang aku rakus, awas saja kau." Ia mengancamku dengan menunjuk dua jarinya ke mataku.

"Maaf," ucapku.

Setelah selesai tentang itu, kami melanjutkan makan. Aku menghabiskan dua piring, sedangkan si Slime rakus ini menghabiskan sepuluh piring.

Untuk pembayaran kami menghabiskan tiga koin emas, sedangkan sebelumnya aku hanya mengambil lima belas koin emas.

Sepertinya kedepannya aku harus mencari cara untuk mendapatkan uang, kalau tidak bagaimana cara untuk membayar makanan si rakus ini.

Lise mengelus-elus perutnya, wajahnya begitu bahagia. Kami istirahat sebentar di kedai itu, karena setelah makan, aku sama sekali tidak punta tenaga untuk berjalan. Perutku terlalu penuh!

Selagi itu juga, aku berpikir. Akan kugunakan untuk apa kekuatanku ini. Masa aku harus memaling uang orang lain terus. Maling isekai!

Jangan dong!

Bab 3 : Slime Cantikku

"Ka-kau berat..."

"Diam, jangan banyak protes!" ucap Lise, ia memukul kepalaku dengan tangannya.

Saat ini, aku sedang menggendongnya, katanya ia tak kuat jalan, karena sudah menghabiskan sepuluh piring makanan.

Karena tingkah laku kami dan kecantikan Lise, banyak orang-orang yang memperhatikan kami. Jujur saja, itu membuatku tidak nyaman.

Lise dengan nyamannya meletakkan kepalanya di bahu-ku, harus kuakui dalam wujud manusia ataupun Slime, dia ini sama beratnya.

Aku tidak heran soal itu, karena sudah melihat dia makan. Sepuluh piring bukan jumlah yang sedikit, aku malah heran kenapa dia bisa menghabiskannya.

Aku terus berjalan sambil menahan berat dan memperhatikan sekitar, ada yang kucari yaitu, penginapan. Ya, aku sangat perlu penginapan sekarang, si rakus ini sedang tertidur dan penginapan sangat cocok untuk tidur, kurasa....

Setelah berjalan cukup lama kakiku sudah tak bisa menahan beratnya, tubuhku terlalu lemah saat ini. Kebetulan di depanku ada penginapan, aku langsung menuju ke penginapan itu tergesa-gesa.

Membuka pintu aku disambut pemilik penginapan, setelah berbincang sebentar, aku memberikan uangku. Dan ia menunjukkan kamar untukku.

Saat membuka pintu kamar aku sudah terjatuh saking lelahnya, Lise menindihiku parahnya dia bahkan tak terbangun. Aku kembali mengangkatnya lalu menutup pintu.

"Ahhh! Dia ini sungguh berat..."

Setelah membaringkannya di ranjang yang begitu empuk, aku ikutan berbaring di sebelahnya. "Ahh... Tubuhku sakit semua."

"Ayam~"

Si Slime rakus itu malah mengigau, aku memiringkan badanku melihat Lise lebih jelas. "Sangat sulit dipercaya kalau dia ini adalah Slime." Bagaimana pun aku mengulangi kata itu dia tetaplah Slime, itu tak akan berubah, setidaknya untuk sekarang, tidak tahu nanti.

Baiklah selagi dia tertidur sepertinya aku bisa melakukan eksperimen pada tubuhnya, muehehehe...

"Baiklah, Noriutsuru." Aku mengarahkan tanganku ke Lise yang sedang tertidur.

Lalu, kesadaranku berpindah ke tubuhnya. Dengan cepat aku langsung berhitung.

"Satu... Dua... Tiga..."

Setelah sampai hitungan ke dua puluh kesadaranku di kembalikan ke tubuh asliku, yang tergeletak di lantai.

Jadi singkatnya, aku bisa merasuki orang lain dalam jangka waktu dua puluh detik, lewat dari itu kesadaranku akan dikembalikan secara paksa.

Dan saat aku merasuki orang lain, tubuh utamaku akan tertidur. Aku mulai memahami ini, ada hal yang ingin kucoba sebenarnya, tapi aku tidak bisa melakukannya dengan tubuh Lise.

Lain kali akan kucoba ideku itu, untuk sekarang lupakan saja.

Karena sudah larut malam, akun kembali membaringkan tubuhku. Lalu menutup mataku agak bisa memasuki dunia mimpi.

...---...

Matahari bersinar sangat terang, membuatku terpaksa membuka mataku karena silau dan sedikit panas. Selain itu aku juga merasakan tubuhku tak bisa bergerak, seakan di tahan oleh sesuatu yang berat.

"Aku tak bisa bangun," ucapku dengan suara kecil.

Aku mengusap-usap mataku, pandangan yang sebelumnya agak buram kini mulai terlihat jelas, aku melihat seorang gadis cantik berambut biru yang sedang tertidur nyenyak di atasku.

"Sialan," ucapku, mencoba menggoyang-goyangkan tubuhnya.

Aku mulai menggoyangkannya dengan lebih kencang, karena dia tak bangun-bangun. "Ahhh! Ini melelehkan."

"Hoii! Liseee! Bangun!"

"Liema meniett lagiehh..."

Aku menepuk kepalaku, sedikit bingung dengan kelakuan gadis ini. Apa kucoba gelitiki saja? Ahh, sebaiknya jangan. Dia bisa saja memukulku dengan keras, itu berbahaya, aku bisa mati karena pukulannya.

Aku menunggu cukup lama, sampai matahari benar-benar sudah tinggi, dan saat itulah dia baru membuka matanya. "Eumm..." Ia mengusap usap matanya. Lalu bangun menjauh dari tubuhku, sialnya rambut panjangnya mengenai mataku, itu pedih rasanya.

"Hoaaa... Selamat pagi, Sion." ia menguap sambil menutup mulutnya.

"Pagi juga," ucapku datar.

Setelahnya kami berpisah, menuju ke pemandian masing-masing, lalu bertemu lagi di meja makan. Lise yang ini, rambutnya basah wajahnya terlihat begitu cantik, kurasa di dunia ini cantik itu natural tanpa make up atau apapun itu. Walau dia ini bukan manusia, tapi cantiknya melebihi manusia biasa.

Uhum-uhum. Sudah-sudah, terlalu memuji itu tidak baik.

Kerena perutku sudah berbunyi dari tadi, akhirnya aku menyantap makananku yang sudah tersedia di meja makan. Setelah beberapa saat ku lihat ke samping, Lise sudah menghabiskan tiga piring, sedangkan diriku satu piring pun belum habis.

Sungguh.

"Rakus."

"Hmm?"

Yep, sekali lagi suara hatiku bocor. Aku melindungi kepalaku dengan tangan, bersiap menerima pukulannya. Namun, tak terjadi apapun, dia tak menghiraukannya. Ia melanjutkan makan, mungkin saja dia tak mendengarnya.

Oke baiklah, aku juga melanjutkan makanku. Setelahnya aku ingin pergi ke luar, baru saja ingin melangkah melewati pintu, aku sudah di tarik oleh Lise dari belakang.

"Apa?" ucapku, datar.

"Mau kemana? Kau mau meninggalkanku tanpa uang disini?"

"Aku mau keluar sebentar, soal uang bukannya kau yang menyimpannya ya, kurasa masih ada sisa dari yang kemaren."

"Oh begitu, aku ikut!" Ia memelukku dari belakang.

"Iya iya..."

Akhirnya kami pergi bersama, kali ini kembali ke kedai makan, bukan untuk makan, tapi mencari uang. Aku masih perlu uang sebelum punya pekerjaan di dunia ini. Memang agak keterlaluan mengambil uang orang lain, tapi hanya ini caranya. Saat aku kaya nanti akan ku kembalikan, mungkin.

"Noriutsuru."

Selesai dengan urusanku aku keluar dari kedai makan itu, kali ini aku mengambil lebih banyak. Tapi, dari beberapa orang, kalau hanya satu orang yang kuambil nanti uangnya habis.

Sambil berjalan di tengah kota yang cukup ramai, banyak anak-anak bermain, dan orang-orang jual beli. Aku mendengarkan cerita dari Lise tentang Guild Petualang.

Yahh, harusnya kalian tau apa tujuanku, tentu saja mencari uang dari situ. Aku tidak punya pengalaman dalam pekerjaan seperti itu, pasti akan sulit bagiku untuk terbiasa. Namun, Lise ada di sini, dia cukup kuat dan bisa ku gunakan.

Tentu saja aku juga akan ikut bertarung, kalau membiarkan dia bertarung sendirian laki-laki macam apa aku ini.

Aku melirik Lise yang sedari tadi memperhatikan sebuah kalung dengan batu kristal. Kurasa aku pernah melihat kristal itu.

"Kau mau?" tanyaku.

"Eh, apa?"

"Aku tanya, apa kau mau kalung itu?" tanyaku sekali lagi, lebih jelas.

"Kalung itu menarik, tapi kita harus berhemat untuk makan. Lagipula makanku banyak." Ia memalingkan wajahnya yang memerah saat mengatakan itu.

Woww! Akhirnya si rakus ini sadar! Yattaaa!

"Tidak apa-apa, soal uang serahkan saja padaku." Aku mengusap-usap kepalanya.

Aku merasa diriku terlihat keren.

Kami menghampiri penjualnya, lalu langsung membelinya. Aku memakaikannya pada Lise, itu terlihat cocok, mungkin karena kristal itu berwarna biru seperti rambutnya Lise.

"Apa cocok?" tanyanya wajahnya sedikit merah.

"Yah, sangat cocok."

Yah, lagi dan lagi aku memujinya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!