~***HAPPY READING ALL***~
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Prolog
Ada sepasang Suami Istri yang sedang berbahagia dengan kehadiran sang buah hatinya yang sudah lahir ke dunia ini dengan selamat,tanpa kekurangan apapun yang berjenis kelamin Laki-Laki.
Seorang Suami yang kini menyandang gelar baru yaitu menjadi Papa untuk sang buah hatinya,langsung menggendong untuk mengadzani dan mengkhomati sang buah hatinya,setelah selesai dan langsung memberi nama pada sang buah hatinya bernama Arfiansyah panggilannya Arfi.
Sang Istri yang menyandang gelar baru menjadi Mama untuk sang buah hatinya,menyukai nama yang di berikan oleh Suaminya.
Hari demi hari tahun demi tahun telah berlalu dengan cepat berganti,kini Arfi pun sudah berusia enam tahun.
Sekarang Arfi pun sudah masuk sekolah,waktu sekolah pun Arfi selaku mendapatkan peringkat sampai-sampai kedua orangtuanya Arfi nggak percaya,kalau Arfi bisa mendapatkan peringkat satu di kelas.
Pasalnya waktu di ajari selalu bermalas-malasan belajarnya,tapi kedua orangtuanya Arfi tetap bersyukur dengan apa yang di capai oleh anaknya.
Kini waktu pun seakan cepat berlalu,tak terasa Arfi pun sudah masuk sekolah Sma,tapi malah nggak dapat peringkat sama sekali saat di sma karena Arfi sukanya bermain terus,setiap pulang sekolah pasti langsung bermain dan nggak pernah betah kalau berada di Rumah,untungnya masih bisa lulus meskipun sudah nggak mendapatkan peringkat lagi.
Tiga Tahun Kemudian
Semenjak lulus sekolah hidupku tak tentu arah dan hari yang ku jalani terasa begitu gelap,hari demi hari selalu merasakan nggak ada perubahan sama sekali,sampai pada suatu hari ada seorang teman yang memperkenalkan seorang padaku.
Semenjak mengenal malah semakin lebih parah lagi,karena setiap hari di ajak yang tidak-tidak,ya kalau nggak bermabuk-mabukan pasti berantem,lambat laun ku menyadari kalau ini sudah salah dalam bergaul,karena membuat hidupku semakin gelap saja.
***
Malam Hari
Arfi bertekad ini untuk yang terakhir kalinya berkumpul dengan sekelompok orang tersebut,sudah cukup selama tiga tahun ini berada di lingkaran yang gelap dan sekarang sudah waktunya mencari cahaya harapan.
Di jalanan Komplek ada beberapa orang yang sedang berpesta minuman,termasuk juga Arfi yang berada di situ,baru juga mulai datanglah kedua orangtuanya salah satu dari pemuda (Arfi) yang sedang berkumpul yang kebetulan sedang lewat di jalanan tersebut.
"Bagus Arfi..! kamu mabuk lagi,sampai kapan kamu mau mempermalukan Keluarga terus,ini sudah kesekian kalinya kamu begini bermabuk-mabukan dan berantem di jalanan." emosi Papa Ardan.
"Sudah Pa! kita bahas di Rumah saja jangan di sini,ayo Fi ikut Mama pulang." ucap Mama Fiona seraya mengajak.
Mama Fiona langsung menggandeng Arfi untuk masuk dalam mobil,awalnya Arfi pun menolak tapi karena di tarik paksa oleh Papa untuk masuk ke dalam mobil,di perjalanan pulang ke Rumah mereka semua hanya diam dengan pemikiran masing-masing,setelah beberapa menit sampai di depan Rumah.
Papa Ardan pun langsung keluar dari mobil dan membanting pintu mobilnya.
BRAKKK
"Astagfirullah." kaget Mama Fiona sambil mengelus dadanya.
"Ayo turun Fi dan langsung masuk."
Ajak Mama Fiona sambil keluar dari mobil,Arfi pun ikut keluar dan langsung di gandeng oleh Mama Fiona untuk masuk ke dalam Rumah,ya walaupun senakal-nakalnya Arfi pasti tidak akan menyakiti Perempuan,apalagi Perempuan yang sudah mengandung dan melahirkannya,sesampainya di dalam Papa Ardan yang sedang duduk sudah menunggu.
"Sampai kapan kamu akan terus begini,dulu kamu tuh ngga seperti ini,sebenernya kamu itu kenapa Fi?" tanya Papa Ardan.
"Apa semua gara-gara teman baru kamu itu,sampai kamu berubah begini?" sambung Mama Fiona.
Pertanyaan Mama Fiona membuat Arfi menunduk tanpa menjawab pertanyaan tersebut,dalam hatinya mengiyakan itu.
"Jadi bener! kan Mama sudah pernah bilang,kalau teman baru kamu itu membawa pengaruh buruk buat kamu Fi." lanjut Mama Fiona.
"Ada apa nih dan siapa yang Mama maksud?" tanya Papa Ardan.
"Katanya sih teman barunya Arfi,sebulan yang di perkenalkan ke Mama! tapi Mama langsung nggak suka,karena nggak ada sopan santunnya sama sekali Pa." jawab Mama Fiona.
"Kenapa Papa nggak tahu soal itu." ucap Papa Ardan.
''Sudahlah Pa! nggak perlu tau juga." sahut Mama Fiona.
"Sudah Ma,Pa! maafin Arfi karena selama ini sudah salah dalam bergaul,Arfi meminta maaf ke Papa dan Mama." pinta Arfi.
"Baiklah Papa maafin kamu untuk yang terakhir kalinya,tapi malam ini juga kamu harus pergi ke Rumah Tante Ami,karena kalau kamu masih berada di sini pasti akan terus ketemu dengan mereka,Papa nggak mau lagi lihat kamu begini terus dan ingat..! kalau sampai di sana kamu kaya di sini,jangan pernah anggap kami sebagai orangtua kamu." ucap Papa Ardan memberi ultimatum ke Arfi.
Papa pun langsung menelpon temennya.
Tuuuuuttttt
"Halo..! bisa ke Rumah sekarang."
"..."
"Oke..saya tunggu.''
Tut Tut
Mama Fiona hanya diam dengan keputusan Suaminya,ini semua demi kebaikan sang anak biar lebih baik lagi untuk kedepannya.
Rasanya bagai di sambar petir di siang bolong di usir oleh kedua orang tuaku sendiri dari rumah,tapi aku menyadari kalau ini semua memang salahku sendiri,karena nggak pernah dengerin apa omongan orangtuaku sendiri,tentang jangan pernah masuk ke dalam pergaulan yang salah.
Sesaat kemudian datanglah teman Papa yang barusan di telpon sudah berada di depan rumah,akhirnya Arfi pun menyetujui untuk pergi ke Rumah Tante Ami.
"Baiklah Pa,Ma! maafin Arfi yang sudah sering membuat Papa dan Mama malu karena Arfi." ucap Arfi.
"Ingat..! jangan pernah ulangi kesalahan kamu lagi." sahut Papa Ardan.
Arfi mengangguk dan langsung pergi dari Rumah di iringi isak tangis dari Mama,tentu saja setelah memasukan beberapa pakaian di tas,ternyata Mama kasih amplop yang berisikan uang saat membantu mengemas baju ke dalam tas nya Arfi.
Arfi pun di antar sama temannya Papa untuk pergi ke Terminal Bus,setelah sampai langsung naik Bus dengan tujuan ke Kota Bandung,di dalam Bus Arfi pun merenungi kesalahan yang selama ini,butuh beberapa jam barulah sampai di Kota tempat tinggal Tante Ami dan ketika Arfi baru turun dari Bus yang akan pindah ke Bus yang lain,baru beberapa langkah langsung melihat seorang Ibu yang sedang kebingungan.
"Assalamualaikum Bu! apa ada yang bisa aku bantu." ucap Arfi.
"Waalaikumsalam Nak! ini ban mobil Ibu bocor." sahut ibu berhijab.
"Apa ada ban cadangan dan dongkraknya Bu?" tanya Arfi.
"Ada Nak di dalam bagasi." jawab Ibu itu.
"Ya sudah biar aku bantu yah Bu."
Ucap Arfi seraya melangkah ke bagasi mobil untuk mengambil ban cadangan dan dongkraknya,setelah mengambilnya langsung mengganti ban yang bocor sama ban yang baru,tak lama pun selesai untuk menggantinya Arfi pun langsung membawa ban yang bocor dan dongkraknya ke dalam bagasi mobil.
"Terimakasih Nak sudah membantu...
Bersambung
~*SEE YOU NEXT*~
"Terimakasih Nak! sudah membantu dan ini ada sedikit uang untuk kamu." ucap Ibu tersebut sambil menyodorkan uang satu lembar seratus ribu.
"Sama-sama Bu! lebih baik di simpan saja yah,aku ikhlas membantunya,baiklah Bu! aku pamit dulu yah,Assalamualaikum." pamit Arfi sambil melangkah pergi tanpa menunggu salamnya di jawab.
"Eh Nak! huft..Waalaikumsalam." kaget ibu tersebut seraya menjawab salamnya.
"Ternyata masih ada orang yang baik,seperti Pemuda tadi." batin Ibu tersebut.
Sedangkan Arfi sudah masuk ke dalam Bus untuk menuju ke Rumah Tantenya,selang beberapa menit baru sampai.
Sesampainya di depan Rumah Tantenya pun sudah jam delapan pagi,langsung melihat Tante Ami yang sedang duduk bersama Putranya yang sudah besar,Arfi pun mengucapkan salam salamnya pun di jawab,Arfi pun menghampiri Tante Ami dan langsung mencium punggung tangannya,setelahnya langsung memeluk Tante Ami di balas senyuman dari Tantenya.
"Aa Arfi barusan sampai nih." ucap Tante Ami yang sudah terlanjur memanggil Aa ke Arfi,awalnya hanya untuk Putranya biar terbiasa memanggil Aa ke Arfi.
"Tante tau kalau Aa mau Kesini?" kaget Arfi seraya bertanya.
"Iya! karena semalam Papa kamu menghubungi Tante." jawab Tante Ami.
"Oh begitu! hey Adek Aa sudah besar nih!"
Ucap Arfi sambil menggoda Adek Faqih dengan mengacak-acak rambutnya.
"Ish Aa! rambutnya berantakan lagi nih,ya iya lah Aa sih jarang main ke sini." kesal Faqih karena rambutnya di acak-acak sambil merapikannya kembali.
"Sudah Aa! kamu mah kebiasaan,dari dulu selalu saja menggoda Adek kamu,sekarang kamu istirahat saja sana,pasti capek berjam-jam di perjalanan." lerai Tante Ami.
"Baiklah Tan! Aa istirahat dulu yah Dek,nanti kamu cerita-cerita ke Aa yah." pamit Arfi.
"Baiklah A! Adek juga ingin cerita sesuatu ke Aa,kalau cerita ke Mama mah nggak asyik tau A." ucap Faqih.
"Adekkk! kenapa nggak cerita ke Mama aja sih." kesal Tante Ami sambil mencubit tangannya Faqih.
"Aww sakit Mama!! ya nggak asyik lah,masa cerita tentang Cewek ke Mam- upss..!" keluh Faqih keceplosan langsung menutup mulutnya sendiri.
"Hahaha..ternyata Adek Aa bener-bener sudah besar,karena sedang jatuh Cinta yah?" tawa Arfi seraya bertanya.
"Adek! kamu itu masih kecil,jangan Cinta Cintaan dulu." emosi Tante Ami.
"Dengarkan Aa! belum juga Adek cerita,Mama mah nggak asyik.'' kesal Faqih.
"Huft..Aa sana istirahat dulu." titah Tante Ami.
Arfi mengangguk seraya melangkah ke kamar Papanya tang dulu,ternyata masih bersih dan terawat,langsung mengistirahatkan tubuhnya,setelah beberapa jam baru bangun dari tidurnya,langsung ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya,karena bertepatan mendengar suara Adzan Dzuhur.
Setelah selesai membersihkan diri,langsung keluar dari kamar untuk pergi ke Masjid dekat Rumah Tante,saat berada di luar kebetulan ada Faqih yang sedang main Hpnya,Arfi pun langsung mengajaknya.
"Dek! sudahi dulu main Hpnya,yuk kita ke Masjid." ajak Arfi.
"Baiklah A, hayoo."
Mereka berdua pun pergi ke Masjid,setelah beberapa menit barulah sampai dan langsung Sholat Berjamaah.
Setelah selesai Sholat Berjamaah di Masjid,Arfi dan Faqih berniat langsung pulang,tapi di stop sama temannya Faqih,alhasil Arfi pun menunggu Faqih sedang ngobrol sama temannya,Arfi kaget saat mendengar bahwa Faqih ikut latihan beladiri,tapi Arfi pura-pura nggak mendengar.
***
Di Malam Hari
"Aa! Tante tau kamu bisa beladiri,tapi kalau di sini Tante minta sebisa mungkin di sembunyikan yah A! ya terkecuali sudah bener-bener mendesak." pinta Tante Ami.
"Hah! Tante tau darimana kalau Aa bisa sedikit beladiri,sedangkan Mama dan Papa juga nggak tau?" kaget Arfi seraya bertanya.
"Ya tau lah! kan Aa sendiri yang cerita ke Tante,waktu Dek Faqih masih kecil dulu." jawab Tante Ami.
"Ah iya Aa lupa Tan! kalau pernah cerita ke Tante,lagian itu kan sudah lama banget." ucap Arfi.
"Iya A! memang sudah lama,tapi karena Dek Faqih mendengar waktu itu,sekarang Adek jadi belajar beladiri di sini A! katanya ingin seperti Aa bisa beladiri." sahut Tante Ami.
"Betul itu! apa yang di katakan oleh Mama,ya sebagai Laki-laki harus bisa beladiri dong,iya kan A." ucap Faqih yang baru keluar dari kamarnya seraya langsung duduk.
"Ya itu mah harus,tapi jangan buat sombong apalagi sok jagoan yah Dek!" pinta Arfi.
"Iya A! disana juga di ajari untuk tidak sombong,jadi Aa tenang saja Adek nggak akan kaya gitu." ucap Faqih.
"Bagus kalau begitu! Dek apa boleh Aa datang ke tempatnya,oh iya apa tempat latihannya tertutup?" tanya Arfi.
Faqih pun menjawab dengan gelengan kepala,karena di sana bebas mau siapa saja yang berkeinginan untuk belajar,ketika Faqih ingin berangkat tapi di hentikan oleh Aa nya.
"Ya udah Aa ikut kesana sama kamu Dek,tapi ingat..! Adek jangan bilang ke siapapun,kalau Aa kamu ini sudah pernah belajar." ucap Arfi sambil mengingatkan.
"Ya Aa! Adek sangat mengerti kok." sahut Faqih.
"Yakin Aa mau ikut Adek! ke tempat latihan?" tanya Tante Ami.
"Iya Tan! sekalian Aa ingin bersilaturahmi dengan Gurunya Dek Faqih." jawab Arfi.
"Ya sudah yuk! berangkat nya pake motor Adek kesananya,Aa yang bawa yah!" ajak Faqih.
"Hey Dek! Aa kan nggak tau tempatnya,gimana sih." kesal Arfi.
"Hehe..iya juga yah! yuk ah berangkat,Ma! Adek pergi dulu yah." tawa Faqih seraya pamit.
"Iya hati-hati! A tolong jagain Adeknya yah." ucap Tante Ami,Arfi mengangguk.
Mereka berdua pun berangkat setelah mencium punggung tangannya Mamanya Faqih dan mengucapkan salam salamnya pun di jawab.
Setelah beberapa menit barulah sampai,keduanya pun masuk dan langsung mengucapkan salam.
"Assalamualaikum." ucap keduanya serempak.
"Waalaikumsalam." sahut semua orang yang berada di situ.
Faqih pun mengajak Arfi untuk langsung menghampiri Gurunya yang berada di dalam Rumah,setelah mengucapkan salam dan salamnya di jawab,Faqih pun langsung menyalami Gurunya tersebut dengan takzim,di susul oleh Arfi yang melakukan hal yang sama seperti Faqih.
Deg
"Siapa yah dia! kenapa di saat berjabat tangan dengannya,sangat terasa berbeda dengan yang lainnya."batin Gurunya Faqih.
"Abah! perkenalkan ini Aa saya yang bernama A Arfi." ucap faqih memperkenalkan.
"Assalamualaikum Abah,saya Arfi Kakak sepupunya Faqih." sambung Arfi memperkenalkan diri.
"Waalaikumsalam Nak Arfi! salam kenal yah,silahkan duduk Nak." balas Abah.
"Terimakasih Abah." ucap Arfi sambil duduk.
"Ya udah Abah,A Arfi! aku mau gabung ke teman-teman dulu yah." pamit Faqih,Arfi mengangguk.
Faqih pun melangkah keluar dari Rumah untuk ke tempat latihan,sedangkan Arfi masih bersama Gurunya Faqih,ketika Gurunya Faqih ingin mengucapkan sesuatu terhenti dengan kedatangan seorang Perempuan Berhijab dengan membawa segelas kopi.
"Abah! ini kopinya,eh..ada tamu rupanya...
Bersambung
~See You Next~
"Abah! ini kopinya.eh..ada tamu rupanya,maaf yah Mas! aku nggak menyadarinya." ucap seorang Perempuan Berhijab tersebut sambil menaruh kopi di meja seraya kaget.
"Iya Mbak nggak apa-apa,santai saja yah Mbak." sahut Arfi.
"Neng tolong yah! ambilin minum untuk Nak Arfi." titah Abah.
"Nggak usah repot-repot Abah." ucap Arfi.
"Astagfirullah! maaf-maaf,tunggu sebentar yah."
Di saat anaknya tersebut mau melangkah menuju ke dapur tapi di hentikan oleh Arfi yang meminta izin untuk melihat sepupunya yang sedang latihan,setelah di izinkan Arfi pun langsung keluar dari Rumah Guru Adek sepupunya,dengan mengucapkan salam dan salamnya di jawab oleh Gurunya Faqih dan anaknya.
"Abah! apa dia salah satu murid baru di sini?" tanya anaknya.
"Bukan Neng! Arfi itu Kakak sepupunya Faqih,tapi kalau Abah lihat dari cara jalan dan berjabat tangan dengan Abah tadi,dia itu bisa beladiri." jawab Abah seraya menebak.
"Oh sepupunya Faqih,masa sih Bah! cuman lihat dari itu doang,Abah sudah menyimpulkan begitu." ucap anaknya.
"Beda Neng! ada sesuatu yang di sembunyikan sama Arfi,tapi Abah nggak tau apa!" bingung Abah.
"Udah sih Abah! nggak usah menebak-nebak begitu,Neng juga pamit mau latihan dulu yah." pamit anaknya,Abah mengangguk.
Anak Perempuan itu pun keluar yang ingin latihan juga,di saat sudah berada di luar anak Perempuan tersebut melihat Arfi lagi fokus melihat Faqih yang sedang di ajari oleh Kakak seniornya di pelatihan.
"Apa iya kata Abah! kalau dia juga bisa beladiri,tapi kalau di lihat sekilas kayanya nggak bisa deh." batin seorang Perempuan tersebut bertanya-tanya.
"Kenapa Mas! ngga ikut gabung saja?" tanya anak Perempuan kini ada di sebelah Arfi.
Saat Arfi ingin menjawab terpotong dengan datangnya Faqih yang menghampiri dan baru selesai dengan latihannya,tak lama Arfi dan Faqih berpamitan dengan anak Perempuan tersebut,ketika Arfi mengajak Faqih untuk berpamitan juga dengan Abah,tapi anaknya sendiri yang menghentikan dan bilang akan menyampaikan pada Abah.
Akhirnya Arfi dan Faqih langsung pulang,ternyata di belakang mereka ada yang memperhatikan obrolan dengan anaknya Guru Faqih,Arfi pun melirik ke seseorang tersebut dan menyadari ada sesuatu,karena cara melihatnya ada kemarahan di matanya.
***
Di Perjalanan
Di tengah perjalanan pulang terhenti di jalanan yang sepi,karena keduanya melihat seorang Ibu sedang di hadang oleh dua orang dan salah satunya mengancam dengan pisau di pinggangnya,Faqih yang ingin menolongnya tapi di hentikan oleh Arfi,membuat Faqih bingung dengan Aa sendiri,Arfi pun langsung memberikan masker ke Faqih untuk di pakai dan di terima langsung oleh Faqih langsung paham.
Faqih pun berlari langsung menendang tangan Perampok yang memegang pisau dan memukul tepat di wajah Perampok tersebut.
Duagh
Plang
Bugh
Ketika salah satu Perampok yang hendak mengambil pisau langsung di tendang oleh Arfi,tepat di wajah sambil mengambil pisau tersebut dan mengancam akan menelpon Polisi,karena takut kedua Perampok tersebut akhirnya memilih kabur.
Setelah Perampok tersebut pergi dengan motornya,Arfi pun menghampiri dan bertanya ke Ibu tersebut.
"Apa ibu baik-baik saja?" tanya Arfi.
"Alhamdulillah Ibu baik-baik saja,terimakasih yah sudah menolong Ibu." jawab Ibu tersebut.
"Sama-sama Bu! ya sudah kami pamit yah,Assalamualaikum." pamit Arfi,sedangkan Faqih hanya diam.
"Iya Nak! sekali lagi terimakasih,Waalaikumsalam." sahut Ibu tersebut.
Setelah mendengar salamnya di jawab,Arfi langsung merangkul pundak Faqih untuk melangkah pergi dari tempat tersebut.
"Sudah yuk! langsung pulang Dek." ajak Arfi.
"Tapi A! Adek ingin berpamitan ke Ibu itu,karena Ibu tersebut Guru Adek di Sekolah." pinta Faqih.
"Nggak usah! nanti beliau tau yang menolong itu kamu,sudah yuk naik! jangan pamrih kalau menolong seseorang." titah Arfi.
Faqih pun akhirnya mengerti maksud Aa nya itu,karena menolong seseorang nggak harus seseorang itu tau siapa yang menolongnya.
***
Satu Minggu Kemudian
Arfi sedang menunggu di depan gerbang Sekolah Faqih untuk menjemputnya,tiba-tiba ada seorang Security yang menghampirinya.
"Maaf Mas! sedang menunggu siapa di sini!" tegur security.
"Aku sedang menunggu Adekku Pak." ucap Arfi.
"Siapa nama Adeknya Mas,karena sebagian murid sudah pada pulang?" tanya Security.
"Nama Adekku Faqih Pak,apa dia juga sudah pulang yah." jawab Arfi.
"Oh Faqih! Bapak kenal sama dia,Faqih sedang latihan basket Mas! karena sebentar lagi ada pertandingan antar Sekolah." ucap Security.
Di saat Arfi ingin mengatakan sesuatu tapi di hentikan oleh seseorang yang baru menghampirinya,karena semenjak dari tadi sudah mendengar pembicaraannya.
"Jadi Mas saudaranya Faqih,masuk aja Mas tunggu nya di dalam saja." saran seorang Guru.
"Iya Pak! nggak enak,aku tunggu di sini saja." tolak Arfi.
"Ikut saja Mas! Pak Agus ini adalah pelatih basketnya." ucap Security.
"Sudah Mas! ayo ikut saya masuk."
Ajak Pak Agus sambil melangkah masuk Arfi pun dengan terpaksa mengikutinya,kini sudah berada di dalam Sekolah lebih tepatnya di tempat latihannya,Arfi melihat banyak Murid yang sudah menunggu pelatihnya.
"Hayoo Mas! masuk ke Lapangan saja." ajak Pak Agus.
"Nggak usah Pak! aku tunggu di sini saja,silahkan Bapak masuk ke lapangan Murid Bapak sudah pada menunggu." tolak Arfi.
Pak Agus pun mengangguk dan melangkah masuk dan langsung memulai melatih para Muridnya,sedangkan Arfi menunggu di luar lapangan,setelah setengah jam menunggu latihan pun selesai,Arfi pun mengajak Faqih untuk langsung pulang.
***
Malam Hari
Ketika Arfi memutuskan untuk pulang setelah membeli keperluannya di Indomaret,baru saja keluar dan berjalan beberapa meter,melihat ada dua Perempuan Berhijab dan mengetahui salah satu dari kedua Perempuan Berhijab tersebut yang sedang baku hantam dengan tiga orang Penjahat,Arfi pun memakai maskernya dan melihat satu Perempuan yang hendak kena pukulan,Arfi bergegas menarik Perempuan tersebut untuk menghindari pukulan dari si Penjahat,tapi nggak sengaja Arfi malah memeluk Perempuan tersebut.
"Maaf Mbak! aku nggak sengaja menyentuh dan memeluknya." ucap Arfi.
"Nggak apa-apa Mas." sahur Perempuan.
"Awas Mbak."
Ucap Arfi langsung menepis pukulan Penjahat yang akan memukul Perempuan Berhijab itu lagi,Arfi pun melawan Penjahat tersebut,baku hantam satu lawan satu pun begitu sengit,sampai Arfi melihat titik lemahnya langsung menyerang ke titik tersebut.
Bugh
Duagh
Brakkk
Penjahat tersebut terpental ke meja dan langsung berdarah karena pukulan dan tendangan Arfi,Penjahat tersebut pun langsung kabur,ketika menoleh ke anak Gurunya Faqih ternyata bener-bener mampu untuk melawannya,Arfi pun memutuskan untuk pamit ke teman anak Gurunya Faqih
"Ya udah Mbak! aku pamit karena teman Mbak itu mampu untuk melawannya,sekali lagi aku meminta maaf karena nggak sengaja telah menyentuh dan memeluk Mbak tadi,Assalamualaikum."
Bersambung
~See You Next~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!