NovelToon NovelToon

Nona Rubah Milik Tuan Muda

Bab 1 (Nasib Buruk)

Banyak orang berkata, bahwa menjadi cantik adalah suatu keberuntungan. Terlahir cantik akan membuat hidupmu lebih mudah dari orang lain. Tapi tidak dengan wanita bernama Teresa, ia tidak setuju dengan kalimat itu.

Hidupnya sekarang tidak mudah dan tidak juga beruntung seperti yang orang lain kira. Walaupun ia mempunyai wajah yang cantik jelita dan juga tubuh yang bagus, dia tetap tidak beruntung dalam banyak hal. Bukan hanya cantik, Teresa juga adalah lulusan dengan nilai terbaik di universitas ternama.

Kata orang, kecantikan dan kecerdasan adalah dua hal yang sangat memikat. Dan Teresa sudah berhasil memikat seseorang yang salah. Dia terjebak dan terperosok kedalam jurang cinta yang salah.

Seperti sekarang, Teresa hanya bisa menggunakan kecantikannya untuk menjadi resepsionis salah satu hotel ternama di kota ini. Dia sudah bekerja di hotel Nio one sejak tiga tahun yang lalu.

Dia juga sudah menikah dengan lelaki bernama Kristan sejak satu tahun yang lalu. Awal kisah cinta mereka berawal dari Semasa kuliah. Dan berlanjut sampai menikah.

Seperti orang berpacaran pada umumnya, Kristan mempunyai penyakit yang sama dari kebanyakan pria. Yaitu, perselingkuhan dan banyak hal lainnya. Teresa mencoba untuk menormalisasi semua itu karena menurutnya, setiap lelaki itu pasti selingkuh.

Perasaan cinta yang menggebu-nggebu itu semakin lama berubah menjadi perasaan jenuh. Teresa mulai bosan dengan tingkah laku suaminya itu yang kerap melakukan banyak kesalahan.

Seperti sekarang, jam menunjukan pukul 8 malam. Sedangkan Teresa masih berada di perjalanan pulang menuju kontrakannya. Ia menenteng satu plastik berisikan ayam crispy pesanan suaminya.

Bus sudah sampai di tempat pemberhentiannya. Heels yang dikenakan Teresa tersangkut di pembatas antara jalan dan trotoar, sehingga membuatnya terjatuh.

Ia hanya meringis kesakitan dan tanganya langsung meraih kantong plastik berisikan ayam crispy itu. Ia lebih memperdulikan makanan itu daripada lututnya yang berdarah.

Ia segera bangkit dan melanjutkan perjalanannya dengan kaki yang pincang. Hanya butuh waktu lima menit untuknya berjalan kaki sampai ke kontrakannya. Dan ia bernafas lega saat akhirnya ia bisa membuka pintu untuk pulang.

Baru saja ia masuk dan menutup pintunya kembali. Sebuah mangkuk plastik berhasil melayang kearah kepalanya. Dan membuat Teresa terkejut bukan main.

“Apa yang kau lakukan!” Ucap Teresa marah kepada seseorang yang melemparkan mangkuk itu.

“Aku lapar, kenapa kau lama sekali membawa ayam crispy itu? Apa kau mengabaikanku Tere?” Ucap suami Teresa.

“Aku harus berganti sif dengan temanku yang ada kepentingan, membuatku sedikit telat” ucap Teresa.

“Terserah apa alasanmu, cepat mana ayamnya?” Ucapnya.

Dan Teresa langsung memberikan kantong plastik berisi ayam crispy itu. Kristan segera membuka makanan itu dan mengeceknya terlebih dahulu, apakah makanan yang ia pesan sesuai atau tidak.

“Ahh sial! Sudah kubilang aku tidak suka bagian sayap!” Ucap Kristan marah.

“Maaf, aku lupa memberitahu karyawan itu” ucap Teresa sembari melepaskan heelsnya.

“Lalu bagaimana sekarang? Aku harus makan apa?” Ucapnya sembari berkacak pinggang.

“Makanlah yang ada, bukannya rasa ayam semuanya sama” ucap Teresa tanpa melihat kearah suaminya.

Lagi-lagi sesuatu berhasil terlempar kearah Teresa. Kali ini ia melihat ayam yang ia beli terjatuh ke lantai tepat di depannya. Teresa yang lelah hanya bisa diam dan meraih ayam itu kembali.

“Aku tidak mau tau! Kau harus membelinya lagi sekarang” ucap Kristan, sontak Teresa langsung menatapnya tak percaya.

“Aku lelah! Aku baru saja selesai bekerja Kristan!” Ucap Teresa.

“Cepat atau aku akan membakar tas mahal mu itu” ucap Kristan sembari melihat kearah tas Teresa yang berharga jutaan, yang dibeli dari hasil menabung selama ini.

Teresa hanya bisa menghela nafasnya kasar dan langsung memakai sandal rumahnya untuk pergi keluar dari kontrakannya. Dengan menahan tangis dan emosi, Teresa turun dari tangga dengan menahan nyeri di kakinya.

Kali ini ia memutuskan untuk pergi menaiki taksi, ia tidak peduli harus mengeluarkan uang yang sedikit banyak untuk ini. Karena ia benar-benar sudah kelelahan untuk menaiki bus. Apalagi kondisi kakinya yang semakin lama semakin terasa sakit.

“Sungguh konyol!” Batin Teresa.

Terkadang Teresa menetertawakan kebodohannya sendiri. Ia sungguh seperti badut yang bersembunyi dibalik status istri. Menikah dengan lelaki bernama Kristan adalah suatu nasib buruk baginya.

Suami Teresa awalnya adalah seorang karyawan kantoran yang tempatnya berada di dekat hotel tempat kerja Teresa. Tapi, Kristan terkena sebuah kasus tentang penggelapan uang perusahaan. Dan membuatnya di keluarkan saat itu juga.

Selama lima bulan ini, Teresa lah yang bekerja pagi sampai malam untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dan bukan hanya itu saja, Teresa juga membayar hutang suaminya itu setiap bulannya.

Apalagi ibu mertuanya, yang tak lain adalah ibu Kristan baru saja meminta sebuah sepeda motor baru. Dan alhasil, Teresa yang membayarnya dengan mencicil setiap bulannya.

Rasa ingin menangis terkadang selalu ia rasakan saat mengingat beban beratnya satu persatu. Ia tidak merasa bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. Wanita cantik, tidak selalu beruntung.

Tak terasa ia sudah sampai di depan restoran ayam crispy kesukaan suaminya itu. Teresa segera membayar taksi dan segera melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam restoran itu lagi.

“Teresa? Kenapa kau kesini lagi?” Ucap salah satu karyawan restoran itu.

“Aku salah membeli ayamnya, bisa berikan aku ayam bagian dada Loli?” Ucap Teresa kepada Loli, salah satu karyawan yang mengenalnya.

“Baiklah, pesanan akan segera datang! Kau bisa duduk dulu disana” ucap Loli.

“Oke” ucap Teresa singkat.

Teresa memutuskan untuk duduk di kursi yang berada di dekat kaca besar yang pemandanganya mengarah ke jalan raya. Di sebrang jalan raya terdapat perusahaan besar dengan gedung pencakar langit.

Suara lonceng berbunyi, pertanda bahwa pelanggan lain mulai masuk kedalam restoran ayam ini. Mata Teresa melihat kearah wanita dengan pakaian yang sangat cantik.

Teresa menatap penampilan wanita itu dari atas sampai bawah. Ia bisa menebak bahwa barang yang wanita itu kenakan adalah barang bermerek terkenal. Bahkan Teresa tau, tas dan heels yang wanita itu pakai adalah barang yang sangat mahal.

Walaupun Teresa tidak mampu membelinya, tapi bukan berarti ia tidak menyukai barang-barang seperti itu. Pada dasarnya, setiap wanita menyukai barang-barang cantik dan berharga fantastis. Hanya saja, terkadang mereka hanya mampu untuk melihat dan mengaggumi milik orang lain.

Tatapan Teresa beralih pada kakinya yang putih bersih dengan luka di bagian lututnya. Ia berpikir bahwa sebetulnya kakinya ini mempunyai bentuk kaki yang indah dan cantik. Tapi, akibat nasib buruk yang menimpanya, membuat kaki indahnya itu hanya bisa memakai sandal usang yang berharga murah. Ia sungguh meminta maaf kepada dirinya sendiri, karena ia hanya bisa memakaikan barang murah ke dirinya sendiri.

Gajinya sudah habis untuk menghidupi orang lain dan juga kebahagiaan orang lain. Apalagi ia juga harus menuruti gengsi mertuanya yang selalu ingin membeli barang di luar batas kemampuan Teresa.

Mata Teresa beralih kearah jalan raya. Ia melihat sebuah layar yang sangat lebar yang berada di gedung tinggi di depanya. Ia melihat seseorang berada di layar itu, pemberitahuan tentang CEO baru di perusahaan itu.

“Tampan dan kaya. Andai dia menjadi suamiku. Tidak apa jika dia brengsek, setidaknya aku bisa menangis diatas mobil mewah miliknya” ucap Teresa sembari memandang kearah layar itu.

Bab 2 (Nasib buruk 2)

Hari ini, Teresa mengunjungi ibunya yang berada di rumah sakit jiwa. Setiap ia libur, ia selalu menyempatkan waktu untuk menjenguk ibunya. Karena sekarang, ibunya adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Semenjak ia menikah dengan Kristan, suaminya itu hanya pernah sekali menjenguk ibunya di rumah sakit jiwa. Dia berkata bahwa dia malu mempunyai seorang ibu mertua yang sakit jiwa.

Teresa terkadang hanya bisa pasrah menghadapi itu semua. Lagian, semua nasib buruk ini dia tidak menginginkannya juga. Ia juga merasa sesak dengan semua masalah di hidupnya.

Teresa mengelus tangan ibunya dengan lembut. Sembari mengupaskan buah untuknya. Tak lupa Teresa juga mengajak ibunya untuk berbincang banyak hal. Walaupun ia tau, jika ibunya hanya bisa diam dan tidak bisa menjawabnya.

“Ibu, hidupku tidak mudah ibu. Seandainya ibu tau, betapa beratnya hidupku saat ini” ucap Teresa sembari tersenyum kecut.

Langit mendadak mendung, Teresa melihat memandang langit yang semakin gelap. Ia segera mendorong kursi roda ibunya untuk kembali masuk kedalam.

“Ibu, Teresa pamit pulang ya. Ibu jaga diri baik-baik, Tere akan sering mengunjungi ibu” ucap Teresa dan memeluk ibunya.

Ia melihat lagi ibunya sekilas sebelum ia keluar dari ruangan itu. Senyum Tere memudar begitu ia keluar dari ruangan ibunya. Ia menaiki lift untuk turun ke lantai satu.

Ia sudah berada di pintu keluar gedung ini, tapi langkahnya terhenti saat ia melihat seorang wanita yang Teresa yakin adalah pasien sedang terduduk ketakutan. Tere segera menghampirinya dan melihat apa yang sebenarnya terjadi.

“Petir! Mona takut petir!” Ucapnya.

Teresa menatap wanita yang sepertinya berusia seperti ibunya. Ia bisa melihat ekspresi ketakutan dari wajahnya. Teresa segera membantunya untuk berdiri.

“Tante bisa tenang. Disini ada Teresa yang akan membantu tante” ucap Tere.

“Teresa? Bantu Mona! Bantu!” Ucapnya sangat ketakutan dengan suara petir yang menggelegar.

“Tentu, Tere akan membantu” ucap Teresa sembari melihat tanda identitas yang berada di lenganya.

Teresa segera membantu seorang ibu yang bernama Mona itu untuk menuju ke ruang perawatanya. Dan ternyata ibu Mona itu berada di ruangan VVIP, sebuah kelas perawatan dengan harga paling mahal disini.

Teresa segera melihat rupa ibu Mona ini. Dan ternyata benar, wajahnya terlihat seperti bukan orang sembarangan. Teresa melihat takjub dekorasi ruangan perawatan yang terlihat sangat mewah ini.

“Terimakasih Teresa, kau sangat cantik” ucapnya sembari memeluk Teresa.

“Ibu!!” Ucap sebuah suara yang berasal dari arah belakang.

Teresa bisa mendengar bahwa itu adalah suara seorang laki-laki. Dan ibu Mona langsung melepaskan pelukannya, dan matanya terlihat sangat senang saat melihat seseorang yang memanggilnya ibu.

“Wiliam!” Ucap ibu Mona.

Teresa menoleh ke belakang. Dan mulutnya sedikit menganga saat ia melihat pria bernama Wiliam itu. Ia melihat penampilannya dari atas sampai bawah.

“Pria yang tampan” ucapnya dalam hati.

“Ibu, Teresa pamit” ucap Teresa berpamitan.

“Teresa cantik! Thanks you!” Ucap ibu Mona

Teresa tersenyum dan segera melangkahkan kakinya untuk keluar dari ruangan ini. Tapi langkahnya terhenti saat sebuah tangan memegang lengannya. Mata mereka bertatapan, dan jantung Teresa berdegup dengan kencang saat ia melihat wajah pria bernama Wiliam itu.

“Terimakasih” ucapnya singkat.

Dan genggaman tangannya langsung terlepas, tatapan itu dan ucapan terimakasih itu membuat Teresa membeku untuk beberapa saat. Namun, ia segera tersadar dan keluar dari ruangan itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pukul 17.30

Teresa baru saja melangkahkan kakinya keluar dari restoran ayam langganan suaminya. Selain menjadi istri, dia juga menjadi jasa antar ayam crispy yang tidak digaji. Ia melangkahkan kakinya dengan satu kantong plastik ditangannya.

Ia duduk di halte, ia akan menunggu bus yang akan datang sesuai jadwal yaitu 15 menit lagi. Ia memainkan ponselnya sebentar, tapi sebuah pesan menghancurkan moodnya.

Sebuah pesan dari penagih hutang milik suaminya. Ia selalu di teror dengan banyak pesan seperti itu, ia tidak habis pikir kepada suaminya itu. Kenapa dia bisa berubah menjadi seseorang yang tidak berguna sama sekali seperti sekarang.

Padahal saat masih berpacaran, dia terlihat seperti sangat mencintai dan menyayangi Teresa. Tapi begitu menikah, ia terlihat sangat berbeda dan hidupnya selalu di setir oleh ibunya.

Teresa terkadang merasa beruntung karena ia masih belum diberikan seorang anak. Jika sudah, anaknya itu hanya akan merasa menderita karena nasib buruk yang menimpa orang tuanya.

Bukan belum, mungkin tidak akan pernah dikaruniai anak. Karena Kristan tidak bisa mempunyai seorang anak, Teresa sudah mengetahui hal ini sejak mereka masih berkuliah bersama.

Teresa sudah menerima kekurangan Kristan saat itu. Dan dia nekat menikah hanya dengan kalimat cinta dan janji-janji palsu yang pria itu katakan padanya. Tapi ternyata, semua itu adalah awal neraka baginya.

Bus yang ditunggu-tunggu akhirnya datang, dan menyadarkanya dari lamunan. Teresa segera menaiki bus itu. Tanganya selalu menggengam kantong plastik berisikan ayam crispy. Ia menggenggamnya seperti sebuah barang yang sangat berharga.

Ia turun dari bus setelah bus yang ia naiki sampai di tempat pemberhentian. Ia bernafas lega saat akhirnya ia bisa sampai ke kontrakannya. Hari libur yang ia dapat sudah ia gunakan untuk mengunjungi ibunya. Dan besok, ia sudah akan bekerja seperti biasa.

Ia menaiki tangga satu persatu, sembari tanganya memegang ponsel. Ia melihat ibu mertuanya mengirimkan banyak pesan kepadanya. Tapi Teresa malas untuk membukanya sekarang, sehingga ia memasukan kembali ponselnya ke saku.

Langkahnya terhenti saat ia melihat pintu kontrakannya sedikit terbuka tak terkunci. Teresa berpikir sejenak, apakah ia lupa menguncinya? Ataukah Kristan lupa tidak menutupnya.

Teresa masuk kedalam dengan perlahan, ia sedikit takut memikirkan kejadian-kejadian buruk yang mungkin saja akan menimpanya. Apalagi, banyak berita akhir-akhir ini tentang perampokan disertai pembunuhan.

“Tuhan lindungilah aku” ucap Teresa lirih.

Tapi langkahnya terhenti saat ia mendengar sebuah suara laki-laki dan juga perempuan. Seperti suara desahan, Teresa mencoba untuk mendekatkan telinganya kearah pintu kamarnya untuk mendengar lebih jelas suara itu.

“Ahh”

“Kristan!!”

Wajah Teresa mendadak terlihat pucat saat ia mendengar suara desahan wanita yang berasal dari dalam kamarnya. Ia mencoba membuka pintu itu perlahan, dan matanya terbelalak melihat pemandangan di depannya.

Bak tersambar petir, Teresa melihat kejadian yang sangat menyakiti hatinya saat ini. Ia melihat suaminya sedang melakukan hubungan intim dengan seorang wanita. Mereka melakukan hal itu di atas tempat tidur Teresa, dan juga memakai selimut Teresa sebagai penutup tubuh mereka.

“Tere!!” Ucap Kristan.

Teresa hanya diam membeku, melihat sesuatu yang menyakitkan di depan matanya. Ia tidak menyangka, bahwa cobaannya akan terus bertambah. Kebaikannya selama ini ternyata belum cukup untuk membuat pria bernama Kristan itu setia kepadanya.

Mata Teresa beralih kepada seorang wanita yang sedang menatapnya tanpa rasa takut. Ia mengenali wanita itu. Dia adalah Sonia, anak dari pemilik kontrakan ini.

“Menjijikkan sekali kalian” ucap Teresa menatap kedua orang itu tajam.

Kristan segera memakai handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya. Lalu ia membawa Teresa untuk keluar dari kamar, ia membiarkan Sonia untuk berpakaian terlebih dahulu.

“Lepaskan tangan kotormu itu!” Ucap Teresa, menepis tangan suaminya.

“Jangan katakan kepada siapapun tentang ini. Dia bisa terkena sanksi sosial, lupakanlah kejadian ini” ucap Kristan.

“Lupakan? Kau bahkan tidak ingin meminta maaf padaku? Justru kau memintaku melupakan ini semua?” Ucap Teresa menatapnya tak percaya.

“Cukup, jangan terlalu dramatis! Ini bukan yang pertama kalinya, kau akan segera melupakan semua ini seiring berjalanya waktu” ucap Kristan.

“Dan, ayo kita bercerai! Aku lelah hidup miskin denganmu” ucap Kristan, dan membuat Teresa menatapnya tajam.

“Lelah? Kau lelah hidup miskin denganku? Astaga! Bukankah seharusnya aku yang mengucapkan kalimat itu padamu Kristan?” Ucap Teresa.

“Kau tidak mempunyai apapun Tere, orang tuamu hanya bisa terdiam di rumah sakit jiwa. Tidak ada yang membantu kita saat kita kesulitan” ucapnya tanpa rasa bersalah.

“Lalu? Kau pikir aku membelikan ibumu sepeda motor dan banyak hal lainnya? Itu masih kurang? Dan hutangmu itu?” Ucap Teresa.

“Ah iya, kau harus segera melunasinya. Proses cerai cukup panjang, kau bisa sedikit santai untuk melunasinya” ucap Kristan.

“Sakit jiwa!!” Teriak Teresa dan pergi sembari membanting pintu dengan keras.

Teresa berlari sekuat tenaga. Air matanya sudah tidak dapat ia tahan lagi. Ia menangis dan terisak, menghadapi nasib buruk yang ia alami. Ia benar-benar lelah menghadapi kehidupan yang menyedihkan ini.

Bab 3 (Tersadar)

Akibat mata sembabnya, seorang wanita berusaha menutupi wajahnya dengan makeup yang lebih tebal dari biasanya. Air matanya seolah sudah habis akibat menangis sepanjang malam. Ia berusaha menguatkan dirinya untuk tetap bekerja hari ini.

Ia mencoba memaksakan senyum lebarnya di depan kaca. Pekerjaannya diharuskan untuk selalu ramah dan tersenyum kepada semua orang, tidak peduli dengan keadaan sebenarnya yang ia alami. Teresa berusaha tegar menghadapi semua ini.

Ia memoleskan lipstik merah ke bibirnya. Lalu ia memasukannya kembali ke tas kecil yang berisikan makeup miliknya. Tapi tiba-tiba, salah satu teman akrabnya datang menghampirinya dan menepuk bahunya pelan.

“Apa kau habis menangis cantik?” Ucapnya.

“Aku tidak bisa menyembunyikan apapun darimu Stefi” ucap Teresa tersenyum tipis.

“Kali ini apa yang lelaki brengsek itu lakukan padamu?” Ucap Stefi.

“Dia berselingkuh lagi. Tapi bedanya, ia tidur dengan wanita itu di dalam kamarku” ucap Teresa.

“Gila!! Dasar pria brengsek!” Ucap Stefi marah.

“Dia meminta cerai padaku Stef, menurutmu apa yang harus aku lakukan?” Ucap Teresa.

“Kenapa kau bingung? Itu adalah kesempatan bagus untuk lepas dari jerat manusia jahat itu” ucap Stefi.

“Benarkah? Dan aku menjadi janda?” Ucap Teresa.

“Apa masalahnya menjadi janda? Usiamu masih sangat muda! Kau hanya menikah terlalu cepat!” Ucap Stefi.

Teresa mengangguk pelan berusaha memikirkan banyak hal di kepalanya. Mengapa ia masih ragu untuk mengambil keputusan? Padahal selama ini bukankah ia ingin sekali keluar dari kehidupan menyedihkan itu? Tapi kenapa ia merasa ragu.

“Sore ini kau tidak lupa bukan? Menghadiri reuni teman SMA?” Ucap Stefi.

“Aku tidak melupakannya. Aku akan datang bersamamu Stef” ucap Teresa.

Teresa dan Stefi memulai pekerjaan mereka. Pagi berganti siang, dan siang berganti malam. Jam menunjukan pukul 19.00, dan sudah saatnya mereka datang ke acara reuni.

Stefi sudah berganti pakaian terlebih dahulu, sementara Teresa, ia lupa membawa baju ganti dan sepatunya. Akibat permasalahannya dirumah, membuatnya tidak fokus melakukan apapun.

Teresa terpaksa tetap memakai seragam kerjanya untuk mengikuti acara reuni itu. Ia juga merasa bahwa seragamnya ini juga sesuatu yang membanggakan, karena ia bekerja di hotel ternama.

Dan mereka mulai masuk ke sebuah restoran mewah dengan ruangan VIP yang sudah di pesan terlebih dahulu. Salah satu teman sekolah Tere yang memesankan ruangan ini, karena ia merasa telah sukses dan ingin membiayai acara reuni ini.

“Teresa!” Panggil seseorang saat ia baru saja sampai ke ruangan ini.

Teresa segera mengenali orang yang memanggilnya itu. Dia adalah Kinan, dia adalah orang tersukses yang ada disini. Berita tentangnya sudah banyak terdengar, ia sudah sukses dengan menikahi seorang pria kaya di kota ini.

“Bukannya Teresa adalah murid tercantik di angkatan kita? Benarkan?” Ucap Kinan.

“Itu dulu, bukannya sekarang yang tercantik adalah dirimu Kinan?” Ucap salah satu wanita disamping Kinan.

Semua orang tertawa mendengar itu semua. Sementara Tere? Dia hanya diam dengan senyuman tipis diwajahnya. Ia tidak bisa melawan disini, karena memang ia tidak memiliki apapun untuk dibanggakan. Ia sudah kalah telak sekarang.

“Suamimu kerja dimana Tere?” Ucap Kinan duduk mendekati Teresa.

“Dia pengangguran” ucap Tere jujur.

“Astaga! Pasti berat sekali hidupmu Tere!” Ucapnya dengan dramatis.

“Berbeda sekali dengan suami Kinan. Dia mempunyai toko emas di kota ini, dia mempunyai tiga mobil dan dua rumah” ucap wanita yang Tere masih belum bisa mengingat siapa dia.

“Lalu?” Ucap Tere singkat.

“Apa maksudmu Tere?” Ucap Kinan.

“Lalu? Apakah aku harus merebut suamimu?” Ucap Teresa sembari terkekeh.

Senyum Kinan memudar saat melihat ekspresi wajah Teresa. Ia hanya berniat untuk membuat Tere merasa terhina, tapi kenapa justru ia ketakutan saat mendengar Teresa mengucapkan kalimat itu.

“Ahh sebaiknya kita mulai makan!!” Ucap Stefi mencoba mencairkan suasana.

Acara reuni berhasil dilewati oleh Teresa. Walaupun awalnya ia ingin sekali meninggalkan tempat ini akibat ucapan temannya yang menghinanya. Tetapi akhirnya ia bisa melewati ini semua.

Hujan deras melanda kota, mereka semua berdiri di depan restoran sembari menunggu jemputan. Ada juga yang menunggu taksi online. Sementara Teresa dan juga Stefi? Mereka dipaksa untuk ikut dengan mobil milik suami Kinan.

Teresa tau bahwa Kinan bersikap baik padanya karena ada maksud lain. Yaitu karena ia ingin pamer kepadanya. Dia ingin membuktikan bahwa ia lebih beruntung dalam hal apapun dibandingkan dengan Teresa.

“Akhirnya suamiku sampai!” Ucap Kinan sembari tersenyum lebar kearah mobil putih yang berhenti tepat di depannya.

Tak lama seorang pria keluar dari mobil itu dengan menggunakan payung hitam. Mata Teresa mengernyit saat ia melihat pria berusia seperti 50 tahunan keluar dari mobil itu. Sontak Tere dan Stefi saling pandang satu sama lain.

“Hai sayang. Maaf terlambat” ucapnya sembari mencium manja Kinan.

Teresa segera mengalihkan pandanganya kearah lain. Begitu juga dengan Stefi. Kinan meminta mereka untuk ikut masuk kedalam mobil milik suaminya, dan dengan terpaksa mereka hanya bisa menuruti itu semua.

“Kurasa, kalian harus mampir kerumahku!” Ucap Kinan dengan tiba-tiba.

“Tidak!!” Ucap Tere dan Stefi bersamaan.

“Aishh tidak apa! Bukankah kalian belum pernah berkunjung kerumahku?” Ucapnya sembari meminta suaminya untuk lebih cepat mengemudi.

Mereka akhirnya pun sampai di rumah Kinan. Rumah dengan gerbang tinggi yang mengelilingi rumah ini. Ada satu satpam yang berjaga di depannya. Sekilas Teresa mengagumi gaya rumah milik temannya itu.

“Benar ternyata, suaminya sangat kaya” bisik Stefi.

Teresa tidak menjawab ucapan Stefi kepadanya. Ia segera turun dari mobil dan menginjakkan kakinya diatas lantai rumah Kinan yang terbuat dari marmer.

Kinan mengajak mereka untuk masuk kedalam rumah besarnya. Dan Teresa menatap takjub desain rumah mewah milik temannya itu. Dengan pelayan yang melayani mereka, serta kursi mahal dan juga lukisan berharga fantastis yang terpasang disini.

“Selamat datang di rumah sederhana ku!” Ucap Kinan kepada Teresa dan juga Stefi.

“Jika rumahnya sederhana, lalu rumah kita apa? Gubuk?” Bisik Stefi lagi.

“Terlepas dari suaminya yang tua, ternyata kelebihannya adalah, dia seorang pria tua yang kaya raya” ucap Tere.

“Ayo aku ajak kalian ke ruangan pribadiku!” Ucap Kinan.

Teresa dan Stefi mengikutinya dari belakang. Dan mereka masuk kedalam sebuah ruangan yang berada di lantai dua. Sebuah pintu dengan ukiran emas yang membentuk ukiran bunga.

Untuk kesenian kalinya, Teresa dibuat takjub dengan isi rumah milik Kinan. Pakaian mahal dan juga tas mahal berjejer rapi disini. Bahkan koleksi heels yang berharga jutaan juga berjejer rapi disini.

“Inikah yang dinamakan hidup dalam kekayaan?” Batin Tere.

Perhiasan yang berada di lemari kaca itu terlihat sangat memanjakan mata. Disana juga ada jam tangan mahal dan juga sebuah kunci mobil.

Mata Teresa beralih menatap penampilan Kinan dari atas sampai bawah. Ia bisa melihat bagaimana Kinan merawat dengan baik kulit wajah dan tubuhnya, ia berhasil memakaikan barang mahal ke dirinya sendiri.

Teresa beralih menatap dirinya sendiri, ia berkaca di depan cermin besar di depannya. Ia melihat wajah lelah miliknya, dan juga tas yang paling mahal yang ia punya. Ia bahkan harus menabung beberapa bulan untuk membeli tas ini, sedangkan Kinan? Dia hanya duduk manis dan dia sudah bisa mendapatkan barang mewah itu.

Ponsel milik Teresa berbunyi, dan berhasil menyadarkan lamunannya. Tere melihat isi pesan yang suaminya kirimkan.

“Belikan aku Ayam crispy” tulisnya.

“Kinan, kurasa aku harus pulang sekarang. Aku ada urusan mendesak, Stefi kau bisa tetap disini, aku akan menaiki taksi” ucap Tere dan langsung pergi dengan tergesa-gesa.

Tere sedikit berlari keluar dari halaman rumah Kinan. Tapi langkahnya terhenti saat ia sudah sampai di pinggir jalan raya. lalu ia tertawa dengan keras.

“Ayam crispy? Dia menyuruhku membeli ayam crispy?” Ucapnya sembari tertawa.

“Aku tidak akan membelikanmu ayam crispy lagi brengsek!” Teriak Teresa dengan marah.

“Aku akan mengubah nasibku yang menyedihkan ini, aku akan berusaha melampauimu dalam hal apapun Kristan” batin Teresa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!