Karung yang sudah seperti teman sehidup semati Ainun sambar karena pagi ini dia mau segera berangkat menuju bank sampah yang sering untuk rebutan, sesama pemulung pun harus berebutan mencari barang plastik atau pun kaleng yang bisa untuk mereka jual. bila keduluan maka sudah tak akan dapat sisa sama sekali, begitu lah cara mencari makan di alam yang sangat jahat.
Maka nya Ainun berangkat setengah enam pagi agar menjadi orang pertama yang mengorek bank sampah di desa ini, bila hari ini dapat agak banyak maka akan di jual ketengkulak yang sering membeli. Haji Jauhari biasa nya memang menampung barang rongsokan begitu, di sana Ainun menjual barang barang tersebut.
Dengan hasil seratus atau seratus lima puluh saja sudah sangat besar bagi Ainun, dengan uang itu pula nanti dia akan membiayai Ibu nya yang sudah tua. mereka hanya tinggal berdua saja, dulu nya Ibu Ainun adalah pembantu di rumah Tuan tanah Sutomo yang sangat kaya raya itu.
Namun karena sudah tua maka dia pensiun dari sana, Ainun masih pikir pikir mau melamar kerja karena dia takut dengan Tuan tanah itu. padahal banyak yang bilang bahwa Tuan Sutomo orang baik, tapi entah kenapa Ainun merasa takut pada nya hingga mau bicara saja seolah tidak mampu.
"Masih tidak ada orang, wah aku bakal dapat banyak ini." girang Ainun segera mengorek.
Padahal hari juga masih belum seberapa terang, tapi orang yang lalu lalang usai pulang dari masjid sudah banyak. sebab desa ini memang warga nya masih rajin pergi kemasjid untuk kegiatan apa pun, sholat shubuh juga salah satu nya.
"Nah kan aku dapat kaleng banyak, bisa jual lah aku hari ini." girang Ainun memasukan kaleng kedalam karung.
"Mau beli nasi pecel lah nanti kalau sudah jual kaleng." gumam Ainun membayangkan makanan favorit nya dia selama ini.
Harga nya memang tidak mahal bagi orang lain, namun bagi Ainun satu bungkus lima ribu sudah sangat lah mahal sekali, bila beli dua sudah sepuluh ribu dan. maka dari itu bila mau beli makan yang lumayan mahal, harus pikir dua kali dulu agar tidak merasa menyesal.
"Alhamdulilah sudah dapat setengah karung!" Ainun girang sekali.
"Wah, Nun! kamu udah duluan ternyata." Mak Sabar juga sudah datang.
"Pembuka nya aku, Mak." sahut Ainun tersenyum lebar.
"Mak kebagian sana lah, sini sudah habis kau gali." ujar Mak Sabar berjalan kekanan bank sampah.
"Cari bagian lah, Mak. mumpung masih kita berdua, sebentar lagi udah banyak yang datang!" ucap Ainun sambil tertawa karena senang dapat banyak kaleng.
"Iyo, Nduk!" Mak Sabar sudah dapat dan memasukan juga kedalam karung.
"Orang lain enak ya, Mak! cari barang rongsokan sudah bisa beli motor, lah kita cuma cukup untuk makan saja." Ainun tertawa getir.
"Di syukuri saja, kamu loh sebenar nya masih muda tapi malah milik pekerjaan ini." Mak Sabar menjawab sambil menasehati.
"Lihat nanti kedepan nya lah, Mak! aku rencana nya mau melamar di toko kosmetik yang baru buka itu, siapa tau keterima." harap Ainun.
"Bukan nya Mak merasa tersaingi kau mencari barang begini, tapi Emak juga kasihan melihat kau masih gadis tapi sudah kerja yang begini sengsara." ucap Mak Sabar.
Ainun tersenyum karena memang Mak Sabar orang nya baik, dia sering di nasehati agar cari kerja yang lain saja. contoh nya ya melamar di toko, agar penampilan nya lebih bersih dan tidak di pandang hina oleh para lelaki, sebab seusia Ainun masih banyak yang bermain untuk senang senang.
"Eh bagus sekali masih koper nya, tapi kok udah di buang ya." gumam Ainun mendekati koper warna hitam.
Mengira koper itu kosong sehingga mau di tarik satu tangan saja namun ternyata koper sangat berat sehingga Ainun tidak kuat untuk menarik nya. saat bergeser sedikit malah tercium bau amis, membuat Ainun bergetar juga karena mulai takut.
"Mak, ada koper!" Ainun berteriak agar Mak Sabar mendekat.
"Wah masih bagus itu, bisa untuk tempat baju." seru Mak Sabar.
"Koper nya berat dan bau amis, Mak." lirih Ainun agak ngeri.
"Hah, yang benar saja?!" Mak Sabar mendekat karena penasaran.
"Coba lah cium, amis sekali bau nya!" Ainun menutup hidung.
"Mak buka ya, kau jangan jauh jauh tapi." Mak Sabar takut juga.
"Ndak usah lah, Mak! aku takut kalau itu isi nya aneh aneh." cegah Ainun.
"Kita harus buka biar tau isi nya apa, kan kalau misal nya mayat bagai mana?" Mak Sabar sudah mikir kesana.
"Biar aku saja, wong sampean sakit jantung kok." Ainun menarik nya cepat.
Bahaya bila sampai Mak Sabar pingsan atau kumat jantung nya, maka Ainun lah yang bersiap untuk membuka koper saja. walau jantung juga tidak bisa di kontrol lagi, akibat rasa takut yang mendera dalam hati nya sekarang.
Sreeeeek.
"MAYAAAAAT!" Ainun terjatuh lemas usai teriak.
"Allahu Akbar!" Mak Sabar juga lemas melihat potongan mayat di dalam koper hitam.
"Bagai mana ini, Ya Allah tega nya orang yang berbuat ini." Ainun gemetaran tak bisa mau gerak.
"Panggil orang orang, Nun!" Mak Sabar saja sampai merangkak menjauh karena ketakutan.
"A-aku tidak bisa berjalan, kaki ku lemas." Ainun rasa nya mau muntah dan juga ketakutan.
"Tolooooong." Mak Sabar mencoba untuk teriak pada orang yang lewat.
"Hueeeeek!" Ainun akhir nya muntah, tak kuat mencium bau amis darah.
"Beri aku kekuatan, Ya Allah! aku harus memberi tahu orang." Mak Sabar memukuli kaki nya agar bisa kuat.
Ainun sendiri masih muntah muntah tidak karuan sampau mata nya merah dan urat leher menonjol keluar, Mak sabar yang terus berteriak meminta tolong agar ada satu orang saja yang mendekat, sebab dia mai bangkit rasa nya sudah tidak sanggup lagi, maka nya hanya bisa duduk sambil teriak.
"TOLOOOONG, ADA MAYAAAAAT!" pekik Mak Sabar.
"Ono opo, Mak?" Bagus yang mau berangkat kesawah mampir mendekat.
"Ono mayat, Gus! panggil orang orang, ono mayat di dalam koper." Mak Sabar memegang tangan Bagus.
"Allah, Allah!" Bagus saja kaget bukan kepalang melihat mayat yang di potong potong itu.
"Panggil Pak RT atau Pak Lurah, Mak tidak bisa bangun ini." pinta Mak Sabar.
"Nun, kamu ndak apa apa?" Bagus masih sempat bertanya pada Ainun.
"Aku ndak apa apa, panggil saja Pak RT." sahut Ainun pucat pasi.
Bagus lari pontang panting karena rumah Pak RT agak lumayan jauh dari sini, kalau pakai kendaraan ya pasti cepat, namun Bagus cuma lari saja karena dia memang tidak punya kendaraan.
Selamat datang di cerita baru guys, semoga kalian suka dengan cerita othor yang ini🫰🫰
salam hangat dari novita jungkook, salam duit dari suami masing²🤣
Para warga berkumpul di bank sampah untuk melihat akan ada nya mayat yang terpotong potong di dalam koper hitam itu, mereka semua nya jadi merinding dan bahkan ada yang sampai muntah akibat tidak tahan melihat bentukan daging yang di potong kecil kecil dan darah juga mengalir keluar sehingga menimbulkan bau yang amat pekat.
Bagi yang mental nya lemah maka akan langsung pingsan seketika, Ainun saja masih berpelukan dengan Mak Sabar karena mereka berdua lah yang sudah menemukan mayat tersebut. rasa takut dan juga ngeri bercampur aduk dalam hati, tak sanggup mau makan mereka pasti nya karena terbayang dengan darah segar dari dalam koper.
Ada yang memberi mereka air minum juga karena kasihan melihat Ainun yang gemetar pucat, sebagian warga yang di pimpin oleh Pak Lurah segera memperhatikan isi koper dengan seksama. terlebih pada bagian kepala juga sudah lepas dari badan, sehingga kepala itu bila di balik akan langsung melihat wajah mereka.
"Bismillah, Ya Allah!" Pak Lurah takut juga bila ada apa apa.
"Jangan sampai nanti sidik jari dari pelaku hilang, sebaik nya jangan di pegang pegang." ujar Bagus pelan.
"Bagus benar, takut nya malah sidik jari pelaku hilang." cemas warga.
"Tunggu, ini....ini kan anak nya Tuan tanah Sutomo." Pak Lurah agak kaget juga melihat nya.
"Hah!"
Semua warga kaget dan sontak mendekat untuk memastikan wajah mayat di dalam koper, walau pun penuh dengan darah tapi setidak nya mereka masih mengenali bahwa dia adalah Sukma anak nya Tuan tanah yang sangat kaya raya itu, bisa di bilang hampir separuh di desa ini tanah nya milik Sutomo semua.
"Sukma!"
"Benar, dia adalah Sukma!" timpal yang lain sangat kaget.
"Cepat panggil Tuan Tomo, dia harus tau bahwa anak nya meninggal dengan cara sadis begini." pekik Pak RT sudah cemas tak karuan.
"Ya Allah, ini Sukma yang di bunuh oleh orang jahat." Bagus pun kenal dengan gadis periang itu.
"Siapa yang sudah berani cari masalah dengan Tuan Tomo, habis lah orang itu." Pak Lurah berkata lirih.
Tak lama kemudian tuan tanah itu datang dengan para antek nya yang berjumlah tiga orang, selama ini memang selalu di kawal bila kemana saja pergi nya. maka sekarang pun juga di kawal, Tomo sampai sempoyongan melihat jasad sang putri bungsu di cacah sedemikian rupa oleh orang yang belum di ketahui.
"SUKMAAAAA!" Tomo menjerit keras sembari merangkul koper tanpa rasa jijik.
"Tuan." para anteng bingung harus bagai mana.
"Ya Allah kasihan sekali, padahal baru kemarin aku melihat Sukma naik motor." celetuk Fitra teman nya Sukma.
"Ajal tidak ada yang tau memang, tapi kok yang ini sangat sadis sekali." lirih Bagus tak kuasa menahan sedih juga.
"Sungguh kejam orang yang sudah membuat nya begini. semoga Allah mengampuni segala dosa Sukma, dan menerima di sisi nya." doa ustad Zayn tulus.
"Sukmaaa, siapa yang sudah melakukan ini padamu?" pekik Tuan Tomo.
"SUKMAAAAAA.....
Dari jauh seorang wanita yang sudah tidak muda lagi namun masih nampak cantik berlari sembari mengangkat rok nya agar bisa cepat sampai, dia adalah Bu Dian istri nya Tomo, kabar tentang kematian putri bungsu nya sudah sampai sehingga dia cepat berlari kencang.
"Anak kuuu! Ya Allah, anak ku." Bu Dian menjerit jerit kencang.
"Bu, Istigfar." Melisa merangkul Ibu nya yang kian histeris.
"Anak ku! aku mau nya anak ku, kenapa anak ku di bunuh?" teriak Bu Dian meronta ronta.
"Sebut nama Allah, Bu." Delisa juga ikut menangis tak tahan.
Anak nya Tuan Tomo ada lima dan yang tiga wanit, sedangkan yang pertama dan yang kedua laki laki. Sukma anak nya yang paling bungsu, Melisa nomor tiga dan Delisa nomor empat dalam keluarga mereka, yang paling kecil dan yang paling ramah adalah Sukma.
"Beri kami ruang, agar kami bisa mengusut masalah ini." polisi datang dan memeriksa mayat Sukma.
"Tolong tangkap orang yang sudah membunuh ku, ku mohon tangkap lah dia, Pak!" Tomo memohon pada polisi.
"Kami akan mengusahakan nya, Pak! masalah ini akan kami urus sampai tuntas." janji polisi.
"Berapa pun biaya nya akan saya bayar, asal kan pembunuh itu segera tertangkap." Tomo tau polisi akan bergerak cepat bila ada uang nya.
"SUKMAAAA....Ya Allah, badan mu di cacah begini." pekik Bu Dian yang menghampiri koper.
"Jangan di lihat, Bu!" pekik Delisa karena takut Ibu nya pingsan.
"Hueeeek." Melisa yang tidak kuat hingga akhir nya malah muntah mencium bah darah.
Polisi segera menindak dan mengambil koper yang berisi potongan mayat agar bisa segera di usut, karena di tubuh mayat itu pasti ada sidik jari dari pembunuh keji tersebut. para warga masih kumpul karena mereka penasaran sekali, bank sampah sudah bagai kan pasar saja karena sangking ramai nya para warga yang datang.
"Benar saudari adalah orang yang menemukan koper?" polisi bertanya pada Ainun.
"Be-benar, saya dan Mak Sabar mencari kaleng dan plastik sejak pagi sekali." jawab Ainun gemetar kencang.
"Jangan takut, cerita saja apa yang sudah terjadi." Bagus menguatkan Ainun yang ketakutan.
"Cerita saja, Nun! kamu juga kenal sama saya, jadi tolong cerita yang lengkap agar pembunuh Sukma bisa di temukan." pinta Sutomo.
"Cuma itu yang saya tau, koper itu sudah ada di sini dan ketika saya temukan kondisi nya tertutup rapat." jelas Ainun.
"Apa saudari tidak melihat ada orang yang mencurigakan sedang membuang koper ini?" tanya polisi lebih detail.
"Tidak, Pak!" Ainun menggeleng cepat.
"Baik lah kalau begitu, mayat akan kami bawa dulu untuk di selidiki." polisi segera meninggalkan tempat ini.
Tomo memeluk istri nya yang menjerit kencang ketika koper sudah di tutup lagi oleh para polisi, mayat Sukma di bawa untuk di selidiki lebih lanjut tentang siapa yang sudah menjadi pembunuh nya.
"Sukma, anak ku." Bu Dian tidak bisa bergerak.
"Kasihan sekali Bu Dian, dia pasti sangat terluka!" bisik Fitra pada Bagus.
"Ya pasti lah, nama nya juga seorang Ibu." angguk Bagus.
"Kejam sekali pembunuh nya, masa tubuh orang di cacah begitu." Fitra juga bergidik ngeri membayangkan nya.
"Ayo kita pulang, bisa kan jalan?" Pendi mendekati Ainun yang masih lemas.
Ainun yang sudah agak mendingan segera bangun, walau masih di tuntun juga oleh Pendi agar jangan sampai roboh, kasihan dia karena sangat syok dengan penemuan yang sangat sadis ini, bahkan nafsu nya untuk makan nasi pecal jadi hilang seketika.
Purnama dan Arya ada di sini juga dengan para member, masalah kutukan anak Arya akan sedikit di kupas di sini walau tidak semua.
Mak Ratih kaget sekali mendengar cerita Ainun bahwa Sukma meninggal dalam keadaan tubuh terpotong potong di dalam koper, anak Tuan tanah paling tersohor ada yang melukai sehingga menimbulkan tanda tanya besar untuk seluruh warga kampung Bakti Reso. orang yang selama ini di kenal sama sekali tidak ada masalah, namun mendadak saja tertimpa masalah.
Tuan Tomo tidak pernah bermasalah dengan orang kampung sini atau pun kampung tetangga, meski pun kaya tapi dia sama seperti warga lain nya yang mau gotong royong bila di hari minggu. hampir semua warga tidak ada yang mengeluh akan sikap nya, semua mengatakan dia adalah orang baik dan tidak ada masalah, begitu juga dengan pembantu nya Mak Ratih, sebab beliau lama kerja di rumah tuan tanah.
Namun mendadak saja sekarang anak nya malah di sakiti oleh orang yang sama sekali belum mereka ketahui, siapa yang sudah berani mencari perkara. sakit hati apa yang pelaku pendam sehingga tega membunuh gadis malang tersebut, mana Sukma pun tidak lah banyak tingkah, malah Melisa yang lebih arogan sikap nya.
"Siapa yang sudah melakukan itu pada Sukma, kenapa mereka sangat tega?!" Mak Ratih ikut sedih.
Bertahun tahun lama nya Mak Ratih kerja jadi pembantu di rumah nya Tuan Tomo, sekali pun dia tak pernah mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari Sukma. gadis itu selalu mengajak nya makan bila sudah siang, semua kebaikan Sukma menari nari dalam benak nya Mak Ratih.
"Koper itu tadi aku baru sadar bahwa ada tulisan nama Sukma." lirih Ainun.
"Di mana nya, Nun?" Pendi ikut kaget mendengar ucapan Ainun.
"Di dekat gagang nya, tulisan nya warna merah dan bila tidak salah duga itu bisa saja darah!" jelas Ainun terus saja gemetar."
"Ya Allah gusti, betapa kejam orang ini." keluh Mak Ratih sudah menangis sejak tadi.
"Pembunuh pasti akan segera terungkap, sebab pasti ada sidik jari nya." yakin Pendi turut iba.
"Kalau pun tertangkap, paling cuma di penjara saja! sedangkan yang di bunuh sudah tidak bisa hidup lagi, membayangkan sakit nya saat tubuh di potong potong." keluh Mak Ratih.
"Emak benar, Sukma pasti sangat kesakitan karena semua tubuh di potong halus." Ainun merinding sampai di kepala.
"Bukan kah itu hampir sama dengan kisah nya Maharani dulu, anak nya Bu Laras dari desa sebelah." tiba tiba Pendi ingat soal itu.
"Benar, tapi dia tinggal tulang saja." angguk Mak Ratih.
"Tapi tidak mungkin kan Tuan Tomo yang membunuh Sukma?" tanya Ainun pula sambil menatap Emak nya.
"Ya bukan lah, jangan sembarangan bicara! Sukma itu anak kesayangan nya Tuan Tomo." sergah Mak Ratih.
"Jangan sembarangan ngomong, takut di dengar orang nanti malah jadi fitnah dan sampai di telinga nya Tuan Tomo." ujar Pendi pelan.
"Iya maaf, aku cuma mikir begitu karena ingat yang membunuh Maharani kan Ayah nya sendiri." ralat Sukma agak ketar ketir.
Takut nya memang bila sampai di dengar oleh orang lain, yang ada timbul fitnah dan malah merambat kemana mana. Tuan Tomo bisa tak terima dan menuntut balik orang yang berucap begitu, sudah pasti Ainun akan kena juga karena awal omongan dari dia, maka nya Mak Ratih mengingatkan agar jangan sembarangan bicara.
...****************...
Para warga heboh sekali pokok nya membicarakan masalah kematian nya Sukma yang tragis tersebut, apa lagi rombongan Ibu Ibu yang suka gosip maka sudah pasti heboh nya bukan kepalang karena mereka mendapat bahan baru untuk bergunjing sambil bertanya tanya apa yang sudah terjadi sebenar nya di desa ini.
Apa lagi yang mati anak orang paling terkenal, bahkan Pak Lurah saja kalah pamor nya dari Tuan Tomo. dia yang di gadang gadang akan jadi lurah berikut nya, saat lurah yang lama sudah pensiun sehingga dia akan di minta naik oleh para warga semua karena mereka yakin Tomo bisa memimpin.
"Ada ndak yang berpikir ini bisa saja ulah Pak Lurah?" tanya As pada Ibu Ibu lain.
"Kenapa kok malah Pak Lurah yang kau tuduh, As?" heran Eli.
"Agak aneh pula kau ini, masa iya Pak Lurah yang membunuh Sukma!" celetuk Yani.
"Tuh kalian memang otak nya dangkal, ndak bisa mikir sampai sana!" As berkata serius.
Membuat Ibu Ibu lain juga mulai berpikir kemana mana, tapi mereka masih tidak mengerti kenapa As bisa menuduh Lurah yang sekarang sedang membuat ulah. Pak Lurah walau pun tidak kaya, tapi dia sangat baik dan selalu mengutamakan warga nya dalam hal apa pun agar selalu terbaik.
"Bisa saja Pak Lurah sakit hati pada Tomo, karena semua warga sekarang condong pada Tomo!" jelas As.
"Hah! masa iya begitu sih?" Eli masih tidak percaya dengan ucapan As.
"Tapi memang bisa saja begitu, kan sekarang warga seolah malas sama dia." angguk Yani setuju.
"Jangan asal main tuduh saja, nanti kita bisa di bilang pencemaran nama baik!" sergah Eli agak takut.
"Kau ini goblok atau bagai mana sih? ini tuh cuma kecurigaan saja, curiga!" kesal As.
"Kita kan boleh curiga sama siapa saja, bukan berarti kita menuduh bahwa dia pasti pelaku nya!" Yani juga sependapat dengan As barusan.
"Ehkeeem!"
Para Ibu Ibu jadi kaget karena sudah ada ustad Zayn yang datang usai pulang dari bank sampah tadi, mereka tidak sadar bahwa bergosip tapi di dengar oleh ustad tampan ini sehingga sekarang tinggal malu nya saja. Ustad Zayn cukup di segani di sini, sebab Almarhum Abi nya adalah orang yang mendirikan pondok pesantren besar di sini, bahkan sampai sekarang masih berjalan.
"Eh ada ustad!" As jadi tersenyum malu karena ketahuan.
"Tidak baik bergunjing begitu, itu nama nya sudah berprasangka pada orang lain." nasihat ustad Zayn.
"Cuma curiga saja kok, Pak Ustad." Yani juga malu malu.
"Curiga boleh, namun yang kalian lakukan tadi sudah menuduh nama nya." sahut Zayn.
"Maaf, Ustad!" As tersenyum kalem karena janda muda ini naksir juga.
"Lebih baik kalian pulang dan urus rumah masing masing, soal masalah pembunuhan ini maka polisi lah yang akan menangani nya." saran Zayn pelan.
"Ini udah mau pulang kok, Ustad." Eli kabur duluan.
"Saya juga mau pulang, Assalamualaikum." As menunduk sopan agar Zayn terkesan.
Bubar lah sudah Ibu Ibu yang suka sembarangan saja bila bergosip, hak seperti itu lah yang nanti nya akan timbul dugaan jahat pada orang yang tidak bersalah sama sekali, padahal belum tentu juga Pak Lurah adalah pelaku nya.
Mohon maaf ya guys, hari ini enggak bisa up banyak. othor ada kondangan agak jauh dari sini, udah luar kota juga sebenar nya, karena perjalanan aja memakan waktu satu jam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!