"Aku mencintaimu Leana," ucap seorang pria dengan sungguh-sungguh.
Wanita yang diajak pria itu berbicara menghela nafas. Ia mundur selangkah dan menghadap ke laut yang tenang.
"Aku tidak mau menerimamu Leon. Sudah berkali-kali aku katakan ini, tidakkah kamu akan menyerah?"
"Aku sudah menyiapkan lamaran semewah ini Leana. Tidakkah kamu luluh?" tanyanya mencoba memegang jemari indah dari wanita itu.
"Aku sangat berterima kasih Leon karenamu membuatku menggapai impianku menjadi aktris. Aku pun sangat bersyukur karena kita sudah berteman baik. Tapi aku tidak bisa, kumohon mengertilah!" pinta wanita yang bernama Leana.
"Ah begitu yah, lalu Kyle, siapa dia? Apakah dia hanya sekedar rekan aktingmu?" Leon mulai bersikap posesif.
"Leon, dia hanya lawan mainku!" tegas Leana dengan tatapan marah.
"Lawan main katamu? Setelah selesai syuting kalian berciuman di sudut rumah Theana!" bentak pria itu.
"Aku mabuk! Dalam ingatanku aku berusaha menolak minuman itu, entah mengapa aku mabuk. Sudahlah, berhenti membahas ini! Aku lelah Leon, aku ingin pulang saja."
Sebelum Leana berhasil melangkah maju, pria bernama Leon itu mendekapnya dengan erat dari belakang. Dengan sekuat tenaga Leana berusaha melepaskan diri, namun tenaga Leon lebih kuat.
"Lepas Leon!" teriak Leana.
Bukannya melepas, pria itu menciumi leher Leana dengan ganas.
"Aaaa!! Lepas Leon!" Leana terus memberontak.
Setengah gaun Leana berhasil turun hingga menampilkan bahu mulusnya. Leana menangis saat merasakan ada bara panas yang mengalir dalam dirinya. Dalam kesempatan itu, ia menggigit tangan Leon dengan kuat.
"Argh!"Leon berteriak kesakitan.
Secepat mungkin Leana menarik gaunnya hingga menutupi dadanya yang tadi sempat terbuka. Terlihat amarah dari kedua mata wanita itu. Mata indah itu menjadi merah dan berair.
"Karena kau temanku, aku akan melupakan kejadian barusan," ujar Leana.
"Leana jika kau tidak bisa jadi milikku maka orang lain juga tidak bisa jadi memilikimu," ucap Leon yang tiba-tiba mendorong Leana ke laut.
Leana yang tidak sempat berpegangan di pinggir batasan akhirnya jatuh.
Byurrr
Ia terhempas dan masuk ke dalam dinginnya laut. Tubuhnya berusaha bergerak agar naik ke atas. Namun dinginnya laut dan gaunnya cukup sulit untuk membuatnya bergerak.
"Tolong!" Leana memohon dan terus bergerak di atas permukaan air.
Lama kelamaan ia mulai kelelahan. Sekujur tubuhnya kedinginan dan kaku. Perlahan tubuhnya kembali tenggelam ke dasar laut. Merasa sudah tidak mampu untuk naik, Leana pasrah. Air sudah masuk memenuhi paru-parunya. Dan akhirnya ia kehilangan kesadaran sepenuhnya.
...****************...
"Leana," panggil seseorang.
Suara itu terdengar sayup-sayup di telinga Leana. Dalam ketidaksadarannya, ia berpikir bahwa ini berada di alam tidak sadarnya. Entah apapun tempatnya, ia sudah yakin bahwa ia sudah mati.
"Leana, kumohon sadarlah!" terdengar sayup bahwa orang tersebut menangis.
Perlahan, mata Leana terbuka. Ia berada di ruangan yang tidak ia kenali. Seluruh matanya menelusuri ruangan ini.
"Leana! Akhirnya kau sadar juga."
Leana termangun. Ia menatap wajah wanita di sebelahnya dengan heran. Bagaimana bisa ia bisa di sini sedangkan baru saja ia tenggelam. Dalam pikirannya, mungkin seseorang berhasil menyelamatkannya dari insiden semalam. Dan wanita yang tidak ia kenali ini mungkin adalah salah satu crew dalam film mereka.
"Aku tidak apa-apa," ucap Leana menenangkan wanita di sebelahnya.
"Baguslah. Tapi mengapa kamu bisa jatuh ke dalam laut?" Wanita itu bertanya kebingungan.
"Ah itu, sepertinya aku dalam keadaan mabuk dan tidak sadarkan diri." Leana berbohong. Ia takut jika Leon akan masuk penjara karena ini. Meskipun Leon bersikap seperti itu, Leana masih menganggapnya sebagai seorang teman.
"Astaga! Kau meminum minuman tuan kita? Aduh ini gawat. Jika nyonya Merry tahu kau pasti akan dimarahi."
Leana mengeryit. Ia tidak paham apa maksud perkataan wanita di sebelahnya. Semalam ia bersama dengan Leon di atas kapal pesiar dengan untuk makan malam. Dan 'tuan' apa maksud dari perkataan wanita itu. Serta nyonya Merry, Leana sama sekali tidak tahu siapa wanita itu
"Aku tidak mengerti, nyonya Merry itu siapa?" tanya Leana kebingungan.
"Aduh Leana! Apa yang terjadi padamu? Dan gaya bicaramu juga berbeda. Apa kamu mengingat aku?" Wanita itu bertanya dengan sangat hati-hati.
Leana menggeleng, ia tambah bingung dengan semua ini.
"Ya ampun! Aku Mira! Teman baikmu sejak kamu ke sini."
Leana berusaha mencerna semuanya. Ia merasa bahwa ia sedang dikerjai oleh rekan-rekannya karena insiden ini. Atau mungkin kamera tersembunyi menyorotnya dan melatih kesabarannya.
"Baik Mira, aku butuh waktu, izinkan aku keluar dan melihat ke luar. Kepalaku benar-benar sakit."
Mira mengangguk, membatu Leana keluar. Ia melihat kesekeliling, tempat ini begitu megah seperti mansion. Taman yang luas membuat mansion ini terlihat begitu menawan.
"Kita di mansion tuan Dalton. Insiden semalam membuat kita dibawa ke sini dan membuat nyonya Merry sangat khawatir."
Mendengar perkataan barusan, Leana mulai merasa janggal. Ia sepertinya mengenal kejadian ini. Kepalanya terus berputar untuk mengingat sesuatu yang mirip dengan ini. Akhirnya ia mengingat sesuatu. Nama-nama yang disebutkan dan kejadian barusan sangat mirip dengan sebuah Novel yang ia baca karya penulis kesukaannya.
Kejadian ini terjadi pada bab dua ketika tokoh utama pria Dalton bertunangan dengan tokoh utama wanita yaitu Anastasia di sebuah kapal pesiar mewah. Namun ada salah satu insiden dimana pelayan bernama Leana jatuh ke laut karena ia memang berniat bunuh diri.
Leana dalam novel itu mencintai Dalton. Ia diam-diam mengagumi Dalton semenjak ia bekerja di mansion ini. Bahkan wanita itu rela menjadi salah satu wanita simpanan Dalton untuk melepaskan hasrat Dalton yang tidak bisa disalurkan ke Anastasia. Dalton yang begitu mencintai Anastasia tetapi tidak pernah ditoleh oleh gadis itu.
Namun, salah satu wanita simpanan Dalton bernama Adaline adalah tokoh antagonis yang ingin memiliki Dalton seutuhnya. Dia terus menyerang tokoh utama Anastasia beserta simpanan Dalton yang lainnya.
Leana terkekeh, bagaimana bisa mereka melakukan adegan ini dengan bercanda.
"Semalam tuan Dalton akan bertunangan dengan Anastasia kan?" tanya Leana tersenyum.
"Kau ingat?"
Leana terkekeh kembali. Ia menaruh tangannya di kedua pundak wanita itu.
"Mira, berhenti bercanda. Mana kamera tersembunyinya?" Leana bertanya sembari mencoba mencari kamera tersembunyi yang ada di sekitar.
Namun ketika Leana berjalan, ia tidak sadar menabrak seseorang.
"Kau sudah sembuh?" tanya seorang pria dengan suara yang begitu gagah.
Leana menoleh, menelan saliva. Pria itu terlihat begitu tampan dan memesona. Tubuhnya yang tinggi dan kekar membuat siapa saja pasti tertarik untuk memperhatikannya. Leana yang hapal dengan aktor-aktor di dunia hiburan ini tidak mengenal pria ini. Mungkinkah pria ini adalah aktor yang baru saja terjun?
"Kau aktor baru?" tanya Leana tanpa takut apapun.
Mira di sebelah Leana menunduk takut. Ia bingung mengapa Leana tidak mengenal tua Dalton.
"Sepertinya sakitmu cukup parah ya sampai tidak mengenal tuanmu," gumam pria itu.
Leana terkejut, ia tidak menyangka jika mereka masih melanjutkan akting ini.
"Kalian berhentilah, aku tidak ingin bercanda," gerutu Leana.
"Bercanda katamu? Apa yang sedang pelayan kecil ini lakukan di hadapanku?" Dalton bertanya dengan sangat intimidasi.
Apa-apaan ini, mengapa akting mereka begitu bagus dan terlihat sangat nyata.
"Jika kau sembuh kau harus dihukum," ucap Dalton menyeringai.
Leana menggigit bawah bibirnya. Ia tidak mengerti dengan keadaan ini. Dengan pikiran yang yang penuh tanda tanya, ia kabur dan memeriksa handphonenya berharap ia bisa kabur dari semua ini.
"Mana handphoneku Mira?" tanya Leana yang sibuk mencari keadaan handphonenya.
Ia menghiraukan Dalton yang tadi berada di depannya. Sedangkan Mira terus menunduk takut akan terjadi sesuatu.
"Pergilah, temui temanmu," ucap Dalton mengizinkan Mira.
Mira masuk ke dalam kemudian membuka lemari.
"Ini handphonemu." Mira menyodorkan sebuah handphone kecil yang bukan milik Leana.
"Ini bukan punyaku Mira," tolak Leana yang terus mencari keberadaan handphonenya. "Ah mungkin masih tertinggal di kapal pesiar ya? Aku pinjam handphone ini ya."
Leana membuka handphone itu dan terkejut melihat wallpaper. Di sana terdapat foto ia dan Mira mengenakan pakaian bak pelayan seperti di cerita dongeng. Foto itu sangat jelas dan tidak terlihat seperti editan.
Kepala Leana bertambah pusing, dengan handphone itu ia mencari semua informasi yang ada. Namun tidak ada satupun informasi yang ia temukan.
"Apa-apaan ini, bahkan semua artis terkenal yang ada tidak tercantum di sini. Data tidak juga ditemukan. Presidennya juga berbeda! Semuanya persis di dalam cerita itu. Mengapa?" Leana kebingungan dengan semuanya.
Ia mengetik nomor orang yang ia kenali, namun tidak ada satupun nomor dari mereka yang terdaftar. Kembali ia kebingungan dengan semua ini. Tidak mungkin mereka dengan cepat menghapus nomor.
Masih dengan pikiran yang kacau, Leana membuka galeri handphone itu. Isinya banyak foto dirinya bersama Mira. Semua terlihat begitu jelas. Ia juga melihat ada beberapa foto Dalton yang sengaja Leana foto dari kejauhan. Semua ini terlihat nyata dan sama sekali bukan tipuan.
"Ada apa ini?" tanya Leana kepada dirinya sendiri.
"Leana sepertinya sakitmu cukup berat. Mungkin ini karena shock semalam. Tenangkan dirimu, istirahat terlebih dahulu. Aku akan membawakan makanan untukmu."
Leana duduk, Mira keluar dari kamar itu. Leana menatap kesekeliling tempat ini. Ruangan ini indah, ia mengingat adegan ini. Di mana mereka sedang di ruang perawatan. Dalam lemari itu penuh alat-alat kesehatan. Jika para pelayan sakit ataupun tamu, pasti akan dibawa ke sini.
Leana menatap ke luar, ia ingat bahwa adegan saat Dalton menanyakan keadaaan Leana membuat gadis bernama Leana itu bahagia karena Dalton mengenalnya setelah tiga tahun lamanya. Dan setelah ini Dalton akan secara tidak sengaja memerhatikan Leana hingga semua itu menimbulkan kejadian yang merugikan Leana.
"Sepertinya aku mulai gila. Entah apa yang terjadi. Apakah ini alam lain? Aku sudah mati? Mengapa semuanya persis seperti di dalam novel? Aku menjadi Leana Si peran pendukung yang lemah. Terlebih lagi, semua yang ada di handphone ini berbeda dengan duniaku. Ada apa sebenarnya?"
Leana mengusap wajahnya. Ia berdiri memerhatikan tubuhnya. Saat ia melihat dirinya di cermin, ia terkejut melihat dirinya sangat tidak terawat. Jika ini adalah tipuan, tidak mungkin semuanya seberantakan seperti ini dalam semalam.
"Apa yang terjadi?"
Mira masuk, ia membawa makanan ke dalam ruangan itu.
"Makanlah, kau harus cepat sembuh Leana. Aku harus mengerjakan pekerjaanku. Maaf harus meninggalkanmu," lirih Mira yang segera pergi dari sana.
Tidak ada niat untuk makan, Leana berusaha mencerna semua kejadian ini. Dengan tekat yang penuh, ia memberanikan diri pergi ke luar. Ia menelusuri mansion milik pria yang bernama Dalton ini. Mansion ini memiliki detail persis seperti di novel itu.
Leana baru ingat, dia bisa membuka maps untuk melihat posisi ini. Dan saat ia membukanya, tempa ini berada di tempat yang tidak seharusnya. Yang Leana ingat bahwa tempat ini merupakan ladang jagung di dunianya. Tidak mungkin dalam semalam ladang jagung menjadi sebuah mansion mewah.
Dari kejauhan Dalton melihat Leana yang selalu berubah-ubah ekspresi.
"Apa yang terjadi pada wanita itu?" tanya Dalton bingung.
"Itu mungkin efek shock tuan, biasanya akan sembuh sekitar dua sampai tiga hari," jawab seorang pria di sebelah Dalton.
"Ah begitu ya, perubahannya membuat dirinya begitu kurang ajar," gumam Dalton.
................
Leana berputar-putar di ruangan. Berkali-kali ia telah mengecek handphonenya memastikan semuanya benar pada tempatnya. Namun semua ini sangat aneh. Banyak hal janggal dan tidak masuk akal.
Mira masuk ke dalam ruangan itu, dengan senyuman ia membawa sepotong roti dan susu hangat. Ia meletakkannya ke meja dan meminum susu itu tanpa menawarinya ke Leana.
"Ini makanan untukmu, tapi aku tahu kau tidak suka susu. Jadi susu tidak aku berikan," ucap Mira.
Leana mengangguk. Ia tidak tahu jika tokoh Leana ternyata tidak suka susu. Itu sangat berbeda dengan dirinya. Tokoh Mira adalah pelayan yang sangat baik. Ia berteman dengan Leana sejak Leana datang ke mari. Tidak dijelaskan secara detail tentang asal usul Leana. Penulis hanya menceritakan bahwa Leana tidak punya sanak keluarga dan bekerja di sini.
"Ayo kita kembali ke kamar, nyonya Merry pasti mengkhawatirkanmu," ajak Mira.
Leana dan Mira berjalan di dalam mansion itu. Leana terkagum dengan kemewahannya. Ia tidak menyangka jika semewah ini. Dan perempuan yang bernama Merry, ia adalah kepala pelayan. Leana melihat bahwa karakter Merry sangat persis di novel, seorang yang sangat berwibawa dan mempunyai hati yang lembut. Nyonya Merry sangat menyanyangi Anastasia.
"Kau tidak apa-apa Leana?" tanya nyonya Merry memegang lembut tangan Leana.
Leana mengangguk, dia masih memerhatikan sekitar berharap ada kamera tersembunyi dan dia sedang dikerjai.
"Besok kau tidak perlu bekerja, istirahat terlebih dahulu. Pelayan lain akan melakukan pekerjaanmu. Dan satu lagi, jangan membersihkan kolam lagi di paviliun tuan Dalton! Aku takut kau akan terpeleset dan tenggelam."
Leana ingat bahwa di novel Dalton memiliki kolam renang di paviliun dengan kedalaman 3 meter. Dan Leana yang bodoh selalu membersihkan tempat itu berharap Dalton akan melihatnya dan mencintainya.
Dalam novel itu, karakter Leana tidak terlalu sering ditunjukkan. Ia hanya ditunjukkan beberapa kali, dan puncaknya saat malam pertama Dalton dengan Anastasia, kala itu Anastasia menolak melakukannya dengan Dalton, alhasil Dalton dalam keadaan berhasrat tinggi memilih melakukannya dengan seorang pelayan di paviliun.
Adegan itu juga tidak diceritakan secara detail. Dalton mengingat dan melakukan itu ketika ia sedang berhasrat tinggi dan tidak ada yang bisa membantunya. Leana yang bodoh melakukan itu dengan berharap dicintai. Meskipun wanita itu tahu jika saat berhubungan intim nama Anastasia yang selalu ia sebut.
"Jika semua ini nyata, aku dalam masalah besar," gumam Leana.
"Ada apa Leana?" tanya nyonya Merry.
"Bisakah aku pindah dari tempat ini?" tanya Leana.
"Ada apa? Kau tidak bisa langsung pindah. Tapi aku akan mengurusnya jika kau ingin segera pindah. Dalam kontrak, jika pelayan ingin meminta pindah, ada waktu selama sebulan dan pada saat itu baru boleh pindah. Kau ingat kan?"
"Benarkah ada peraturan itu?"
Nyonya Merry mengangguk. Leana terkejut, ia tidak tahu jika kejadian ini ada di Novel. Ia juga tahu bahwa detail ini tidak akan ditulis di novel karena ini menceritakan soal Dalton, Anastasia dan Adeline.
Dorrr
Suara tembakan menggelegar, semua pelayan takut dan menutup telinganya
"Tuan Bastian melepaskan tembakan ke burung lagi di sini. Jika tuan Dalton mendengar pasti ia akan dihukum. Aku akan segera melaporkan ini kepada tuan Dalton!" Nyonya Merry segera beranjak ke dalam ruangannya.
Leana berdiri bagaikan patung. Semua adegannya sama persis seperti cerita di novel. Percaya tidak percaya namun kenyataan saat ini ia berada di tempat yang tidak seharusnya.
Sepertinya aku benar-benar masuk novel!
"Sudah kubilang jangan menggunakan senjata api di mansion ini!" bentak Dalton.
Laki-laki yang dimarahi itu mengepalkan kedua tangannya. Ia adalah Bastian, adik Dalton. Ibu mereka berbeda, namun mereka satu ayah. Jarak usia mereka terpaut 10 tahun. Bastian yang masih berusia 20 tahun itu terlihat sangat kekanak-kanakan.
Nyonya Merry mendengar menggunakan gelas yang sudah disiapkan khusus untuk menguping pembicaraan. Itu sudah menjadi kebiasaan wanita itu. Leana memperhatikan dari kejauhan apa yang Wanita tua itu lakukan.
"Burung itu indah, tapi dia terbang di rumah pohonku. Aku tidak suka!" Bastian terus menjawab perkataan Dalton.
"Berhenti bersikap kekanakan Bastian. Usiamu sudah 20 tahun. Pergi dan benahi dirimu. Aku tidak ingin kejadian ini terulang ketika Anastasia datang ke rumah ini, akan kubunuh kau!" gertak Dalton.
Pintu terbuka, nyonya Merry berpura-pura membersihkan meja dan dinding di sekitar. Bastian tidak peduli dan keluar. Kejadian ini persis seperti di Novel. Dan jika sama, maka Bastian pasti akan pergi ke rumah pohon dan mencabut rumput di sekitar
Dengan rasa penasaran untuk memastikan apakah semua ini benar, diam-diam Leana mengikuti Bastian. Dari jauh ia memperhatikan Bastian yang juga mencabut rumput. Bastian sudah kehilangan ibunya sejak ia berusia 5 tahun. Yang ia lakukan saat ini ialah mencari perhatian dari kakaknya Dalton.
Usia Leana yang berada di novel memiliki usia yang sama dengan Bastian yaitu dua puluh tahun. Sedangkan Leana yang ada di dunia asli sudah berusia 22 tahun. Dengan hati-hati Leana menyapa Bastian. Bastian tidak peduli akan hal itu.
"Di dekat paviliun, ada seekor kelinci liar." Leana mengatakan sesuatu yang menarik perhatian laki-laki yang sudah berusia 20 tahun itu.
"Kau tidak berbohong kan?" tanya Bastian.
Leana menggeleng. Dengan cepat, Bastian pergi dari tempat ini. Leana menghela nafas. Ia ingin memastikan apakah kejadiannya akan sama. Ia tahu jika Bastian sangat suka dengan kelinci. Dan pasti akan ingin melihat kelinci. Di sisi lain ia tahu bahwa saat ini Dalton akan datang ke tempat ini untuk menemui Bastian. Jadi apakah jalan cerita akan berubah?
Dengan hati-hati Leana berjalan ke semak-semak dan bersembunyi. Ia memperhatikan sekitar dan tidak menemukan tanda-tanda Dalton akan datang. Sudah hampir lima menit menunggu seharusnya Dalton sudah datang ke sini. Leana merasa mungkin saja adegannya berubah. Atau bisa jadi saat Bastian kembali, Dalton akan kembali.
Merasa sudah lelah, Leana berdiri dan berbalik badan. Ia terkejut Dalton sudah berdiri di sana. Sejak tadi pria itu sudah memperhatikan Leana. Ia penasaran apa yang Leana lakukan di sana.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Dalton dengan tatapan tajam.
Leana gugup. Ia memperhatikan sekitar tidak ada seorang pun di sana. Leana menelan salivanya dan mundur secara perlahan.
"A-a-aku ha-hanya sedang ingin duduk," jawab Leana denga terbata-bata.
Wajah Dalton semakin mengintimidasi. Ada hawa yang tidak enak yang dirasakan Leana. Dia tahu bahwa bosnya ini tidak suka diajak bercanda. Bahkan ia tahu jika di novel, bosnya ini pernah dengan sengaja mematahkan tangan pria yang menyentuh Anastasia.
"Aku sedang ada pekerjaan. Izinkan aku pergi dulu."
Tanpa mendengar tanggapan dari Dalton Leana kabur begitu saja. Wanita itu meninggalkan Dalton sendirian di luar. Dalton terus memperhatikan Leana yang berlari ke jauh. Sesekali Leana menoleh dan mendapati tuannya memperhatikan ia berlari.
"Ya Tuhan, apakah aku akan segera mati?" tanya Leana yang masih berlari
......................
Di ruangan 3×4 meter dengan dua kasur dan dua lemari, Leana berbaring di satu kasur dekat jendela. Di kamar ini ia tidur berdua dengan Mira. Kamar ini tidak begitu buruk bagi seorang pelayan tapi begitu buruk bagi Leana yang aslinya adalah seorang yang sangat pemilih. Kamarnya begitu indah, namun di sini terlihat tidak cocok untuknya.
Terlebih lagi, di kamar ini tidak ada meja ataupun kursi dan tidak ada cermin untuk melihat diri. Leana heran, mengapa ini bisa terjadi. Tiba-tiba ide cemerlang muncul. Jika tempat ini bisa dimanipulasi, maka luar tidak. Oleh karena itu, ia berniat ikut ke luar untuk berbelanja.
Ketika Leana membuka lemari pakaiannya, Leana terkejut bahwa semua pakaian yang ada milik dirinya begitu lusuh. Bahkan menurut Leana, pakaian ini benar-benar seperti pakaian yang cocok dikenakan oleh nenek-nenek.
"Ada apa dengan selera orang ini," gumam Leana.
Leana terus mencari-cari pakaian, akhirnya ia menemuka satu baju yang cocok untuk ia pakai. Ia juga menemukan setumpukan uang di dalam kain yang disimpan layaknya pakaian. Uang yang cukup banyak. Jika dihitung uang ini cukup untuk membeli tas branded milik Leana.
"Baiklah kita gunakan uang ini dan segera pergi ke luar. Dengan di luar masih ada kemungkinan bahwa ini adalah dunia nyata."
Meski hari ini ia masih libur bekerja, Leana dengan aktifnya mengikuti nyonya Merry. Wanita tua itu heran ketika Leana berdandan dengan cantik. Rambut yang biasanya selalu ia ikat kini ia gerai. Tercium aroma wangi yang tidak biasanya ada pada Leana.
Sebenarnya Leana menggerutu. Ia bingung apa yang terjadi pada tubuhnya. Tidak mungkin dalam sekejap ia bisa berubah. Tubuh yang tadinya kuat menjadi lemah. Telapak tangan yang halus menjadi kasar. Dan terlebih lagi, wajahnya begitu kusam dan terlihat tidak perawatan.
"Dengan keluar, aku akan kupastikan bahwa semua ini hanya tipuan mereka," gumam Leana.
Ia berlari kecil mengikuti nyonya Merry.
"Ada apa? Dari tadi kau mengikuti aku terus!" Nyonya Merry menggerutu sembari mencatat hal-hal penting yang harus dibeli.
"Nyonya Merry akan pergi ke mall kan?" tanya Leana yang dijawab anggukan oleh wanita itu.
"Kalau begitu izinkan aku ikut. Izinkan aku berbelanja juga," pinta Leana.
Nyonya Merry berpikir sejenak. Ia meliriki sekitar. Tidak ada orang yang melihat mereka.
"Baiklah, kau bisa ikut denganku. Tapi ingat, jangan ke tempat lain selain tempat yang aku datangi!" perintah nyonya Merry
Leana mengangguk, ia terlihat begitu senang. Mereka berdua masuk ke dalam mobil. Leana mengetahui satu fakta yang di dalam novel pun tidak pernah terjadi. Supir Abraham dan nyonya Merry, mereka saling jatuh cinta tetapi sampai akhir cerita mereka tidak tahu. Lalu apa jadinya jika mereka saling tahu?
Namun kembali ke realita, Leana masih berharap bahwa ini adalah dunia nyata dan mereka sedang mengerjai Leana. Karena jika ini nyata, beberapa bulan lagi Leana akan mati. Ia akan dijadikan kambing hitam sebagai orang yang meracuni makanan Anastasia hingga wanita itu hampir mati.
Dan Dalton, pria yang Leana cintai dalam novel akan membunuh Leana dengan tangan sendiri. Polisi juga tidak tahu, orang di rumah ini juga tidak tahu. Mereka semua berpikir Leana kabur. Sungguh menyedihkan kisah Leana. Ia dijadikan wanita simpanan hanya untuk pemuas nafsu.
Bahkan Dalton baru tahu namanya ketika mereka selesai melakukan hubungan intim. Dan pria mana yang membunuh wanita simpanannya dengan tega. Bahkan Leana berpikir bahwa Leana bukanlah wanita simpanan melainkan layaknya pelacur. Dalton benar-benar pria yang jahat.
"Kita sudah sampai Leana."
Mereka berdua turun. Tanpa pikir panjang Leana mendekati seseorang yang berjalan. Nyonya Merry tidak sadar bahwa Leana sudah berada jauh darinya.
"Boleh pinjam handphonemu? Aku ingin mengabari orang tuaku, tapi handphoneku ketinggalan." Leana sengaja berbohong.
"Oh baiklah, silahkan."
Jari jemarinya mengetik dipencarian tentang informasi yang ada di dunianya. Nihil, satupun tidak ada informasi yang akurat. Saat nama Dalton ia cari, Dalton bukanlah karakter fiksi melainkan karakter nyata sebagai seorang CEO.
Tubuhnya bergetar, ia mengembalikan handphone orang itu. Pikirannya kosong. Sekarang ia mulai yakin bahwa ia benar-benar masuk di dunia novel.
"Tamatlah riwayatku sekarang."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!