Hati Gendis hancur berkeping keping saat mengetahui jika suami yang dia cintai menghianati cinta dan juga pernikahan mereka yang sudah berjalan selama 15 tahun lamanya. Gendis tidak menyangka, jika pria sebaik Arya bisa mengkhianatinya.
Karena selama hampir 17 tahun saling mengenal dan sampai akhirnya memutuskan untuk menikah. Dimata Gendis, Arya benar benar sosok pria, suami dan ayah yang baik dan sempurna.
Pria itu tidak pernah pulang telat, selalu memprioritaskan keluarga dan tidak pernah sekalipun dia pergi dinas keluar kota tanpa didampingi oleh istrinya.
Sosok Arya benar benar jadi sosok superhero untuk keluarga kecilnya. Sampai sampai, Gisya putri pertamanya yang baru saja berusia 13 tahun. Sudah memiliki cita cita ingin punya suami yang seperti ayahnya.
Hingga Gendis pun begitu sangat bersyukur karena telah dipertemukan dengan Arya. Pria yang sudah memberikan nya dua orang anak, hasil dari pernikahan mereka selama 15 tahun.
Anak pertama mereka diberi nama Disya Putri Atmajaya berusia 13 tahun, sementara anak kedua mereka diberi nama Ardian Putra Atmajaya, berusia 8 tahun dan Arya memberikan nama kedua anaknya itu diambil dari gabungan dari nama Gendis dan juga namanya.
Dengan harapan jika ikatan pernikahan mereka akan semakin kuat dengan hadirnya kedua buah hati mereka dan pernikahan itu pun akan langgeng sampai maut memisahkan.
Sampai akhirnya, harapan Arya pun musnah sudah disaat Arya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri dan perselingkuhan itu pun akhirnya terbongkar setelah Arya kepergok tengah berpelukan cukup mesra dengan sang sahabat di dalam kantornya.
Tidak hanya berpelukan, Arya bahkan terlihat mencium mesra wanita yang bernama Sharon, yang tidak lain adalah teman semasa sekolah dan semasa Arya berkuliah, dulu.
Perselingkuhan itu pun dilihat langsung oleh mata Gendis sendiri, yang siang itu berniat memberi kejutan kepada suaminya dengan datang tiba tiba ke kantor. Tanpa memberi kabar terlebih dahulu kepada pria itu.
Dan sialnya, bukan nya memberi kejutan untuk sang suami. Malah Gendis sendiri lah yang dibuat terkejut dengan apa yang dia lihat saat ini.
Praannngggg…
Melihat adegan tak senonoh itu, membuat Gendis shock hingga dia menjatuhkan kotak bekal yang dia bawa, yang berisikan makan siang untuk suaminya. Hingga menimbulkan suara yang cukup keras dan membuat kedua orang yang sedang bercumbu mesra itu terkejut.
Mendengar suara benda jatuh tidak jauh dari tempatnya berdiri. Arya pun segera menoleh ke arah sumber suara dan…
Deg…
Seketika, jantung Arya serasa jatuh dari tempatnya saat dia menoleh. Arya melihat sosok sang istri sedang berdiri terdiam membeku di ambang pintu dengan mata yang membulat sempurna.
Dan yang semakin membuat jantung Arya seperti berhenti berdetak adalah dengan hadirnya sang putri tercinta yang siang itu, juga datang bersama istrinya. Turut menyaksikan adegan tidak senonoh yang dia lakukan bersama dengan wanita lain.
Kalut dan tidak tahu Apa yang harus dilakukan setelah melihat langsung pengkhianatan suaminya. Gendis pun akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana tanpa berkata sepatah kata pun.
Membawa serta putrinya yang kala itu, tidak kalah kagetnya dengan sang ibu. Bahkan, Disya terlihat sangat kecewa dan juga sedih dengan apa yang sudah ayahnya lakukan.
Gadis yang sudah beranjak remaja itu tentu sedikit tahu dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya. Hingga Gisya tidak bisa menutupi rasa kecewanya terhadap sang ayah.
Sementara itu, Arya yang juga kaget karena kepergok langsung oleh istri dan anaknya. Hanya bisa terdiam membeku di tempat. Kakinya tiba tiba terasa sangat lemas dan tak bertenaga.
Bahkan, hanya untuk sekedar mengejar kedua wanita yang berharga di dalam hidupnya pun tidak mampu Arya lakukan. Hingga membuat Gendis dan juga Gisya semakin dibuat kecewa akan apa yang sudah Arya lakukan.
“Ar, bagaimana ini? Gendis dan juga Gisya sudah melihat kita.” Suara dari Sharon pun akhirnya membangunkan Arya dari lamunan nya.
Yang seketika itu juga, menyadarkan Arya akan apa yang harus dia lakukan. Tanpa menjawab pertanyaan dari Sharon. Arya pun segera berlari, mencoba mengejar istri dan juga anaknya.
Akan tetapi, sayangnya dia sudah terlambat. Gedis dan juga Gisya sudah tidak ada lagi di area gedung kantornya. Bahkan, Arya sampai mencari sang istri sampai ke area depan gedung itu. Namun, dia sudah tidak bisa lagi menemukan sosok sang istri di sana.
“Permisi, Pak. Apa tadi Bapak lihat istri dan anak saya lewat sini?” tanya Arya, kepada security gedung itu.
“Oh, Ibu Gendis sama Neng Gisya. Baru saja mereka pergi menggunakan taksi, Pak,” jawab sang security.
“Oh, begitu. Baiklah, terima kasih Pak,”
“Iya, sama sama, Pak.”
Dengan langkah gontai, Arya pun kembali lagi ke dalam gedung kantornya. Dengan perasaan yang kacau, Arya kembali ke ruangan kerjanya yang dimana disana, masih ada Sharon tengah menunggu dirinya.
“Bagaimana? Apa kamu menemukan Gendis?” tanya Sharon saat melihat Arya masuk ke dalam ruangan nya.
“Tidak. Mereka sudah pergi.” jawab Arya dengan nada yang lemas dan lesu.
Pria itu menjatuhkan dirinya ke atas kursi kebesaran nya. Lalu, memijit pelipisnya karena mendadak, kepalanya terasa sangat pusing.
Pikiran nya kacau sekali saat ini. Apalagi, setelah mencoba menghubungi istrinya lewat sambungan telepon, ponsel Gendis malah mati dan tidak bisa dihubungi.
Begitupun dengan ponsel putrinya, Gisya. Kedua wanita beda usia itu begitu kompak, sama sama tidak bisa di hubungi.
Hal itu pun semakin membuat pikiran Arya kacau balau. Karena ponsel istrinya tidak bisa dihubungi, Arya pun tidak tinggal diam begitu saja. Arya langsung menghubungi art yang ada di rumah nya.
Untuk menanyakan perihal keberadaan istri dan juga putrinya. Berhubung jarang kantor dan juga rumah tidak terlalu jauh. Maka, Arya pun memperkirakan jika saat ini istri dan anaknya sudah tiba di rumah.
[“Mohon maaf, Tuan. Tapi, sejak Nyonya pergi untuk menjemput Non Gisya. Nyonya, belum kembali lagi."]
Mendengar jawaban dari sang art. Pikiran Arya pun semakin dibuat kalut. Ingin rasanya pergi menyusul sang istri dan anaknya. Namun, sayang nya hari itu Arya memiliki jadwal pertemuan penting dengan seorang investor dari luar negeri yang sudah Arya tunggu tunggu kedatangan nya.
Sehingga, tidak memungkinkan untuk dia pergi meninggalkan kantor. Hal itu pun semakin membuat Arya dilema. Karena berada di antara dua pilihan yang sulit. Jika memilih pergi dari kantor, maka perusahaan nya akan mengalami kesulitan yang akan berdampak pada ratusan karyawan nya.
Akan tetapi, Arya juga ingin sekali segera pergi menemui istri dan juga putrinya untuk menjelaskan apa yang terjadi antara dia dan juga Sharon.
Melihat Arya yang terlihat sangat kacau, Sharon pun mulai beranjak, mendekati Arya dan mencoba untuk menghibur sang kekasih gelapnya itu.
“Ar….”
“Pulang lah, Sha. Kita bicarakan ini nanti,”
“Tapi, Ar….”
“Please Sha. Kepalaku pusing sekali. Aku tidak bisa berpikir sekarang, jadi lebih baik kamu pulang dulu saja. Kita bicara nanti.”
Mendengar Arya mengusirnya, jujur Sharon merasa sangat kecewa. Namun, dia juga tidak boleh egois. Hal ini bukanlah hal yang sepele bagi Arya, jadi wajar jika Arya butuh waktu untuk sendiri.
Dan dengan perasaan kecewa, Sharon pun akhirnya memutuskan untuk pergi. Meninggalkan Arya dengan pikiran kacaunya, seorang diri.
Sementara itu, Gendis yang sedang lari dari suaminya. Pergi membawa putrinya Gisya pergi ke rumah kedua orang tuanya. Pikiran nya saat ini sangatlah kacau, sehingga yang terpikirkan oleh Gendis saat ini adalah rumah kedua orang tuanya.
“Kita mau kemana Ma?” tanya Gisya saat menyadari jika jalan yang dia lewati bukan lah jalan yang menuju ke arah sang Mama dan Papa.
“Malam ini, kita menginap di rumah Oma, ya? Mama, lagi kangen sama Oma dan Opa.” jawab Gendis, masih berusaha untuk tetap tersenyum di depan putrinya.
Meski saat ini hati Gendis tengah hancur sehancur hancurnya. Jika bisa, ingin rasanya dia menangis sejadi jadinya setelah melihat secara langsung pengkhianatan yang dilakukan oleh pria yang sangat dia cintai.
“Are you okay?” tanya Gisya, dengan nada yang sangat lirih.
Gadis remaja itu paham betul apa yang saat ini sedang dirasakan oleh sang Mama. Tidak, bukan hanya sekedar tahu dan paham. Gisya bahkan merasakan apa yang dirasakan oleh Gendis saat ini.
Dimana hatinya merasa sangat hancur, sedih, marah dan juga kecewa setelah melihat dengan mata kepala sendiri apa yang dilakukan oleh ayahnya dan juga teman ayahnya.
Gisya tidak menyangka, jika wanita yang biasa dipanggil dengan ounty Shasa itu ternyata memiliki hubungan gelap dengan ayahnya.
Mendengar pertanyaan itu. Seketika, membuat Gendis tersentak kaget dan menyadarkan nya akan apa yang sedang terjadi. Menyadari jika dia sedang tidak baik baik saja. Gendis pun akhirnya mulai menitikkan air matanya. Namun, Gendis tetap berusaha untuk tegar, setidaknya itu dia lakukan saat berada di hadapan putrinya.
“Maafkan Mama. Mama cengeng, ya?” ucap Gendis yang segera mengusap air matanya. Mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan oleh putrinya.
“Kenapa minta maaf. Jika Mama ingin menangis, menangis saja. Kalau misal Mama malu melakukan nya di hadapanku. Maka, anggap saja aku tidak ada.” jawab Gisya yang akhirnya membuat tangis Gendis pecah saat itu juga.
Wanita itu langsung merangkul tubuh ramping putri nya dan langsung menangis tersedu di dalam pelukan sang putri. Gendis benar benar merasa sangat terpukul dan juga hancur saat melihat suaminya tengah bercumbu mesra dengan wanita lain.
Sampai akhirnya, sisa perjalanan menuju ke rumah kedua orang tuanya itu pun Gendis habiskan dengan menangis. Mencurahkan semua amarahnya dalam tangisan.
1 jam kemudian.
“Ini, hapus dulu air matanya. Oma sama Opa pasti akan khawatir kalau lihat Mama menangis seperti ini.”
Saat taksi yang mereka naiki sudah mulai memasuki komplek dimana rumah kedua orang Gendis berada. Gisya pun segera menyodorkan tisu yang selalu dia bawa di tas selempang nya kepada sang Mama.
Agar sang Mama bisa menghapus air matanya terlebih dahulu sebelum mereka sampai di rumah yang mereka tuju. Gisya tahu betul bagaimana posesifnya kedua orang dari Mama nya itu.
Sehingga, Gisya pun segera menyuruh sang Mama untuk menghapus air matanya sebelum mereka sampai di rumah sang Oma.
Gendis adalah anak tunggal dari keluarga Hardiana. Jadi wajar jika kedua orang tuanya begitu posesif dan juga protektif. Karena butuh perjuangan yang extra untuk mendapatkan Gendis.
Mulai dari program kehamilan alami hingga bayi tabung. Semua mereka lakukan karena tak kunjung diberi keturunan.
Sampai akhirnya di ujung pengharapan mereka. Oma Dewi yang tidak lain adalah ibunda dari Gendis pun akhirnya dinyatakan hamil dan melahirkan bayi perempuan yang diberi nama Gendis Amelda Hardiana.
Sehingga, Gendis pun diperlakukan seperti seorang putri yang dijaga dengan begitu sangat baik. Bahkan, kalau bisa, nyamuk pun tidak boleh menyakiti dirinya.
Menyadari bagaimana posesif dan protektif nya kedua orang tuanya. Gendis pun segera menghapus air matanya dengan tisu yang disodorkan oleh putrinya, Gisya.
Keduanya pun kembali terdiam, sibuk dengan pikiran mereka masing masing. Jujur, Gisya sebenarnya ingin sekali membicarakan apa sudah dilakukan oleh ayahnya.
Hanya saja, Gisya mencoba menahan nya karena dia tahu jika sang Mama belum siap untuk membahas hal itu. Semua kejadian yang terjadi hari ini tidak pernah disangka sangka sebelumnya. Tidak ada keanehan atau perubahan apapun yang diperlihatkan olehnya, Arya.
Sampai Gendis dan Gisya pun benar benar shock saat melihat apa yang dilakukan oleh Arya di ruangan kerjanya bersama dengan Sharon.
“Ayo, kita turun,” ajak Gendis kepada putrinya saat taksi yang ditumpangi olehnya dan juga Gisya tiba di depan rumah keluarga Hardiana.
“Tunggu, Ma. Kita datang ke sini secara mendadak. Lalu, bagaimana kalau Oma dan juga Opa bertanya? Apa yang harus kita jawab?” tanya Gisya, yang tahu betul bagaimana kepo nya sang nenek akan apa yang terjadi dan dialami oleh keluarga anaknya.
Bahkan, saking kepo nya. Tidak jarang Oma Dewi menghubungi Gendis hampir setiap hari hanya untuk menanyakan kabar dari putrinya itu.
“Untuk itu, biar Mama yang jawab. Kamu, cukup diam dan menurut saja dengan apa yang akan Mama katakan nanti, ok?” jawab Gendis sebelum turun dari taksi.
“Baiklah.”
Gisya yang tidak punya pilihan lain pun akhirnya hanya bisa menuruti apa kata Mama nya. Gadis remaja itu pun ikut turun dan masuk mengikuti Mama nya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam halaman rumah besar milik Oma dan Opa nya.
“Assalamualaikum, Mang Parjo. Apa kabar?” sapa Gendis pada security yang bertugas jaga malam ini di rumah orang tuanya.
“Wa’alaikum salam. Eh, Neng Gendis. Sendirian Neng?” jawab Mang Parjo saat melihat Gendis masuk kedalam rumah besar itu lewat pintu kecil yang ada di samping gerbang besar rumah itu.
Berhubung Gendis tidak membawa mobil. Jadi, dia bisa masuk lewat pintu kecil yang ada di samping pintu gerbang rumah keluarga Hardiana.
“Sama Gisya Mang. Mama sama Papa ada di rumah nggak Mang? Saya mau menginap disini soalnya,”
“Oh, Bapak sama Ibu baru saja pergi Neng. Tapi, sepertinya tidak akan lama. Soalnya Bapak sama Ibu cuma pergi ke undangan. Loh, Den Arya nggak ikut Neng? Biasanya, setiap ke sini pasti sama Den Arya,”
“Tidak, Mang. Mas Arya sedang ke luar kota. Makanya saya dan anak anak mau menginap disini. Nanti, tolong bukain pintu gerbang ya Mang. Nanti ada Sus Neni yang akan datang membawa Ardi kemari,”
“Begitu, ya. Siap Neng,”
“Ya sudah, kalau begitu saya masuk dulu ya, Mang,”
“Iya, Neng. Silahkan.”
Gendis dan Gisya pun segera masuk ke dalam rumah besar milik kedua orang tuanya. Saat masuk ke dalam rumah itu, Gendis dan juga Gisya kembali di sambut oleh Mbok Rumi.
Art yang sudah bekerja di rumah itu selama puluhan tahun. Bahkan, sebelum Gendis lahir pun, Mbok Rumi sudah bekerja di sana.
“Assalamualaikum.” ucap Gendis saat memasuki rumah kedua orang tuanya.
Tidak berselang lama, seorang wanita paruh baya pun keluar dari arah dapur rumah itu. Dia adalah Mbok Rumi, art yang sudah puluhan tahun beliau habiskan di rumah itu untuk bekerja.
“Wa’alaikum salam. Eh, Non Gendis sama Non Gisya. Loh, Den Arya sama Den Ardi tidak ikut Non?” tanya Mbok Rumi, saat datang untuk menyambut anak dari majikan nya yang malam ini datang berkunjung.
“Ardi sebentar lagi nyusul Mbok. Sementara Mas Arya, tidak bisa ikut karena sedang di luar kota,” jawab Gendis yang kembali harus berbohong.
“Oh, begitu ya. Non Gendis sama Non Gisya sudah makan belum? Mau saya buatkan makanan?”
“Boleh, Mbok. Tapi nanti saja, saya sama Gisya mau mandi dan istirahat dulu,”
“Non mau menginap?”
“Iya, Mbok. Mas Arya nya kan lagi pergi, jadi kami pikir lebih baik kami menginap di sini saja,”
“Loh, kok tumben Non Gendis nggak ikut? Biasanya, setiap Den Arya ke luar kota. Non pasti ikut dan menitipkan Non Gisya sama Den Ardi disini.”
Gendis tampak terdiam. Mencoba memikirkan jawaban yang tepat agar orang orang di rumah itu tidak mencurigai kalau ada sesuatu yang terjadi antara dirinya dan juga Arya.
“Aku yang mintanya Mbok. Selama ini, Mama pergi pergi terus. Yang butuh Mama kan bukan cuma Papa. Tapi aku juga, Ardi juga,” sela Gisya, saat menyadari jika sang Mama sedang kesulitan untuk menjawab pertanyaan dari Mbok Rumi.
“Oalah… jadi gitu toh. Ya sudah, sekarang lebih baik Non Gendis sama Non Gisya istirahat. Nanti, setelah makan malam siap si Mbok akan panggil Non buat makan,”
“Iya, Mbok. Terima kasih. Kalau begitu kami pamit naik ke atas dulu, ya,”
“Iya, Non. Silahkan.”
Gendis dan Gisya pun kembali melanjutkan langkahnya menuju ke lantai dua rumah itu. Meski sudah memiliki rumah sendiri, tapi di rumah itu juga disediakan kamar untuk Gendis dan anak anaknya.
Bahkan, bukan hanya menyediakan kamarnya saja. Kedua orang tua Gendis pun mengisi setiap kamar itu dengan barang barang yang pasti dibutuhkan oleh anak dan cucu mereka.
Seperti baju, alat mandi, bahkan sampai make up pun sudah tersedia disana tanpa harus membawa semua itu dari rumah Gendis. Jadi, Gendis bisa datang dan menginap di rumah itu kapan saja.
“Terima kasih, ya. Karena sudah bantuin Mama tadi,” ucap Gendis saat tiba di lantai dua rumah kedua orang tuanya.
“Tidak perlu berterima kasih. Itu bukan apa apa. Sekarang aku sudah dewasa dan mulai sekarang juga, Mama sudah bisa mengandalkan aku.”
Mendengar pernyataan dari Gisya, akhirnya bisa membuat Gendis tersenyum. Benar juga, kini putri sulung nya itu sudah mulai beranjak dewasa. Bahkan, baru Gendis sadari jika tinggi badan putrinya itu sudah setara dengan nya.
“Are you okay?” tanya Gendis yang seketika membuat raut wajah Gisya berubah.
“Kita bahas ini nanti ya, Ma. Aku tahu, kondisi kita sekarang ini sedang tidak baik baik saja. Kejadian tadi, benar benar membuat aku dan Mama shock berat. Sekarang, lebih baik kita nenangin diri dulu, ya. Setelah itu, baru kita bahas,”
“Baiklah. Sekarang masuklah ke kamarmu. Kita bertemu lagi nanti saat makan malam tiba, ok?”
“Ok.”
Ibu dan anak itu pun berpisah di lorong lantai dua rumah keluarga Hardiana. Kedua nya masuk kedalam kamar mereka masing masing untuk beristirahat.
Setianya di kamar, Gendis pun langsung memeriksa ponselnya yang saat itu ternyata mati karena kehabisan daya.
Gendis pun segera mengambil charger yang ada di dalam tas nya yang ternyata Gendis tidak membawa barang itu.
“Ya, ampun. Aku lupa membawa nya.” gumam Gendis saat tidak menemukan charger ponselnya di dalam tas yang dia bawa.
Gendis pun akhirnya keluar lagi dari kamar nya. Pergi ke kamar kedua orang tuanya untuk meminjam charger. Beruntung, mereka semua memakai jenis ponsel yang sama. sehingga Gendis pun tidak kesulitan untuk mengisi daya ponselnya. Meskipun dia tidak membawa charger miliknya.
Usai mengisi charger ponselnya. Gendis pun bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tidak jauh berbeda dengan Gendis. Gisya pun melakukan hal yang sama. Sebelum mandi, terlebih dahulu gadis remaja itu menyalakan ponselnya yang sempat dia matikan.
Puluhan notif entah itu panggilan tak terjawab ataupun pesan yang masuk langsung saja meramaikan ponselnya saat ponsel itu dinyalakan.
Gisya menghela nafas panjang dan juga berat saat melihat notif itu yang ternyata berasal dari sang ayah yang terus saja menghubunginya.
[“Kami ada di rumah Oma. Tolong, beri kami waktu satu atau dua hari untuk menenangkan diri disini. Setelah itu, mari kita bicarakan semuanya.”]
["Satu lagi. Sebelum kami menemui Papa. Tolong, jangan temui kami dulu. Please, beri kami waktu karena saat ini kami benar benar shock."]
Kirim Gisya, membalas salah satu pesan yang dikirim oleh ayahnya. Mendapat balasan dari putrinya, Arya pun langsung membaca balasan itu, saat itu juga.
Setelah membalas pesan itu, Gisya pun kembali mengabaikan ponselnya. Meskipun dia tahu jika sang ayah sedang mengetik balasan untuk pesan yang dia kirimkan.
Akan tetapi, Gisya tidak menghiraukan hal itu dan menyimpan ponselnya begitu saja di nakas yang ada di samping ranjang nya.
*
*
Sementara itu, Arya yang terus kepikiran istri serta anaknya pun jadi tidak fokus dan terlihat gelisah di tengah pertemuan penting yang sedang dia hadiri.
“Pak Arya, apa ada masalah? Saya perhatikan sejak tadi Pak Arya terlihat gelisah?” tanya Pak Hendrik, selaku rekan bisnis Arya yang saat ini sedang melakukan pertemuan penting dengan pria itu.
“Maaf, Maafkan saya Pak. Saya hanya merasa kurang sehat. Mari, kita lanjutkan pembahasan proposalnya.”
Merasa tidak enak hati kepada Pak Hendrik yang sudah meluangkan waktu untuk datang jauh jauh dari Amerika hanya untuk melakukan kerja sama dengan nya.
Arya pun mencoba bersikap profesional. Mengenyampingkan permasalah rumah tangga yang baru pertama kalinya dia dapatkan karena ulahnya.
Pertemuan pun berakhir Tepat di jam 2o.00 wib dan dilanjutkan dengan acara jamuan. Acara pun berjalan dengan lancar dan Arya pun berhasil bekerja sama dengan perusahaan Pak Hendrik yang ada di Amerika.
Pukul 21.30 wib, Arya pun keluar dari perusahaan nya dan untuk pertama kalinya. Arya merasakan kebingungan saat akan pulang ke rumah.
Dengan langkah yang gontai, Arya pun memaksakan diri untuk tetap pulang ke rumah. Namun, disaat Arya tiba di parkiran. Arya dikejutkan oleh kedatangan Sharon yang sedang berdiri di samping mobilnya.
“Ada apa? Kenapa kamu disini? Ini sudah malam, Sha,” tanya Arya, dengan nada yang sangat lemah.
“Aku ingin bicara, Ar,” jawab Sharon.
“Nanti saja, ya. Malam ini, aku sangat lelah. Nanti, aku akan menghubungi kamu. Sekarang pulang lah.” lanjut Arya, yang langsung masuk ke dalam mobilnya. Lalu melajukan mobil itu, meninggalkan Sharon yang masih berdiri disana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!