NovelToon NovelToon

Lingkaran Setan

Liburan

Siang itu suara riuh setelah pembagian raport,dan mereka naik ke kelas 12,setelah hal melelahkan 5 sekawan,Dinda,Arin,Dimas,Dani dan Wira,mereka berkumpul dikantin sebelum pulang kerumah masing-masing.

"Besok mulai libur nih,kita mau kemana nih?"ungkap Arin sambil menyeruput jus jeruk kesukaannya.

"Iya nih,masa liburan tidak ada hal yang menarik kita lakukan,masa cuma begitu-begitu aja,"ucap Dani setuju sengan ucapan Arin.

"Iya tuh bener,masa libur cuma tidur bangun makan,tidur lagi,makan lagi,"sahut Dimas.

"Huhhhhh..."

Ucapan Dimas,mendapatkan lemparan kulit kacang dari teman-temannya.

Dimas memang terkenal suka tidur,bahkan dalam kelas pun ia sering kedapatan tidur.

Setelah sepakat merekapun akhirnya pulang kerumah masing,2 hari lagi rencananya mereka akan pergi.

Dirumah Dinda,Dinda menghampiri ibunya yang baru selasai menuaikan sholat magrib,"Bu,ibu udah selesai sholatnya?"tanya Dinda sambil duduk ditepi tempat tidur.

"Iya kenapa Din?Tumben nih,pasti ada maunya nih,baikin Ibu,"ujar Ibunya Dinda sambil melipat mukenanya.

"Bu,lusa boleh enggak Dinda muncak keCiremai,"tanya Dinda sambil memainkan baju ibunya.

"Muncak lagi,baru beberapa bulan kemarin kamu kegunung pangrango,apa enggak capek, sesekali dirumah kalau libur bantuin ibu diwarung."

"Kan paling 3 hari Bu,boleh ya,boleh ya Bu,"Dinda berusaha membujuk ibunya sambil terus memainkan bajunya.

"Huhhh...,gimana ya,sama siapa kesananya?"

"Biasa Bu,sama bestie,berlima?"ujar Dinda sambil memainkan alisnya.

"Ibu sih boleh-boleh saja,tapi tanya dulu kakekmu,kalau dia mengijinkan yah berangkat kalau tidak Ibu rasa kamu tidak usah berangkat."

"Kan cuma 3 hari,itung-itung ngilangin stres setelah ujian,lagian kata Ibu kalau Dinda bisa mempertahankan nilai Dinda,Dinda bisa minta apa saja yang penting jangan mahal,"Dinda terus membujuk Ibunya.

"Coba kamu ijin sama kakek dulu,kalau kakek setuju,Ibu juga setuju,"sahut Ibunya.

"Ibu aja yang ijin,lagian kalau Dinda yang telpon takut Tante Rina yang angkat,Dinda masih sakit hati dengan ucapannya,"Dinda menunduk,ia teringat penghinaan adik ibunya ketika Dinda menelponnya.

"Sudah-sudah,jangan sedih,apapun yang dia katakan jangan dimasukin kehati memang watak dia seperti itu.

"Iya Bu,tapi nanti Ibu yang ijinin yah,Dinda males bicara sama tante Rina,lagian kenapa kakek lama-lama disana sih Bu?"

"Tante Rini pengen pas melahirkan nanti kakek ada disana mendampinginya,sudah nanti Ibu yang telpon yah,"Yanti Ibunya Dinda mengajaknya keruang tamu,ia menuju pesawat telponnya.

"Tut tut tut tut..."

Setelah beberapa lama terdengar suara perempuan dari sebrang telepon,"Iya hallo,ada apa Mbak,"terdengar sahutan ketus dari orang yang ditelpon."

"Anu Rin,Bapak ada,saya mau bicara sama Bapak."

"Baru juga ditempat saya sebentar sudah ditelpon,tenang saja dia tidak akan kelaparan,beda kalau tinggal ditempat Mbak?"sahut Rina dengan ketus.

"Astagfirullah Rin,kamu sedang hamil,mbok ya kalau ngomong itu jangan asal keluar,saya cuma mau bicara sebentar,tinggal kasih kan telponnya ke Bapak,lagian saya miskin juga tidak pernah tuh mengemis sama kamu,"Ibunya Dinda terpancing emosinya mendengar ucapan adiknya.

"Pak ini ada telpon dari Mbak Yanti."

Setelah itu tak berapa lama terdengar suara Pak Santoso Bapaknya Yanti,"iya hallo Yan,ada apa?"

"Enggak pak,ini Dinda mau ke gunung Ciremai lusa,"ucap Ibunya.

"Oh,coba mana anaknya biar Bapak bicara langsung dengan Dinda,"ucap pak Santoso.

"Nih Din,"Ibunya Dinda memberikan telponnya pada Dinda.

"Ya,hallo kek."

"Kamu mau naik keCiremai yah?"tanya Kakeknya.

"Iya Kek,boleh yah,boleh yah,please?"

"Ya,tapi sebentar kakek lihat dulu,nanti malam atau besok kakek kabari."

"Yah lama,boleh ya Kek?"

"Iya,tapi nanti kakek lihat dulu yah,"dengan suara lembut kakeknya menjawab.

"Dimanja terus,dimanja terus,nanti ngelunjak dia pak,"terdengar suara Rina tantenya dari jauh.

"Nih Mah,"Dinda langsung memberikan telepon pada Ibunya dan pergi kekamar sambil menghapus airmatanya.

Sementara disana terdengar pak Santoso membentak Rina dan terjadi adu mulut,Yanti ibunya Dinda bergegas menutup telponnya,ia terdiam beberapa saat.

Kasih sayang pak Santoso pada Dinda sering membuat iri Rani,karena Dinda sudah tidak punya seorang Bapak dan sejak kecil diasuh kakeknya,pak Santoso begitu menyayangi Dinda.

Sampai hari Dinda mau berangkat kakeknya belum juga menelpon,sedangkan Ibunya mau menelpon kesana takut ribut sama adiknya.

Dinda sudah bersiap-siap berangkat,dia sedang menunggu teman-temannya menjemputnya,tapi dia terlihat gelisah.

"Bu bagaimana ini,kok kakek belum juga menelpon?"

Ibunya Dinda mendekati Dinda dan memeluknya,kalau kakek enggak menelpon mungkin dia merestui keberangkatanmu,sudah siap semua?"tanya Ibunya,tapi dalam hati kecilnya ia seperti tidak iklas melepaskan Dinda pergi,perasaan sama ketika Dinda mendapatkan masalah ketika pergi kegunung slamet.

"Bu,kok Ibu melamun?"Dinda terkejut Ibunya memeluknya begitu erat seolah tidak ingin melepaskannya.

"Oh enggak apa-apa,nanti kabari yah,kalau udah sampai disana."

Dinda menganguk,sambil tersenyum,melihat pada tas ransel didepannya.

"Tin tin tin....."

Terdengar suara klakson mobil Dimas didepan rumah.

"Dinda,Dinda,"terdengar suara cerewet Arin memanggil Dinda.

"Udah sana,temanmu sudah menjemput,hati-hati,sering kabari Ibu ya Nak."

"Iya Bu,"Dinda menyalami ibunya dan mengangkat tas ransel kepundaknya.

Didepan rumah terlihat Dimas,Wira baru turun bersama Arin,yang berlari mendekati Dinda,Dimas segera mengambil tas ransel milik Dinda.

"Tante kami pamit mau sekalian berangkat,mau kerumah Dani dulu,"ujar Dimas sambil menyalami Ibunya Dinda.

"Iya hati-hati,tante titip Dinda yah,jaga dia Arin."

"Pasti Tante dengan segenap jiwa raga tante,anak tante aman ditanganku,"sahut Dimas,menjawab ucapan Ibunya Dinda pada Arin.

"Huhhh..."

Ucapan Dimas mendapat cibiran dari teman-temannya,kemudian merekapun pamit berangkat.

Terlihat Ibunya Dinda masih termangu didepan halaman rumahnya,entah kenapa sepeninggalan Dinda debaran didadanya semakin kencang,ia memegang dadanya yang terasa nyeri.

"Ya Allah lindungi anak hamba dimanapun dia berada,"dalam hati Ibunya Dinda berdoa minta keselamatan untuk anaknya,kemudian dia masuk kerumah masih memegang dadanya.

Sementara Dinda sudah sampai dirumah Dani,mereka yang sudah terbiasa main kerumah Dani,mereka lansung masuk kedalam rumah sambil mengucapkan salam.

"Assalamu allaikum,Dan,Dani,"Arin dan Dimas berteriak sambil menghempaskan tubuh mereka di sofa,begitupun dengan Wira dan Dinda.

"Eh kalian sudah datang,mau minum dulu enggak?"Dani duduk sebelah Dinda.

"Loh Dan,Mamah,Papahmu kemana?Kok sepi?"tanya Wira.

"Oh,mereka sedang ada bisnis keluar kota,1minggu lagi mereka baru pulang,"sahut Dani.

"Kita berangkat sekarang Dan?Tanya Dimas.

"Ayo,eh tapi sebentar,kita tunggu dua orang lagi,"sahut Dani.

"Siapa Dia,Dan?"tanya Arin terkejut.

Temanku dari Jakarta,katanya mereka pengen ikut liburan juga,tapi mereka sudah kuliah tingkat dua,eh Din,temanku itu sangat menyukaimu,ketika melihat Fotomu,mereka antusias sekali ingin mengenalmu."

Dinda hanya diam,tiba-tiba perasaanya jadi tidak enak,entah ada apa.

"Tin tin tin...."

Terlihat mobil sport masuk kehalaman rumah Dani,setelah berhenti dua orang turun dari mobil dan Dani menyambutnya."

"Kita belum terlambatkan,"ucap laki-laki yang baru turun bersama seorang perempuan.

"Belum,tenang bro,selamat datang,kaliankan ingin berkenalan dengan Dinda,nih ini Dinda,cantikan,"ucap Dani memperkenalkan Dinda yang ikut keluar bersama yang lainnya.

"Oh ini toh,cantik sekali,saya Farhan dan ini pacar saya Fadilah,"Farhan menyalami Dinda,begitu pun dengan Fadilah yang tersenyum manis pada Dinda.

"Dinda,"sahut Dinda menerima uluran tangan mereka,entah mengapa Dinda merasa takut pada kedua temannya Dani,mereka terlihat ramah dan sangat manis,tapi Dinda melihat sorot mata keduanya menakutkan.

Camping kehutan

Dinda,Arin,Dimas,Dani dan Wira berada dibelakang,sedangkan Farhan dan Fadilah berada didepan,jarak dari rumah Dani ke arah pendakian sekitar 3 sampai 4 jam,mereka akan mendaki via palutungan.

Dani melihat kearah Dinda yang sedari berangkat banyak diam,ia memperhatikan Dinda yang menatap keluar jendela.

"Ada apa,aku lihat semenjak berangkat kamu selalu melamun?"tanya Dani sambil mengenggam tangan Dinda.

"Enggak apa-apa,aku cuma kangen sama kakek,biasanya sebelum berangkat dia mendoakanku dulu,"kata Dinda sambil menoleh le arah Dimas.

"Ya sudah kalau kita pulang mendaki kita ke Bandung,kita lihat keadaannya,"ucap Dani menenangkan,direngkuhnya kepala Dinda dan disandarkan dipundaknya.

"Mulai deh,mulai,"Dimas protes melihat perlakuan manis Dani pada Dinda.

"Makanya cari pasangan jangan jomblo terus,"sahut wira sambil menatap Arin dan memainkan alisnya.

"Geledek terus,puas,puas kalian,mending aku tidur,"Dimas menyandarkan kepalanya dikursi mobil kemudian memejamkan matanya,tak lama terdengar dengkuran halus dari mulutnya.

Fadilah yang sedari tadi diam terkejut melihat Dimas langsung tertidur,"itu teman kalian beneran tidur?"Fadilah melihat kearah Dimas sambil mengelengkan kepalanya.

"Yoi mba,masalah tidur dia nomer satu,"sahut Wira.

Mereka semua tertawa,tapi Dimas sama sekali tidak terganggu ia masih mendengkur terlelap dalam mimpi.

"Eh kalian mau enggak ketempat bagus,dari pada camping digunung bosen,kita camping dihutan saja,aku punya tempat yang bagus,kalian kan sering camping kegunung sekali-kali beda suasana,mau enggak,enak loh tempatnya,dijamin tidak akan menyesal,iya enggak Farhan."

"Betul kalian pasti tidak akan pernah bisa melupakan tempat itu,"sahut Farhan.

"Boleh tuh,asyik kayaknya,"sahut Wira.

Terlihat Arin,dan Dani menyetujuinya,hanya Dinda yang terlihat ragu.

"Bagimana Din?"tanya Dani melihat Dinda tampak ragu.

"Gimana ya,aku pamitnya mau muncak keciremai,aku akan menelpon Ibu dulu,aku takut dia marah,"sahut Dinda.

"Alah enggak usah,kan pamit camping,ini juga camping kan,"kata Fadilah.

"Ya udah,kamu telepon gih Ibu kamu,biar dia enggak khawatir nantinya,"ujar Dani.

"Alah enggak usah,pasti Ibu kamu juga setuju,kalian tidak akan menyesal camping disitu,"ujar Fadilah lagi.

Dinda terlihat bigung,mau ngabarin gimana,enggak ngabarin gimana.

Dani yang melihat Dinda menimang hpnya menyuruhnya menelpon ibunya agar Dinda bisa tenang,"udah telpon saja biar hati kamu tenang,"ujar Dani.

"Oh anak mamih toh,aku kirain anak gunung itu mandiri,"ucap Fadilah menyindir Dinda.

"Udah telpon saja,"Dani mengusap tangan Dinda menenangkannya.

Dinda pun memencet nomor telepon ibunya,tapi sampai beberapa kali tidak juga dijawab.

"Enggak diangkat Dan."

"Coba kehandphonenya,"kata Dani.

"Handphone Ibu rusak,"Dinda terlihat sedih.

"Sudah nanti kita bisa menelponnya lagi,"Dani berusaha menenangkannya.

"Eh itu ada mini market,kita sebaiknya berhenti,aku butuh beli beberapa barang,"Arin menunjuk kesebelah kanan yang terdapat mini market.

"Buat apa,aku bawa perbekalan banyak pake punya aku saja,"sahut Fadilah.

"Tidak,aku mau membelinya sendiri,"kata Arin.

Akhirnya merekapun berhenti,semua orang turun kecuali Dinda,Dinda bersandar dijendela mobil sambil menyandarkan kepalanya dijendela mobil,pikiran Dinda melayang pada ibu dan kakeknya yang sampai sekarang belum bisa dihubungi.

"Brukhhh...,brukhhhh..."

Seorang wanita tua dengan pakaian lusuh mengebrak pintu mobil dan menarik tangan Dinda.

Dinda terkejut,ia berusaha menarik tanganya,tapi tangan wanita tua itu begitu kuat mengenggamnya.

"Bu tolong lepaskan,sakit Bu,"Dinda berkali-kali berusaha menarik tangannya.

"Pergi,pulanglah,kembali,jangan teruskan perjalanan ini,nyawamu dalam bahaya,"wanita tua itu menatap tajam mata Dinda.

"Apa maksud Ibu?,"Dinda menatap perempuan tua itu bigung.

"Dinda...,"terdengar suara Dani memanggilnya.

Dinda melihat kearah Dani,"Ya..,"tapi begitu Dinda menoleh kearah perempuan itu,perempuan itu sudah tidak ada.

"Kemana dia,"Dinda melihat kesana kemari.

"Hei,cari siapa?"Dani sudah berdiri didekat pintu mobil.

"Perempuan tua yang tadi bicara denganku,kemana dia?"

"Perempuan yang mana?"Dani ikut melihat kesana kemari,"dari tadi kamu sendiri,kamu bicara sendiri,makanya aku memanggilmu,"sahut Dani.

Dinda terlihat Bingung,ia melihat pergelangan tangannya yang merah,berarti memang tadi dia tidak sedang berhalusinasi.

"Sudah,buka pintunya tanganku penuh,"kata Dani.

Setelah semua orang masuk mereka melanjutkan kembali perjalanan mereka,sore hari mereka baru sampai ditepi hutan,semua orang bergembira hanya Dinda yang terlihat diam.

"Sudah sampai,"Fadilah merenggangkan badannya kemudian dia turun dari mobil,begitupun dengan yang lain,sementara Farhan memarkirkan mobil Dani masuk ketanah yang lapang.

Dinda melihat kesana kemari,"kenapa tempatnya sepi sekali,kalau ini buat camping pasti ada mobil atau kendaraan lain yang terparkir,apalagi sekarang musim liburan,"Dinda terus membatin.

"Hei,melamun lagi?"Dani merengkuh pundak Dinda.

"Dan,kok tempatnya sepi,apa ini benar tempat camping?"tanya Dinda.

"Aku sendiri enggak tahu,tapi kita lihat saja nanti,kalau tempatnya tidak sesuai dengan ekspetasi kita,dengan apa yang digambarkan Fadilah kita besok pulang,ok."

Dinda menganguk,perkataan Dani membuatnya sedikit tenang,merekapun segera menyusul yang lain masuk hutan.

Setelah berjalan sekitar 30 menit,mereka sampai ditanah yang rata,mereka pun berhenti.

"Kita akan mendirikan tenda disini,"ujar Farhan sambil menurunkan tas yang dibawanya.

"Dan besok,aku akan mengajak kalian melihat keindahan yang belum pernah kalian lihat,"sahut Fadilah sambil memeluk Farhan.

Mereka semua bersorak,hanya Dinda yang terlihat tidak banyak bicara,ia merasa ada yang menganjal dihatinya.

Mereka pun mulai mendirikan tenda,satu buat perempuan dan satu buat laki-laki,menjelang malam,setelah selesai mereka membagi tugas.

Arin bersama Wira memasak buat makan malam mereka,sedangkan yang lain pergi mencari kayu bakar.

Dinda,Dani dan Dimas bertiga mencari kayu bakar,sedangkan Farhan dan Fadilah mencari kearah yang lain.

"Hutannya kok serem banget sih,aku jadi takut,kenapa kita kesini yah?"ujar Dimas sambil memunguti ranting-ranting kering.

"Kenapa kamu setuju waktu Fadilah menyarankan kita bercamping kehutan,"sahut Dani.

"Ya aku pikir kita akan bercamping dihutan khusus buat camping,kayak hutan pinus gitu,"jawab Dimas sambil menggerutu.

Sedangkan Dinda hanya diam,ia tidak berani menoleh kesebelah kanan,ketika ia melihat ke arah kanan ada dua bola mata merah dan sangat besar melihat kearahnya.

"Kamu kenapa Din?"Dani memegang tangan Dinda yang sangat dingin.

"Enggak apa-apa,kita pulang saja,kayunya sudah banyak,"kata Dinda,Dinda melirik,mata itu terlihat masih melihat kearahnya

Ada yang merasa tidak beres sama Dinda,Dani pun segera mengajaknya kembali ketenda.

Mereka telah sampai ditenda,terlihat Farhan dan Fadilah sudah ada disana,dan disana cuma ada beberapa ranting teronggok.

"Loh Farhan kok dapat kayunya sedikit sekali,"kata Dani sambil menyimpan kayu bakarnya.

"Iya sebelah sana tidak ada kayunya,"sahut Farhan sambil mengambil piring plastik dan mulai menyendok nasi dan lauk yang dimasak Arin.

"Makan,makan,makan,"ujar Farhan diikuti oleh Fadilah.

Arin yang kesal hanya diam merengut,tidak menjawab ucapan Farhan.

Kemudian Dani mengajak Dinda makan diikuti yang lain,"ayo Din kita makan,bukankah dari berangkat kamu belum makan,"ujar Dani sambil menyerahkan piring plastik.

Dinda menerima piring plastik dari tangan Dani,ia kemudian mengambil nasi dan telur dadar.

Setelah makan mereka semua berkumpul dan membuat api unggun,mereka bernyanyi dan tertawa bersama,mereka pun mulai saling bercerita.

"Jadi selama ini kalau liburan kegiatan kalian apa saja?"tanya Dimas sambil memakan cemilan.

"Kita..,"Farhan tersenyum pada Fadilah,"kegiatan kita selama liburan yang paling kita sukai adalah berburu manusia,"ujar Farhan.

Sontak jawaban Farhan membuat semua orang terkejut termasuk Dimas,dia sampai melongo,snack berjatuhan dari mulutnya.

Sementara Arin menjadi ketakutan,ia segera memeluk tangan Wira.

"Hahaha...,kok jadi serius begini,ayolah apa kalian tidak bisa bercanda,"ujar Farhan sambil tertawa.

Semua orang tertawa dan bernafas lega.

"Sialan kamu Farhan,"Dani melempar Farhan dengan ranting.

Sementara Dinda merasa kalau ucapan Farhan itu bukan gurauan ia melihat ada senyum licik dibibirnya.

Air terjun Bidadari

Jarum jam menunjukan pukul 1,Dinda pamit untuk masuk ketenda,"Dan,aku ngantuk aku masuk dulu yah."

"Iya sana,aku juga mau istirahat,"jawab Dani sambil tersenyum dan membelai rambut Dinda.

Setelah pamit pada yang lain Dinda masuk ketenda diikuti Arin,Dinda merebahkan tubuhnya,ia tidur dengan memakai jaket tebal,begitupun,ia tidur disebelah Dinda sambil menempel pada tubuh Dinda.

Tak berapa lama Fadilah masuk dan bergabung dengan mereka,"kalian belum tidur,"Fadilah berbaring disamping Arin.

"Ini mau tidur,"jawab Arin sambil memeluk Dinda.

Fadilah menatap Arin yang membelakanginya,"Kalian tahu tidak kalau hutan ini terkenal angker?"

Arin seketika berbalik,begitupun dengan Dinda,ia kembali membuka matanya yang sudah terpejam.

"Apa maksudmu,jangan ngomong kalau kamu membawa kami sengaja kesini untuk menjebak kami,"Arin menatap Fadilah dengan tajam.

Fadilah hanya tenang menangapi kemarahan Arin,"bercanda,penakut amat sih,"Fadilah berbalik kemudian memejamkan matanya.

Arin yang kesal ikut berbalik ia memeluk Dinda,sambil mulutnya bergumam mengeluarkan kekesalannya.

"Udah tidur,besok kita keliling hutan,kita cari tempat yang bagus sambil mencari sinyal."

Tak lama merekapun tertidur,Dinda kembali terbangun ketika mendengar suara orang bercakap-cakap,ia melihat diluar dua bayangan sedang mengitari tenda,lamat-lamat terdengar pembicaraan mereka.

"Kapan kita lakukan?"

"Sabar,kita tunggu waktu yang tepat,kita baru dapat yang istimewa,tuan pasti akan menyukainya,"sahut orang satunya.

"Yah aku tidak sabar,aku sudah lama menantikan ini."

Dinda menahan nafas,ia berusaha menahan diri agar tidak diketahui mereka,Dinda terkejut begitu melihat ketempat Fadilah,tempat itu kosong.

"Apa itu tadi Fadilah,dan apa yang satunya Farhan,apa yang mereka rencanakan?"Dinda pura-pura tidur lagi begitu melihat ada seseorang yang mendekati tenda.

Tak lama Fadilah masuk dan langsung merebahkan tubuhnya disamping Arin.

Dinda berusaha mencerna apa yang terjadi,"aku harus menyelidiki siapa mereka sebenarnya."

Paginya Dinda terbangun karena mencium bau kopi dan istan,ia keluar dari tenda,terlihat semua orang sudah berkumpul,ia melihat jam tangan masih pukul 5 lebih sedikit.

"Sini Din sarapan,Arin sudah membuat mie goreng sama kopi,"Dani menarik Dinda agar duduk disebelahnya.

Dinda melirik kearah Fadilah sambil duduk disebelah Dani,semua orang tampak sibuk menguyah makanan mereka.

Arin memberikan piring berisi mie goreng dan secangkir kopi,"ini buat tuan putriku tersayang,"Arin memberikan piring sambil membungkuk.

"Lebay kamu Rin,"Dinda melepar kerikil ke arah Arin.

Sementara Arin sendiri menghindar sambil tertawa.

"Eh Din,Fadilah ngajakin kita lihat air terjun,katanya disini ada air terjun yang sangat indah,"ujar Dani.

"Beneran ada air terjun?"tanya Dinda,sejenak kecurigaannya pada Fadilah hilang.

Setelah sarapan mereka pergi melihat air terjun yang dipimpin oleh Farhan dan Fadilah.

Setelah menempuh perjalanan kira-kira 1 jam merekapun sampai diair terjun.

"Bagaimana,indah bukan?Orang sekitar sini menamainya air terjun bidadari yang konon dulunya buat mandi bidadari,"ujar Fadilah, menunjuk kearah air terjun yang mengalir indah.

"Indah sekali,"sahut Arin,ia berlari dan langsung masuk kedalam telaganya.

"Ayo turun,"Dani mengandeng tangan Dinda berlari menuju air terjun.

"Indah sekali Dan,"ujar Dinda yang terkagum-kagum pada keindahan alam dan air terjun yang berundak.

Semua orang bersuka ria masuk kedalam air terjun,saling bercanda,Arin menunjukan ibu jarinya pada Fadilah.

"Tidak sia-sia kamu membawa kita kesini,pemandangannya begitu idah,"ujar Arin,suara agak samar karena suara riak jatuhnya air terjun ketelaga.

Arin pun menyelam kedalam air,tapi ia terkejut tiba-tiba kakinya seperti ada yang menarik dan menyeretnya kedalam dasar telaga,Arin berusaha naik,tapi tangan yang menariknya semakin kencang menyeretnya.

Arin mencoba sekuat tenaga naik,ketika berhasil naik,ia berteriak meminta tolong,tubuhnya sudah sangat lelah tangan yang menariknya begitu kuat.

"Tolongggg,tolongggg..."

Kepala Arin terlihat timbul tengelam di air,air sudah banyak yang masuk kemulut.

Dimas yang melihatnya malah tertawa,ia pikir Arin sedang bercanda,karena Arin jago berenang.

Dinda yang melihat iapun berpikir sama,tapi ketika melihat ekspresi wajah Arin,Dinda berteriak panik berenang mendatanginya.

"Arin tenggelam,tolongggg,"Dinda berusaha berenang secepat mungkin,sebenarnya posisi yang dekat dengan Arin adalah Fadilah dan Farhan,tapi mereka sibuk bercanda berdua.

Dimas ikut panik,ia memanggil Wira Dan Dani yang sedang melompat dari batu.

Semua orang jadi panik,mereka berteriak pada Fadilah dan Farhan agar menolong Arin,tapi Fadilah dan Farhan seperti tidak mendengar,Dinda yang sudah sampai berusaha menarik tubuh Arin ketepi,semua orang bergegas ketepi berusaha menolong Arin yang sudah pingsan,Fadilah dan Farhan pun ikut ketepi melihat Dinda menyeret tubuh Arin.

Dinda segera memompa perut Arin untuk mengeluarkan air,setelah beberapa saat Arin batuk dan tersadar.

Wira bergegas mendudukan Arin dan memeluknya,"kamu kenapa?"Apa yang terjadi?"

Arin menangis,sambil sesegukan dia mulai bercerita,"tadi aku menyelam kedalam danau,tapi begitu aku akan kepermukaan kakiku ada yang menarik,aku takut Wira,kita pulang saja,tempat ini aneh."

"Iya besok kita pulang,"ujar Wira menenangkan,Wira menatap tajam kearah Fadilah dan Farhan,"kenapa kalian diam saja,tidak mungkin kalian tidak mendengar,apa kalian sengaja.

"Heh,jaga tuh mulut,aku sama sekali tidak tahu kalau dia tengelam,dan lagi itu tidak mungkin kalau ada yang menarik,lihat ditempat ini cuma kita,"sahut Fahan kesal.

"Jadi kamu mau bilang Arin mengada-ada,kurang ajar kamu,"Wira bangun ingin menghajar Farhan,tapi dicegah oleh yang lainnya.

"Sudah-sudah kenapa malah berantem,ayo pulang,"ujar Dani.

Mereka pun akhirnya kembali ketenda,ditengah perjalanan pulang Dinda melihat orang tua yang kemarin diantara lebatnya pepohonan,memperingatkannya untuk pergi.

"Pergi tinggalkan tempat ini cepat,tinggalkan tempat ini sebelum terlambat,"perempuan tua itu terus melihat ke arah Dinda.

"Dan,apa kamu lihat tidak perempuan tua dengan pakaian lusuh diantara pepohonan,"ujar Dinda,matanya melirik kearah perempuan tersebut,bisikan itu terus mengiang ditelinganya.

Dani melihat arah yang dimaksud Dinda,tapi ia tidak melihat apapun,"tidak ada orang Din,dimana?"

Dinda menoleh,ia melihat perempuan tua itu sudah tidak ada,"Dan,apa kita pulang saja yah,aku kok merasa ada yang tidak beres ya!!"

Fadilah dan Farhan yang mendengarnya menoleh kearah mereka,"wah ternyata mental anak gunung cuma segini,katanya sering naik gunung,tapi baru begini saja takut,lagian aku yakin Arin hanya kram,bukan ditarik kakinya,cemen banget sih,"ujar Fadilah,kemudian Fadilah dan Farhan mempercepat langkah mereka.

Dinda yang memang tidak suka sedari awal kesal mendengar ucapan Fadilah.

"Sudah jangan dimasukin kehati,mereka memang suka asal kalau bicara,kalau kamu tidak nyaman disini,besok pagi kita pulang,kalau mereka masih mau disini kita tinggal saja,"ujar Dani.

Dinda tersenyum,"makasih Dan,"ujar Dinda sambil memeluk tangan Dani.

Hari berganti malam,terlihat Arin berbaring didalam tenda ditemani teman-temannya,badannya sangat panas.

"Apa tidak ada yang bawa obat-obatan,"tanya Dani.

Wira,Dimas mengelengkan kepala.

"Aku sepertinya bawa,ada ditas ransel aku,"ujar Dinda,Dinda bergegas mengambilnya,tapi ia bingung tempat obat itu tidak ada ditasnya.

"Kenapa Din?"Dani menghampiri Dinda yang bolak-balik mengeluarkan semua isi taa ranselnya.

"Tempat obatnya kok enggak ada ya?"

"Mungkin kamu lupa memasukan tempat obatnya,"ujar Dani.

"Enggak mungkin,aku memasukannya sebelum berangkat kok,"ujar Sinda yang masih penasaran sampai mengeluarkan semua isi tasnya sambil mengibaskan satu persatu barangnya tatap tidak ada.

"Gimana ini,apa kita bawa dia keluar hutan malam ini,aku takut ini demamnya bertambah tinggi,"ujar Wira panik.

"Kita bicara dulu pada Fadilah dan Farhan mereka yang tahu jalan keluar dari hutan ini,kalau pagi atau siang hari kita bisa cari jalan sendiri tapi kalau malam susah,yang ada kita akan tersesat,"sahut Dani.

Dani kemudian keluar dari tenda untuk menemui Farhan dan Fadilah yang sedang membuat api unggun,sedangkan didalam tenda,Arin mulai meracau karena panasnya sangat tinggi matanya terbelalak,mulutnya mengucapkan kata-kata yang tidak dimengerti teman-temannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!