Ainayya Hikari Salvina, gadis cantik berusia 20 tahun. Hidup di dalam keluarga berkecukupan yang bisa di sebut kaya tidak membuat Ainayya atau yang sering di panggil Nayya, bisa hidup dengan kemewahan. Bahkan, nama Salvina ia warisi dari sang bunda.
Bukan karena tidak memiliki seorang ayah, ia memilikinya. Tapi itu hanya sebuah nama, hal yang hanya bisa ia sebutan dalam hatinya. Dan tidak boleh ia sebutkan di hadapan orang lain, lucu memang. Hidupnya sangat menyedihkan, pria yang seharusnya menjadi pahlawan untuknya. Tidak pernah mau melihat ke arahnya.
Sudah sering kali ia mencoba membuat sosok itu tertarik padanya. Melakukan pekerjaan rumah tangga di usia muda, membuatkan teh ketika sang ayah pulang, sudah sering ia lakukan. Namun, ucapan terima kasih seperti hal yang akan membuat Dunia hancur jika keluar dari mulutnya.
Tidak ada pelukan hangat dikala hujan, tidak ada wajah cemas dikala ia sakit. Bahkan melihatnya saja ia tidak bersedia, lalu bagaimana bisa ayahnya menjenguknya. Kedua telinganya seperti tuli pada semua tentangnya.
Sakit, tentu saja. Tapi tetap saja, ia berharap jika suatu hari nanti. Ayahanya melihat ke arahnya, memberikan pelukan hangat, bertanya apa yang baru saja terjadi padanya dan menjadi pahlawan untuknya di saat ada laki-laki yang berniat menyakitinya.
Tapi sayangnya, semua ilusi itu menghilang, seperti sebuah debu yang akan singgah namun tiba-tiba terhempas jauh oleh angin. Bahkan tidak sempat untuk ia rasakan, semuanya hancur, Hidupnya benar-benar berubah total, ibunya meninggalkan. Luka itu semakin banyak, menyusun dan saling menimpa satu sama lain. Tidak akan pernah bisa sembuh atau bahkan kembali seperti semula.
Perselingkuhan itu adalah penyebab semuanya, penyebab bundanya sakit-sakitan. Dan penyebab ia di buang oleh ayahnya. Mereka di kucilkan, makan tidak akan menjadi 3 kali sehari lagi. Ia bahkan harus menjadi pelayan tanpa gaji jika ingin makan.
Menangis, sudah sering ia lakukan. Mungkin air matanya mulai mengering, hidupnya semakin berat. Tidak ada tawa lagi yang hadir darinya dan sang bunda, semua tampak seperti Neraka dunia. Wanita itu, yang sudah menjadi orang ketiga dalam pernikahan ayahnya membuat semuanya semakin mengerikan.
Ia seperti seorang monster berwujud manusia, memberikan senyum hangat di hadapan suami hasil rayuannya dan menjadi sangat jahat serta kejam pada Nayya dan bundanya. Berulang kali memukulnya, menginjak obat-obatan yang bundanya perlukan, menjabak rambutnya dan bahkan menggosok punggunya dengan setrika sudah Nayya rasakan. Asal, wanita itu tidak melukai bundanya, Nayya rela menjadi bahan siksaan.
Cintanya pada sang bundalah yang membua ia tetap kuat. Tetap tabah dan sabar, terkadang ingin rasanya ia menaruh racun pada makanan ketiga manusia yang lebih pantas di sebut iblis. Tapi rencana itu langsung di hentikan oleh bundanya, sang bunda tidak ingin ia menjadi seorang pembunuh.
Percaya akan adanya Tuhan, membuat sang bunda selalu sabar, menerima semua perlakukan madunya dan suaminya yang tidak berperasaan. Tapi lupa, jika putrinya terluka, setiap kali melihat bantal itu basah dengan air matanya.
Berharap suatu hari nanti Tuhan memberikan mereka kesempatan untuk pergi meninggalkan keluarga itu, ternyata terjadi. Namun, hanya untuk bundanya. Ainayya kecil harus tetap melanjutkan hidup bersama monster-monster itu.
Hingga, kesempatan pergi datang padanya. Menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia kenali, mengikuti perintah ayahnya untuk menjadi pengantin pengganti saudari tirinya lalu melihat pernikahan anak dari wanita yang sudah merebut ayahnya dengan pria yang ia pikir akan menjadi rumahnya di masa depan.
Peristiwa itu tidak akan pernah Nayya lupakan, tidak dendam. Ia tidak akan membalaskan rasa sakitnya karena sang bunda memintanya untuk berjanji, tapi ia akan mengingatnya sebagai pelajaran di hidupnya. Tidak masalah jika dirinya harus menikah dengan pria asing selama 1 tahun. Ia akan melakukan semuanya demi pergi dari rumah yang lebih pantas di sebut Neraka.
Tapi sekali lagi, sepertinya Tuhan kembali mengujinya. Saat cintanya di balas oleh pria dingin dan kejam itu. Lagi-lagi kebohongan yang selama ini suaminya tutupi terbongkar, membuanya jatuh hingga ke titik yang paling dasar, bingung memilih. Apakah ia harus tetap bertahan dan memaafkan, atau pergi meninggalkan lalu melupakannya. Semuanya tampak sangat rumit untuknya.
CAST
Albara Demian Dominic dan Ainayya Hikari Salvina
Di sebuah ruangan bernuansa hitam dan putih, dengan suasana mencekam. Seorang pria paruh baya, berpakaian kantor sedang duduk dalam posisi gugup, menghadap sebuah bayangan yang menggambar penampilan pria dengan aura yang menyeramkan.
Sudah 30 menit ia duduk di hadapan bayangan tersebut dengan gugup. Ingin meminta bantuan kerja sama agar perusahaanya semakin maju, ia memberanikan diri datang ke perusahaan terbesar di Indonesia untuk meminta bantuan.
"Jadi apa yang akan anda berikan pada ku jika perusahaan kita bekerja sama?"
Akhirnya pria itu membuka suara membuat pria paruh baya tersebut senang sekaligus takut. Takut jika tawarannya tidak bisa memuaskan sang CEO hingga membatalkan semua rencananya.
"Apa pun yang anda inginkan akan saya berikan, Tuan."
"Apa menurut mu aku kekurangan suatu hal hingga meminta pada mu!"
Tersinggung, pria paruh baya tersebut takut jika sang CEO tersinggung atas ucapannya. Wajahnya mulai memucat karena menyesali kata-katanya barusan, namun penyesalan itu berakhir setelah ia mendapatkan sebuah ide untuk membuat pria yang ada di hadapannya tertarik.
"Saya akan menyerahkan anak perempuan saya pada anda tuan." Dirumahnya, ia memiliki 2 anak perempuan. Tapi salah satu anak perempuan itu sama sekali tidak disukainya, jadi ia berniat membuang anak tersebut pada pria yang sama sekali tidak di ketahui wujudnya.
"Apa menurut mu aku kekurangan wanita!?"
"T-tentu saja tidak tuan, hanya saja anak perempuan yang akan saya berikan pada anda adalah gadis yang sangat cantik serta penurut. Anda tidak akan menyesal menerima gadis itu."
Sesaat, ruangan kembali hening. Pria paruh baya itu kembali cemas, ia mulai takut jika kata-katanya membuat sang CEO kembali tidak senang.
"Baiklah, aku akan menerimnya. Jadi sekarang pulanglah, pukul 1 siang nanti. Aku akan mengirim supir ku untuk menjemput calon pengantin ku."
Betapa bahaginya pria paruh baya tersebut karena akhirnya kesepakatan yang sedang ia impi-impikan sekarang terwujud. Hanya tinggal membuat putri yang tidak ia cintai menjadi milik sang CEO lalu perusahaan serta status keluarganya meningkat.
"Baik tuan, terima kasih atas kemurahan hati anda. Kalau begitu saya pamit undur diri, selamat siang."
Setelah kepergian pria paruh baya tersebut, sang sekretaris sekaligus orang kepercayaan CEO langsung menghampiri tuannya.
"Apakah menurut anda pria itu akan menyerahkan gadis yang sedang anda incar, Tuan?"
Sejujurnya, di balik kegundahan pria paruh baya tadi. Merupakan rencana pria yang sedang duduk di kursi kebesarannya. Ia juga sengaja menyembunyikan penampilannya agar rencananya bisa berjalan dengan lancar.
"Tentu saja. Orang bodoh pun tahu jika dia pasti akan memberikan gadis yang sama sekali tidak memiliki posisi apa pun di hatinya. Baginya hanya anak dari wanita itu yang memiliki posisi di hatinya."
Malang, seperti itulah isi pikiran sang sekretaris. Ia benar-benar tidak percaya jika seorang ayah yang seharusnya menjaga putrinya dengan baik ternyata tega memberikan sang putri pada pria yang masih belum diketahui wujudnya hanya demi kekayaan.
Saat keduanya sedang berbicara, pria paruh baya yang baru saja tiba di rumahnya langsung masuk dengan wajah bahagia. Sang istri serta putri kesayangannya dan pria yang menjadi kekasih putri tidak berharganya tapi juga kekasih dari putri kesayangnnya menyambut kepulangannya dengan wajah bertanya-tanya.
"Ada apa, Ayah? Mengapa wajah mu terlihat sangat bahagia." Sang putri bergelayut manja pada ayahnya. Membuat semua orang yang ada di ruangan tersenyum.
"Ayah memiliki kabar baik. Pertama rencana ayah untuk bekerja sama dengan perusahaan Albara, perusahaan yang sedang berkembang pesat. Sekarang, kita hanya harus menunggu sebentar lagi, dan perusahaan keluarga Cannor bisa naik."
"Tapi, mengapa harus pria misterius itu, Sayang? Mengapa kita tidak bekerja sama dengan perusahaan milik keluarga Dominic yang lebih besar?"
"Itu karena keluarga Dominic tidak mudah di dekati. Lagi pula, perusahaan milik pria itu juga sudah menduduki peringkat kedua setelah perusahaan milik keluarga Dominic."
Ya, Javior benar. Mereka tidak akan pernah bisa bekerja sama dengan perusahaan miliki keluarga Dominic. Sedangkan ia tidak bahwa pria misterius yang ia maksud adalah putra bungsu keluarga Dominic yang tidak dikenali oleh banyak orang. Bahkan tidak pernah ada yang mengenalnya.
"Lalu apa yang kedua, Ayah?" Pavina atau yang biasa di panggil Vina menjadi sangat pensaran.
"Dan yang kedua, akhirnya Ainayya akan pergi dari rumah ini seperti yang kau inginkan sayang. Ayah menjadikannya alat pertukaran dengan pria jelek dan tua itu." Karena Javior tidak bisa melihat wujud asli seorang Albara Demian Dominic. Javior langsung berpendapat jika Bara pria yang jelek, dan mungkin tua. Bagaimana pun, jarang sekali mereka bisa bertemu dengan anak-anak dari keluarga Domini.
Bukan jarang sebenarnya, hanya saja. Ketiga anak dari keluarga Dominic tidak suka menggunakan nama keluarga mereka untuk bersosialisasi, tidak ada sikap sombong. Bahkan terlihat sangat rendah hati, bukan rendah diri seperti Javior dan keluarganya.
"Jelek? Apakah ayah sudah melihatnya dengan jelas." Meskipun Vina bahagia karena saingan cintanya akan segera pergi, tapi ia juga penasaran dengan sosok Bara yang sangat kaya sekaligus misterius.
"Tidak, tapi ayah dapat menyimpulkan dengan pasti bahwa pria itu sangat jelek karena saat kami bertemu. Dia tidak berani bertatap langsung dengan ayah, kami berbicara dengan sebuah pembatas dan hanya bayangannya yang dapat ayah lihat."
"Tapi ayah, apakah pria itu tahu tentang Ainayya? Aku takut jika dia berfikir akulah yang akan ayah berikan padanya."
Tiba-tiba saja, Javior menjadi gugup. Dia mulai menyesal karena sudah melupakan tentang hal itu, bagaimana pun di keluarga Cannor, hanya Pavina yang di umumkan sebagai putri keluarganya sedangkan Nayya selalu menjadi anak seorang pelayan.
"Vina benar, Sayang. Jangan sampai pria itu berfikir bahwa Vina yang menjadi alat penukaran mu. Aku tidak akan iklas putri ku berakhir di tangan pria jelek sepertinya. Lagi pula hanya Leonal yang akan menjadi menantu ku." Lia tidak ingin kehilangan calon menatu yang kaya selain Leonal. Mungkin karena mereka tidak pernah tahu nama keluarga Albara akibat pria itu yang tidak ingin memberitahu Javior.
Pada akhirnya, Javior dan keluarganya tidak pernah tahu jika Nayya yang akan menjadi pengantin pengganti Vina adalah putra bungsu Dominic. Pria tampan yang selalu menjadi calon menantu idaman wanita termasuk Lia.
"Ibu benar, hanya Leonal yang akan menjadi suami ku, Ayah."
"Tolong jangan pisahkan kami, Ayah. Aku sudah bernjanji akan menikahi Vina, dan ibu juga sudah memberitahu teman-temannya bahwa Vina adalah calon menantunya." Di mata Leonal, hanya ada Vina. Cinta pertamanya, sekaligus wanita yang membuatnya menjadi pria yang sangat jahat.
Perlu di ketahui, bahwa Leonal merupakan kekasih Nayya. Anak perempuan Javior yang tidak dianggap, mereka lebih dulu pacaran, dan Vina bersedia menerima Leonal ketika pria tersbeut sudah menjadi pria yang tampan dan gagal.
Sedangkan ketampanan dan kegagahannya ia dapat dari pengorbanan Nayya. Wanita itu menjadi pelayan yang tidak dibayar, menemaninya ketika berolahraga dibawah terik matahari, lalu memasakan makanan sehat agar tubuhnya bisa secepatnya membaik.
Sedankan Vina, sama halnya dengan sang ibu yang mengambil pria milik wanita lain ketika sudah kaya. Vina juga melakukannya, ia yang melihat perubahaan Leonal menjadi sangat tertarik, ditambah ternyata pria yang sudah ia tolah adalah pewaris keluarga Moxa. Vina langsung merayunya.
Bak gayung bersambut, Leonal tentu saja menerima setiap rayuan dari Vina. Ia yang tetap mencintai Vina mulai bermain curang, bahkan membuat usaha Nayya sia-sia begitu saja.
"Tentu saja aku tidak ingin kalian berpisah, tapi bagaimana caranya kita membuat Nayya yang menjadi pengganti Vina. Aku juga tidak mau melihat putri kesayang ku menikah dengan pria jelek, mekipun cukup kaya, aku masih tidak bisa merelakannya."
Javior benar-benar tidak memiliki perasaan, putri yang selalu berusaha mengambil sedikit saja perhatiannya bahkan ia jadikan alat untuk menjadi pengganti dari anak haram miliknya bersama sang wanita simpanan.
"Bagaimana jika kita membuat Nayya berdandan sangat cantik lalu mengirimnya, Ayah. Jika nanti pria itu bertanya, maka katakan saja bahwa Nayya sendirilah yang memintanya."
Itu ide yang sangat bagus, Javior bahkan menatap kagum dengan pemikiran Leonal. Tidak sia-sia ia memberikan izin pria itu memiliki putrinya, kini masalahnya akan segera menghilanga dan putrinya masih tetap bisa menikah dengan calon menantu kesayangnnya.
"Kau sangat hebat, Nak. Sekarang, Nayya akan menjadi pengantin pengganti Vina lalu kalian bisa segera menikah."
"Terima kasih, Ayah."
Wajah Vina menjadi sangat bahagia, sebentar lagi. Ia dan Leonal akan segera menikah, tidak akan ada lagi penghalang di antara hubungan mereka, tidak Nayya atau bahkan wanita lain.
CAST
Pavina Lucia Cannor
Leonal Harrison Moxa
Saat Javior dan yang lainnya sedang berbicara. Mereka tidak menyadari bahwa, si pengantin penggati yang mereka sebutkan telah mendengar semua pembicaraan mereka. Wajahnya penuh dengan air mata, tidak pernah ia duga jika ayahnya tega melakukannya, terlebih lagi kekasihnya. Pria yang ia pikir akan menjadi temannya di hari tua ternyata ikut dalam rencana tersebut.
Belum selesai dengan keterkejutannya, ia bahkan akhirnya tahu kalau pria tersebut telah menjadi kekasih saudari tirinya. Benar-benar kenyataan yang snagat mengerikan untuknya, sekarang mulai sadar kalau cinta tidak bisa mengalahkan kekayaan.
Lari ke kamarnya, Ainayya Hikari Salvina. Putri tidak dianggap di keluargar Cannor menangis tersedu-sedu, hatinya sangat sakit, sejak usia dini. Ia harus dipaksa menjadi dewasa, menahan segala tindakan, entah itu kekerasan atau bahkan hinaan. Nayya sudah melalui semua hal tersebut.
"Bunda, sekarang Nayya harus bagaimana? Nayya benar-benar terluka, mengapa tidak ada satu orang pun yang sayang pada Nayya, Bunda."
Usianya masih sangat muda, dan kini ia harus menikahi pria yang tidak dikenalnya. Hidup bersama pria yang dikatakan jelek oleh ayahnya, membuatnya semakin takut. Bukan takut karena wujud pria itu, tapi takut jika pria tersebut tidak bisa menerimanya.
Bisa saja, pria yang tidak ia kenali akan membunuhnya. Atau bahkan menjualnya pada pria lain seperti cerita yang sering ia baca dari novel online. Nayya menjadi semakin takut, ingin rasanya ia lari. Tapi kemana? Ia tidak memiliki seseorang yang bisa disebut sahabat, teman saja ia tidak punya.
"Pakai baju ini." Ucapan itu disertai sebuah baju yang cukup seksi, tidak cocok disebut pakaian pengantin. Di lemparkan dengan sangat kuat hingga mengenai wajahnya.
"Aku tidak ingin, aku masih sangat muda dan belum pantas menikah," keluh Nayya.
Bukannya kasihan, Vina bahkan tertawa terbahak-bahak. Ia tidak menduga jika wanita yang sangat ia benci sudah mendengar pembicaraan mereka. Tapi itu bukan hal yang buruk, setidaknya. Sebelum Nayya pergi, ia bisa melihat dengan puas wajah menderita Nayya.
"Sepertinya kau sudah tahu, tapi itu sangat bagus. Sayang, masuklah, lihat bagaimana wajah menderita mantan kekasih mu ini."
Leonal yang bersembunyi di balik pintu kamar Nayya langsung masuk ke dalam, ia bahkan memeluk pinggang Vina. Memberikan kecupan di bibirnya, membuat Nayya semakin menangis tersedu-sedu. Ia terluka, hatinya menjadi sangat sakit akibat perbuatan Leonal.
"Mengap kalian sangat jahat pada ku? Apa yang sudah ku lakukan sehingga kalian dengan tega menyakiti ku."
"Kau tidak bersalah, tapi nasib mulah yang salah. Jika saja kau terlahir dari keluarga kaya, mungkin aku tidak menduakan mu. Tapi jika itu aku tidak bertemu dengan Vina, intinya adalah. Kau hanya ku gunakan sebagai pelayan tanpa di bayar agar aku bisa menjadi pria idaman Vina. Cinta ku pada Vina sangat besar sehingga aku rela menjalin hubungan dengan wanita seperti mu."
Seperti ada sebuah pisau yang sangat tajam sedang menusuk hati Nayya. Bahkan itu lebih sakit dari goresan pisau yang ada di tubuhnya, atau sakitnya pukulan yang sering diberikan oleh ayah dan ibu tirinya.
"Apakah cinta tulus ku tidak berarti apa-apa untuk, Kakak? Apakah aku hanya pantas menjadi alat untuk di manfaatkan."
"Gadis yang pintar." Bukannya merasa bersalah, Leonal semakin bahagia. Bahkan mengucapkan hal sangat menyakitkan untuk Nayya namun menggembirakan untuk Vina.
"Kakak, jahat."
Sebuah tamparan tiba-tiba melayang di pipi Nayya. Vina yang tidak suka dengan ucapan Nayya tentang kekasihnya langsung memukul Nayya, seperti yang sering ia lakukan setiap kali kesal pada Nayya.
"Sayang, seharusnya kau tidak melakukan itu. Jika nanti calon suaminya melihat, apakah kau bersedia bertanggung jawab."
Vina tersadar, ia bahkan mulai menyesal karena sudah menampar Nayya. Seharunya ia bisa menahannya, bukannya seperti sekarang, pasti ayah dan ibunya akan kesal padanya.
"Maafkan aku, ini semua karena dia yang sudah menghina mu, Sayang."
"Aku tahu, tapi sekarang kita harus bagaimana? Aku sudah mengatakan untuk menahan diri, tapi tetap saja kau tidak melakukannya." Leonal tidak marah, ia hanya tidak ingin rencana mereka gagal akibat perbuatan Vina.
Nayya yang menyaksikan kejadian itu, melihat bahwa wajah Loenal sama sekali baik--baik saja ketika Vina memukulnya. Kini mulai sadar bahwa dirinya memang tidak berharga, lalu apa lagi yang bisa ia lakukan. Semuanya akan menjadi sangat sia-sia sekarang.
"Aku akan menyembunyikannya dengan make up, tunggu di sini."
Ketika Vina pergi mengambil make up, meninggalkan Nayya dan Leonal. Keduanya hanya diam, tapi itu tidak bertahan lama karena Leonal berbicara, namun pembicaraanya membuat Nayya semakin terluka.
"Aku tahu jika kau sangat mencintai ku, jadi. Jika kau memang ingin tetap menjadi kekasih ku, maka kau bisa menyimpan nomor ku lalu hubungi aku ketika sudah menikah dengan pria itu. Aku tidak keberatan menjadikan mu wanita simpanan, bagaimana pun kau cukup cantik. Dan aku penasaran seperti apa rasanya menikmati tubuh mulus mu."
Apakah menjadi seorang wanita sepertinya hanya bisa di lecehkan, di anggap tidak berarti bahkan terkesan seperti wanita yang tidak boleh bahagia.
"Jangan bertindak seolah-olah kau berharga, kau hanya wanita tanpa identitaa. Pria mana yang akan mau menikah dengan wanita seperti mu."
"Apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Javior tiba-tiba masuk.
Kehadiran Javior membuat Leonal terkejut, untungnya pria itu tidak sempat mendengar perkatanya. Kalau saja itu terjadi, mungkin hubunganya dengan Vina akan semakin sulit.
"Aku hanya memberikan Nayya pengertian bahwa aku tidak bisa melanjutkan hubungan kami dan memilih Vina, Ayah."
Javiro mengangguk paham, lalu matanya terbelak ketika melihat pipi biru Nayya. Tidak menduga akan menjadi seperti ini, bagaimana bisa rencananya berhasil jika ada bekas kekerasan di wajahnya.
"Mengapa wajah mu membiru seperti itu!!! Apakah kau sengaja melakukannya agar tidak menjadi pengantin pengganti untuk putri ku."
Air mata yang tadinya mengering tiba-tiba mengalir kembali, harinya kembali terluka. Apakah ia tidak pantas menjadi seorang anak? Apakah ia tidak bisa mendapatkan kasih sayang yang dirasakan oleh Vina? Apakah hanya Vina saja yang berhak mendapatkan pelukan hangat dari ayahnya? Nayy abenar-benar terluka.
"Itu Vina yang melakukannya, Ayah."
"Jangan pernah panggil aku ayah, kau bukan putri ku. Seharusnya aku membunuh mu atau menjual mu pada pria tua, berani-beraninya kau menuduh putri ku."
Terbuat dari apa hati Javior? Bagaimana bisa ia mengatakan hal menyakitkan seperti itu. Apakah pengorbanan ibunya tidak membekas dalam ingatan pria itu.
"Apakah Ayah tidak bisa sekali saja membiarkan Nayya memanggil sebutan itu? Nayya hanya ingin mendapatkan pengakuan dari Ayah, meskipun itu hanya sandiwara dan satu hari ini saja."
Bukannya terharu atau sedih, Javior bahkan menambah luka di pipi Nayya. Tangannya dengan mudah memberikan bekas di tempat yang sama, menambah rasa perih di wajahnya. Bahkan darah kini keluar dari sudut bibirnya.
"Sekarang, kau harus tahu bahwa aku tidak pernah menganggap mu anak ku. Bahkan aku jijik saat mendengarnya, jadi. Kau harus memberitahu pada suami mu bahwa semua ini karena kesalahan mu bukan kesalahan putri kesayang ku."
Lagi-lagi, kata putri kesayang yang di ucapkan Javior menambah luka yang mungkin tidak akan pernah sembuh. Nayya tidak akan pernah bisa melupakannya, dan tidak akan pernah bisa sembuh dari luka itu.
"Baik, terima kasih. Aku pasti akan mengingatnya tuan Javior, maaf jika aku terlalu banyak berharap. Kalau begitu, aku ingin mengucapkan banyak terima kasih karena sudah memberikan ruangan untuk ku tinggal, terima kasih karena sudah memberikan ku kesempatakn hidup, aku akan mengingat kebaikan ini. Selamat tinggal, Tuan Javior, selamat tinggal tuan Leonal dan selamat tinggal nyonya Lia serta nona Vina yang terhormat."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!