"Antar minuman ini ke ruang tamu ya, dan setelah itu kita bisa beristirahat sebentar sebelum pulang. Mereka juga sepertinya sudah masuk ke acara bebas," ucap wanita yang merupakan kepala pelayan itu pada Amanda.
Amanda mengangguk dan segera menuju ke ruang tamu untuk mengerjakan sesuai dengan apa yang diperintahkan kepala pelayan padanya. Jam di dinding sudah menunjukkan waktu yang kian larut, alunan musik yang tadinya terdengar santai kini mulai menggebu dan menghentak. Cahaya lampu di ruang tamu pada kediaman mewah itu juga mulai berkurang. Sepertinya sesi pesta formal yang tadi diadakan sudah mulai berubah intim.
"Aahhh.... Kau mulai nakal ya..."
"Jangan digigit!"
Amanda mendengar suara-suara desahan itu, tapi ia tetap berlalu dan mencoba untuk tidak memperdulikan keadaan sekitar yang mana para tamu di dalam pesta tengah asik mencari kesenangan mereka.
Pesta orang-orang kaya selalu saja berakhir seperti ini, gumam Amanda dalam benaknya.
Sebagai pekerja crew dari salah satu penyedia jasa layanan catering, Amanda sebenarnya sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini. Berbagai macam pesta sudah ia temui, dan tidak sedikit yang berakhir sama dengan yang saat ini terjadi di kediaman mewah itu. Sebuah pesta yang awalnya merupakan perayaan ulang tahun kini berubah menjadi pesta bebas, berisikan minum minuman keras.
Bugh!
Prang!
"Brengsek!!"
Amanda terkesiap ketika kakinya tidak sengaja membentur kaki meja di depan sebuah sofa karena pencahayaan yang kurang. Gelas yang berada di atas nampan itu jatuh, menumpahkan isinya mengenai pakaian seorang tamu wanita yang tengah duduk di atas pangkuan seorang pria.
"Dasar pelayan tidak berguna! Apa matamu buta, hah?!" makinya kencang. Wanita itu langsung beranjak dari atas pangkuan pria itu dan lalu berdiri menatap nyalang pada Amanda.
"Kau?!" ucapnya kaget seraya mendengus saat mengenali Amanda. "Dasar wanita udik! Apa yang kau lakukan di sini, hah?!"
Amanda sempat terpaku sesaat sebelum berhasil mengendalikan rasa keterkejutan yang juga menghampirinya. Terlebih saat ia yang juga ternyata mengenal siapa wanita di hadapannya ini.
"Maaf, Nyonya. Saya tidak sengaja, saya akan membersihkannya." Amanda cepat-cepat meletakkan nampan yang ia bawa di atas meja, dan meraih tisu untuk membersihkan tumpahan minuman pada pakaian wanita itu.
Namun belum berhasil Amanda mendekat dan melakukan niatnya. Tubuhnya sudah didorong lebih dulu oleh wanita itu dengan sangat kasar.
"Mau apa kamu, hah? Jangan dekat-dekat dengan ku! Dasar perempuan dekil!" Wajahnya begitu angkuh. Ia kemudian berkacak pinggang dan kembali melayangkan hinaan. "Kau sama sekali tidak berubah, Amanda. Masih saja buruk rupa," ejeknya dengan tersenyum sinis.
Amanda yang dari tadi sudah berusaha menahan perasaannya itu kini mulai terpancing, ketika hinaan terus saja terlontar tanpa jeda untuk dirinya. Hatinya memanas dan membara. Tangannya mengepal dan dengan yakin ia kembali membuka suara.
"Saya akan mengganti pakaian Anda, Nyonya Selena."
"Kau yakin bisa mengganti gaun ini?" tanya Selena cepat dengan tersenyum remeh pada Amanda.
Bisa-bisanya seorang pelayan malah ingin membeli dress mini yang tengah ia kenakan saat ini. Meski pakaian itu terlihat seperti kekurangan bahan, karena punggung Selena yang terpampang nyata, tapi jangan ragukan harganya. Ia adalah Selena Carson. Istri dari pengusaha sukses dan kaya raya, Reagan Slade. Satu tahun pun Amanda mengabdikan hidup menjadi babunya, takkan sanggup membeli gaun Selena.
"Jangan mimpi bisa menggantinya! Kau hanya perempuan miskin..." Selena menjeda ucapannya dengan mata yang memindai keseluruhan penampilan Amanda. "Dan buruk rupa," lanjutnya dengan suara yang begitu menekan dan kemudian tertawa puas.
Amanda tidaklah seburuk yang Selena katakan. Wanita itu memiliki fisik yang sempurna serta wajah yang sebenarnya cantik. Kecantikan yang Amanda miliki hanya tertutup karena tidak adanya perawatan yang menunjang itu semua. Terlebih sifat Amanda yang memang tidak suka berdandan seperti wanita lain pada umumnya. Ia terkesan lebih membiarkan dan memilih berpenampilan apa adanya.
Dan Amanda menyadari itu, ia tidak begitu cantik dan bukan orang kaya raya. Namun dihina seperti ini tetap membuat perasaan Amanda sakit sekaligus perih, apalagi Selena adalah wanita yang selalu mencercanya dengan mulut berbisa. Selena dan Amanda dulunya adalah teman satu sekolah, mereka sudah lama tidak bertemu. Dan kini Amanda kembali dipertemukan secara tidak sengaja dengan wanita itu.
"Sayang, lihat, suamimu menghubungi."
Selena langsung mengalihkan perhatiannya dari Amanda kepada pria muda dan gagah di sampingnya. Ia menerima ponsel yang diberikan pemuda itu lalu mendapati nama Reagan di sana.
"Hallo." Selena langsung mengangkat panggilan seraya berlalu meninggalkan Amanda yang terdiam dengan napas yang memburu. Ia sudah ingin meluapkan kemarahannya tadi, membalas Selena yang terlihat begitu puas saat bisa menghinanya.
"Kenapa kau masih di sini? Sana pergi!" Pemuda itu mengusir Amanda setelah memberikan ponsel pada Selena. Ia adalah pria yang Amanda lihat sebelumnya duduk di sofa dengan memangku Selena.
Mungkinkah pria muda itu kekasih Selena? Tapi tadi ia menyerahkan telepon dengan mengatakan jika suami Selena lah yang menghubungi. Pertanyaan itu sempat terbesit dalam pikirkan Amanda dan membuatnya heran. Namun ia tak mau terlalu jauh memikirkannya. Selena sangat lah tidak penting, semoga ini adalah pertemuan terakhir mereka, harap Amanda dalam hati saat ia meninggalkan ruangan itu.
"Acaranya belum selesai, Sayang. Aku tidak akan kembali terlalu larut." Selena berusaha meyakinkan suaminya yang ternyata menghubungi ia hanya untuk meminta wanita itu segera pulang. Ia membawa diri lebih jauh meninggalkan ruangan pesta saat menerima panggilan Reagan.
"..."
Selena menghela napas panjang mendengar perkataan Reagan selanjutnya. Entah apa yang suaminya itu ucapkan sehingga berhasil membuat Selena seakan berpikir keras dan tak lama kemudian ia tersenyum.
"Kalau begitu jemput aku sekarang. Aku tahu kau masih berada di perusahaan."
"..."
Tut!
Selena kembali tersenyum ketika panggilan itu terputus. Ia segera kembali ke ruangan pesta, dan harus berpamitan pada teman-temannya, karena Reagan yang sudah akan menjemput dirinya.
*
*
*
Di dapur, Amanda sudah dikelilingi oleh rekannya sesama pelayan, termasuk kepala pelayan dari tempat catering. Mereka sempat membahas kejadian yang menimpa Amanda dengan salah satu tamu di pesta ulang tahun itu.
"Hentikan acara bergosip kalian. Sebaiknya bersiap untuk segera pulang. Besok kita masih harus kembali bekerja, ada pesta sebuah perusahaan besar."
Amanda dan beberapa rekannya segera mengangguk dan membubarkan diri. Mereka segera bersiap untuk meninggalkan kediaman mewah yang sudah menggunakan jasa mereka dalam acara pesta ulang tahun. Tugas mereka sudah selesai. Dan besok mereka memiliki tugas baru di tempat dan acara yang berbeda.
"Amanda," panggil kepala pelayan yang membuat langkah Amanda terhenti saat akan berjalan menuju gerbang bersama rekan kerjanya. Ia meminta pada temannya itu untuk pulang lebih dulu. Sepertinya kepala pelayan ingin mengatakan sesuatu padanya. "Mengenai kejadian tadi, aku harap itu tidak terulang. Jika klien sampai komplain ke atasan, kita semua bisa terancam. Kamu mengerti maksudku, kan?"
Amanda sempat mengerjap. Mencoba mencerna perkataan kepala pelayan dengan baik. Dan setelah memahaminya, wanita itu mengangguk, membuat kepala pelayan pun tersenyum dengan sedikit menepuk lengan Amanda dan barulah berlalu pergi.
Menghela napas panjang, Amanda menatap pada gelapnya malam. Beginilah hidup, orang tidak berada seperti dirinya harus mengalah denga mereka yang memiliki uang dan kekuasaan. Jika tidak, maka bukan hanya dirinya saja, namun orang-orang disekitarnya juga akan terkena dampak buruk. Amanda bukan tak mengerti maksud kepala pelayan tadi padanya.
"Sayang! Akhirnya kau datang menjemputku."
Langkah Amanda kembali terhenti. Ia mengangkat wajah dan mendapati, tak jauh darinya di ujung sana, Selena tengah menghampiri seorang pria yang berdiri di post penjagaan kediaman mewah ini. Selana berusaha memeluk pria gagah itu, namun pria itu malah menghindarinya. Dan apa yang terjadi di antara Selena dengan Reagan itu berhasil membuat Amanda tersenyum.
Pasangan itu terlihat masuk ke dalam sebuah mobil mewah, netra Amanda tanpa sadar terus mengamati. Terutama pada wajah pria itu. Sangat tampan, Amanda tidak pernah melihat pria setampan dan segagah suami Selena. Suami Selena? Astaga kenapa wanita berbisa itu bisa memiliki suami yang terlalu sempurna? rutuk Amanda dalam benaknya.
Amanda seakan terhipnotis untuk terus menikmati keindahan itu. Sampai netranya terperanjat kaget ketika Reagan balas menatapnya. Amanda langsung berbalik, mata itu terlalu mengerikan. Aahhh tidak, terlalu tajam dan cukup membuat Amanda merasa bodoh. Sepertinya pria itu sadar jika sudah diperhatikan olehnya.
"Huft." Amanda langsung bernapas lega dan kembali berbalik saat mendengar suara mobil yang sudah berlalu pergi. "Beruntung sekali dia." Wajah Amanda terlihat masam saat mengatakannya. Ia pun kembali melangkah untuk segera meninggalkan kediaman mewah itu.
"Rey! Tunggu aku sebentar, aku kesulitan menyamai langkah mu!"
Karena mengenakan high heels, Selena terlihat kesulitan mengejar langkah Reagan yang besar. Bersama Reagan, pagi ini Selena datang ke sebuah hotel, tempat perusahaan Reagan mengadakan acara jamuan untuk seluruh relasi bisnisnya. Sebagai wanita yang berstatus istri dari Reagan Slade. Selena hadir untuk mendampingi suaminya itu. Karena acara ini jua lah, Reagan malam tadi menghubunginya.
"Jaga sikapmu!"
Selena mendengus mendengar peringatan yang Reagan berikan. Mereka berdua memasuki ruangan ball room tempat acara perusahaan berlangsung. Selena menautkan tangan pada lengan suaminya dan melangkah bersisian, wanita itu sedikit mengangkat wajah saat semua mata tamu kini tertuju pada kedatangan mereka.
Di mata semua orang, Reagan dan Selena merupakan pasangan yang begitu serasi. Reagan yang gagah, berwajah rupawan memiliki pendamping secantik Selena. Selena dianggap layak bersama Reagan karena selain cantik, wanita itu juga memiliki penampilan yang begitu modis. Semua yang melekat pada tubuhnya terlihat berpadu dan menarik.
"Anda sudah datang, Tuan. Acara akan di mulai sebentar lagi."
Reagan mengangguk mendengar perkataan asisten pribadinya yang sudah lebih dulu berada di sana. Ia membawa langkah menuju tempat yang memang sudah disediakan khusus untuk dirinya sebagai pemilik sekaligus pemimpin perusahaan.
Reagan Slade. Pengusaha sukses dengan usahanya yang menggurita. Pria ini mencapai kesuksesannya dalam usia yang masih terbilang muda, 31 tahun. Ia sudah memiliki perusahaan besar dan ternama. Nama Reagan Slade juga sudah begitu dikenal dalam dunia bisnis.
Dan pesta yang diadakan saat ini merupakan perayaan bisnis terbarunya. Perusahaan Reagan kembali melakukan proyek besar bernilai fantastis. Banyak rekan bisnis dan para pengusaha yang menjadi tamu dalam acara tersebut. Sesaat, acara diisi oleh sedikit pembahasan tentang bisnis, Reagan maju ke atas podium, pria itu yang langsung menjadi pembicara.
Suaranya serak dan khas. Terdengar tegas, menarik semua pandangan yang ada di sana untuk terfokus pada tubuh tegap dan wajah rupawannya seorang Reagan Slade. Sepertinya kharisma pria itu tak hanya mampu menarik perhatian para gadis saja, namun juga dapat membuat seorang wanita lupa akan suaminya.
Tapi jika mengingat pria itu ternyata sudah memiliki istri, para pengagumnya harus rela kembali merasakan kecewa. Selena Carson; adalah wanita yang paling beruntung karena bisa meraih hati dan cinta Reagan Slade yang kebanyakan orang tahu selalu bersikap dingin tak tersentuh oleh siapa pun.
Reagan sebelumnya tak pernah terdengar dekat dengan wanita manapun, padahal tidak sedikit perempuan yang berlomba untuk meraih hati pengusaha sukses itu, terutama rekan bisnis wanita. Namun setahun yang lalu, pria itu sudah mengubah statusnya menjadi seorang suami dari Selena Carson.
Selesai memberikan sambutan dan memperkenalkan tentang bisnis barunya, Reagan turun dari podium. Selena yang dari tadi memperhatikan suaminya itu dengan tatapan kagum pun segera berdiri dan mendekat pada Reagan. Ia akan berada di sisi Reagan, mengiringi langkah pria itu ketika Reagan mulai menyapa para rekan bisnisnya. Ia akan tampil mendampingi Reagan di depan umum agar semua tahu jika pria penuh pesona itu sudah memiliki pasangan.
"Selamat, Tuan Slade. Saya yakin skema bisnis ini akan sukses besar di tangan Anda," ucap salah satu rekan bisnis Reagan ketika ia bergabung bersama mereka.
Reagan hanya memberikan anggukkan. Tanpa menghilangkan kesan dingin pada wajah tampannya, ia menjalin pembicaraan pada para kolega yang ada. Para tamu yang lain juga melakukan hal yang sama, saling bertukar cerita tentang prihal dunia usaha.
Terasa membosankan dan sangat membosankan bagi Selena. Hanya ada pembicaraan serius, tidak ada musik yang membuat rileks atau pun minum-minuman yang bisa membuatnya melayang. Apalagi tidak ada Juliant di sini. Selena tiba-tiba saja mengingat pemuda itu, ia menggeleng sesaat untuk menyingkirkan brondong menggemaskan miliknya. Dan kembali fokus mendampingi Reagan.
"Anda cepat sekali ingin beranjak, Tuan Slade. Kita belum menikmati minuman bersama." Salah satu pengusaha itu menahan Reagan dan segera mengangkat tangan untuk meminta waiters wanita yang membawa minuman mendekat pada mereka. Ini adalah perayaan bisnis, pengusaha itu ingin mengajak Reagan bersulang.
Waiters wanita yang tidak lain adalah Amanda itu segera mendekat. Ia sempat terkejut saat melihat Selena juga ada di sana. Amanda memberikan minuman pada semua pengusaha termasuk pada Selena dan mereka semua langsung bersulang.
Amanda tak beranjak, netranya malah terpaku pada pahatan bak dewa yang kini bisa ia lihat dengan begitu dekat. Reagan yang tengah bersulang dan menegak minumannya itu tak lepas dari pengamatan Amanda. Setiap detail gerakan pria itu bergerak lambat, membuat Amanda sesaat lupa di mana keberadaan dirinya saat ini.
"Kau memperhatikan suamiku seakan ingin memakannya."
Amanda seketika terkesiap karena kata-kata yang Selena lontarkan. Ucapan itu juga berhasil menarik perhatian mereka yang ada di sekitar Selena, termasuk Reagan. Pria itu menoleh pada Selena dan kemudian beralih pada Amanda.
Dengan susah payah Amanda menelan salivanya, netra mengerikan itu kembali menatapnya membuat Amanda beberapa kali mengerjap sebelum akhirnya sedikit menunduk dan ingin pergi dari sana.
"Setelah bersikap kurang ajar, kau ingin langsung lari?"
Langkah Amanda tertahan, ia urung pergi dan kembali menatap pada Selena. Netra wanita itu menajam dengan perasaan geram. Amanda tiba-tiba muncul di pesta besar perusahaan suaminya, baru saja malam tadi wanita dekil ini mengusik ketenangan Selena dan sekarang ia kembali betingkah, berani sekali memperhatikan Reagan dengan tatapan damba.
"Maaf Nyonya. Saya tidak bermaksud begitu. Saya minta maaf."
Selena tersenyum kecil mendengar permintaan maaf Amanda. Ia membawa langkah mendekati Amanda seraya terus memperhatikan wanita itu dengan tatapan remehnya.
"Jika maaf memiliki guna, maka orang-orang yang tidak tahu diri seperti mu akan semakin bertambah. Kau seharusnya sadar diri! Dasar si buruk rupa!"
Sangat pelan dan terkesan berbisik Selena mengatakannya. Hanya Amanda yang mampu mendengar perkataan penuh hinaan itu. Selena tersenyum dan juga mengusap punggung Amanda. Membuat yang lain menilai jika saat ini Selena Carson tengah bersikap ramah pada seorang pelayan yang kedapatan mengagumi suaminya.
Tapi Amanda dengan cepat menepis kasar tangan Selena. Ia juga meraih gelas yang masih ada di atas nampan yang ia bawa dan menyiram langsung isinya pada wajah Selena.
Gerakan Amanda begitu cepat, hingga membuat Selena tak sempat menghindar. Reagan dan semua yang ada di sana tentu saja terkejut. Istri seorang Reagan Slade, Selena Carson disiram minuman oleh seorang pelayan. Peristiwa yang cukup memalukan.
"Mulut Anda perlu dicuci sampai bersih, Nyonya Selena."
Kurang ajar! Wanita udik!! Geram Selena dalam hatinya. Ya. Wanita itu hanya bisa mengumpat di dalam hati karena kini Reagan sudah mendekat padanya.
Amanda begitu marah dan merasa terhina dengan kata-kata Selena. Ia sudah tidak bisa lagi menahan diri hingga nekad menyiram wajah Selena. Keputusannya ini pasti akan berakibat buruk untuk pekerjaannya. Tapi Amanda tidak menyesalinya, ia sudah benar. Selena memang pantas mendapatkannya. Wanita itu perlu dilawan karena terus-menerus merendahkan dirinya.
Diberhentikan?! Maksud Bapak saya dipecat?" Netra Amanda melotot pada atasannya. "Tapi saya hanya membela diri, Pak. Dia... maksud saya Nyonya itu sudah menghina dan merendahkan harga diri saya."
"Ini sudah keputusan pihak catering, Amanda. Sikap berani mu terhadap klien sudah berdampak buruk terhadap nama usaha catering ini. Kau sepertinya tidak mengetahui siapa yang baru saja kau permalukan di depan umum. Bisa-bisa langsung tutup usaha ini jika Tuan Reagan menginginkannya."
Wajah pria yang merupakan manajer di tempat Amanda bekerja itu terlihat gusar. Tindakan Amanda yang sudah menyiram wajah Selena dalam pesta resmi perusahaan membuat pihak catering mendapatkan teguran.
"Beruntung mereka tidak mempermasalahkan ini semua dan hanya meminta kau diberhentikan." Wajah Amanda seketika terangkat dan menatap kembali pada manajer. Alisnya mengerut kala memahami ucapan itu. "Pekerjaan di luar sana masih banyak, aku harap kau mengerti, Amanda. Dan ini adalah gajimu." Manajer tersebut menyerahkan amplop berwarna cokelat pada Amanda.
"Kenapa hanya segini, Pak? Bukannya bulan ini aku bekerja dengan full?" Amanda kembali kaget kala membuka amplop dan menemukan hanya setengah gaji yang ia terima dari upah yang seharusnya, karena sudah bekerja dengan penuh.
"50% dipotong karena kau sudah merugikan pihak catering, Amanda."
Rahang Amanda jatuh. Ia ternganga tak percaya. Dirinya sudah dipecat dan sekarang separuh gaji terakhirnya harus melayang dengan sia-sia.
"Tapi, Pak..."
"Tidak ada tapi-tapian. Ini sudah peraturan."
Perkataan Amanda terhenti saat sekali lagi mencoba untuk melakukan protes. Manajer catering juga langsung memintanya untuk keluar.
Wajah Amanda begitu pias. Tangannya meremat kuat amplop coklat tersebut sebelum akhirnya keluar meninggalkan kantor manajer tempat beberapa tahun ini ia bekerja. Tak ada lagi yang dapat Amanda lakukan. Rasanya ia ingin mengumpat, kesal sekaligus marah.
Dengan gaji terakhir yang hanya ia terima setengahnya, bagaimana dirinya akan melanjutkan hidup. Amanda menutup mata, menarik napas dalam-dalam. Sial! Hanya karena membela diri, ia harus menerima akibat seperti ini. Jika tahu akan berakhir seperti ini, sekalian saja Amanda menjambak dan menguncir mulut Selena di depan umum.
Mengingat kembali kejadian itu dan kata-kata yang Selena berikan untuknya, seketika membuat kepala Amanda kembali panas. Ia melangkah cepat dengan berulang kali menarik napas. Awas saja jika ia bertemu si mulut berbisa itu lagi, ia tidak akan melepaskan Selena.
"Manda!"
Amanda berhenti. Ia menoleh dan menunggu rekan kerjanya saat mendekat pada Amanda. Ahh bukan lagi rekan kerja, karena wanita itu baru saja dipecat. Sekarang ia adalah pengangguran. Dan semoga saja ia secepatnya menemukan pekerjaan baru. Jangan sampai hidupnya nanti terlunta-lunta.
"Bagaimana?" tanya teman Amanda.
"Berakhir." Amanda mengangkat tangan, memperlihatkan amplop coklat yang bentuknya sudah kusut karena menerima kekesalan Amanda.
"Kau dipecat?" Amanda mengangguk lemah. "Tega sekali. Kau kan hanya membela diri." Amanda lagi-lagi mengangguk lemah. Benar, ia kan hanya membela diri seharusnya tidak berakhir seperti ini.
"Menghadapi orang kaya memang sulit. Kita yang lemah akan salah dan tetap kalah. Semoga kau segera menemukan pekerjaan baru ya, Amanda."
Amanda juga berharap demikian. Ia akan segera menemukan pekerjaan baru setelah ini. Jangan sampai penyambung napas yang tidak seberapa di dalam amplop coklat itu lebih dulu habis.
"Tunggu, Amanda. Apa kau ingin mencoba bekerja di perusahaan? Aku bisa menghubungi seseorang untuk membantu mu?"
Mantan rekan kerja Amanda itu kembali menahan langkah Amanda yang ingin pergi. Ia juga segera meraih ponsel tanpa menyadari tatapan Amanda yang terlihat aneh.
"Di perusahaan?" tanya Amanda dengan memperhatikan temannya yang sibuk terus mengutak ngatik ponselnya. "Terdengar bagus. Mungkin aku bisa mencoba melamar menjadi bos di sana."
Wajah yang dari tadi terlihat serius mencari sesuatu di dalam ponsel itu terangkat. Ia tersenyum kaget mendengar perkataan Amanda. Sepertinya karena tiba-tiba dipecat, Amanda jadi berhalusinasi.
"Kau ini ada-ada saja. Simpan nomor ini!" Teman Amanda memperlihatkan sebuah nomor ponsel. "Kau bisa menghubungi bibikku jika ingin mencari pekerjaan. Katakan saja kau adalah temanku. Dia sudah cukup lama bekerja menjadi office girl di perusahaan besar."
"Office girl? Bukan lowongan kerja sebagai bosnya?" Wajah Amanda polos, seakan tidak ada hal aneh dari pertanyaan yang ia berikan. Amanda menyimpan nomor ponsel itu. Sedangkan temannya sudah tertawa seraya menggeleng. Jika ada lowongan kosong sebagai bos tanpa memandang latar belakang pendidikan dan sebagainya, sudah pasti dirinya akan lebih dulu melamar di sana.
"Aku sudah menyimpannya. Terimakasih banyak," ucap Amanda tulus seraya mengembalikan ponsel temannya itu.
"Semoga kau cepat menemukan pekerjaan baru di sana, Amanda. Tetap semangat! Aku harus kembali masuk, ayam-ayam ku sudah menunggu, mereka pasti ingin segera berenang." Teman Amanda itu segera menghilang dari hadapan Amanda yang tertawa karena ucapan absurdnya.
Candaan itu sedikit bisa menghibur hati Amanda yang sebelumnya begitu kesal karena permasalahan bersama Selena. Amanda pun berlalu pergi dari sana seraya langsung mencoba menghubungi bibik temannya. Amanda tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Semoga ia segera menemukan pekerjaan. Dan tidak lagi mendapatkan masalah, termasuk jangan sampai bertemu kembali dengan Selena si mulut berbisa.
Memang tidak ada salahnya berharap. Meski masa depan sering meleset jauh dari angan. Karena tanpa disadari, takdir malah akan membawa Amanda lebih sering terlibat bersama Selena.
*
*
*
"Aku tidak menyukai sikapnya yang berani menatap mu!" ucap Selena dengan wajahnya yang terlihat kesal saat berhadapan dengan Reagan. Ia dan suaminya langsung meninggalkan ball room hotel setelah Selena berhasil mendapatkan kejadian yang cukup memalukan.
"Kau lebih tidak bisa menjaga sikap. Seorang pelayan pun kau tanggapi."
Suara itu berhasil mengubah udara di sekitar ruangan menjadi lebih dingin. Menekan jauh keberanian Selena yang sudah berniat ingin menjawab kembali ucapan Reagan. Suaminya itu pasti marah karena kejadian antara dirinya dan Amanda terjadi di depan semua rekan bisnis dan para kolega.
Reagan tidak bersuara keras. Dan juga tidak membentak. Namun saat ini Selena begitu tahu jika suaminya itu sangat kesal. Ini semua gara-gara Amanda. Dasar perempuan dekil! Karenanya Reagan jadi semakin bersikap dingin padanya.
"Kau mau ke mana, Rey?"Selena segera menahan langkah Reagan dengan berniat menyentuh lengan suaminya itu. Tapi belum sempat Selena melakukannya, netra Reagan sudah lebih dulu membuat Selena mengurungkan niatnya. "Aku minta maaf. Aku janji, aku tidak akan mengulanginya lagi."
Selena sangat tahu, Reagan tidak menyukai sesuatu yang dapat mencuri perhatian umum dan dapat mempengaruhi perusahaan maupun namanya di dunia bisnis. Pria itu begitu memiliki ambisi yang besar. Jika tidak, ia takkan bisa meraih semuanya sejauh ini dengan begitu cepat. Kekayaan, kekuasan, serta popularitas pria itu miliki dalam genggamannya. Dan Selena jelas sangat menyukai semua itu.
Reagan hanya menatap Selena tanpa memberikan tanggapan atas permintaan maaf istrinya. Setelahnya, ia benar-benar beranjak pergi meninggalkan Selena yang langsung mengepalkan tangan, karena merasa geram atas sikap dingin Reagan.
Mereka sudah bersama selama satu tahun. Tapi sikap Reagan pada Selena malah semakin dingin. Berbeda jauh ketika mereka tampil di hadapan banyak orang. Suaminya itu akan bersikap selayaknya suami yang begitu mencintai istrinya.
"Kau ada di mana?" Rasa kesal membawa Selena langsung menghubungi seseorang. "Temui aku di tempat biasa. Aku ingin dimanjakan hari ini."
Selena mematikan sambungan telepon dan langsung beranjak pergi meninggalkan kediaman mewahnya bersama Reagan. Lebih baik ia menemui Juliant dan melupakan sikap dingin suaminya serta kejadian bersama Amanda yang semakin membuatnya kesal saja.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!