Orang tua dulu selalu bilang, pilih pasangan lihat dari bibit, bobot nya apalagi yang orang tuanya suku jawa pasti ada perhitungan weton, mau tidak percaya tapi itu tradisi dan Dita selalu beranggapan "cuma mitos".
Namun itu yang Dita dengar dari nenek, ayah dan ibu hitungan wetonnya akan selalu ada cobaan dan memang aku bahkan karena itu Dita sampai trauma terhadap laki-laki, bentakan dan pukulan selalu dia terima sejak umur 5tahun. Bukan hanya dari ayahnya namun juga daei neneknya.
Sampai akhirnya ibu memutuskan berpisah dengan ayah, sampai sekarang diusia Dita yang 8 bulan lagi menginjak 23tahun, Dita tidak pernah berjumpa kembali dengan ayah, Dita juga lupa bagaimana wajahnya.
Namanya Nandita, kuliah semester akhir, selepas jam kuliah Dita selalu ke toko bunga milik ibu, Dita anak sematawayang, dia cuma punya ibu yang selalu mensupport hal positif yang Dita jalani.
Dita lebih pendiam ketika berada di kampus, menyendiri di perpus, bahkan ketika badmood Dita bolos mata kuliah. Ibu juga sesekali mengenalkan beberapa cowok kepada Dita, namun dia selalu menolak, Dita belum siap membuka hatinya untuk seorang pria, mungkin lebih tepatnya dia takut berakhir seperti ibu.
Ibu sudah mempersiapkan calon imam buat Dita, anak tante Rusma, langganan toko bunga ibu, perhitungan weton mereka katanya bagus, walau kurang paham maksudnya, Dita hanya diam mengikuti perintah ibu, mau menolak juga Dita tidak punya kekuatan, hanya ibu yang dia punya.
...➖➖➖...
"Siang tan..."
suara berat yang berasal dari seorang cowok berumur sekitar 29tahun.
"Siang...ya ampun, kamu Kai???"
ibunda Dita kaget melihat cowok yang bernama Kai yang tidak lain adalah putra dari pelanggan tetap toko bunga.
"Iya tante..."
sahut Kai yang memakai stelan kaos berwarna biru dan celana 3/4 berwarna putih.
"Kamu baru balik dari Aussie??"
tanya lagi ibunda Nandita yang melihatnya membawa koper berukuran sedang.
"Iya tante, ini mau beliin bunga favorit mami"
tambah Kai yang melihat bunga celosia yang memang dikoleksi oleh ibunda Kai.
"Kamu duduk aja dulu, tante kemas bunga nya"
ibunda Nandita yang mempack bunga dengan pot cantik dan memberi kartu ucapan.
"Makasih ya tante..."
sahut Kai yang kemudian duduk disalah satu sudut di toko bunga bahkan ada pelayan yang membuatkan secangkir kopi.
Pernah untuk Dita membuka hati namun hanya sakit yang dia dapat, ya walau hanya pendekatan, ternyata dia hanya cowok yang tak pernah cukup dengan satu wanita, mungkin memang Dita yang sengaja mencari kejelekan mereka hanya untuk sebuah alasan.
"Siang Ta..."
sapa mbak Mila pegawai toko bunga ibunya.
"Siang mbak, ibu mana mbak?"
tanya Dita yang berdiri didepan meja resepsionis.
Tidak sengaja dia melirik kearah seorang cowok berbadan tegap dan tinggi sekitar 180cm terlihat dari potongannya dia bukan asli Indonesia. Beberapa saat dia pun kadang menoleh kearah Dita dan kami saling memandang, mata tajam, bibir tipis dan rambut yang sedikit ikal membuat wajahnya termasuk dalam kelompok tampan.
"Ta..Dita.."
panggil mbak Mila yang melihat Dita sedikit melamun.
"Iya mbak...pelanggan ibu ya?"
tanya Dita sedikit penasaran.
"Namanya Kaisen, ibu dia pelanggan tetap toko"
jawab mbak Mila yang kemudian membungkus kartu ucapan dalam sebuah amplop berwarna merah.
Ibu keluar dari ruang belakang yang terdapat tangga untuk naik kelantai 2, dimana ibu merawat semua jenis bunga pot nya disana.
"Kai...maaf ya pasti menunggu lama"
kata ibu yang membungkus bunga celosia dengan cantik.
"Enggak apa-apa tante..."
sahut Kai yang tersenyum
"Dita...sini nak!"
panggil ibu yang berdiri disebelah Kai duduk
"Kenalkan, ini anaknya tante Rusma"
kata ibu yang memintaku berkenalan dengan anak pelanggannya.
Dita hampiri ibu dan Kai yang tak jauh dari meja resepsionis, sembari berjalan Dita menutup kepala dengan topi Hoodie yang dia kenakan.
"Nandita...."
ajak Dita bersalaman dengan cowok blasteran Indonesia-Jerman itu.
"Kaisen"
balasnya dengan menjabat tangan.
Dapat Dita rasakan tangannya yang dingin, memegang tangan Dita dan dapat dia lihat jelas bola mata berwarna coklat miliknya Kai.
"Oh ya, Kai fotografer loh, dia baru balik dari Aussie"
perkataan ibu yang membuat kami kemudian melepaskan tangan yang sedang bersalaman.
"Cuma hobi tan.."
kata cowok bernama lengkap Kaisen Mahendra.
"Dit, mau kan anterin Kai pulang?"
pinta ibunya yang mulai aneh-aneh,
sentak Dita sedikit kaget dengan perkataan ibu.
"Enggak usah tante, Kai bisa naik taksi ko!!"
seru Kai yang merasa tak enak
"Enggak apa-apa kok Kai, lagian Dita juga sekalian mampir ketemu ibu kamu"
seru ibunda Nandita yang melirik ke arahnya.
"Ibu..."
sentak Dita yang mulai kesal dengan tingkah ibu.
...➖➖➖...
Melalui debat yang penuh drama, akhirnya Dita pun menuruti permintaan ibu untuk mengantar Kai pulang, Dita mengendarai mobil mini cooper berwarna putih, berjalan dengan perlahan, kecepatan dibawah rata-rata, baru bulan lalu dia lolos tes mengemudi dan mendapatkan SIM.
"Kamu ga bisa nyetir?"
tanya Kai yang menatap ragu kepadanya.
"Ini pertama kali"
kata Dita yang melirik kearah Kai.
Dan akhirnya Kai lah yang kemudian menyetir, jarak rumahnya dari toko bunga lumayan lah, sekitar 1 Jam bila tidak macet. Sedikit canggung, sesekali Dita mencuri pandang kearah Kai, dia akui dia cowok yang penuh kharismatik, entah apa yang Dita rasa, cowok ini membuat Dita sedikit penasaran.
"Kamu kuliah?"
tanya Kai membuka pembicaraan
"Iya semester akhir..."
jawab Dita yang sedikit gugup
"Pasti banyak cowok yang naksir kamu? "
Kai yang tiba-tiba membuat Dita menjadi salting
"Eh...enggak juga kok"
sahut Dita yang kemudian memandang tertegun kepada Kai.
Tunggu kok tiba-tiba dia menanyakan cowok yang naksir??? ada apa??? pikirnya jadi tidak fokus cuma karena dia nanya "Banyak cowok yang naksir aku!"
"Kamu sendiri gimana? sering jalan-jalan sendiri, enggak takut apa pacarnya diambil orang!"
Celetukkan membuat aku malah jadi aneh
"Udah kejadian,,,,"
sahut Kai dengan santainya.
"Aku becanda kok!!!"
timpal Dita lagi jadi tak enak
"Aku serius kok jawabnya "
tambah lagi Kai membuat suasana menjadi tambah canggung.
Tapi Dita malah tertawa mendengar nya, Kai tidak seperti dipikirannya.
What....dia benaran.
"Masih enggak yakin??? enggak ada tampang aku tersakiti ya?"
celetuk Kai yang terlihat santai saja.
Kai cowok sederhana yang sangat apa adanya terhadap perasaannya, rasa yang membuat Dita kagum.
Berbeda dengan cowok yang biasanya yang dikenal Dita,
Sesampainya dirumah Kai, Dita dapat melihat jelas ibunda Kai sedang menyulam beberapa kain dengan bentuk bunga, wanita setengah baya tersebut terlihat awet muda dengan senyum lebar beliau dengan senang hati menyambut kedatangan kami.
“Mami...”
sapa Kai yang keluar dari mobil lebih dulu.
Tidak berapa lama Dita pun menyusul kai, terlihat seperti pasangan pengantin yang datang mengunjungi ortunya, pastilah ibu Dita telah menelpon ibunda Kai, iya memang dari dulunya mereka sibuk mau mengatur perjodohan untuk Dita dan Kai.
“Kamu pulang kok tidak kabarin mami?”
tanya ibunda Kai mengenakan stelan santai dengan rambut pendek yang membuat beliau terlihat segar.
“Yang penting sampai dengan selamat, oh iya ini tadi sempat mampir tokonya tante”
kata Kai yang menghampiri ibunda nya dan memberikan satu pot bunga favorit ibundanya.
“Oh...pantes kamu bareng Dita kesini nya!!”
sahut ibunda Kai yang terlihat sumringah
Dita yang keluar kemudian menyapa ibunda Kai dengan tampang sedikit malu Dita menghampiri beliau.
"Sore tante.....”
sapa Dita yang malah terlihat canggung.
“Sore sayang, kamu apa kabar?”
tanya ibunda Kai basa-basi sambil cipika-cipiki
“Alhmdulillah baik tan"
sahut Dita lagi yang membalas cipika-cipiki
“Oh ya, kamu makan malam disini ya?”
pinta tante yang kemudian mewujudkan cita-cita mereka tentang menjodohkan Dita dengan Kai
“Hm...enggak usah tante...Dita mau ketemu Gina!”
sahut aku yang memang mencari sebuah alasan
“Gina?? Kamu bisa ketemu besoknya di kampuskan sayang...tunggu ya”
kata ibunda Kai yang kemudian masuk untuk meminta pembantunya memasakan makan malam.
Kai yang melihat hanya bisa menahan senyum.
“Yaudahlah, makan malam dulu nanti aku antar kamu balik”
kata Kai yang menurunkan koper dari dalam mobil.
Dita seperti bukan diri dia saat itu, anehnya Dita bisa menuruti semua apa yang Kai ucapkan.
Tampak ransel hitam berukuran sedang tergeletak dalam mobil, Dita pun berinisiatif untuk membantu Kai untuk membawanya kedalam rumah.
Dita lihat jelas foto masa kecil Kai yang terpajang didinding rumahnya, bahkan ayah Kai yang merupakan seorang yang berkewarganegaraan Jerman, sama seperti ibu Dota, ibunda Kai pun memilih berpisah dengan suami nya karena beberapa hal, mungkin hal tersebut yang membuat ibu Dita dan ibunda Kai begitu akrab.
“Hei...kamu lupa bawa ini!”
kata Dita yang berdiri didepan pintu kamar Kai yang memang dari tadi terbuka.
“Kamu bisa taruh dimeja...!”
sahut Kai yang tengah sibuk membuka koper nya untuk merapikan pakaiannya.
Apa ini? Ini pertama kalinya Dita masuk kedalam kamar cowok, mana rapih bersih begitu estetik banget, bahkan sama kamar Dita bisa insecure.
“Hei....”
kata Kai berdiri didepan lemarinya yang memudar kan lamunan aku.
“Iya...”
sahut Dita yang kemudian sedikit gugup.
Yang paling menarik perhatian Dita ketika masuk adalah jendela lumayan besar yang ada dikamar Kai.
Begitu menaruh tas ransel Kai, Dita langsung melihat pemandangan dari luar jendela yang sangat sejuk, tidak pernah nyangka kalau di kota besar masih ada tempat yang sangat asri dan damai seperti ini.
“Ini tempat favorit aku dirumah!”
kata Kai yang menghampiri Dita dijendela kamarnya.
“Sejak papi dan mami cerai, seenggaknya aku bisa melihat damai dirumah ini”
cerita Kai kepada Dita yang lagi membuat Dita terkesan, Mereka besar dari keluarga broken home namun Kai dengan sabar dan ikhlas menerima hal tersebut bahkan tidak tampak diwajahnya penyesalan terlahir didunia ini.
Dita jadi berfikir betapa bodohnya dirinya selama ini, bahkan rasa dendam terhadap ayahnya mungkin tidak bisalah hilang, namun setidaknya Dita harus merelakan dan memaafkan masa lalunya.
“Masih sering ketemu om?”
tanya Dita yang menyenderkan badan didekat jendela kamar Kai.
“Masih, terkadang kalau ke Eropa di sempatin mampir, cuman enggak pernah bilang mami!”
sahut Kai yang santai menjawab pertanyaan Dita.
“Berdamai dengan masa lalu akan membuat kamu bahagia..”
kata Kai yang menatap kearah Dita. Tiba-tiba Kai meraih tangan Dita mata kami saling menatap bibir mereka diam membisu.
“Baru juga mau dipanggil...”
sahut ibunda Kai yang kemudian fokus ketangan Kai dan Dita yang bergandengan.
“Bau-baunya kari ayam nih!!!”
Kai yang kemudian melepaskan genggaman tangannya kepada Dita
“Yuk makan dulu sayang"
Ibunda Kai yang kemudian menuntun Dita kemeja makan, berbagai hidangan telah disiapkan oleh ibunda Kai, mulai dari menu favorit Kai yaitu kari ayam, serta sayur lodeh ceker ayam ada sambal terasi kerupuk bahkan ikan asin, menu sederhana yang sangat nikmat bagi Dita. Selera ibunda Kai dan ibu Dita sehati dan beberapa hal lainnya yang memiliki kecocokan.
...➖➖➖...
Nantikan kelanjutannya.....
Jangan Lupa Like dan Komen...
GBU all....
Sekitar pukul 20.00 mereka sampai dirumah Nandita, ibunya sangat senang melihat kedekatan anaknya dengan Kai, tampak di jendela besar dilantai 2, ibunya Dita tengah telponan dengan ibunya Kai, begitu antusias dan nantinya tidak perlu repot mengatur perjodohan untuk Dita dan Kai.
“Makasih udah mau ku repotin“
kata Dita agak ketus kepada Kai.
“Sama-sama, aku harap kamu enggak keberatan kalo aku bakal sering main kerumah kamu”
sahut Kai dari dalam mobil.
Dita hanya bisa terdiam, kaget dengan kata-kata Kai, mungkin dia akan setuju dengan ibunya mau dijodohkan dengan Dita. Lalu Dita dengan rasa yang bimbang ini malah sedikit bersyukur bisa dekat dengan Kai.
“Salam ya sama ibu kamu, aku duluan”
kata Kai lagi yang kemudian pergi menggunakan mobil jeep miliknya.
“Hati-hati”
sahut Dita yang terkesan malu-malu.
Terpikir oleh Dita betapa menjijikannya Dita, yap selama ini mana pernah Dita begitu perhatian terhadap seorang cowok, benar-benar memalukan dan tidak berapa lama ibu keluar rumah, tatapan penuh kebahagian ibu yang sangat senang Dita bisa dekat seorang cowok, apalagi cowok tersebut anak sahabatnya.
“Kai enggak mampir Dit??“
tanya ibu yang kemudian menggandeng tangan Dita sambil berjalan masuk kedalam rumah.
“Enggak bu, lagian udah malam juga kan”
sahut Dita dengan senyum lebar.
Mungkin ini saatnya buat ibu lebih bahagia lagi, melakukan apa yang ibu mau dengan ikut perjodohan yang sudah ibu atur, walaupun itu nantinya bukan dengan Kai.
“Ibu bahagia kalau Dita mau dijodohkan?"
tanya Dita yang membuat langkah ibu terhenti.
"Kamu mau ??“
tanya ibu lagi yang tidak percaya, Dita hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan ibu.
“Ibu senang dengarnya, tapi kamu benaran mau ? Ibu enggak mau memaksa apa yang kamu enggak suka, sayang“
jelas ibu Dita yang mengelus kepala putrinya.
“Dita pengen ibu bahagia, mungkin itu salah satunya bu”
“Makasih ya sayang"
peluk ibu kepada aku.
Semenjak pertemuan singkat itu, Dita memikirkan Kai, entah apa yang membuat Dita begitu penasaran, matanya, hidungnya, bibirnya, wajah yang dingin tapi ternyata dia begitu ceria, Dita tidak berharap banyak apa dia mau juga menerima perjodohan ini.
...➖➖➖...
Malam ini Dita pun terlelap dengan ditemani Boku, boneka kesayangan Dita. Setiap orang punya masa lalu yang ingin dia kenang dengan bahagia namun tidak dengan Dita setiap harinya dia mengkonsumsi obat tidur sebelum tidurnya, kenangan buruk yang dialami nya sewaktu kecil membuat nya selalu menghantui dalam mimpinya. Dita mengingat jelas melihat seorang pria paruh baya yang dipanggilnya Ayah melakukan beberapa kekerasan terhadap ibu dan dirinya. Hanya karena sebuah perkataan yang membuat ayah tersinggung dengan gampangnya dan tega main tangan, rasa trauma Dita tidak dapat sembuh setelah perceraian kedua orang tuanya, proses panjang sampai dimasa Dita benar-benar siap dekat dengan seorang pria, namun pria tersebut malah mengecewakan Dita, sendiri tidaklah buruk, hanya perlu waktu untuk jodoh yang tepat.
Sedangkan Kai yang tengah sibuk bekerja didepan laptop, sempat beberapakali terdiam sejenak memikirkan Dita, Kai sendiri tipe cowok yang tidak mudah akrab dengan seorang perempuan, walau dulunya dia pernah punya pacar namun harus merelakan pacarnya tunangan dengan teman Kai sendiri, yang Kai lihat dari Dita adalah diri yang dulu penuh dengan kebencian akan perceraian orang tuanya.
Menjelang pagi Kai yang masih tidak dapat tidur akhirnya menunggu pagi di balkon ruang tengah ditemani secangkir kopi dan roti bikinan ibundanya.
Tdreeettt...tdreeettt...
Handphone Kai yang bergetar
“Hai Ren...”
Kai yang mengangkat telepon dari temannya, entah apa yang temannya bicarakan, Kai hanya mengiyakan setiap temannya bicara. Tampak murung, ternyata teman yang dia panggil Ren adalah tunangan mantannya, walau sudah mengikhlaskan rasa kecewa itu masihlah ada dihati Kai.
“Pagi anak mami....”
sapa ibunda Kai yang baru keluar dari kamar dan akan melakukan olahraga ringan dihalaman.
“Pagi mih...mami mau pergi?”
tanya Kai yang melihat ibunya keluar dengan style santai.
“Biasa olahraga pagi dulu...mami keluar dulu ya sayang”
kata ibunda Kai yang berpamitan kemudian cipika-cipiki dengan Kai.
“Hati-hati mih...”
sahut Kai yang senang melihat ibundanya selalu diberikan kesehatan.
Pagi ini selalu sama dirumah Dita, sarapan berangkat ke kampus, kuliah sibuk di perpus tidak kegiatan khusus yang dilakukannya, style yang terlihat tomboy memang sudah ciri khas Dita, rambut panjang yang selalu dibiarkan nya tererai hingga menutup separuh wajahnya memang membuat nilai plus penampilannya.
“Dita berangkat dulu ya bu...”
Dita yang selesai sarapan dan membawa kotak bekal berisi sandwich buatan ibunya.
“Iya hati-hati anak ibu...”
Setelah cipika-cipiki Dita pun bergegas kekampusnya menaiki ojek online yang sudah dipesannya beberapa menit lalu. Di karenakan kondisi pagi hari pasti macet dan mobil yang dititipkan dirumah Kai, memang lebih praktis pergi dengan ojek, jarak kekampus yang hanya 45menit dari rumah Dita.
Di kampus Dita jarang bergaul dengan teman seangkatannya, tapi ada juga yang tidak pernah menyerah untuk selalu jadi temannya yaitu Gina, pertemanan mereka pun juga tidak sengaja ketika masa orientasi Gina sering kena bullying oleh teman seangkatan dan junior cewek yang merasa Gina itu genit, hanya karena postur dadanya yang lumayan besar membuat cowok di kampus selalu melirik Gina.
...➖➖➖...
Beberapa tahun lalu....
Diawal masuk kuliah.
Siang itu selepas istirahat, Gina dan angkatan baru diharuskan meminta 10 tanda tangan para senior yang menjadi panitia acara MOS waktu itu, kebetulan Gina dan Dita satu kelompok.
“Kita kasih waktu sampai jam makan siang, ok”
jelas panitia MOS yang memberikan penyuluhan kepada puluhan mahasiswa-mahasiswi baru kampus P.
“Ok....kak..”
teriak semua junior baru kampus P.
“Lu mau bareng gue enggak?”
tanya Gina kepada Dita.
Perawakan putih dengan mata sedikit sipit yang paling menonjol adalah hanya karena body nya yang sexy, namun sayang dia tidak pernah mempunyai teman yang tidak menganggapnya hanya karena punya kelebihan dibagian tubuh.
“Boleh...”
sahut Dita yang selalu memperhatikan penampilan Gina, bukan karena mau mengejek hanya saja Gina juga mungkin gak nyaman dengan apa yang dia punya sekarang.
“Dari awal lu selalu diam, padahal lu populer banget dikalangan senior !”
kata Gina yang berjalan beriringan bersama Dita, perkataan yang membuat Dita terdiam dan malah melirik kearah Gina.
“Hm..enggak ada maksud menyinggung lu...”
sahut Gina yang merasa tidak nyaman dengan tatapan Dita.
“Aku kesana...kamu kesana...biar cepat minta TTD nya sekaligus dua biar enggak keliling...”
jelas Dita yang menunjuk koridor kearah kantin sebelah kiri dan koridor mengarah perpus disebelah kanan.
“Ok deh...ketemu disini lagi ya...”
sahut Gina yang senang karena dia tidak merasa dihiraukan oleh Dita.
Saat Gina berjalan kearah kantin Dita menoleh menatap kearah Gina dari belakang kemudian tersenyum, Dita yang terkadang cuek dan dingin hanya tidak tahu cara berteman yang baik. Tidak seperti dugaan Dita dengan mudah mengumpulkan 10 TTD senior di perpus bahkan dia juga memintakan untuk Gina.
Senang itulah perasaan Dita yang berhasil mendapatkan TTD, dia pun berniat mendatangi Gina yang hampir tidak kunjung datang ketempat pertemuan awal mereka.
Dita melangkah menuju kantin kampus, wajahnya yang dihiasi senyum manis berharap dengan ini dia bisa berkawan baik dan lebih dekat dengan Gina, namun belum juga sampai di area kantin, Dita mendengar suara tangisan Gina yang merintih.
“Baru juga lulus SMA udah segede itu...gimana kalo kuliah disini..”
kata seorang senior cewek yang mengurung Gina didalam toilet dan menyiramkan air dari atas toilet yang berdampingan.
Gina hanya menangis tidak berani membela dirinya, membuatnya semakin terpuruk merasa insecure dengan bodynya memang menonjol dibagian dada yang ukuran lumayan gede.
“Emang dia juga mau, punya ukuran yang besar? aku bakal lapor ke ketua panitia”
kata Dita yang disertai ancaman yang sebelumnya direkamnya dengan kamera ponsel.
“Anjin*...lu baru junior aja belagu”
tunjuk seorang senior cewek yang diketahui ketua geng yang merundung Gina bernama Tika.
“Kalian tu body shaming ke junior, ngebully hal dia yang juga enggak mau ada sama dirinya, aku bakal kasih tau ketua panitia, kalo perlu dekan”
ancam lagi Dita dengan lantang.
Mendengar suara Dita hari Gina tenang, merasa dia akhirnya ada teman yang peduli kepadanya.
“Ok...gue enggak akan ganggu temen lu..”
sahut Tika yang kemudia berjalan menuju kantin bersama 2 orang temannya, lili dan yosi.
Selepas senior itu pergi Gina menangis sejadinya didalam toilet tersebut, Dita mengerti sekali perasaan Gina, dia hanya diam menemani Gina sampai berhenti menangis.
Selang beberapa lama.
Krieeettt
Suara pintu toilet yang kemudian dibuka oleh Gina, dilihatnya Dita sampai ketiduran menunggu selesai dirinya menangis.
“Udah nangisnya...?”
tanya Dita yang terbangun akibat suara pintu toilet, Gina hanya mengangguk mengiyakan.
“Nih pake...”
Dita yang menyerahkan sweater berwarna biru kepada Gina, karena pakaian yang di pakainya basah akibat disiram para senior.
Mungkin dari itu lah mereka terus berteman, walau kadang Dita bersikap seolah menolak pertemanan itu, tapi disitulah hal manis yang sering terjadi antara mereka.
...➖➖➖...
Nantika kelanjutannya ya...
Jangan Lupa like dan Komen...
GBU all....
Seperti biasa Dita berdiam diri di perpus, di temani musik favoritnya dia membaca buku tentang sastra.
Trttttrrrrttt...Trttttrrrrttt...
Mode getar handphonenya aktif, notifikasi pesan dari nomer yang tidak dikenalnya.
Kai : 😍 “Siang Dit...”
Namun pesan tersebut tidak digubris oleh Dita, tidak berapa lama nomer tersebut kembali mechatting Dita.
Kai : 😍 “Ini aku Kai...”
“Sibuk enggak habis ngampus?”
Dita : 😩 “Eh kamu, cukup sibuk bantu ibu ditoko”
Kai : 😍 “Kata ibu kamu, aku boleh jemput kok”
Membaca chattingan Kai mood Dita sedikit kesal, walau pun setuju dengan perjodohan Dita butuh ruang buat dirinya sendiri.
Sita : 😩 “Terserah kamu...”
Menerima balasan chatting seperti itu Kai merasa horor, seram banget kalo cewek bilang terserah, namun memang tekad Kai ingin mengajak Dita keacara Rendi, dia nggak mau terlihat menyedihkan.
Kai : 😍 “Ok...aku tunggu didepan kampus kamu jam 3 sore”
“Hayo loh...sibuk banget chattingan”
seru Gina mengagetkan Dita.
“Enggak kok....tumben kamu ke perpus?”
tanya Dita dengan tatapan sinis.
“Lu tau enggak yang namanya Bayu?”
tanya Gina yang cengengesan sambil celingak-celinguk.
“Bayu anak mana?”
tanya lagi Dita sambil merapikan beberapa buku bacaannya.
“Anak tekno”
celetuk Gina yang sengaja berdandan cantik untuk bertemu dengan teman chatting yang dikenalnya melalui situs perjodohan di internet.
“Enggak kenal, ya udah ayuk ke kantin aja”
ajak Dita yang menarik tangan Gina.
“Tapi kan, janjiannya di perpus Dit...”
“Suruh aja dia ke kantin”
bujuk lagi Dita yang kini berhasil mengajak Gina ke kantin.
Selang beberapa lama, Dita dan Gina yang tengah menikmati makan siangnya, tiba-tiba di datangi seorang cowok kalem, rambut pendek hitam, kulit putih dan bermata sipit.
“Ka..kamu Gina ya?”
tanya cowok yang terlihat gugup.
“Iya...kamu Bayu?”
kata Gina yang awalnya terkagum dengan sosok Bayu, tidak dikiranya Bayu seperti cowok-cowok korea, persis banget dengan tipenya.
“Iya...boleh duduk enggak?”
tanya Bayu yang sopan.
“Boleh...oh ya kenalin ini Dita teman aku...”
Gina yang memperkenalkan Dita.
“Bayu...”
katanya sambil mengulurkan tangan.
“Dita...”
sahut Dita yang membalas jabat tangan Bayu
Merasa seperti orang ke 3 Dita memutuskan untuk pergi dari kantin, agar Gina dan Bayu bisa leluasa mengobrol.
“Aku duluannya”
tambah Dita yang kemudian beranjak, tanpa mendengarkan perkataan Bayu, karena sudah terbiasa Gina hanya tersenyum.
“Aku ganggu ya?”
tanya Bayu yang tak enak hati.
"Enggak kok, malah dia ngasih waktu buat kita”
jelas Gina yang paham betul sifat Dita.
"Baik banget teman kamu..."
seru Bayu yang berpostur tinggi.
...➖➖➖...
Dita berjalan dilorong kampus telinganya terpasang earphone dia sangat suka mendengarkan lagu Lauv, sikapnya yang cuek membuat orang penasaran dengannya, salah satunya Juan, Ranza Juandy akbar cowok yang sering banget ditolak Dita.
“Dengerin apaan sih ?”
sela Juan yang mengambil salah satu earphone yang terpasang dikuping Dita, emang dasarnya cuek Dita malah tidak menggubris Juan dan malah mengambil earphonenya kemudian kembali berjalan menuju gerbang kampus.
“Dit...”
panggil Juan yang terlihat kecewa banget akan sikap Dita.
Dita pernah membuka hatinya untuk Juan namun Juan malah jadian sama anak fakultas ekonomi, Dita berpikir semudah itu kah? satu kali gagal bukan akan gagal untuk yang ke dua kalinya. Walau sekarang Juan sudah putus, hati Dita memanglah keras dan dia berusaha agar dia tak terluka.
Langkah Dita terhenti karena tiba-tiba hujan ringan turun, Mobil mini jeep yang terparkir di parkiran kampus kemudian menghampiri Dita.
trinnntttt...
Kelakson mobil tersebut
Dita yang bingung malah celingak celinguk pikirnya mobil itu jemputan mahasiswi lain.
“Mau sampe jam berapa bengong disitu...?”
kata Kai yang kemudian membuka kaca mobil.
Tanpa banyak bicara Dita kemudian masuk kedalam mobil Kai.
“Nih”
kata Kai menyerahkan handuk kecil kepada Dita yang setengah kepalanya basah akibat hujan.
“Makasih...”
Dita yang kemudian menyeka Rambutnya.
Sesekali Dita melirik kearah Kai, dilihatnya Kai yang santai mengenakan style kaos dan celana levis sobek-sobek, ini baru Kaisen pikir Dita.
“Aku udah ijin sama ibu kamu, besok aku mau ajak kamu ke acara temen”
Kai yang membuka pembicaraan sambil menyetir.
“Aku enggak suka tempat rame”
sahut Dita yang melanjutkan mengeringkan rambutnya.
“Aku juga enggak suka, tapi setidaknya aku memenuhi janji aku ke teman”
sahut Kai dengan santainya.
“Kita benaran dijodohin?”
tanya Dita penasaran.
“Katanya sih gitu, weton nya bagus, ortu kita juga saling kenal”
jawab Kai yang terlihat santai dan tidak terbebani akan perjodohan.
“Kita mau kemana?”
tanya Dita yang mengalihkan pembicaraan soal perjodohan.
“Kita jodohkan bukan berarti besok kita nikah, paling nggak 1 atau 2 tahun lah cukup buat kenal kamu”
jelas Kai yang membuat Dita sedikit lega.
“Iya aku paham kok”
sahut Dita Mulai merasa Kai sosok yang bisa membuatnya nyaman.
“Nah sekarang kita cari baju buat kamu”
kai yang menyetop mobilnya didepan sebuah butik gaun yang terkenal.
Nandita hanya terdiam, iya selama ini dia tidak pernah mempunyai gaun atau sejenisnya, wangi yang unik ketika masuk kedalam butik, berbagai gaun bahkan gaun pengantin juga dijual dibutik ini. Matanya tertuju pada sebuah gaun yang terpajang di pojok butik, gaun bermotif halter dress berwarna Navy, sederhana namun elegan. Halter dress merupakan dress tanpa lengan dengan kerah yang melingkar dileher, bagian atas ditambahkan renda dengan warna senada dan dari pinggang ke bawah polos.
“Kamu suka??”
tanya Kai yang kemudian melihat Dita melirik dress tersebut.
“Boleh dicoba kok beb....”
seru salah satu pegawai butik yang ngondek.
“Enggak...makasih”
seru Dita.
Sedari SMP Dita memang nyaman dengan style tomboi, tidak pernah terlintas dirinya akan menggenakan dress, jadi pasti akan aneh pikir Dita.
“Ya udah coba aja dulu...”
bujuk Kai yang kemudian menariknya ke kamar pass.
“Ta..tapi...aku enggak terbiasa...”
“Harus dibiasain mulai sekarang”
sahut Kai yang tetap kekeh membujuk Dita agar mencoba dress tersebut.
5 menit Kai menunggu Dita mengganti pakaian, sambil melihat-melihat dress lainnya. Dita yang keluar dari kamar ganti kemudian berjalan kearah Kai dan menepuk pundak Kai.
Dan menoleh kearah Dita, dilihatnya gaun mungil itu pas ditubuh Dita, rambut hitam panjang tererai Dita menambah nilai plus.
“Jelek ya?”
tanya Dita pada Kai yang terus menatapnya.
“Cocok buat kamu”
kata Kai yang tidak pikir panjang dan langsung membayar gaun tersebut.
Setelah membayar mereka pun bergegas kembali kedalam mobil dan menuju sebuah resto.
“Makasih dress nya...”
kata Dita sedikit canggung.
“Anggap aja itu imbalannya, jadi besok sahabat aku Rendi bakal tunangan sama mantan aku”
jelas Kai sambil menyetir.
Jadi karena mantanya tunangan sama sahabatnya.
Pikir Dita yang mengerti kenapa Kai menyetujui perjodohan ini.
“Ribet amat sih, mending enggak usah dateng”
sahut Dita sedikit kesal.
“Nanti dikira aku gagal move on lagi”
celetuk Kai yang membuat Dita tersenyum.
“Kenyataannya emang belum kan?”
sahut Dita yang tersenyum lepas.
“Jangan ngaco deh, kalo belum mana mau aku ikut perjodohan ini”
jelas Kai melirik kearah Dita.
“Jadi bukan pelarian dong ya akunya”
celetuk Dita membuat mereka sama-sama tertawa.
“Ya...enggak lah”
sahut Kai yang kemudian mengelus kepala Dita.
Mungkin refleks, Kai melakukan hal tersebut terhadap pacar biasanya, senyaman itu kah sudah Kai? Karena itu mereka berdua kembali canggung satu sama lain.
...➖➖➖...
Nantikan kelanjutannya...
Jangan lupa Like dan Komen...
GBU all....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!