NovelToon NovelToon

Aku Memilihmu

Chapter 1. Penolakan

“Saya menyukai pak Shaka,”

“Tapi saya tidak menyukaimu,”

“Saya hanya ingin mengatakannya saja pak. Terimakasih untuk jawabannya,” ucap gadis tersebut yang kemudian di tinggal pergi begitu saja oleh Shaka.

Arshaka memang cuek dan sangat dingin. Namun justru Aruna sangat mengagumi Shaka, ini adalah tahun ke tiga Aruna bekerja di perusahaan tersebut. Sedangkan Shaka baru mulai bekerja sekitar enam bulan yang lalu, pria berusia dua puluh enam tahun tersebut sangat diakui kecerdasannya di divisi keuangan.

Dari sebuah layar besar terputar vidio rekaman pernyataan cinta Aruna, seorang staff keuangan yang menyatakan cinta pada rekan kerjanya. Sialnya gadis tersebut tidak tahu kalau rekan kerjanya tersebut ternyata adalah salah satu pewaris tempat di mana dia bekerja.

Shaka memang sedang menyamar untuk melihat kondisi perusahaan yang akan dia pimpin nanti, sedangkan Aruna memang tidak tahu karena tidak pernah sekalipun kepo tentang desas desus calon pewaris perusahaan yang terkenal tampan.

“Kamu tidak apa-apa Run?” tanya salah satu rekan kerjanya yang melihat vidio pernyataan cinta Aruna di putar di acara perusahaan.

Sialnya lagi di saat yang sama Shaka dikenalkan sebagai Arshaka Zaidan Pradipta, anak pertama sekaligus salah satu penerus Pradipta Company.

Aruna menghela napas. “Tidak apa-apa Lin. Sudah terjadi juga,”

Entah siapa yang sudah mengerjai Aruna sampai ada vidio yang terpampang di sana, meskipun malu tapi bisa apa dia yang hanya staff keuangan. Aruna sendiri sudah mengajukan pengunduran diri dari satu minggu yang lalu, tepatnya satu hari setelah mengatakan perasaannya pada Shaka.

Dia tidak ikut lanjut pesta perusahaan, Aruna memilih untuk pulang ke kosnya. Lebih baik dia membereskan barang-barangnya, untuk bersiap-siap pindah dari kota tersebut setelah pengunduran diri.

*

*

*

Pagi hari seperti biasa Kiana yang lebih di kenal sebagai Aruna di perusahaan Pradipta Company menyapa rekan kerjanya.

“Pagi,” ucapnya sambil berjalan menuju ruang kerjanya.

“Pagi Aruna,” jawab rekan-rekannya.

Tiga tahun belakangan Aruna bekerja sebagai salah satu staff keuangan di perusahaan Pradipta Company, berada di bawah tim divisi keuangan tentunya.

Kalau biasanya dia menyapa Shaka, kali ini tidak ada lagi tegur sapa. Dia dengar setelah acara perusahaan semalam mulai hari ini Shaka atau lebih tepatnya Arshaka tidak akan lagi menjadi staff keuangan, namun langsung menduduki jabatan sebagai salah satu pimpinan di perusahaan.

Daniel selaku ayah Arshaka memang masih aktif, karena tidak bisa secara langsung semua di pindah tugaskan pada Arshaka.

“Pantas saja dia sangat cerdas dan paham seluk beluk keuangan. Ternyata calon penerus,” gumam Aruna.

“Kantin kuy, ngalamun aja lu. Gak usah dipikirin, lagi juga anak-anak di tim kita fun aja. Diluar tim anggap aja lu jadi artisnya,” ujar salah satu rekan Aruna yang paham dengan kegelisahannya beberapa hari terakhir.

“Betul. Lagi juga kita sudah pusing mikir keuangan, tidak ada waktu buat ngegosipin kamu ataupun mikir aneh-aneh Ar. Kita sudah kenal kamu lama,” celetuk yang lain.

“Iya-iya terimakasih. Seneng banget ada di divisi ini, karena tidak ada yang langsung nge judge” ucap Aruna.

Aruna memang bersyukur bisa bergabung diantara tim divisi keuangan, tidak ada satupun dari mereka yang menganggap remeh dirinya. Di kepala mereka seolah tertanam pekerjaan nomor satu, masalah pribadi adalah privasi masing-masing.

Meskipun tidak dapat di pungkiri Aruna tetap mendengar desas desus yang membicarakan dia di luar divisinya, dia mencoba untuk tidak perduli. Lagi pula masa kerjanya juga akan segera berakhir dalam waktu dua minggu, mereka juga tidak akan bertemu lagi.

“Ar dipanggil bu Imel,” ucap Rika salah satu seniornya.

“Aku buat masalah ya mbak?” takut Aruna karena tiba-tiba di panggil kepala di visinya.

“Tidak usah overthinking, siapa tahu mau dikasih bonus. Bagi-bagi ya kalau di kasih bonus,” ucap Rika sambil bercanda.

“Siap mbak. Nanti kita jajan yang banyak,”

Aruna kemudian menuju ke ruangan bu Imel, harap-hara cemas. Karena takut jika dia melakukan kesalahan saat mengerjakan tugasnya, terlebih dua minggu lagi dia habis masa kerja.

“Tok ... tok ... tok”

Aruna mengetuk pintu ruangan bu Imel, meminta ijin lebih dulu sebelum masuk ke dalam ruangannya.

“Masuk,”

“Siang bu Imel. Ibu ada perlu dengan saya?” ucapnya sopan.

“Duduk Kia,” Imel lebih suka memanggil Aruna dengan sebutan Kia, karena dalam CV memang Kia adalah nama panggilan Aruna. Hanya semenjak dia bekerja di Pradipta Company, rekan-rekan kerjanya lebih sering memanggilnya Aruna.

Aruna duduk berhadapan dengan bu Imel, tanpa dia sadari ada wanita paruh baya yang sangat anggun duduk di sofa ruangan atasannya tersebut.

“Kia kamu yakin mau mengundurkan diri?” tanya Imel.

“Yakin bu. HRD juga sudah menerima surat pengunduran diri saya,” jawabnya lembut dan sopan.

“Apa pengunduruan dirimu berkaitan dengan kejadian beberapa waktu lalu?”

“Bukan bu, pengunduran diri saya masuk jauh sebelum kejadian tersebut. Tidak ada hubungannya dengan tayangan vidio saat pesta perkenalan pak Arshaka,” killah Aruna.

Walaupun sebenarnya alasan utama dia mengundurkan diri memang karena Shaka, tapi soal surat pengunduran dirinya lebih dulu masuk ke HRD itu tidak bohong.

“sayang sekali. Saya bakal kehilangan salah satu tim terbaik,” Imel berbicara sesungguhnya karena memang Aruna mempunyai skill yang mumpuni.

Bukan hanya Aruna, tapi memang isi dari divisi keuangan semua adalah tim yang tidak hanya solid namun mempunya loyalitas, totalitas dan kejujuran yang patut di acungi jempol.

“Aku rasa yang bernama Shaka itu bodoh karena menolakmu nona,” tiba-tiba dari sofa yang ada di belakang Aruna seorang wanita bersuara.

Imel tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. “Bisa-bisanya bilang anak sendiri bodoh.”

Aruna yang terkejut langsung berdiri dan membungkuk sopan begitu melihat wanita tersebut. “Maaf nyonya, saya tidak tahu kalau ada orang lain tadi selain bu Imel”

“Tidak apa-apa. Silahkan duduk kembali,” titah wanita tersebut.

Dalam hati Aruna mengagumi wanita tersebut, penampilannya sederhana namun sangat anggun dan elegan. Make up tipis yang dia bubuhkan pada wajahnya sudah membuatnya terlihat cantik dan menawan.

“Kia kenalkan dia Naura Hanafi, dulu kami satu kampus. Kebetulan hari ini kami ada janji temu,”

“Saya Aruna Azkiana Amabell nyonya. Biasa dipanggil Aruna atau Kia,”

Naura langsung memeluk Aruna. “Panggil saja tante Naura. Kalau si Shaka-Shaka itu tidak mau sama kamu, biar anak tante saja sama kamu. Siapa tahu kalian berjodoh,”

Aruna tersenyum kikuk, tidak tahu bagaimana harus menjawab wanita yang bernama Naura tersebut.

“Kamu itu kebiasaan Ra. Kia jadi takut sama kamu, tiba-tiba mau jodohin dia sama anak kamu”

“Kia ini tolong selesaikan, nanti habis makan siang kamu ikut saya meeting” ucap Imel kemudian.

“Baik bu. Saya permisi,”

Aruna keluar dari ruangan Imel dan kembali ke mejanya mengerjakan permintaan atasannya, dia juga mempelajari data keuangan selama satu tahun terakhir sebagai bahan meeting nanti siang.

 

 

Chapter 2. Ruang meeting

Aruna langsung menuju mejanya, dia menyelesaikan apa yang di minta Imel. Meeting akan di mulai sekitar jam dua siang, sekarang masih jam sepuluh. Masih sempat untuk menyelesaikannya.

“Laporan satu tahun, Ar?” Rika mendekati meja Aruna.

“Iya mbak. Katanya untuk meeting nanti jam dua,”

“Tim delta satu semua siap di posisi,” ucap Rika.

Aruna terkikik sambil mengerjakan tugasnya, setiap kali mereka ada meeting besar pasti mereka akan siap siaga. Tim delta sendiri bukan hanya paham tentang masalah keuangan, namun juga paham tentang masalah cyber.

Pradipta Company bukan hanya perusahaan ekspor impor, tapi juga perusahaan retail yang mempunyai jaringan luas. Mereka berada di kantor pusat, selain divisi marketing tentu divisi keuangan menjadi salah satu pemegang peran penting.

Ada satu hari mereka mendapatkan serangan malware dari perusahaan saingan, salah satu yang di tuju adalah divisi keuangan. Karena disana terdapat banyak data pengajuan biaya berbagai divisi, termasuk divisi pengembangan maupun marketing.

Aruna sendiri masuk dalam anggota tim delta satu bersama Lin dan Rika, yang diawasi langsung oleh Imelda yang sebenarnya adalah adik kandung dari Daniel Pradipta.

Selama bertahun-tahun dia menyembunyikan identitas sebagai salah satu jajaran yang berpengaruh, dia hanya ingin tenang dalam bekerja. Tidak mau ikut campur urusan pemegang saham, dan akan muncul jika benar-benar penting.

Aruna dengan gesit menyelesaikan tugasnya, tepat sebelum jam makan siang dia sudah selesai. Dia mengangkat kedua tangannya, melakukan peregangan ke kanan dan ke kiri.

Dia langsung kembali ke ruangan Imel, memberikan hasil kerjanya untuk di teliti. Imel juga harus membaca terlebih dahulu sebelum meeting nanti.

“Permisi bu Imel,” Aruna masuk setelah mengetuk pintu dan di sana masih ada Naura.

“Sudah selesai Kia?” tanya Imel.

“Sudah bu,” Aruna menyerahkan hasil kerjanya berupa print out juga dalam bentul file yang akan di presentasikan.

“Wah kamu hebat sekali nak,” puji Naura yang semakin tertarik pada Aruna.

“Saya di bantu tim delta bu,eh tante maksud saya”

“Hahaha. Kamu lucu sekali,” ucap Naura.

Aruna kembali ke mejanya karena sudah jam istirahat, dia punya waktu satu jam sebelum jam istirahat selesai. Aruna mengambil wudhu, dia sholat dhuhur dahulu sebelum mulai makan siang.

“Kamu tertarik dengan Kia, Ra?”

“Aku yakin Shaka yang dingin itu 100 % akan jatuh hati pada Kia,”

“Lalu bagaimana dengan Lily?”

“Sedari awal aku tidak melihat ada kesungguhan di mata Lily. Dia tidak ingin melepaskan Shaka, tapi selalu menolak saat di lamar. Shaka selalu berdalih lebih baik menikahi teman yang sudah di kenal dari pada dengan orang yang belum di kenal,”

Naura menghela napas setiap kali putra sulungnya berulah, dia selalu saja punya cara membatalkan pertunangan dengan semua perempuan yang di jodohkan dengannya.

“Shaka bahkan sudah menolak Kia dari awal, Ra. Apa kamu tetap yakin menjodohkan mereka?” Imelda sebenarnya lebih khawatir pada Aruna, entah kenapa Imelda sangat menyayangi Aruna.

Sedari awal berjumpa dengan Aruna, Imelda seperti melihat sosok putrinya yang sudah meninggal karena kecelakaan beberapa tahun yang lalu.

“Bagaimanapun caranya aku akan membuat Shaka bersedia menikahi Kia. Kamu harus mendukungku Mel,” senyum penuh arti Naura membuat Imel hanya bisa menggelengkan kepalan.

*

*

*

“Aruna! Ikut aku ke ruang meeting,”

“Aku kira tadi bu Imel bercanda mbak,” Aruna mendengus sebal. Dia harap pemimpin meetingnya adalah pak Daniel, bukan Shaka.

“Pletak” satu pukulan melayang di kepala Aruna yang tertutup hijab berwana coklat.

“Auh sakit mbak,”

“Tidak perlu overthinking, bersikap dingin dan cuek saja kalau di sana ada pak Shaka. Seperti dia memperlakukanmu,”

“Mbak Rika sejak kapan jadi cenayang?” celetuk Aruna.

“Semenjak si bodoh ini patah hati,” Rika menoyor kening Aruna.

Aruna hanya bisa terkekeh, nyatanya yang dikatakan rekan kerjanya itu benar. Dia merangkul pundak senior sekaligus supervisinya tersebut. “Terimakasih mbak. Always be there for me,”

Tak butuh waktu lama untuk sampai di ruang meeting, karena divisi keuangan memang masih satu lantai dengan ruang meeting dan ruangan CEO.

Aruna dan Rika masih sambil bercanda, mereka sambil membicarakan hal-hal random. Bu Imel sudah lebih dulu sampai di sana, beberapa divisi lain juga sudah ada di sana.

Deg

“Pak Shaka,” senyum diwajah Aruna seketika pias. Ekspresinya menjadi datar, cuek dan dingin setelah manik matanya bersitatap sepersekian detik dengan Shaka.

Aruna menetralkan degub jantungnya, antara gugup dan rasa benci yang mulai menyeruak saat melihat wajah salah satu anak pemilik perusahaan tersebut.

“Fokus bege,” Rika kembali menoyor kening Aruna.

Aruna mengusap-usap keningnya sambil. “Ini juga fokus,” jawabnya

Semua orang menatap tingkah mereka, Imel hanya tersenyum. Baginya sudah biasa anak-anak tim delta seperti itu.

Sialnya dia malah duduk berhadap-hadapan dengan Shaka, tak ayal Aruna hanya bisa menunduk melihat kearah laptopnya.

“Kenapa seperti ada hawa-hawa dingin menyeramkan. Ah iya di depanku ada freezer mines 1 derajat,” batin Aruna berusaha membuat dirinya tak memperhatikan atau menatap Shaka.

Aruna dan Rika terlihat sedang fokus dengan leptop masing-masing, hari ini Aruna yang akan mempresentasikan laporan keuangan selama satu tahu. Juga rencana pengajuan budged dari beberapa divisi yang sudah masuk divisi keuangan.

“Bruuk, cass”

“Astagfirullah, sssh ah”

“Sorry. Tidak sengaja mbak,” ucap salah satu staff divisi periklanan dengan senyum seringainya seolah tidak sengaja menumpahkan kopi panas mengenai hijab, baju dan terlebih punggung tangan Aruna.

“Ka-,” Shaka tidak jadi melanjutkan ucapannya saat mendengar suara tamparan

“Plak” satu tamparan dari Imelda mendarat di pipi staff periklanan tersebut.

Sementara Aruna diam masih tidak bergeming, dia lupa rasa sakitnya tersiram kopi panas. Saat ini dia sedang berusaha menyalakan leptopnya yang juga ikut tersiram kopi.

“Maaf bu, tapi saya tidak sengaja” ucap staff tersebut.

“Apa kamu pikir mata saya buta? Sampai tidak bisa melihat kamu sengaja atau tidak?”

“Bu Imel, tolong tenang du-“ ucapan Alice terjeda saat Aruna dan Rika mengumpat bersamaan.

“Sial, tidak bisa menyala” Aruna masih terus berusaha menghidupkan leptopnya.

“Shit, malware masuk ke sistem. Ini semua gara-gara kamu hei gadis tidak tahu aturan,” teriak Rika tegas.

Rika terlihat sibuk dengan ponselnya, mereka semua yang ada di ruangan terdiam. Imel semakin menatap tajam pada Alice, tatapan yang seolah akan membunuhnya. Dia kira Imel akan berada di pihaknya jika dia dan timnya mengerjai Aruna, nyatanya justru buah simala kama untuk Alice ketua divisi periklanan.

“Panggil tim delta 1 mbak,” ucap Aruna.

“Mereka menuju kemari,”

“Ada yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi?” nada tinggi Shaka mulai menggelegar di sana.

Aruna tetap diam tak bergeming, dia hanya fokus berusaha menyalakan leptopnya kembali.

“Pesaing mencoba menerobos sistem divisi keuangan. Aruna tadi sedang proses melumpuhkan malware yang mereka kirim, tapi karena nona itu menumpahkan kopi mengenai leptop Aruna. Membuat leptopnya mati di saat pelumpuhan belum selesai, dan saat ini mereka sudah mulai masuk meretas ke beberapa sistem” Rika menjelaskan singkat.

“Danu cepat panggil tim IT,” ucap Shaka.

“Tidak perlu. Tim delta 1 dari divisi keuangan yang akan mengatasi, kalian cukup diam. Taruh semua ponsel dan leptop kalian di tengah,” suara bariton Imel membuat mereka semua langsung melakukan apa yang Imel minta.

“Danu cari tahu apa itu tim delta 1 divisi keuangan,” bisik Shaka pada asisten pribadinya.

“Baik Tuan,” Danu langsung pergi mencari informasi, tentu sasarannya adalah tim HRD.

“Braak”

Tim delta 1 beranggotakan enam orang, dua pria dan empat wanita. Dua diantaranya adalah Aruna dan Rika yang sudah berada di ruang meeting, mereka berempat langsung menempati posisi.

“Ganti bajumu dulu,” titah Imel menyerahkan totebag yang dia minta Lin membawa keruang meeting.

Shaka dan Imel melihat beberapa kali Aruna mengibaskan tangan kirinya yang terlihat merah bekas tersiram kopi panas staff Alice. Tanpa ba bi bu Aruna berdiri hendak ke toilet umum.

“Tidak ada waktu. Pakai kamar mandi di sana,” tunjuk Imel pada ruangan Shaka.

Shaka tidak bisa protes karena Imel adalah tantenya, sedangkan Aruna hanya menurut. Dia bergegas menuju kamar mandi yang ada di ruangan Shaka, sementara tim delta 1 lainnya mencoba melumpuhkan serangan malware dari pesaing.

 

 

 

 

Chapter 3. Tim delta 1

Aruna kembali sudah berganti dengan baju yang lebih casual, hodie berwarna merah muda dengan hijab berwarna putih dengan rok denim skirt dan sneakers putih membuat gadis itu terlihat mempesona.

“Duduk di sana Kia,” sebuah kursi kosong tepat di samping Shaka.

Aruna mengerutkan dahi, dia sebenarnya malas. Tapi tidak ada lagi kursi kosong kecuali di samping Shaka, kursinya tadi sudah di tempati oleh Lin.

Dengan berat hati Aruna menyambar leptop yang ada di bawa Lin, dia duduk di samping Shaka.

Aruna menghela napas panjang. “Fokus Kia. Demi bakso mang udin, please jangan baper” batin Aruna.

Aruna membuka leptopnya, sesekali mengibaskan tangannya. Shaka dapat melihat betapa merahnya punggung tangan gadis itu, pasti akan menimbulkan bekas luka melepuh jika tidak segera di obati.

Sikap Aruna saat ini sangat dingin dan cuek, membuat Shaka sedikit heran. “Bukannya dia ratunya tersenyum? Kenapa hari ini dia seperti kulkas,” batin Shaka yang memperhatikan Aruna dari samping kanannya.

Tangan Aruna bergerak lincah, dia sangat gesit berusaha melumpuhkan malware yang dikirim pesaingnya.

“Gawat mereka mulai masuk ke divisi perencana,” ucap Aldo salah satu tim delta 1.

“Minta ijin untuk membekukan sistem divisi perencana dan marketing untuk sementara waktu,” ucap Rika.

Aruna dengan jari-jarinya mencoba masuk kedalam sistem keamanan pihak lawan, Shaka tak melepaskan pandangannya dari jari-jari dan layar leptop Aruna.

“Mbak Rika, Lin masuk bantu aku menyerang. Aldo, Ghea bekukan sistem divisi perencanaan dan marketing. Shandy dalam hitungan ke tiga lumpuhkan malware lawan, kita serang balik lumpuhkan sistem mereka sesaat.

Dalam hitungan ke tiga, suara jari jemari diatas papan ketik bagai musik yang memecah keheningan yang ada di dalam ruang meeting tersebut.

Aruna mengeluarkan senyum seringainya, Shaka melihat sosok Aruna yang berbeda dari yang dia tahu selama enam bulan berada dalam divisi keuangan.

“Binggo,” ucap Aruna dan semua tim delta 1 tersenyum. Begitu pula dengan Imelda sebagai atasan mereka.

“Laporan divisi keuangan bisa dimulai lima menit lagi,” ucap Imelda.

Tanpa ba bi bu, tim delta langsung menutup semua leptop mereka. Kecuali Aruna dan Rika, mereka semua kembali ke ruangan divisi keuangan untuk melanjutkan pekerjaan utama mereka.

Aruna dan Rika melakukan presentasi secara bergantian, jika Rika memperlihatkan laporan keuangan selama setahun lengkap dengan pengajuan dan realisasi. Maka Aruna menjelaskan secara rinci pengajuan biaya dari semua divisi yang ada di perusahaan tersebut.

Danu kembali bergabung di tengah Rika sedang melakukan presentasi.

“Informasi apa yang kamu dapat, Danu?”

“Tim delta 1 adalah tim besutan aunty anda tuan,”

“Maksudmu aunty Imel kepala divisi keuangan?”

“Betul tuan, aunty anda sendiri yang melakukan seleksi pada mereka. Tim delta tidak hanya paham tentang divisi keuangan, tapi mereka juga ahli IT. Lebih tepatnya tim delta 1 adalah staff keuangan sekaligus security cyber rahasia divisi keuangan Pradipta Company,”

“Apalagi yang kamu dapat?”

“Nyonya Imel sengaja membentuk mereka karena sistem perusahaan kita pernah diretas dan dia menyakini ada campur tangan orang dalam. Karena itu dia tidak pernah memberikan akses pada tim IT perusahaan, nona Rika adalah ketua tim delta 1. Sedangkan-.”

“Sedangkan apa?”

“Nona Aruna adalah komando security cyber tim delta 1,” Danu memperhatikan sebentar reaksi atasannya tersebut. Dia penasaran bagaimana ekspresi Shaka jika tahu perempuan yang cintanya dia tolak ternyata bukan perempuan sembarangan.

“Jadi dia salah satu staff penting aunty Imel,” batin Shaka.

Presentasi berjalan lancar, hingga selesai Aruna bahkan masih duduk di samping Shaka. Meskipun dia diam tak bergeming, tapi jantungnya serasa melompat-lompat.

Dia kembali ke kursinya setelah selesai presentasi, niatnya mengambil barangnya yang ada di meja untuk pindah kembali duduk di samping Rika.

“Mau kemana kamu? Tetap di sini atau kamu akan malu seperti malam itu,” Shaka  mecekal lengan Aruna yang hendak pindah tempat.

Susah payah dia berusaha membenci dan move on dari atasannya tersebut, hari ini sialnya dia malah duduk di samping Shaka. Lebih parahnya dia tidak bisa pindah karena Shaka mengancamnya, Aruna akhirnya kembali duduk tanpa bicara atau menatap pria itu.

“Demi es cincau mang Iyus. Please kamu tidak boleh goya Kia, ingat dia menolakmu dan mempermalukanmu” lagi-lagi Aruna bermonolog dalam hati. Mana bawa es cincau segala, harap maklum ya gaes. Aruna kalau lagi sedih suka jajannya banyak, jadi semua penjual di sebut satu-satu 🤭

Meeting selesai jam lima sore, begitu meeting di tutup Aruna langsung ngibrit kabur begitu saja tanpa permisi pada Shaka.

Shaka dibuat geram karenanya, bukankah dua minggu lalu Aruna yang menyatakan cinta padanya. Tapi hari ini gadis itu sangat cuek dan seolah tidak mengenal dirinya, saat yang lain permisi padanya. Aruna justru secepat kilat pergi dari hadapannya.

“Woi gadis bege, mau kemana?” teriak Rika santai padahal di sana masih ada Shaka dan yang lain.

“Pulang. Takut kena sawan kalau lama-lama duduk di sebelahnya,” jawab Aruna sambil berlari.

“Sial. Beraninya dia,” umpat Shaka dalam hati.

Bu Imel dan Rika serta Danu tak kuasa menahan tawa mendengar ucapan Aruna, karena mereka tahu persis yang di maksud Aruna adalah Shaka. Imel diam-diam memperhatikan ekspresi kesal keponakannya tersebut.

“Aku dukung kamu Ra. Buat Shaka mau menikah dengan Kia,” lirih Imel sambil berlalu meninggalkan ruang meeting.

Selesai meeting Aruna bergegas merapikan semua mejanya, karena sudah jam lima sore. Dia bergegas segera pulang ke kos agar sampai sebelum magrib tiba, dia berlari menuju lift.

Tak lupa seperti biasa dia menggunakan earphone menempelpada hijabnya, semenjak dua minggu lalu dia gunakan. Karena tidak ingin mendengar bisik-bisik tentang dirinya yang tengah menjadi bahan pembicaraan.

“Diantara beberap lift kantor kenapa dia harus naik lift ini sih,” gerutunya dalam hati saat Aruna melihat Shaka dan Danu asistennya juga masuk menggunakan lift yang sama.

Aruna membungkuk sebagai tanda menyapa, kemudian dia memilih memejamkan matanya menikmati alunan musik dari pada harus melihat pria sedingin es yang berdiri di sampingnya.

Shaka juga tidak bergeming, dengan wajah datar dan dingin. Suasana lift menjadi canggung, namun sesekali Shaka melihat kearah punggung tangan kiri Aruna yang terlihat masih merah dan melepuh.

Sampai beberapa karyawan masuk menggunakan lift yang sama dengan mereka, beberapa perempuan tampak bergosip membicarakan Aruna yang dengan berani menyatakan cinta pada anak CEO mereka.

Tanpa mereka sadari anak CEO yang mereka bicarakan berdiri di belakang tubuh Danu yang besar dan sedikit lebih tinggi dari Shaka.

“Ehem,” Danu berdehem dan seketika mereka terkejut saat tahu anak CEO yang mereka bicarakan ada dalam lift bersama mereka. Semua langsung hening dan menunduk.

“Jadi ini alsan dia menggunakan earphone,” ucapnya dalam hati.

Begitu pintu lift terbuka, dengan gesit Aruna langsung keluar begitu saja. Seolah tidak kesulitan berlari padahal dia menggunakan rok denim skirt nya, ojek online yang dia pesan sudah menunggu di lobby perusahaan.

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!