NovelToon NovelToon

MODERN DEMON CULTIVATOR

1 Mo Xie: Kebangkitan Iblis di Dunia Modern

Alam Shenzhou.

Langit di Alam Shenzhou berwarna merah gelap, dipenuhi awan yang berputar seolah menangisi kehancuran dunia. Bau darah dan mayat membusuk memenuhi udara, menyelimuti tanah yang telah menjadi kuburan bagi ribuan kultivator.

Di tengah medan perang, seorang pria berdiri tegak, meski tubuhnya dipenuhi luka menganga dan darah hitam yang terus menetes. Matanya menyala merah seperti bara api, penuh kebencian dan kegilaan yang telah melampaui batas kemanusiaan.

Mo Xie, Sang Iblis Merah.

Di sekelilingnya, ribuan kultivator mengepung, wajah mereka dipenuhi ketegangan dan kebencian. Mereka bukan lagi sekadar prajurit yang memburu harta atau kekuatan. Mereka adalah sisa terakhir dari dunia yang telah diteror oleh Mo Xie selama ratusan tahun.

Patriark Sekta Langit Putih maju selangkah, suaranya menggema di udara, “Mo Xie! Hari ini adalah akhir dari kegelapanmu! Kau telah membantai sekte demi sekte, menghancurkan keluarga, menumbangkan kerajaan! Dunia ini telah cukup menderita karenamu!”

Mo Xie menyeringai, meski darah mengalir dari sudut bibirnya. “Cukup menderita? Bukankah kalian sendiri yang menciptakan neraka ini?”

Tidak ada yang menjawab. Tidak ada lagi alasan, tidak ada lagi negosiasi. Mereka semua tahu, Mo Xie tidak akan berhenti sampai dunia ini sepenuhnya hancur atau dia sendiri yang lenyap.

Lalu… udara berubah.

Sebuah tekanan luar biasa tiba-tiba menyelimuti medan perang, membuat tanah bergetar dan langit terbelah oleh kilatan cahaya keemasan.

Semua orang menoleh ke langit.

Sosok itu melayang di udara, rambut putihnya terurai panjang, berkibar pelan diterpa angin. Matanya berwarna emas menyala, seperti dua matahari kecil yang membawa keagungan mutlak.

Aura surgawi yang memancar darinya begitu kuat hingga bahkan para patriark yang berdiri di medan perang merasakan tubuh mereka lemas, seolah kehilangan keberanian untuk bergerak.

Mo Xie mendongak, dan untuk pertama kalinya sejak ratusan tahun, ekspresinya berubah serius. Ia mengenali pria itu.

Sang Pewaris.

Orang yang belum lama menginjakkan kaki di Alam Shenzhou, namun namanya telah mengguncang seluruh benua.

Mo Xie menyeringai lagi, meskipun kali ini ada sesuatu yang lain di balik senyumannya—sebuah pengakuan yang enggan terhadap keberadaan di hadapannya.

“Suatu kehormatan, Sang Pewaris datang menemuiku secara langsung,” katanya dengan nada penuh ejekan. “Apakah dunia ini sudah kehabisan orang sampai harus mengutus pria perkasa sepertimu?”

Sang Pewaris tidak menjawab. Matanya yang berwarna emas tetap menatap Mo Xie dengan ketenangan mutlak—bukan kebencian, bukan kemarahan, hanya ketenangan yang menakutkan.

Mo Xie mengangkat tangannya, aura hitam mulai berputar di sekelilingnya. “Kalau kau berpikir aku akan berlutut begitu saja, kau salah besar.”

Dalam sekejap, gelombang kegelapan meledak dari tubuh Mo Xie, menyelimuti langit dan bumi dalam kehampaan yang tak berujung. Kegelapan itu bukan hanya energi biasa, melainkan kekuatan yang telah menelan ribuan jiwa, kekuatan yang telah membawanya ke puncak dunia.

Tetapi…

Sang Pewaris mengangkat satu tangan.

Cahaya keemasan yang membara keluar dari tubuhnya, meledak dalam gelombang yang begitu suci dan agung hingga kegelapan Mo Xie yang selama ini tidak tertandingi mulai terkikis.

“Mustahil…,” Mo Xie bergumam, matanya melebar saat merasakan kekuatannya mulai memudar.

Tanah retak. Langit bergetar. Seluruh alam bergetar di bawah tekanan kekuatan surgawi yang dilepaskan oleh Sang Pewaris.

Mo Xie melompat maju, menusukkan cakar energi hitamnya ke arah pria itu dengan segenap kekuatan yang tersisa—

Namun, dia bahkan tidak bisa menyentuhnya.

Aura keemasan yang mengelilingi Sang Pewaris bertindak seperti tembok yang tak dapat ditembus. Saat serangannya mendarat, tubuhnya sendiri yang mulai terkikis.

Mo Xie melotot. “TIDAK MUNGKIN!!”

Tapi itu adalah kenyataan.

Tubuhnya mulai menghilang, berubah menjadi abu sedikit demi sedikit, dimulai dari ujung jarinya, lalu merambat ke lengan, kaki, dan perlahan mendekati inti tubuhnya.

Untuk pertama kalinya, Mo Xie merasakan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Kematian yang mutlak.

“Bagaimana…?” gumamnya. Matanya menatap pria itu dengan keterkejutan yang sulit disembunyikan. “Apa yang telah kau lalui… hingga memiliki kekuatan seperti ini?”

Pria itu tetap diam, matanya masih dipenuhi ketenangan. Ia tidak perlu menjawab.

Mo Xie ingin mengamuk. Ingin berteriak. Ingin melawan. Tapi tubuhnya sudah tidak bisa bergerak.

Ketika hanya tersisa Inti Demonic di dadanya, seharusnya segalanya berakhir…

Namun sesuatu yang tidak terduga terjadi.

Inti Demonic-nya mulai bergetar, merobek ruang dan waktu itu sendiri. Sebuah kekuatan yang tidak dipahami oleh siapa pun—bahkan oleh Sang Pewaris—tiba-tiba menarik jiwa Mo Xie keluar dari Alam Shenzhou.

Mo Xie merasakan kesadarannya terseret dalam pusaran kegelapan yang tidak berujung. Alam Shenzhou mulai menghilang dari pandangannya.

 ...

Dunia Modern.

"Bajingan kalian semua..."

Mo Xie bergumam tanpa sadar, membuat sekumpulan preman di hadapannya menjadi kebingungan sekaligus marah.

"Apa kau bilang? Sampah sepertimu berani mencaciku?"

Mo Xie tertegun, menyadari bahwa dirinya masih hidup setelah serangan ilahi yang juga menghancurkan seluruh tubuhnya. Rasa sakit itu masih terasa. Seolah-olah setiap serat tubuhnya telah dilenyapkan, lalu dipaksa untuk ada kembali.

Namun, ada sesuatu yang berbeda. Dia tidak berada di Alam Shenzhou. Udara yang ia hirup dingin, namun penuh dengan energi Qi yang tidak sepekat energi di alam Shenzhou.

Mo Xie mengangkat kepalanya perlahan, hanya untuk mendapati dirinya terbaring di lantai beton yang kasar. Langit malam di atasnya gelap dan tertutup kabut polusi. Lampu neon berkedip di kejauhan, menyoroti gang sempit dan kotor tempat ia berada.

"Katakan sekali lagi, bajingan sampah!"

Belum sempat ia memproses apa yang terjadi, sebuah tendangan keras menghantam perutnya. Mo Xie terbatuk, rasa sakit yang familiar kembali menjalari tubuhnya. Rasa sakit dari tubuh manusia yang lemah.

"Dimana kesombonganmu yang tadi, hah!" salah satu dari mereka berteriak sambil melayangkan pukulan ke wajahnya.

Satu pukulan itu tepat menghantam wajahnya dengan keras, membuatnya langsung sadar akan apa yang sebenarnya terjadi sekarang.

"Heh, tidak kusangka aku kembali ke Bumi," gumamnya pelan, tidak menghiraukan pukulan yang menghantam wajahnya seolah itu hanya gigitan nyamuk.

"Apa yang dia katakan? Apakah dia sudah gila karena kita memukul kepalanya?" ucap seorang pria yang nampak seperti pemimpin para preman tersebut.

Seorang pria bertubuh kekar dengan wajah penuh bekas luka, mengenakan jaket kulit usang yang tampak seperti tanda kebanggaannya. Dia dikenal dengan nama Go Jin, seorang bajingan jalanan yang pernah menjadi momok bagi Mo Xie di masa lalu.

Di pelukannya, terlihat seorang wanita muda dengan pakaian minim dan riasan tebal. Wanita itu cukup cantik, tapi menjengkelkan dengan sikapnya yang menjijikkan.

"Kakak Jin, dia orang mesum yang mengintip rokku. Hajar dia sampai babak belur!" ucapnya dengan nada manja yang dibuat-buat.

Go Jin menyeringai lebar. “Heh, lihat siapa ini. Mo Xie, si sampah yang bahkan tidak memiliki bakat kultivasi, tapi memiliki keberanian untuk menjadi seorang kultivator.”

Mo Xie terdiam. Ia hanya menatap pria sombong di hadapannya dengan dingin.

Dunia yang pertama kali dia tinggali adalah sebuah dunia modern yang memiliki sejarah panjang dalam ilmu spiritual. Mereka yang berhasil Awakening dengan bakat kultivasi, dan tetap menekuni jalan kultivasi disebut sebagai kultivator.

Para kultivator adalah orang-orang yang sangat dihormati oleh masyarakat karena merekalah yang melindungi dunia dari para beast yang muncul dari dasar neraka.

Mo Xie Awakening dengan bakat kultivasi yang buruk, bahkan tubuhnya hampir tidak dapat menyerap Qi alam, namun dia tetap semangat mengejar impiannya sebagai kultivator hebat meskipun semua usahanya sia-sia.

Dia juga mulai mendapat diskriminasi dan perundungan dari orang-orang yang lebih kuat. Tapi sekarang, Mo Xie kembali ke kehidupan pertamanya setelah menjalani hidup sebagai iblis selama ratusan tahun.

Terlebih lagi, ia bangkit satu tahun sebelum kematian pertamanya.

2 Pembalasan Iblis Yang Terpendam: Mo Xie Menghancurkan Perundung

Go Jin menyeringai lebar, tatapannya penuh penghinaan. “Apa kau lupa waktu itu? Saat aku mematahkan lenganmu dan membuatmu koma? Bahkan keluargamu tidak bisa berbuat apa-apa, kan? Sepertinya aku harus mengingatkanmu lagi siapa yang berkuasa di sini.”

Mo Xie memandang Go Jin tanpa ekspresi. Dalam benaknya, kilasan ingatan dari tubuh lamanya berputar seperti film rusak—rasa sakit, penghinaan, dan ketidakberdayaan. Namun, itu semua hanya menambah rasa dingin di hatinya.

“Kau benar,” ujar Mo Xie perlahan, suaranya tenang namun menusuk. “Aku ingat. Kau mematahkan lenganku dan hampir membunuhku. Kau menyebutku sampah, sesuatu yang bahkan tidak layak untuk hidup.”

Go Jin tertawa keras, suara tawa itu menggema di gang sempit tempat mereka berada. “Bagus! Setidaknya kau sadar akan tempatmu. Sekarang, kenapa tidak kau merangkak saja dan memohon ampun pada gadisku? Mungkin aku akan membiarkanmu hidup kali ini.”

Sue Lan tersenyum mengejek. "Jilat sepatuku sampai bersih. Nanti, aku akan memberikan satu kaos kakiku untukmu. Kau mungkin bisa ereksi dengan itu."

Mo Xie terdiam, hanya menatap sepatu Sue Lan yang sengaja disodorkan ke wajahnya. Semua orang menunggu reaksinya, menduga ia akan merangkak dan memohon ampun seperti yang biasa ia lakukan di masa lalu. Namun, saat ia mengangkat kepala, kilatan merah pekat muncul di matanya, seperti bara api yang menyala dari dasar neraka.

“Heh...” Mo Xie mendengus pelan, lalu berdiri perlahan. Tubuhnya sangat kurus dan lemah, tetapi ada sesuatu yang lebih kuat—sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia biasa. Aura gelap yang samar mulai menyelimuti dirinya, membuat udara di sekitarnya terasa berat dan mencekam.

Go Jin menyipitkan mata, merasa ada sesuatu yang aneh. “Apa-apaan itu? Kau berani berdiri di hadapanku seperti itu?” Ia maju dengan langkah kasar, menyodorkan tangan untuk meraih kerah Mo Xie.

Namun, sebelum tangannya mencapai sasarannya, Mo Xie menggerakkan tangannya dengan kecepatan luar biasa. Dalam sekejap, pergelangan tangan Go Jin telah berada dalam cengkeramannya.

“Apa...?” Go Jin tertegun. Cengkeraman Mo Xie terasa seperti baja, menekan tulangnya hingga hampir retak.

Mo Xie mendekatkan wajahnya ke arah Go Jin, matanya yang merah menatap tajam, menusuk hingga ke dalam jiwa. “Jadi, ini tangan yang kau gunakan untuk mematahkan lenganku dulu?” suaranya rendah, dingin, dan penuh kebencian yang terkendali.

“Lepaskan aku, bajingan!” Go Jin berusaha menarik tangannya, tetapi sia-sia. Wajahnya mulai memucat ketika Mo Xie semakin menekan, terdengar suara retakan kecil dari tulang pergelangan tangannya.

“Lepaskan dia!” salah satu anak buah Go Jin berteriak, meluncurkan pukulan ke arah kepala Mo Xie. Namun, Mo Xie bahkan tidak melirik. Ia hanya mengangkat tangan kirinya dan menangkap pukulan itu dengan mudah.

Krek!

Suara tulang yang patah terdengar, diikuti jeritan memilukan dari anak buah Go Jin yang kini memegangi tangannya yang bengkok ke arah yang tidak wajar.

Semua orang terdiam. Sue Lan bahkan melangkah mundur, wajahnya pucat pasi.

Go Jin menggertakkan giginya, menahan rasa sakit di pergelangan tangannya. “Kau... sejak kapan kau jadi seperti ini? Kau pasti menggunakan kekuatan terlarang! Aku akan melaporkanmu!”

Mo Xie tersenyum tipis, tetapi senyumnya bukanlah senyum manusia biasa. Itu adalah senyum iblis. “Kekuatan? Kau benar. Aku memang memiliki kekuatan... tapi itu bukan sesuatu yang bisa kau pahami.”

Dengan satu gerakan cepat, Mo Xie memutar lengan Go Jin hingga pria itu jatuh berlutut sambil berteriak kesakitan. Lalu, dengan santai, Mo Xie menghentakkan kakinya ke dada Go Jin, membuat pria itu terlempar hingga membentur tembok di ujung gang.

Di bawah cahaya lampu neon yang berkedip, aura mencekam terus menguar dari tubuh Mo Xie. Udara di sekitar mereka seolah membeku, membuat para preman yang tersisa gemetar di tempat. Go Jin tergeletak di sudut gang dengan napas tersengal, sementara Sue Lan berdiri terpaku, wajahnya pucat seperti mayat.

“Apa yang kalian tunggu!? Bunuh dia!” Go Jin meraung, matanya dipenuhi kemarahan.

Para preman yang tersisa, meski ragu, akhirnya menyerang bersama-sama. Salah satu dari mereka mengeluarkan pisau yang bersinar tajam di bawah cahaya neon, sementara yang lain membawa pentungan besi besar.

Mo Xie memandang mereka dengan ekspresi dingin. Dia tidak bergerak hingga salah satu dari mereka hampir mendekatinya. Dalam sekejap, dia mengangkat tangan kanannya, dan gelombang energi hitam keluar seperti bayangan hidup, menyelimuti tubuh pria itu.

“Apa ini? Tidak! Lepaskan aku!” pria itu berteriak panik, mencoba meraih sesuatu untuk melarikan diri. Namun, tubuhnya dengan cepat layu, kulitnya mengerut, dan matanya kosong. Dalam hitungan detik, dia berubah menjadi mayat kering yang terjatuh ke tanah dengan suara gedebuk pelan.

Sue Lan menjerit histeris, mundur dengan tangan menutupi mulutnya. “Apa-apaan dia... dia monster!”

“Monster?” Mo Xie bergumam pelan sambil menatap tubuh yang sudah menjadi mayat itu. “Aku sudah melewati batas itu sejak lama.”

Salah satu preman yang lebih besar berteriak marah dan menyerang dari belakang, mengayunkan pentungannya dengan kekuatan penuh. Namun, Mo Xie menghilang dalam sekejap mata.

“Di sini.”

Suara dingin itu datang dari belakangnya. Sebelum pria itu sempat bereaksi, Mo Xie menempelkan dua jarinya ke punggungnya. Gelombang energi gelap langsung merembes masuk ke tubuhnya, menghancurkan organ dalamnya seketika. Darah segar muncrat dari mulut pria itu saat tubuhnya ambruk ke lantai.

“Kalian semua tidak punya kesempatan,” ujar Mo Xie tanpa emosi, berjalan perlahan ke arah yang lain.

Salah satu preman, yang tampak lebih muda, menjatuhkan senjatanya dan mencoba melarikan diri. “Aku tidak mau mati! Tolong! Ampuni aku!”

Mo Xie mengangkat tangan, dan bayangan hitam panjang menyeruak dari tanah, mengejar pria itu seperti ular lapar. Dalam hitungan detik, bayangan itu membelit tubuhnya, menghancurkan tulangnya dengan suara gemeretak yang mengerikan sebelum menariknya kembali ke Mo Xie.

Jiwa pria itu terserap ke dalam Inti Demonic di dalam tubuh Mo Xie, menambah kekuatan di tubuhnya yang mulai terasa menguat.

“Siapa lagi?” tanya Mo Xie dengan nada santai.

Sue Lan gemetar di sudut, tubuhnya tersandar pada dinding dingin. Ia melihat tubuh-tubuh yang berserakan di sekelilingnya—semua temannya telah mati. Bahkan Go Jin, yang selama ini ia anggap tak terkalahkan, kini tampak tak lebih dari pria ketakutan yang merangkak mundur, mencoba melarikan diri.

“Mo Xie! Berhenti! Kau tidak akan lolos dari hukum kalau membunuhku!” Go Jin mencoba berdiplomasi, meski suaranya bergetar hebat.

Mo Xie mendekat, memandang Go Jin dari atas. “Hukum?” Dia tertawa kecil, suara tawanya seperti duri yang menusuk jiwa. “Di mana hukum itu saat kau mematahkan lenganku? Di mana hukum itu saat kau membuat keluargaku tidak berdaya?”

Dia mengangkat tangan, dan bayangan gelap membentuk bilah tajam yang berdenyut seperti hidup. “Yang kuatlah yang menciptakan hukum, dan aku jauh lebih kuat darimu.”

Dengan satu ayunan cepat, kepala Go Jin terpisah dari tubuhnya, darah menyembur liar ke lantai beton.

Sue Lan menjerit histeris, air mata mengalir deras di wajahnya. “T-Tolong! Jangan bunuh aku! Aku tidak tahu apa-apa! Mereka yang menyuruhku!”

3 Kematian Sue Lan: Pembalasan Pertama

Sue Lan jatuh berlutut di depan Mo Xie, air matanya bercucuran tanpa henti. Tubuhnya gemetar, dan suaranya terputus-putus ketika ia memohon ampun. “T-Tolong... Mo Xie... Aku tidak tahu apa-apa... Mereka yang memerintahkanku... Aku hanya ikut-ikutan...”

Mo Xie menatapnya dengan ekspresi tenang, namun mata merah menyala itu tetap memancarkan hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Dia perlahan berlutut, menurunkan tubuhnya hingga sejajar dengan wajah Sue Lan. Wanita itu hanya bisa menangis histeris, tak berani menatap langsung ke arahnya.

“Shh...” Mo Xie menenangkan dengan suara yang lembut, hampir seperti bisikan. “Jangan takut. Aku tidak akan membunuhmu dengan cepat...”

Mata Sue Lan melebar, meski tetap dipenuhi ketakutan. Dia mencoba membaca ekspresi Mo Xie, namun wajah tenangnya lebih menyeramkan daripada ancaman langsung. “A-Aku bersumpah! Aku tidak akan menceritakan apapun pada siapapun! A-Aku akan pergi! Tolong biarkan aku hidup!”

Mo Xie mengangkat tangannya perlahan, menyentuh wajah Sue Lan dengan lembut. Jemarinya yang dingin menyapu pipi wanita itu, membuatnya terdiam dalam ketakutan yang membatu. “Sue Lan...” Mo Xie berkata dengan nada yang begitu lembut, hingga terdengar seperti kasih sayang. “Tahukah kau berapa lama aku menunggu untuk saat ini?”

Wanita itu terdiam, lidahnya kelu untuk menjawab. Mo Xie melanjutkan, suaranya penuh dengan dinginnya kebencian yang membara di bawah ketenangan itu. “Kau mungkin hanya ikut-ikutan... Tapi kau adalah salah satu orang pertama yang menghina dan mempermalukanku. Kau tertawa saat aku jatuh. Kau memandangku seperti aku bukan manusia.”

“T-Tidak! Aku tidak bermaksud begitu! Aku hanya...” Sue Lan mencoba bicara, namun terpotong oleh Mo Xie yang menaruh jarinya di bibirnya.

“Shh...” bisik Mo Xie, tatapannya semakin tajam. “Aku tahu. Kau hanya mengikuti arus, bukan? Sama seperti sekarang... memohon untuk hidup dari orang yang lebih kuat.”

Sue Lan menundukkan kepalanya, menggenggam tangan Mo Xie dengan gemetar. “M-Mo Xie... Aku akan melakukan apapun! Tolong jangan bunuh aku...”

Mo Xie tersenyum kecil, senyuman yang dingin namun penuh ironi. “Kenapa aku tidak boleh membunuhmu? Sementara kau membuat adikku depresi hingga bunuh diri karena kau memfitnahnya sebagai seorang pelacur?"

Tubuh Sue Lan menegang, ia merasa tidak pernah melakukan hal itu dan jelas-jelas adik Mo Xie masih hidup saat ini. "Aku tidak tahu apa yang kau katakan. A-aku tidak pernah melakukan hal itu."

"Saat ini kau belum melakukannya, tapi di masa depan nanti kau akan melakukannya. Aku tidak bisa membiarkanmu hidup dengan resiko seperti itu," ucap Mo Xie. Wajah adiknya yang depresi dan bunuh diri akibat difitnah oleh Sue Lan kembali terputar di ingatannya.

Sebelum Sue Lan sempat merespons, Mo Xie mengangkat jarinya, menyentuh kening wanita itu dengan lembut. Dalam sekejap, gelombang energi gelap merembes masuk ke tubuh Sue Lan, membuat matanya melebar penuh kengerian.

“A-Apa ini?!” jerit Sue Lan, tubuhnya mulai bergetar tak terkendali. Energi itu mulai mengalir liar di dalam dirinya, merusak organ-organ dalamnya, dan merobek setiap pembuluh darahnya.

Mo Xie berbisik, suaranya bagai duri yang menusuk langsung ke jiwa. “Kau tidak akan mati dengan cepat. Aku ingin tahu apa yang terjadi ketika tubuh manusia fana mencoba menampung energi dari Alam Shenzhou...”

Tubuh Sue Lan bergejolak hebat, urat-urat di bawah kulitnya menyala dengan warna gelap seperti tinta hitam yang merembes ke seluruh tubuhnya. Jeritannya menggema di gang itu, melengking seperti lonceng kematian. Darah mulai menyembur dari setiap pori-porinya, menciptakan genangan merah gelap di sekitar tubuhnya.

“Aku... t-tolong... aaarghhh!!” Sue Lan berteriak histeris, tubuhnya melengkung ke belakang dengan suara tulang yang retak di sana-sini. Hingga akhirnya, tubuhnya meledak dalam semburan darah, meninggalkan sisa-sisa yang berserakan di lantai beton.

Mo Xie berdiri perlahan, menyeka darah dari wajahnya dengan tenang. Ia menatap langit malam yang gelap, cahaya bulan menyinari wajahnya yang dingin namun penuh kepuasan. Senyum kecil tersungging di bibirnya.

“Dunia ini... akan segera mengingat siapa aku sebenarnya,” gumamnya pelan sebelum berbalik, berjalan perlahan meninggalkan gang yang kini penuh dengan mayat dan darah. Di bawah cahaya bulan, bayangan Mo Xie memanjang, seolah menutupi dunia dengan kegelapan yang abadi.

 ...

Langit malam di atas Kota Zhenhai, salah satu kota metropolitan terbesar di dunia, selalu memancarkan cahaya yang mengaburkan bintang-bintang. Zhenhai adalah simbol kemajuan peradaban modern sekaligus saksi bisu perang tiada akhir antara manusia dan para beast dari dimensi lain.

Kota ini terletak di Provinsi Qinglong, salah satu wilayah utama Negara Tianzhou, sebuah negara adidaya yang menjadi pusat ilmu kultivasi modern.

Kota Zhenhai berdiri megah dengan bangunan pencakar langit yang tak terhitung jumlahnya, masing-masing dihiasi dengan lampu neon warna-warni.

Di tengah gemerlap kota, terdapat berbagai distrik yang membagi Zhenhai menjadi beberapa distrik di dalamnya. Namun, yang paling terkenal adalah Distrik Jingfeng, pusat utama para kultivator.

Distrik Jingfeng adalah rumah bagi Akademi Kultivasi Zhenhai, akademi pelatihan elit yang hanya menerima murid berbakat. Akademi ini berada di tengah kota dan dikelilingi oleh formasi pelindung yang memancarkan energi Qi kuat.

Selain melatih para kultivator muda, Distrik Jingfeng juga menjadi markas Asosiasi Kultivator Negara, organisasi yang bertanggung jawab menjaga keamanan kota dari ancaman beast dan mengelola para kultivator.

Beast sendiri adalah makhluk ganas yang muncul melalui portal dimensi, celah ruang-waktu yang terhubung langsung ke Dimensi Netherbeast, sebuah dunia asing yang penuh dengan energi destruktif.

Portal itu sering kali muncul secara acak, menyebabkan kehancuran besar di kota-kota yang tidak memiliki kultivator cukup kuat. Di Kota Zhenhai, portal-portal itu muncul terutama di zona-zona berbahaya, area terlarang di pinggiran kota yang sudah lama menjadi sarang para beast.

Sebagian besar wilayah pedesaan dan pegunungan di sekitar kota telah dikuasai oleh beast, menjadikannya medan berbahaya yang hanya dapat dijelajahi oleh para kultivator. Namun, di balik bahaya itu, banyak keuntungan ditawarkan bagi para kultivator.

Beast sering kali meninggalkan inti beast, material langka yang bernilai tinggi di pasaran. Dengan menjual inti jiwa, para kultivator dapat menghasilkan kekayaan yang luar biasa. Selain itu, mereka juga bisa menggunakannya untuk memperkuat kultivasi mereka.

Di dunia itu, status sosial seseorang sangat bergantung pada bakat dan pencapaian dalam dunia kultivasi. Para kultivator dipuja seperti selebriti dan dilindungi dengan undang-undang khusus.

Mereka yang mencapai tingkat tinggi tidak hanya mendapatkan penghormatan, tetapi juga akses ke zona eksklusif, teknologi canggih, dan bahkan hak istimewa dalam pemerintahan.

Namun, bagi mereka yang tidak bisa berkultivasi atau memiliki bakat buruk—seperti Mo Xie di masa lalu—hidup di Zhenhai adalah perjuangan berat. Mereka dipandang rendah dan hanya bisa mengisi pekerjaan kasar sebagai buruh ataupun pedagang, jauh dari dunia gemerlap para kultivator.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!