Langit di Alam Shenzhou berwarna merah gelap, dipenuhi awan yang berputar seolah menangisi kehancuran dunia.
Di tengah medan perang yang tandus dan penuh mayat, seorang pria berdiri tegak meski tubuhnya berlumuran darah. Matanya menyala merah seperti bara api, memancarkan kebencian dan kegilaan yang hanya dimiliki oleh makhluk yang telah meninggalkan sisi kemanusiaan. Mo Xie, Sang Iblis Merah, berdiri sebagai simbol ketakutan terbesar di alam kuno itu.
“Mo Xie! Akhiri semuanya sekarang! Serahkan Inti Demonic-mu, dan kami akan memberimu kematian yang cepat!” suara pemimpin aliansi, seorang patriark tua dari Sekta Langit Putih, menggema. Namun, di balik ancaman itu, ada nada keserakahan yang sulit disembunyikan.
Mo Xie menyeringai. "Inti Demonic-ku? Hah! Kalian semua berkumpul di sini, berbicara tentang keadilan, tapi yang kalian inginkan hanyalah kekuatanku. Keadilan macam apa yang kalian perjuangkan ketika ribuan murid kalian mati di tanganku?"
Kata-katanya menusuk hati, membuat beberapa kultivator yang mengepungnya ragu sejenak. Namun, patriark itu menggertakkan giginya dan berteriak, “Jangan dengarkan iblis ini! Dia adalah ancaman bagi dunia! Kita harus menghancurkannya untuk melindungi generasi berikutnya!”
Ribuan kultivator bergerak serentak, meluncurkan berbagai serangan yang mengguncang bumi. Tombak Cahaya, Bilur Api Surga, Pisau Angin Penghancur, dan Hujan Panah Es menghantam Mo Xie dari segala arah.
Namun, Mo Xie tidak gentar. Dengan satu gerakan tangan, gelombang kegelapan meledak dari tubuhnya.
“Kegelapan Malam Abadi!”
Kegelapan yang pekat menelan seluruh serangan yang mengarah kepadanya, menghisapnya seperti lubang hitam yang lapar. Dalam beberapa detik, puluhan kultivator yang terlalu dekat terjebak dalam pusaran tersebut. Mereka berteriak putus asa saat tubuh mereka mengering, energi hidup mereka terserap ke dalam Inti Demonic Mo Xie.
“Ha ha ha! Kalian memanggilku iblis, tapi bukankah kalian lebih buruk? Memburuku demi mendapatkan kekuatanku. Datanglah! Mari kita lihat siapa yang bertahan paling akhir!”
Mo Xie mengangkat pedang hitam yang berdenyut seperti makhluk hidup. Dengan satu ayunan, bilah energi kegelapan menghantam barisan depan lawan. Tubuh-tubuh meledak menjadi kabut darah. Tanah di bawah mereka retak, menciptakan jurang yang tak berujung.
Namun, musuh-musuhnya terus menyerang. Artefak kuno mulai diaktifkan. Pagoda Penjaga Langit, artefak tingkat surga, muncul di langit, memancarkan cahaya keemasan yang mengunci pergerakan Mo Xie.
“Sial!” Mo Xie menggeram saat gerakannya melambat. Tubuhnya terasa seolah dirantai oleh kekuatan yang luar biasa.
“Mo Xie! Kau telah menggunakan kekuatan kegelapan untuk menghancurkan delapan sekte besar! Kau tidak punya tempat lagi di dunia ini!” seru seorang pemimpin sekte, seorang wanita dengan pakaian putih bersih yang memancarkan aura agung. Namun, mata Mo Xie menangkap sesuatu—keserakahan di balik wajahnya yang suci.
"Omong kosong! Kalian semua hanya anjing yang serakah!" teriak Mo Xie sambil menghentakkan kakinya ke tanah. Gelombang energi gelap menyebar, memecah formasi musuh.
Namun, artefak besar di langit menghentikan langkahnya sekali lagi. Itu adalah artefak suci yang dirancang oleh para Dewa khusus untuk menghadapi Mo Xie.
"Cih, bahkan para Dewa yang biasanya hanya menonton kini turun tangan langsung. Sebegitu inginnya kalian melihat aku mati," ucap Mo Xie, merasa jengkel dengan para Dewa yang seenaknya ikut campur urusan dunia fana.
“Inti Demonic miliknya ada di dada! Pastikan tubuhnya tetap utuh!” seru patriark tua.
Mo Xie menyadari rencana mereka. Mereka tidak berniat membunuhnya karena keadilan, tetapi untuk mencuri Inti Demonic-nya, sumber kekuatan gelap yang membuatnya mampu membantai ribuan orang dalam sekejap.
Cahaya dari Cermin Langit Dewa mulai membakar tubuh Mo Xie. Rasa sakit luar biasa menusuk setiap bagian tubuhnya, tapi ia tetap berdiri. “Kalian pikir ini cukup untuk menghancurkanku?”
Dengan kekuatan terakhirnya, ia mengaktifkan teknik terlarang miliknya.
“Gerhana Terakhir: Jurang Pengorbanan!”
Langit runtuh. Tanah terbelah. Semua yang ada dalam radius ratusan mil tersedot ke dalam jurang kegelapan yang tak berujung. Ratusan kultivator tersapu dalam sekejap, termasuk beberapa pemimpin sekte.
Namun, harga yang harus dibayar Mo Xie terlalu besar. Tubuhnya mulai hancur, perlahan menjadi abu.
“Ini... belum... selesai...” katanya dengan suara parau. Saat tubuhnya menghilang, Inti Demonic-nya berkelana menembus ruang dan waktu hingga ke dunia yang berbeda.
"Bajingan kalian semua..."
Mo Xie bergumam tanpa sadar, membuat sekumpulan preman di hadapannya menjadi kebingungan sekaligus marah.
"Apa kau bilang? Sampah sepertimu berani mencaciku?"
Mo Xie tertegun, menyadari bahwa dirinya masih hidup setelah serangan terakhir yang juga menghancurkan seluruh tubuhnya. Rasa sakit itu masih terasa. Seolah-olah setiap serat tubuhnya telah dilenyapkan, lalu dipaksa untuk ada kembali.
Namun, ada sesuatu yang berbeda. Dia tidak berada di Alam Shenzhou. Udara yang ia hirup dingin, namun penuh dengan energi Qi yang tidak sepekat energi di alam Shenzhou.
Mo Xie mengangkat kepalanya perlahan, hanya untuk mendapati dirinya terbaring di lantai beton yang kasar. Langit malam di atasnya gelap dan tertutup kabut polusi. Lampu neon berkedip di kejauhan, menyoroti gang sempit dan kotor tempat ia berada.
"Katakan sekali lagi, bajingan sampah!"
Belum sempat ia memproses apa yang terjadi, sebuah tendangan keras menghantam perutnya. Mo Xie terbatuk, rasa sakit yang familiar kembali menjalari tubuhnya. Rasa sakit dari tubuh manusia yang fana.
"Dimana kesombonganmu yang tadi, hah!" salah satu dari mereka berteriak sambil melayangkan pukulan ke wajahnya.
Satu pukulan itu tepat menghantam wajahnya dengan keras, membuatnya langsung sadar akan apa yang sebenarnya terjadi sekarang. "Heh, tidak kusangka aku kembali ke Bumi," gumamnya pelan, tidak menghiraukan pukulan yang menghantam wajahnya seolah itu hanya gigitan nyamuk.
"Apa yang dia katakan? Apakah dia sudah gila karena kita memukul kepalanya?" ucap seorang pria yang nampak seperti pemimpin para preman tersebut.
Seorang pria bertubuh kekar dengan wajah penuh bekas luka, mengenakan jaket kulit usang yang tampak seperti tanda kebanggaannya. Dia dikenal dengan nama Go Jin, seorang bajingan jalanan yang pernah menjadi momok bagi Mo Xie di masa lalu.
Di pelukannya, terlihat seorang wanita muda dengan pakaian minim dan riasan tebal. Wanita itu cukup cantik, tapi menjengkelkan dengan sikapnya yang menjijikkan.
"Kakak Jin, dia orang mesum yang mengintip rokku. Hajar dia sampai babak belur!" ucapnya dengan nada manja-manja.
Go Jin menyeringai lebar. “Heh, lihat siapa ini. Mo Xie, si sampah yang bahkan tidak memiliki bakat kultivasi, tapi memiliki keberanian untuk menjadi seorang kultivator.”
Mo Xie terdiam. Ia hanya menatap pria sombong di hadapannya dengan dingin.
Dunia yang pertama kali dia tinggali adalah sebuah dunia modern yang memiliki sejarah panjang dalam ilmu spiritual. Mereka yang berhasil Awakening dengan bakat kultivasi, dan tetap menekuni jalan kultivasi disebut sebagai kultivator.
Para kultivator adalah orang-orang yang sangat dihormati oleh masyarakat karena merekalah yang melindungi dunia dari para beast yang muncul dari dasar neraka.
Mo Xie Awakening dengan bakat kultivasi yang buruk, namun dia tetap semangat mengejar impiannya sebagai kultivator hebat meskipun semua usahanya sia-sia. Dia juga mulai mendapat diskriminasi dan perundungan dari orang-orang yang lebih kuat.
Dan sekarang, Mo Xie kembali ke kehidupan pertamanya setelah menjalani hidup sebagai iblis selama ratusan tahun. Terlebih lagi, ia bangkit satu tahun sebelum kematian pertamanya.
Go Jin menyeringai lebar, tatapannya penuh penghinaan. “Apa kau lupa waktu itu? Saat aku mematahkan lenganmu dan membuatmu koma? Bahkan keluargamu tidak bisa berbuat apa-apa, kan? Sepertinya aku harus mengingatkanmu lagi siapa yang berkuasa di sini.”
Mo Xie memandang Go Jin tanpa ekspresi. Dalam benaknya, kilasan ingatan dari tubuh lamanya berputar seperti film rusak—rasa sakit, penghinaan, dan ketidakberdayaan. Namun, itu semua hanya menambah rasa dingin di hatinya.
“Kau benar,” ujar Mo Xie perlahan, suaranya tenang namun menusuk. “Aku ingat. Kau mematahkan lenganku dan hampir membunuhku. Kau menyebutku sampah, sesuatu yang bahkan tidak layak untuk hidup.”
Go Jin tertawa keras, suara tawa itu menggema di gang sempit tempat mereka berada. “Bagus! Setidaknya kau sadar akan tempatmu. Sekarang, kenapa tidak kau merangkak saja dan memohon ampun pada gadisku? Mungkin aku akan membiarkanmu hidup kali ini.”
Sue Lan tersenyum mengejek. "Jilat sepatuku sampai bersih. Nanti, aku akan memberikan satu kaos kakiku untukmu. Kau mungkin bisa ereksi dengan itu."
Mo Xie terdiam, hanya menatap sepatu Sue Lan yang sengaja disodorkan ke wajahnya. Semua orang menunggu reaksinya, menduga ia akan merangkak dan memohon ampun seperti yang biasa ia lakukan di masa lalu. Namun, saat ia mengangkat kepala, kilatan merah pekat muncul di matanya, seperti bara api yang menyala dari dasar neraka.
“Heh...” Mo Xie mendengus pelan, lalu berdiri perlahan. Tubuhnya sangat kurus dan lemah, tetapi ada sesuatu yang lebih kuat—sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia biasa. Aura gelap yang samar mulai menyelimuti dirinya, membuat udara di sekitarnya terasa berat dan mencekam.
Go Jin menyipitkan mata, merasa ada sesuatu yang aneh. “Apa-apaan itu? Kau berani berdiri di hadapanku seperti itu?” Ia maju dengan langkah kasar, menyodorkan tangan untuk meraih kerah Mo Xie.
Namun, sebelum tangannya mencapai sasarannya, Mo Xie menggerakkan tangannya dengan kecepatan luar biasa. Dalam sekejap, pergelangan tangan Go Jin telah berada dalam cengkeramannya.
“Apa...?” Go Jin tertegun. Cengkeraman Mo Xie terasa seperti baja, menekan tulangnya hingga hampir retak.
Mo Xie mendekatkan wajahnya ke arah Go Jin, matanya yang merah menatap tajam, menusuk hingga ke dalam jiwa. “Jadi, ini tangan yang kau gunakan untuk mematahkan lenganku dulu?” suaranya rendah, dingin, dan penuh kebencian yang terkendali.
“Lepaskan aku, bajingan!” Go Jin berusaha menarik tangannya, tetapi sia-sia. Wajahnya mulai memucat ketika Mo Xie semakin menekan, terdengar suara retakan kecil dari tulang pergelangan tangannya.
“Lepaskan dia!” salah satu anak buah Go Jin berteriak, meluncurkan pukulan ke arah kepala Mo Xie. Namun, Mo Xie bahkan tidak melirik. Ia hanya mengangkat tangan kirinya dan menangkap pukulan itu dengan mudah.
Krek!
Suara tulang yang patah terdengar, diikuti jeritan memilukan dari anak buah Go Jin yang kini memegangi tangannya yang bengkok ke arah yang tidak wajar.
Semua orang terdiam. Sue Lan bahkan melangkah mundur, wajahnya pucat pasi.
Go Jin menggertakkan giginya, menahan rasa sakit di pergelangan tangannya. “Kau... sejak kapan kau jadi seperti ini? Kau pasti menggunakan kekuatan terlarang! Aku akan melaporkanmu!”
Mo Xie tersenyum tipis, tetapi senyumnya bukanlah senyum manusia biasa. Itu adalah senyum iblis. “Kekuatan? Kau benar. Aku memang memiliki kekuatan... tapi itu bukan sesuatu yang bisa kau pahami.”
Dengan satu gerakan cepat, Mo Xie memutar lengan Go Jin hingga pria itu jatuh berlutut sambil berteriak kesakitan. Lalu, dengan santai, Mo Xie menghentakkan kakinya ke dada Go Jin, membuat pria itu terlempar hingga membentur tembok di ujung gang.
Di bawah cahaya lampu neon yang berkedip, aura mencekam terus menguar dari tubuh Mo Xie. Udara di sekitar mereka seolah membeku, membuat para preman yang tersisa gemetar di tempat. Go Jin tergeletak di sudut gang dengan napas tersengal, sementara Sue Lan berdiri terpaku, wajahnya pucat seperti mayat.
“Apa yang kalian tunggu!? Bunuh dia!” Go Jin meraung, matanya dipenuhi kemarahan.
Para preman yang tersisa, meski ragu, akhirnya menyerang bersama-sama. Salah satu dari mereka mengeluarkan pisau yang bersinar tajam di bawah cahaya neon, sementara yang lain membawa pentungan besi besar.
Mo Xie memandang mereka dengan ekspresi dingin. Dia tidak bergerak hingga salah satu dari mereka hampir mendekatinya. Dalam sekejap, dia mengangkat tangan kanannya, dan gelombang energi hitam keluar seperti bayangan hidup, menyelimuti tubuh pria itu.
“Apa ini? Tidak! Lepaskan aku!” pria itu berteriak panik, mencoba meraih sesuatu untuk melarikan diri. Namun, tubuhnya dengan cepat layu, kulitnya mengerut, dan matanya kosong. Dalam hitungan detik, dia berubah menjadi mayat kering yang terjatuh ke tanah dengan suara gedebuk pelan.
Sue Lan menjerit histeris, mundur dengan tangan menutupi mulutnya. “Apa-apaan dia... dia monster!”
“Monster?” Mo Xie bergumam pelan sambil menatap tubuh yang sudah menjadi mayat itu. “Aku sudah melewati batas itu sejak lama.”
Salah satu preman yang lebih besar berteriak marah dan menyerang dari belakang, mengayunkan pentungannya dengan kekuatan penuh. Namun, Mo Xie menghilang dalam sekejap mata.
“Di sini.”
Suara dingin itu datang dari belakangnya. Sebelum pria itu sempat bereaksi, Mo Xie menempelkan dua jarinya ke punggungnya. Gelombang energi gelap langsung merembes masuk ke tubuhnya, menghancurkan organ dalamnya seketika. Darah segar muncrat dari mulut pria itu saat tubuhnya ambruk ke lantai.
“Kalian semua tidak punya kesempatan,” ujar Mo Xie tanpa emosi, berjalan perlahan ke arah yang lain.
Salah satu preman, yang tampak lebih muda, menjatuhkan senjatanya dan mencoba melarikan diri. “Aku tidak mau mati! Tolong! Ampuni aku!”
Mo Xie mengangkat tangan, dan bayangan hitam panjang menyeruak dari tanah, mengejar pria itu seperti ular lapar. Dalam hitungan detik, bayangan itu membelit tubuhnya, menghancurkan tulangnya dengan suara gemeretak yang mengerikan sebelum menariknya kembali ke Mo Xie.
Jiwa pria itu terserap ke dalam Inti Demonic di dalam tubuh Mo Xie, menambah kekuatan di tubuhnya yang mulai terasa menguat.
“Siapa lagi?” tanya Mo Xie dengan nada santai.
Sue Lan gemetar di sudut, tubuhnya tersandar pada dinding dingin. Ia melihat tubuh-tubuh yang berserakan di sekelilingnya—semua temannya telah mati. Bahkan Go Jin, yang selama ini ia anggap tak terkalahkan, kini tampak tak lebih dari pria ketakutan yang merangkak mundur, mencoba melarikan diri.
“Mo Xie! Berhenti! Kau tidak akan lolos dari hukum kalau membunuhku!” Go Jin mencoba berdiplomasi, meski suaranya bergetar hebat.
Mo Xie mendekat, memandang Go Jin dari atas. “Hukum?” Dia tertawa kecil, suara tawanya seperti duri yang menusuk jiwa. “Di mana hukum itu saat kau mematahkan lenganku? Di mana hukum itu saat kau membuat keluargaku tidak berdaya?”
Dia mengangkat tangan, dan bayangan gelap membentuk bilah tajam yang berdenyut seperti hidup. “Yang kuatlah yang menciptakan hukum, dan aku jauh lebih kuat darimu.”
Dengan satu ayunan cepat, kepala Go Jin terpisah dari tubuhnya, darah menyembur liar ke lantai beton.
Sue Lan menjerit histeris, air mata mengalir deras di wajahnya. “T-Tolong! Jangan bunuh aku! Aku tidak tahu apa-apa! Mereka yang menyuruhku!”
Sue Lan jatuh berlutut di depan Mo Xie, air matanya bercucuran tanpa henti. Tubuhnya gemetar, dan suaranya terputus-putus ketika ia memohon ampun. “T-Tolong... Mo Xie... Aku tidak tahu apa-apa... Mereka yang memerintahkanku... Aku hanya ikut-ikutan...”
Mo Xie menatapnya dengan ekspresi tenang, namun mata merah menyala itu tetap memancarkan hawa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Dia perlahan berlutut, menurunkan tubuhnya hingga sejajar dengan wajah Sue Lan. Wanita itu hanya bisa menangis histeris, tak berani menatap langsung ke arahnya.
“Shh...” Mo Xie menenangkan dengan suara yang lembut, hampir seperti bisikan. “Jangan takut. Aku tidak akan membunuhmu dengan cepat...”
Mata Sue Lan melebar, meski tetap dipenuhi ketakutan. Dia mencoba membaca ekspresi Mo Xie, namun wajah tenangnya lebih menyeramkan daripada ancaman langsung. “A-Aku bersumpah! Aku tidak akan menceritakan apapun pada siapapun! A-Aku akan pergi! Tolong biarkan aku hidup!”
Mo Xie mengangkat tangannya perlahan, menyentuh wajah Sue Lan dengan lembut. Jemarinya yang dingin menyapu pipi wanita itu, membuatnya terdiam dalam ketakutan yang membatu. “Sue Lan...” Mo Xie berkata dengan nada yang begitu lembut, hingga terdengar seperti kasih sayang. “Tahukah kau berapa lama aku menunggu untuk saat ini?”
Wanita itu terdiam, lidahnya kelu untuk menjawab. Mo Xie melanjutkan, suaranya penuh dengan dinginnya kebencian yang membara di bawah ketenangan itu. “Kau mungkin hanya ikut-ikutan... Tapi kau adalah salah satu orang pertama yang menghina dan mempermalukanku. Kau tertawa saat aku jatuh. Kau memandangku seperti aku bukan manusia.”
“T-Tidak! Aku tidak bermaksud begitu! Aku hanya...” Sue Lan mencoba bicara, namun terpotong oleh Mo Xie yang menaruh jarinya di bibirnya.
“Shh...” bisik Mo Xie, tatapannya semakin tajam. “Aku tahu. Kau hanya mengikuti arus, bukan? Sama seperti sekarang... memohon untuk hidup dari orang yang lebih kuat.”
Sue Lan menundukkan kepalanya, menggenggam tangan Mo Xie dengan gemetar. “M-Mo Xie... Aku akan melakukan apapun! Tolong jangan bunuh aku...”
Mo Xie tersenyum kecil, senyuman yang dingin namun penuh ironi. “Kenapa aku tidak boleh membunuhmu? Sementara kau membuat adikku depresi hingga bunuh diri karena kau memfitnahnya sebagai seorang pelacur?"
Tubuh Sue Lan menegang, ia merasa tidak pernah melakukan hal itu dan jelas-jelas adik Mo Xie masih hidup saat ini. "Aku tidak tahu apa yang kau katakan. A-aku tidak pernah melakukan hal itu."
"Saat ini kau belum melakukannya, tapi di masa depan nanti kau akan melakukannya. Aku tidak bisa membiarkanmu hidup dengan resiko seperti itu," ucap Mo Xie. Wajah adiknya yang depresi dan bunuh diri akibat difitnah oleh Sue Lan kembali terputar di ingatannya.
Sebelum Sue Lan sempat merespons, Mo Xie mengangkat jarinya, menyentuh kening wanita itu dengan lembut. Dalam sekejap, gelombang energi gelap merembes masuk ke tubuh Sue Lan, membuat matanya melebar penuh kengerian.
“A-Apa ini?!” jerit Sue Lan, tubuhnya mulai bergetar tak terkendali. Energi itu mulai mengalir liar di dalam dirinya, merusak organ-organ dalamnya, dan merobek setiap pembuluh darahnya.
Mo Xie berbisik, suaranya bagai duri yang menusuk langsung ke jiwa. “Kau tidak akan mati dengan cepat. Aku ingin tahu apa yang terjadi ketika tubuh manusia fana mencoba menampung energi dari Alam Shenzhou...”
Tubuh Sue Lan bergejolak hebat, urat-urat di bawah kulitnya menyala dengan warna gelap seperti tinta hitam yang merembes ke seluruh tubuhnya. Jeritannya menggema di gang itu, melengking seperti lonceng kematian. Darah mulai menyembur dari setiap pori-porinya, menciptakan genangan merah gelap di sekitar tubuhnya.
“Aku... t-tolong... aaarghhh!!” Sue Lan berteriak histeris, tubuhnya melengkung ke belakang dengan suara tulang yang retak di sana-sini. Hingga akhirnya, tubuhnya meledak dalam semburan darah, meninggalkan sisa-sisa yang berserakan di lantai beton.
Mo Xie berdiri perlahan, menyeka darah dari wajahnya dengan tenang. Ia menatap langit malam yang gelap, cahaya bulan menyinari wajahnya yang dingin namun penuh kepuasan. Senyum kecil tersungging di bibirnya.
“Dunia ini... akan segera mengingat siapa aku sebenarnya,” gumamnya pelan sebelum berbalik, berjalan perlahan meninggalkan gang yang kini penuh dengan mayat dan darah. Di bawah cahaya bulan, bayangan Mo Xie memanjang, seolah menutupi dunia dengan kegelapan yang abadi.
...
Langit malam di atas Kota Zhenhai, salah satu kota metropolitan terbesar di dunia, selalu memancarkan cahaya yang mengaburkan bintang-bintang. Zhenhai adalah simbol kemajuan peradaban modern sekaligus saksi bisu perang tiada akhir antara manusia dan para beast dari dimensi lain.
Kota ini terletak di Provinsi Qinglong, salah satu wilayah utama Negara Tianzhou, sebuah negara adidaya yang menjadi pusat ilmu kultivasi modern.
Kota Zhenhai berdiri megah dengan bangunan pencakar langit yang tak terhitung jumlahnya, masing-masing dihiasi dengan lampu neon warna-warni. Di tengah gemerlap kota, terdapat berbagai distrik yang membagi Zhenhai menjadi zona ekonomi, budaya, dan militer. Namun, yang paling terkenal adalah Distrik Jingfeng, pusat utama para kultivator.
Distrik Jingfeng adalah rumah bagi Akademi Kultivasi Zhenhai, akademi pelatihan elit yang hanya menerima murid dengan bakat tertinggi. Akademi ini berada di tengah kota dan dikelilingi oleh formasi pelindung yang memancarkan energi Qi kuat.
Selain melatih para kultivator muda, Distrik Jingfeng juga menjadi markas Asosiasi Kultivator Negara, organisasi yang bertanggung jawab menjaga keamanan kota dari ancaman beast.
Beast adalah makhluk ganas yang muncul melalui portal dimensi, celah ruang-waktu yang terhubung langsung ke Dimensi Netherbeast, sebuah dunia asing yang penuh dengan energi destruktif.
Portal itu sering kali muncul secara acak, menyebabkan kehancuran besar di kota-kota yang tidak memiliki kultivator cukup kuat. Di Kota Zhenhai, portal-portal itu muncul terutama di zona-zona berbahaya, area terlarang di pinggiran kota yang sudah lama menjadi sarang para beast.
Sebagian besar wilayah pedesaan dan pegunungan di sekitar kota telah dikuasai oleh beast, menjadikannya medan berbahaya yang hanya dapat dijelajahi oleh para kultivator. Namun, di balik bahaya itu, banyak keuntungan ditawarkan bagi para kultivator.
Beast sering kali meninggalkan inti jiwa, material langka yang bernilai tinggi di pasaran. Dengan menjual inti jiwa, para kultivator dapat menghasilkan kekayaan yang luar biasa. Selain itu, mereka juga bisa menggunakannya untuk memperkuat kultivasi mereka.
Di dunia itu, status sosial seseorang sangat bergantung pada bakat dan pencapaian dalam dunia kultivasi. Para kultivator dipuja seperti selebriti dan dilindungi dengan undang-undang khusus.
Mereka yang mencapai tingkat tinggi tidak hanya mendapatkan penghormatan, tetapi juga akses ke zona eksklusif, teknologi canggih, dan bahkan hak istimewa dalam pemerintahan.
Namun, bagi mereka yang tidak bisa berkultivasi atau memiliki bakat buruk—seperti Mo Xie di masa lalu—hidup di Zhenhai adalah perjuangan berat. Mereka dipandang rendah dan hanya bisa mengisi pekerjaan kasar sebagai buruh ataupun pedagang, jauh dari dunia gemerlap para kultivator.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!