Prank
"pa, cukup!"
Isakan tangis zeva melihat ibunya terus menjadi sasaran pemukulan atau amukan sang ayah saat orang dari bank datang menagih hutang pada keluarga zeva
"kamu sama saja! Kalau saja taka akan ku jual sudah pasti kamu yang akan lebih parah dari ibumu!" pak sigit menatap penuh kemarahan pada zeva yang melindungi ibunya
"maksud papa apa?" zeva tak mengerti dengan ucapan pak sigit pada zeva
"ze, kamu masuk saja ke kamar adikmu sedang tidur" ucap bu indri yang tak mau anak wanitanya mendapatkan hal tak menyenangkan dari papa nya yang sangat mudah marah dan main tangan
"tapi ma!" zeva menolak
"cepat, rapihkan bajumu dan adikmu lalu setelah malam nanti ajak adikmu pergi, carilah tempat yang aman. Ada uang dibawah bantal adikmu untuk cari tempat tinggal. Cepat!" bisik bu indri pada zeva
matanya memberikan kode agar segera masuk kamar
"sudah buat rencananya? Kalian pasti sedang menyiapkan cara untuk melenyapkanku bukan! Hahaha" pak sigit keluar rumah dan seperti biasa setelah melakukan kdrt pada istrinya lalu keluar dan minum-minuman untuk membuatnya melupakan masalahnya
"ma, ayo kita kabur bersama! Ayo ma" ajak zeva
"kamu dan nakula harus pergi sekarang, jaga adikmu dan bantu dia sampai sekolah tinggi. Jangan pernah pulang sekalipun, mama akan aman tenang saja, mama akan segera melunasi hutang papamu dan akan menyusul kalian" bu indri segera membantu zeva berkemas
"nakula, sayang! Ayo bangun. Kamu harus pergi bersama kakakmu sekarang, kamu paham kan apa yang mama katakan tadi siang" bu indri sudah memberikan pengertian pada anak bungsunya
"iya ma, aku akan jaga kakak dari papa" nakula membuat bu indri dan zeva menangis dan saling berpelukan
"ayo cepat sebelum papa kalian pulang" bu indri kuat jika harus menerima siksaan setiap hari namun tak akan sanggup jika benar-benar melihat anak perempuannya disiksa atau akan di jual oleh papanya
"mama kami akan segera kembali setelah melunasi utang papa, mama harus tunggu kita" ucap zeva berjanji akan bekerja lebih giat dan melunasi hutang keluarganya agar bisa membawa mamanya pergi
"iya, mama tunggu!" bu indri membuka pintu belakang dan terlihat aman, sebelumnya sudah memesan taksi dan meminta menunggu untuk anaknya bisa pergi jauh dari rumah yang seperti neraka saat ini
"pergilah, jadilah sukses dan mama akan menunggu kalian sampai saat itu tiba" ucap bu indri menahan tangisnya
Rasanya sangat sedih dan tersayat hatinya, betapa tidak. Kehidupannya begitu sangat bahagia sejak awal pernikahannya dengan pak sigit sampai memiliki dua orang anak
Sampai pada perusahaan pak sigit bangkrut karena ketipu oleh teman bisnisnya dan menjadikan keluarganya menanggung banyak hutang karena harus membayar pegawai yang terpaksa harus di phk besar-besaran. Tak hanya sampai disitu pak sigit mencoba peruntungan
melalui j*di berharap hutangnya bisa dibayar karena semua teman dan rekan bisnis tak ada yang mau membantu bahkan keluarganya sendiri angkat tangan atas masalah yang menimpannya
Bukannya untung malah makin menambah hutang karena tak punya modal, dan semua dari hasil pinjaman
Zeva yang masih kuliah terpaksa harus cuti dan kerja siang malam untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga, sedangkan pak sigit makin menggila dengan suka minum-minuman saat kalah main
bu indri yang juga punya usaha catering pun ikut gulung tikar karena modalnya dipakai untuk mencicil hutang bank yang setiap bulannya bukannya berkurang malah semakin banyak
semua aset termasuk rumah dan tabungan pun sudah disita oleh bank.
Zeva dan nakula meninggalkan rumah kecil yang tak begitu bagus didalam gang
"kakak jangan sedih, nakula akan nurut sama kakak" nakula yang berusia sepuluh tahun tapi sudah mengerti akan keadaan kehidupan keluarganya
meski diawal-awal sangat banyak mengeluh dan juga tak terima dengan keadaannya. Menjadikannya bahan bullian teman-teman sekolahnya
"kakak akan berusaha agar kita bisa berkumpul lagi, dan kamu tidak putus sekolah" zeva tak mau adiknya yang masih kecil harus merasakan sulitnya hidup
zeva belum mendapatkan tempat tinggal dan masih akan menginap dirumah temannya malam ini, sebelumnya sudah minta izin pada temannya
"terima kasih ya mel, atas tumpangannya. Tante saya dan nakula pamit dulu" ucap zeva pada melisa dan mamanya yang mengantarkan zeva sampai di pintu
"sama-sama ze, padahal tante senang jika kamu mau tinggal disini bersama nakula. Kita hanya tinggal berdua jadi sepi rumah sebesar ini"
bu Rita membujuk zeva agar tetap tinggal dan menemani anak tunggalnya yang sering ditinggal keluar kota ataupun ke luar negeri oleh bu rita
"ayolah ze, nakula mau kan tinggal sama kakak disini?" tanya melisa yang juga sangat dekat dengan nakula
Melisa dan zeva sudah berteman sejak kecil karena papanya dan papa zeva berteman dekat, dan setelah papa melisa meninggal hubungan kedua keluarga tak terlalu dekat kecuali melisa dan zeva yang masih bersahabat
"mau kak, kalau kak zeva mau juga" nakula juga sangat senang bisa tinggal di rumah besar dan mewah seperti rumahnya dulu. Dan berharap mamanya bisa dibawa ke rumah melisa juga nantinya
"tapi aku mau kerja disini" ucap zeva agar tak merepotkan dan menjadi beban untuk keluarga melisa
"supir, bagaimana kalau supir saja ma, dia jago bawa mobilnya ma" ucap melisa pasti senang jika bisa kemana-mana bersama zeva dan seklaigus zeva bisa dapat uang dari pekerjaan itu
"hm, kamu mau zeva jadi supir melisa?" bu rita juga tak mau zeva tersinggung
"mau tante, apa aja" zeva bisa menjadi supir disiang hari dan bekerja di cafe pada malam hari untuk mengumpulkan uang secepatnya
"ya sudah ayo masuk dan bawa kopermu lagi ke kamar" ajak bu rita pun merasa senang. Zeva bukanlah orang yang suka minta-minta meski butuh
"kita sarapan bersama baru kalian berangkat ke kampus, oh iya nakula sekolahnya bagaimana?" tanya bu rita
Nakula saat ini duduk dibangku sd kelas tiga dan akan naik ke kelas empat
"sementara ini masih belum sekolah tante, tahun depan mungkin bisa sekolah lagi" ucap zeva
"ya sudah, kalau gitu bisa main di rumah sama tante kalau kakakmu kuliah" ucap bu rita lagi
"saya juga sedang cuti tante" zeva tak menyesal melakukannya demi keluarganya
"baiklah, ini gajih pertamamu, tante ngga bisa bantu banyak tapi semoga ini berguna" ucap bu rita mengeluarkan amplop coklat berisi uang untuk zeva pegang, bu rita tau jika zeva harus mencicil hutang keluarganya
"tapi tante, saya kan belum bekerja kenapa sudah digaji" zeva menolak karena tak mau dikasihani
"jangan ditolak ze, kamu butuh pegangan dan juga segara melunasi hutang bukan?" ucap melisa
Bu rita mengangguk dan ingin zeva menerima pemberiannya
"terima kasih tante, saya bisa bersih-bersih kok, masak juga bisa" zeva tak mau menerima gajih buta
"sudah, kamu temani saja anak bandel itu, dia hanya nurut padamu dibanding ibunya" ucap bu rita
melisa tak terima dikatakan bandel oleh ibunya
"aku siap-siap dulu ya ze, nakula mau ikut ke kampus?" ajak melisa
"ngga usah biar nakula sama mama saja ke kantor, mau kan sayang nanti kita jalan-jalan juga ke mall" rayu bu rita
nakula melihat zeva untuk meminta persetujuannya
"boleh dek, tapi jangan nakal ya" ucap zeva
"iya kak!" ucap nakula sangat senang karena bisa ke mall lagi setelah sekian lama
"kalian hati-hati ya, jangan ngebut-ngebut dijalan" ucap bu rita memberikan pesan pada zeva
"nakula, ayo ganti baju kita juga akan pergi" ajak bu rita
"bik, tolong bersihkan meja makan ya, kami sudah sarapan" titah bu rita
Melisa dan zeva pergi lebih dulu dan disusul oleh bu rita dan nakula yang juga meninggalkan rumah menuju kantor sebelum ada pertemuan dengan temannya untuk makan siang dimall
didalam mobil
"Nakula, tante boleh tanya sesuatu?" bu rita ingin tahu keadaan bu indri yang dulu sangat sering bertemu
"boleh tante!" jawab nakula
"apa mama dan papa baik-baik saja?" bu rita tak mau membuat nakula tak nyaman
"papa baik tante, ma-ma juga baik" nakula berbohong karena mamanya bilang tak ada yang boleh tau keadaan keluargnya
"syukurlah kalau begitu, kita ke kantor dulu ya tante bekerja sebentar lalu kita ke mall" ucap bu rita
"iya tante" nakula sangat patuh, ia senang tapi terus teringat mamanya yang entah sedang diapakan oleh papanya tapi nakula.harus menjaga kakaknya atas permintaan mamanya
"apa!" zeva menerima panggilan dari rumah sakit yang mengatakan jika mamanya sedang dirawat dan mendapat luka cukup parah
Zeva meminta izin pada melisa untuk datang ke rumah sakit melihat mamanya. Zeva yakin semua ini karena perbuatan papanya
"nakula, mel tolong jangan beritahu nakula jika aku ke rumah sakit melihat mama, nanti kamu aku jemput setelah selesai kuliah" zeva memberikan kunci mobil pada melisa
"bawa saja, biar cepat tapi hati-hati, tante indri menunggumu" ucap melisa lalu turun dari mobil
"terima kasih mel," zeva segera tancap gas menuju rumah sakit tak sabar melihat kondisi ibunya
Zeva sangat khawatir akibat dirinya kabur mamanya harus mengalami kekerasan dari papanya
Sesampainya di rumah sakit zeva segera menuju kamar rawat.
"mama! ma bangun ma!" zeva menangis melihat kondisi bu indri yang sangat mengenaskan wajahnya lebam dan tubuhnya penuh dengan luka memar
"zeva, kenapa kamu kesini? mama sudah sekuat tenaga menyembunyikanmu kenapa kamu malah datang kesini!" bu indri khawatir pak sigit datang dan membawa zeva pada rentenir yang selalu dipinjami uang oleh pak sigit dengan janji akan menikahkan anaknya pada rentenir tersebut
"pergilah, ayo pergi sebelum papamu datang. Mama akan segera sembuh. Ayo.pergi!" teriak bu indri tak mau anaknya pun jadi korban
Zeva bingung terdengar suara langkah kaki akan masuk ke ruang rawat bu indri
"selamat siang bu, kami periksa dulu pasien boleh tinggalkan kami" ucap suster yang datang
zeva dan bu indri lega
"pergilah nak, mama mohon pergilah" bu indri menangis dan meminta zeva pergi
Zeva memutuskan pergi dan mencari cara agar bisa membawa mamanya pergi dari neraka papanya.
Ponselnya berdering
"iya tante, ada apa?" zeva mendapatkan panggilan dari bu rita dan meminta agar zeva datang segera ke mall karena ada berita baik untuknya
"baik tante!" zeva segera menuju tempat yang dikirimkan oleh bu rita berharap kabar baiknya untuknya dan berakhirnya penderitaan keluarganya
Zeva tancap gas untuk mempersingkat waktu dan segera tiba di mall dan menghubungi bu rita untuk mendapatkan jawaban yang katanya berita baik
"siang tante!" zeva tiba di tempat dimana bu rita berada
Nakula terlihat sedang tertidur dipangkuan bu rita
"duduk ze, kenalkan ini teman tante namanya bu anggun" ucap bu rita
Memperkenalkan zeva pada salah satu teman baiknya
"saya zeva tante" ucap zeva mengulurkan tangan pada bu anggun
"saya cocok rit, boleh saya ngobrol berdua saja?" ucap bu anggun pada bu rita
"ze, kalian ngobrol dulu ya, tante ajak nakula jalan-jalan dulu" Bu rita terpaksa membangunkan nakula dan mengajak untuk menyingkir sebentar
"duduk nak!" bu anggun mempersilahkan zeva yang masih bingung
"maaf sebelumnya, apa kamu sedang dalam kesulitan uang?" bu anggun mendengar sedikit dari sahabatnya
"iya bu, apa ibu ada lowongan pekerjaan?" zeva langsung semangat
"bukan pekerjaan, tapi bisa dibilang begitu. Apa kamu punya pacar atau tunangan?" bu anggun kali ini lebih serius
"maksudnya gimana ya bu?" zeva mulai takut
"begini, saya bisa bantu mengatasi kesulitanmu. Tapi kamu juga bantu saya satu hal" ucap bu anggun masih mengambang
"saya ngga paham dengan ucapan tante, maaf tante saya butuh sangat banyak uang untuk melunasi hutang keluarga saya, saya rasa tak ada pekerjaan yang bisa saya lakukan untuk membayar sebanyak itu!" zeva pesimis dengan pekerjaan yang akan diberikan bu anggun
"kamu tenang dulu, berapa hutang yang harus kamu lunasi?" bu anggun ingin tahu
zeva yakin bu anggun akan mundur jika mendengarkannya "lima miliyar tante" ucap zeva kurang lebih itu hutang yang masih harus dibayar oleh zeva entah sampai kapan
"saya bisa lunasi semua dengan satu syarat" ucap bu anggun
"Mau kah kamu menikahi anak saya,
Saya tidak akan menuntut anak atau apapun
saya hanya butuh status untuk anak saya. Dia impoten. semua kebutuhanmu akan kami penuhi beserta melunasi hutang dan juga sekolah adikmu sampai kuliah" bu anggun memberikan penawaran menarik bagi zeva
Zeva masih memikirkan penawaran dari bu anggun
"apa saya bisa membawa ibu saya dan adik saya?" tanya zeva
"nanti ibu dan adikmu akan saya belikan rumah, kapan pun kamu bisa mendatanginya. Kamu tetap harus tinggal dengan anak saya. Dan masalah papamu saya juga bisa bantu untuk membuatnya masuk rehabilitas, bagaimana?" bu anggun menanyakan Kembali pada zeva
"boleh saya berfikir dulu tante?" zeva butuh pendapat orang lain
Zeva tak mau gegabah mengambil keputusan dan merugikan keluarganya sendiri nantinya
"ini nomer tante, hubungi kapan pun tapi jangan terlalu lama, saya berharap kamu setuju" bu anggun sejak pertama melihat zeva langsung suka
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!