NovelToon NovelToon

Si Kembar La-Bin (Laras-Bintang)

Zara dan Zayd

4 tahun kemudian

"ZARAAAAAA" terdengar alunan suara sopran 7 oktaf, di belakang rumah. Teriakan Laras, yang sebenarnya sudah biasa terdengar. Semenjak ia memiliki anak, terutama anak perempuannya.

Laras benar-benar dibuat pusing oleh anak pertamanya, mm.. yang hanya selisih beberapa menit dengan sang adik.

Laras yang sedang sibuk memasak untuk makan siang, harus menghentikan kegiatan tersebut. Karena Zayd adik kembar Zara, mengadukan kelakuan kakak kembarnya tersebut. Mengadukan bila kakak perempuannya, kini sedang bergulat dengan beruang peliharaan sang ibu, di hutan buatan yang sengaja dibuat di belakang rumah.

"Bubun... Tata Zala, tedang tengkal denan beluan di belatan." adu Zayd sang adik

(Bubun... Kakak Zara sedang bertengkar dengan beruang di belakang.)

Laras hanya bisa menarik nafas panjang, saat sudah sampai di belakang rumahnya. Ia melihat posisi Zara, kini ada di atas leher Amber, beruang putih milik Laras.

Dimana tubuh beruang itu, berkali-kali lipat lebih besar. Di bandingkan dengan tubuh sang putri yang mungil. Putrinya yang sebentar lagi, merayakan ulang tahunnya ya ke 4 tahun.

"Embel... Tamu cudan talah ya, atu pemenannya, hahahahaha. Huft... Tapi tetalan, atu halus beladapan denan monstel cecunduhna." ucap Zara bangga, namun tak lama ia menghembuskan nafasnya. Matanya menatap sang ibu, yang sedang melotot padanya.

(Amber, kamu sudah kalah ya, aku pemenangnya, hahahaha. Huft... Tapi sekarang, aku harus berhadapan dengan monster sesungguhnya.)

Menurut Zara, ia lebih senang berhadapan dengan hewan-hewan peliharaan sang ibunda Ratu. Dari pada harus berhadapan, dengan sang bunda. Bukan badannya yang sakit, karena pertarungan. Melainkan telinganya yang sakit, karena mendengar ceramah sang ibunda.

Seolah paham, Amber sang beruang itu menggeram. Amber membiarkan anak tuannya, turun dari atas tubuhnya. Setelahnya, beruang tersebut pergi ke goa tempatnya tinggal

Sedangkan Zara, dengan malas ia berjalan keluar dari hutan tersebut. Ia melewati pintu pagar, dengan menatap tajam kedua bodyguard yang menjaga di depan pagar. Zara pikir, mereka yang mengadukan dia pada sang ibu.

Tanpa Zara sadari, ternyata ada Zayd adik kembarnya di belakang sang ibu. Zayd melipat kedua tangannya, di depan dada. Bukannya terlihat seram, justru terlihat sangat menggemaskan.

'Dadi ini bian telotna, dacal penadu.' gumamnya pelan, seraya memberikan tatapan tajam pada Zayd. Namun yang di tatapnya, hanya menampilkan senyuman mengejek.

"Astaghfirullah Zaraaaaa.... Kamu ini sebenarnya nurun dari siapa coba, hah?! Padahal bubun dan yayah itu pendiem, ga banyak tingkah kaya kamu. Tapi coba lihat kelakuanmu sekarang, Best Friend Forever bubun. Kamu aja sparing, sampai ia menyerah terkulai lemas tak berdaya. Emangnya udah habis apa, demit di tempat ini?" cerocos Laras, yang semakin didengar semakin ngaco.

Anak buah Laras, hanya diam menundukkan kepalanya karena menahan tawa.

Bagaimana bisa bosnya tak menyadari, dengan sifatnya sendiri.

"Deri, Joni... Kalian dari tadi diem di sini, cuma buat liatin Zara gulat sama Amber. Bukannya kalian lerai, malah anteng nonton." tegur Laras kesal

Sedangkan kedua pria yang di panggil Laras, hanya diam tak menjawab.

Pasalnya, bagaimana cara mereka melerai nona mudanya dengan hewan besar itu. Yang ada mereka tidak akan utuh, saat keluar dari sana. Karena hewan-hewan yang ada di dalam sana, hanya menurut pada Laras, Bintang dan si kembar.

"Bubun.. danan lamah-lamah" ucap Zara dengan mata polosnya

"Malah-malah" ucap Zayd mengoreksi

"Iya itu... Danan halam-halam" ucap Zara lagi, yang tetap saja salah. Laras yang mendengarnya, hanya bisa meringis.

Membuat Zayd gemas, dengan santainya Zayd mencomot bibir sang kakak.

Sehingga membuat Zara , membulatkan kedua bola matanya. Bombastis Side Eye...

Namun yang ditatap nya, hanya menatap datar Zara dan bersikap cuek. Kini Zayd memasukkan kedua tangannya, di kedua saku celananya.

"Danan tomot-tomot bibil Jala, nanti bibilna Jala dadi dowel." teriak Zara tak terima

Saat Zara hendak maju untuk membalas, apa yang sudah adiknya lakukan padanya. Laras langsung mengangkat tubuh Zara, ia segera membawa sang putri masuk ke dalam rumah.

Namun Laras cukup kesulitan, karena Zara berontak minta turun.

"Bubun tulunin Jala, Jala halus balas Jay" ucapnya, seraya terus memberontak. Namun Laras mengabaikan permintaan putrinya, bisa babak belur putranya. Meski Zayd di ajarkan beladiri juga, namun Zara pasti akan memenangkan pertarungan tersebut.

Sedangkan Zayd, ia yang berjalan di belakang. Memeletkan lidahnya, mengejek sang kakak. Yang mana, membuat Zara semakin marah dan juga kesal. Saat bibir Zara sudah akan menyembur meneriaki sang adik, ingin meluapkan amarahnya.

Zara tiba-tiba terdiam dengan bibir tersenyum, dan kedua matanya berbinar. Laras mendudukkan dirinya di kursi ruang makan, yang mana di atas meja di depannya. Ada makanan favoritnya, yaitu cilok, cilor dan batagor.

Amarah yang tadinya membumbung tinggi, setinggi puncak gunung Jaya. Langsung menguap begitu saja...

"Waaaaaa.... Ada tilot, tilol dan batadol. Tini tayanna atu, atu tanen tama talian." pekik Zara, seraya bertepuk tangan karena saking senangnya. Zara segera menarik piring yang berisi jajanan tersebut, tepat ke hadapannya.

Laras dan Zayd yang melihat mood Zara, sangat mudah berubah. Hanya menggelengkan kepalanya, mudah sekali merubah mood princess di istana ini. Bagaimana tidak kangen, Zara maupun Zayd hanya bisa menikmati makanan tersebut seminggu sekali.

"Jay nau?" tawar Zara pada sang adik, meski semarah apapun. Zara tak pernah lupa, untuk menawarkan makanan atau apapun yang ia punya. Karena begitulah, didikan kedua orang tuanya.

Zayd mengangguk, karena itu juga merupakan jajanan yang ia sukai. Laras segera membantu Zayd, untuk duduk di kursi samping Zara.

Setelah melihat kedua anaknya kembali akur dan anteng, Laras memilih untuk melanjutkan kegiatan memasak nya yang sempat tertunda.

"Bubun lanjut memasak ya, kalian tidak boleh bertengkar." ucap Laras

"Iya bubun" jawab kedua bocah itu, tanpa menoleh. Karena tengah menikmati jajanan, yang sangat jarang mereka dapatkan.

Kenapa jarang???

Karena setahun yang lalu, Laras meminta untuk pindah rumah ke daerah pegunungan. Bahkan Laras membeli gunung tersebut, horang kaya bebas cuy.

Laras ingin membuat hutan di belakang rumahnya, untuk menampung hewan-hewan peliharaannya. Sebab di kota takkan bisa tentunya, warga akan protes padanya. Karena hewan peliharaannya, yang berbeda dengan peliharaan para tetangganya.

Bintang yang sudah bucin, cinta mati pada sang istri. Hanya mengiyakan permintaan Laras, ia akan mengabulkan apapun keinginan Laras. Selama itu, tidak merugikan dirinya dan juga orang lain.

Bahkan Bintang jarang ke perusahaan, ia akan ke perusahaan hanya bila ada pertemuan yang tidak dapat di wakilkan oleh Aspri dan sekretaris nya. Bintang akan meminta Aspri atau sekretaris nya, untuk membawa pekerjaannya ke rumah.

Terkadang Bintang merasa ngeri, dengan istri dan kedua anaknya. Ia seolah sedang melihat Tarzan, bila mereka sudah bermain dengan hewan peliharaannya.

Bahkan mereka bertiga juga, memang pernah membuat drama di dalam sana. Dimana Laras menjadi Tarzan, dan kedua anaknya menjadi dayang Tarzan. Benar-benar diluar prediksi BMKG memang, Bintang hanya duduk manis di kursi yang di sediakan anak buahnya. Menikmati pertunjukan, yang di suguhkan istri dan kedua anaknya.

Si kembar La-Bin

Zara Cantika Van Houten dan Zayd Pratama Wicaksono

Maaf ya, ga pake nama keluarga Bintang semuanya.

...****************...

Alhamdulillah akhirnya Rilis juga karyaku yang ini, semoga kalian suka ya...

Maafkan kalo masih banyak typo ke depannya, maklum emak-emak yang banyak kegiatan di kehidupan nyata😁😁

Seperti biasa, jangan lupa jadiin Favorit, like, komen, gift dan vote nya yaaaa🥰

...Happy Reading All...

Meminta Anak Singa

Setelah selesai masak, Laras membawa dan menatanya di atas meja. Zara memperhatikan sang bunda, membuat Laras mengerutkan dahinya.

"Kenapa?" tanyanya

"Bubun tibuk syetali, Jala nau dantu." jawab sang putri, Laras tersenyum.

"Bubunnya juga usah selesai, lain kali Zara bantu bubun memasak ya." balas Laras, yang langsung di angguki dengan semangat oleh Zara.

"Iya bubun, bubun nau?" jawab Zara, seraya menawari Laras cilok yang tinggal bumbu kacangnya.

Laras menghembuskan nafas panjang, perasaan dulu dia ga gini.

" Tidak, habiskan saja sama Zara dan Zayd. Kalo bisa sama piringnya, mejanya juga ga papa." mendengar ucapan sang bunda, Zara dan Zayd menatap kesal pada Laras.

Sedangkan Laras tertawa, melihat reaksi kedua anaknya.

"Becanda sayangku, bunda mandi dulu ya. Sekalian panggil yayah, kita makan siang." Zara dan Zayd mengangguk, mereka kembali pada cilor yang masih sisa banyak.

.

ceklek

Pintu kamar terbuka, bersamaan dengan pintu kamar mandi.

"Loh, bubun udah mandi?" tanya Bintang

Yang baru saja selesai meeting online bulanan, bersama kepala tiap divisi dari perusahaannya.

"Iya, yayah mau mandi atau mau langsung makan siang?" tanya Laras seraya mengeringkan rambutnya, menggunakan handuk kecil.

Laras tidak terlalu suka menggunakan hair dryer, karena menurutnya membuat rambut kering. Apalagi, ia memang paling malas perawatan pada rambutnya. Buang-buang waktu, apalagi punya bocah yang super duper pecicilan.

Bintang menghampiri Laras, ia memeluk Karas dari belakang. Menenggelamkan wajahnya, ke leher Laras. Ia menghirup wangi Laras, padahal menggunakan sabun yang sama. Tapi entah kenapa, wangi yang dikeluarkan oleh Laras lebih menggoda.

"Geli yah" ucap Laras

"Dikit doang bun, sekarang kamu sibuk sama anak-anaknya. Aku di anggurin, udah 4 tahun ini disuruh ngalah mulu." ucap Bintang merajuk, Laras tertawa kecil.

"Sama anak sendiri ko cemburu, nanti malam bantu bubun nidurin anak-anak. Nanti bubun kasih full service, gimana?" tawar Laras, seraya menaik turunkan alisnya.

Mendengar tawaran menggiurkan dari sang istri, tentu saja membuat Bintang tersenyum dan menegakkan tubuhnya. Ia membalikkan tubuh Laras, lalu menciumi wajah sang istri.

"Bener ya, yayah nanti bakal nidurin anak-anak habis Isya." ucap Bintang semangat

"Ya ga jam segitu juga atuh yah, yang ada nanti yayah sendiri yang rugi. Zayd itu peka, semakin dipaksa..."

"Semakin sengaja tak ingin tidur." lanjut Bintang, Laras pun mengangguk

"Tuh tau, ya udah yuk turun. Anak-anak udah nunggu, sambil ngemilin jajanan kesukaan mereka." ajak Laras, Bintang mengangguk dan merangkul pinggang Laras. Mereka berjalan keluar kamar, menuju ruang makan.

"Siapa yang beliin? Kalo mau jajanan itukan, harus turun gunung." tanya Bintang

"Biasalah minta bi Ipah beliin, sekalian bibi belanja ke pasar pagi tadi." Bintang membulatkan bibirnya, seraya mengangguk.

"Hai sayang, maaf yayah sama bubun lama ya." ucap Bintang, seraya mencium puncak kepala kedua anaknya.

"Inda apa-apa yayah, tudah biaca." jawab Zara, membuat Bintang mengerucut kan bibirnya.

Laras menggelengkan kepalanya, ia segera mengambilkan makan untuk Bintang. Lanjut untuk Zara dan Zayd, setelahnya baru untuk dirinya sendiri.

Mereka pun makan dengan tenang, karena Bintang memang membiasakan kedua anaknya tidak bicara saat makan.

.

.

Waktu pun berlalu, sudah seminggu setelah kejadian Zara bergulat dengan Amber si beruang.

Kini Zayd tengah mengawasi sang kakak, yang sedang main dengan peliharaan barunya. Yaitu bayi singa jantan, berwarna putih. Zara si penyuka hewan buas, memberi nama singa lucu itu Joko.

Sempat terjadi perdebatan dengan sang ibunda, perkara nama. Laras tak terima bila namanya Joko, karena hewan peliharaan lainnya memiliki nama keren. Amber, Black, White, Snow, Luca, dan banyak lagi.

Tapi.. kenapa singa tampan ini, di beri nama Joko. Benar-benar tak habis thinking, alasannya karena agar ingat sama mamang batagor.

Flashback

Saat itu Zara merengek pada Laras, meminta dibelikan bayi singa putih. Setelah ia memutar Vidio, tentang hewan buas. Vidio tentang kehidupan hewan liar, yang di bawakan oleh alm. Steve Irwin.

"Bubun, Zala nau itu" pintanya seraya menunjuk ke arah tv, yang ia pause.

Laras yang sedang kerja jarak jauh, langsung meletakkan laptopnya di atas meja. Ia pun melepas kacamata nya, lalu menatap sang putri. Dengan menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, Laras melipat kedua tangannya di depan dada.

"Apa?? Pohon?" tanya Laras, membuat Zara menatap malas bundanya. Zara tau, sebenarnya sang bunda paham dengan yang ia mau.

"Bubun, danan cuta menalihtan pelhatian Zala. Hopon cudan banak di belatan, duat apa hopon ladi." ucap gadis berusia 4 tahun tersebut

"Pohon" ucap Zayd mengoreksi

"Ngomong aja belum bener, udah minta anak singa. Kenapa mintanya sama bubun? Minta sama yayah sana, Zara kan anak kesayangan yayah." Zara mencebikan bibirnya

"Pita yayah mah, inda atan di belitan bubun. Yan ada yayah beliin boneta sina, butan belitan wehana" balas Zara

"Hewan" koreksi Zayd kesal, kenapa kakaknya ini senang sekali mengubah kata.

"Iya itu... Nehi" ucap Zara makin ngaco, membuat tawa Laras pecah. Laras benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa putrinya ini menuruni sifat konyol dirinya.

"Hewan Zala, butan Nehi. Tamu tidak sedan noton pilm kesutaan om Doni" ucap Zayd kesal

"Tamu ini emotian cetali, nati tepat tua." ucap Zara tanpa dosa, terang saja membuat adiknya tak terima.

"Bubun ya bun, 5 hali ladih ulan tahun Zala tama Zay. Tado Zala itu sadah..." ucap Zara lagi, membuat Laras kalah

Setelah perdebatan itu, Laras pun menghubungi salah satu kenalannya yang menjual hewan buas. Yang memiliki sertifikat dan ijin tentunya, ia bukan penampung hewan ilegal.

Flashback off

Kembali ke masa ini..

"Hilat Zay, Joto lutu tan?" tanya Zara, seraya mengangkat singanya dan mendekatkan pada Zayd.

"Hewanna meman lutu, tapi namana indak lutu sama setali." jawab Zayd, ia pun mengambil alih anak singa tersebut.

"Joto cudan badus, tenapa nda lutu? Dalipada nati di tasih nama Duhe (Juhe)" balas Zara, Zayd malas mendengar ocehan kakaknya. Nama yang disebut, tidak ada yang bagus sama sekali.

"Ganti namanya Zala" pinta Zayd

"Emanna Zay nau tasih nama apa?" tanya Zara serius

"Jack" Zara langsung memundurkan kepalanya, seraya mengerutkan dahi.

"Nati oty Jia nalah, om dek dadi nama sina." protes Zara

Jack anak buah Laras, sudah menikah dengan wanita bernama Gia. Mereka sudah di karuniai seorang bayi tampan, 5 bulan lalu.

"Oh iya ya, Zay lupa. Talau beditu tasih nama Loki, teleeeeennn." ucap Zayd tersenyum, merasa saran nama yang ia berikan sangat bagus.

"Hah? Toli?" Zayd memutar kedua bola matanya malas

"Loti... Loooottiiii.... L.. O... T... I... Zalaaaaa." Zara tertawa, ia sangat senang membuat adiknya kesal.

"Iya... Iya... Boti... Hahahahahah" tawa Zara semakin pecah, Zayd yang kesal pun langsung menggelitik sang kakak.

Laras yang melihat kedua anaknya akur, tersenyum cantik. Laras hanya duduk di kursi taman tak jauh dari kedua anaknya, seraya memangku laptop.

"Sama-sama cadel, berdebat. Roki kan maksudnya?" Laras bergumam sembari menggelengkan kepalanya.

...****************...

Budayakan tekan like, berkomentar, kasih gift dan vote nya.

Untuk karya baru, usahakan ga nabung bab ya. Biar lolos di 20, 40 dan 80 bab terbaik. Juga perfoma retensi nya juga memenuhi standar... Aamiin🤲

Terima kasih🥰

...Happy Reading All...

Perayaan Ulang Tahun si Kembar

Hari ini adalah hari perayaan ulang tahun si kembar Zara dan Zayd, semua keluarga, kerabat dan sahabat berdatangan. Bayu dan Ellora sang sahabat sudah menikah, dan sekarang memiliki seorang putri berusia 2 tahun 8 bulan.

Sedang lucu-lucunya, bahkan Zara sangat menyukai anak perempuan itu. Saat bayi cantik itu baru lahir, Zara sudah memiliki niat licik mungkin. Untuk menjadikan anak dari sahabat bubunya itu, menjadi anak buahnya. hahahahah

Tadinya ia juga ingin sekali menjadikan kakak-kakak sepupunya anak buahnya. Namun tentu saja itu tidak mungkin, karena cara berpikir mereka lebih mirip dengan Zayd. Cih.. tidak seru!!

Bima kini semakin posesif pada sang istri, karena kini Raya tengah mengandung anak keduanya. Putranya yang bernama Leonard Van Houten, selalu menatap jengah sang daddy. Selain dirinya, yang tidak boleh dekat-dekat dengan ibunya. Leon juga selalu kesal bila berada di dekat Bima, pasalnya Bima selalu menatap cemburu padanya. Padahal usia Leon belum genap 5 tahun, baru 4 tahun 10 bulan. Tetapi, Leon sudah berbicara lancar.

"Yayah Bima, benal-benal menyebaltan tulasa." ucap Zayd, Leon hanya menjawab dengan anggukan

"Sama sepelti papa Ken, meleka lebay syetali." sambung Satriya Van Houten, putra pertama Ken dan Nuri. Yang belum lama ini, merayakan ulang tahunnya yang ke 4 tahun. Ken dan Nuri memiliki putra kedua, yang baru berusia 6 bulan. Mereka memberikan nama Nico Van Houten.

Ashilah menggelengkan kepalanya, mendengar percakapan itu. Ia mengelus perutnya, yang sudah masuk trimester tiga itu. Berharap akan sepintar para sepupunya, tapi jangan konyol seperti Zara dan dingin seperti ketiga bocah kecil itu. Ashilah dan Gab menikah, dan kini mereka tengah menunggu anak pertama mereka. Usia kandungan Ashilah kini sudah menginjak 7 bulan, jenis kelamin bayinya masih di rahasiakan.

Alex dan Diana juga sudah menikah, namun mereka belum di berikan keturunan. Meski keduanya tidak menunda, namun Allah memiliki rencana berbeda dengan Alex maupun Diana. Dan beruntungnya Diana, dia tidak di tekan oleh orang tua Alex mengenai keturunan. Sedangkan orang tua Diana, sudah tiada tak lama setelah acara resepsi pernikahan mereka.

Sedangkan para sahabat Bintang, selepas lulus kuliah. Mereka berpencar, karena harus meneruskan usaha mereka masing-masing.

Satria yang kini menjadi owner resto Seafood, sudah membuka cabang di beberapa kota dan provinsi. Satria menyerahkan perusahaan pada kedua kakaknya, ia lebih menikmati pekerjaannya sebagai pemilik resto. Bahkan tunangannya Aisyah, kini membuka resto nusantara. Yang mana restonya, selalu bersebelahan dengan resto seafood milik Satria.

Doni sudah menikah dengan Bianca, dan memiliki seorang putri yang cantik. Mereka memberikan nama Mereka tinggal di Singapure, dan kini datang untuk reuni.

Ammar dan Belle, tentunya memiliki putra yang kini berusia 3 tahun. Salah satu incaran Zara juga, ia ingin menjadikan Faris menjadi anak buahnya. Ammar dan Belle, memberikan nama Marcello Faris Mahatma. Memilih tinggal bersama orang tua Ammar, karena kakak Ammar memilih pisah rumah dengan istrinya.

"TAAAAAAA JAAAAAALAAAAA" pekik gadis kecil yang diberi nama Riana Cantika Rubiantoro, putri dari kedua sahabat Laras.

Zara yang sedang asyik dengan kue bolunya, menoleh dan tersenyum lebar.

"Bayi Lubah sudan datan" ucap Zara dengan wajah polosnya, membuat Ellora menatap kesal pada bocah kecil itu.

"Kenapa ia harus menuruni sifat ibunya, enak saja anakku di panggil bayi rubah." gerutu Ellora, Bayu tersenyum

"Asal Rubah ekor sembilan tidak apa-apa, bukankah itu keren. KYUBI milik Naruto" balasnya, Ellora melirik tajam pada sang suami.

"Iya kalo kyubi milik Naruto, gimana kalo rubah si swiper." tawa Laras, yang ada di belakang mereka pun pecah.

"Swiper dari film dora maksud lo El, hahaha... SWIPER JANGAN MENCURI, SWIPER JANGAN MENCURI" Ellora berbalik dan memukul kepala Laras, dengan salah satu kado di tangannya. Bukannya marah, Laras malah semakin keras tertawanya.

"Bahagia banget lu" ucap Ellora kesal

"Lagian lu pada ada-ada aja isi obrolan, film anak-anak lu bawa. Ngapa kagak bawa si Ursula sekalian, biat nanti si Sebastian ngikut. Iya ga Bay?" Laras menaik turunkan alisnya

"Lu kata gue keuyeup, bilang Sebastian tapi liat gue." tawa Laras kembali pecah, Bintang hanya menggelengkan kepalanya.

"Aku sama yang lain dulu ya, bun" ucap Bintang seraya menunjuk Ammar, Doni, Satria dan yang lainnya. Laras mengangguk, karena ia juga hendak berkumpul dengan para wanita.

"Gue ikut Bin" Bayu pun berjalan bersama Bintang

"Ayo, kita bully Aisyah." ajak Laras pada Ellora, El hanya menggelengkan kepalanya

Aisyah selalu menjadi korban, karena hanya dia yang belum menikah di antara yang lain. Alasannya masih menikmati pekerjaan mereka, bahkan ayah Aisyah sudah angkat tangan dengan keputusan Aisyah. Laras enggan ikut campur, karena mereka yang menjalaninya. Selama Satria tidak membuat masalah, Laras tidak akan mencampuri urusan mereka.

Entah apa yang membuat Aisyah ragu, padahal Satria sudah berkali-kali melamarnya. Namun hanya penolakan yang ia dapatkan, rasa jenuh tentu ada. Namun, rasa sayangnya pada Aisyah tak bisa membuatnya pergi menjauhi Aisyah.

Acara ulang tahun berjalan lancar dna juga begitu hangat, Zayd dan Zara yang mendapatkan kado dari oma-opa dan kakek-nenek nya. Belum lagi dari buyut mereka, tentu saja senang bukan main. Arjuna dan Ajeng memberi saham taman bermain, yang ada di kota tersebut. Masing-masing 10%, membuat Zara bertepuk tangan senang.

Erina dan Gavin memberikan Zara anak serigala putih, sedangkan untuk Zayd satu set komputer canggih. Dimitri dan Audrey, membelikan mereka mobil sport. Yang akan di kirimkan, saat mereka berusia 17 tahun. Mbah buyut Rum, memberikan tanah puluhan hektar, yang ada di kampung halamannya.

"Assalamu'alaikum, apa kami terlambat?" semua orang menoleh, termasuk Zara.

"Wa'alaikum salam" jawab semuanya

Zara tersenyum lebar dan menatap kedua pria itu penuh binar, ia berlari meninggalkan Ana dan Faris.

"UNCLE ELIK, UNCLE LAPA" teriak Zara, seraya menghamburkan tubuhnya pada kedua pria tampan tersebut.

Tawa Erik dan Raffa pun terdengar renyah, mereka sangat merindukan si ceriwis Zara. Raffa dan Erik diminta kembali ke Yordania, Raffa tentunya menggantikan sang ayah. Sedangkan Erik, tentunya menjadi seorang penasihat untuk kakaknya. Erik sama sekali tak keberatan, karena Raffa memang lebih pantas untuk gelar Raja.

Hanya saja, mereka belum menemukan tambatan hati mereka. Raffa masih mencari wanita yang bertabrakan dengannya, saat di kampus tempat adiknya kuliah dulu. Sella.... gadis itu memilih menerima proyek, yang diberikan ayahnya di negeri PAMAN SAM. Sedangkan Raffa, tak mengetahui hal tersebut. Laras? Tentu saja ia tau, dan tanpa Raffa tau. Laras juga mengundang Sella, di acara ulang tahun si kembar.

Sella yang sudah menyelesaikan proyek yang di berikan sang ayah, di negeri paman Sam tersebut. Seminggu yang lalu sudah kembali ke kota ini, dan Laras menemui secara langsung. Ia meminta Sella untuk hadir, di acara ulang tahun kedua anaknya. Tanpa Sella tau, ayahnya sudah menyetujui perjodohan putrinya dengan Raffa. Atas bantuan Laras, tentunya.

Dan hal ini masih menjadi sebuah rahasia, untuk Raffa. Namun tidak untuk Erik, bahkan Erik juga tau. Bila ayahnya, kini ada di salah satu kamar di rumah Laras. Hanya saja Erik, tidak tau siapa calonnya.

Bagaimana dengan Erik? Ia masih nyaman dengan kesendiriannya, sembari membuat beberapa desain.

...****************...

...Happy Reading All...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!