Dalam kegelapan mataku, aku melihat manusia berhamburan mencoba menyelamatkan diri mereka dalam ancaman langit, tanah yang retak membuka jalan bagi bara api untuk menjilati para manusia yang mencoba mendekat.
Tubuh fana manusia terombang ambing di atas udara dengan bara api menjilati tubuh fana mereka, bukanlah lagi disebut manusia, mereka layaknya boneka boneka yang bisa dimainkan sesukanya.
Tak luput dalam pandanganku, sesosok makhluk dengan jubah hitam menyelimuti tubuh berdiri tegap di antara manusia fana dengan tatapan mata merah tajamnya, seolah api yang ada disana berasal dari mata merah itu. Aku tahu, makhluk jubah hitam ini menikmati setiap jeritan pesakitan dari manusia-manusia itu.
"Apa yang kau lakukan?"
Aku mendekati makhluk berjubah hitam itu mengamatinya dari bawah.
Rasa penasaran semakin membuncah kala mahkluk itu menggelegarkan tawanya yang mampu memekikkan telinga.
"Hah, mahkluk rendahan ingin berbicara dengan aku?”.
Dia turun ke tanah, dengan satu kaki menopang tubuhnya. Dan dalam hitungan detik, retakan kembali terbuka menyemburkan cairan panas dengan bara api yang semakin menggila.
"Kau bukanlah tandinganku Noah, mahkluk rendahan."
Hening. Aku terdiam mendengar bagaimana kesombongan yang ia suarakan, "Apa yang membuatmu merasa kau bukanlah tandinganku?”
Geraman amarah terdengar dari sela bibirnya, "Aku adalah dewa ln, kau mahkluk rendahan tanpa pedang [Venuszirad]. Kau akan binasa seperti apa yang terjadi pada istrimu."
Mendengar dia mengatakan tentang istriku dengan mulut kotor itu, membuat dadaku bergemuruh penuh amarah. Aku tak tahu apa yang dia maksud dengan kematian istriku. Yang aku sadari, amarahku menjalar ke seluruh tubuh. Rasa haus ingin membinasakan makhluk berjubah hitam itu semakin menjadi dalam diriku.
Dalam sekejap, pemandangan mengerikan itu lenyap seperti lampu seluruh kota yang dipadamkan serentak. Aku tersentak bangun, keringat dingin membasahi dahi. Hanya mimpi.
"Nav! Bangun, sayang! Sudah pagi!"
Suara cempreng ibuku menggema dari lantai bawah. Belum sempat aku menjawab, pintu kamarku sudah dibuka dengan semangat.
"Lihat apa yang ayah bawa!" Ayahku muncul dengan wajah berbinar, mengacungkan sebuah amplop dengan cap merah.
"Undangan turnamen masuk Akademi! Kesempatan emas untukmu, nak!"
Aku mengucek mata, masih berusaha mengumpulkan kesadaran ketika ibu ikut menerobos masuk dengan nampan berisi sarapan.
"Astaga, ayah ibu.”
"Tidak bisa menunggu! Ayah harus segera ke ruang bawah tanah akan kubuatkan pedang terbaik untuk putraku!"
Ayah mengepalkan tangan dengan mata berapi api. "Pedang yang akan membawamu masuk Akademi!" Lanjutnya.
"Tapi sarapannya..." Ibu cemberut.
"Makan dulu!"
"Pedang dulu!"
Aku tertawa melihat perdebatan kecil mereka. Meski kadang melelahkan, perhatian berlebihan kedua orangtuaku selalu menghangatkan hati.
Sambil mengunyah roti hangat buatan ibu, aku masih memikirkan mimpi tadi. Aneh, mimpi itu terasa begitu nyata, seperti kenangan yang dirahasiakan di sudut paling gelap pikiranku.
Kilasan kilasan terus bermunculan sosok berjubah hitam, dengan aura kehancuran, dan nama "Noah" yang terngiang ngiang. Semuanya bercampur dengan bau besi dari bengkel ayah dan aroma roti dari toko ibu yang begitu familiar.
Meski dalam hati bertanya tanya akankah masa lalu itu membiarkanku begitu saja? Atau suatu hari nanti, sosok Noah dalam diriku akan bangkit kembali? Aku tidak pasti apakah aku ini adalah Noah.
Untuk saat ini, aroma roti dan denting besi dari bengkel ayah adalah duniaku. Tapi entah mengapa, aku merasa ini hanyalah ketenangan sebelum badai yang sebenarnya.
"Navam, tolong antarkan semua roti ini ke asrama timur ya," kata ibu sambil menata roti hangat ke dalam keranjang rotan. "Ibu dengar anak anak bangsawan suka sarapan lebih siang."
Aku mengambil keranjang yang dipenuhi setumpuk roti yang masih mengepulkan aroma manis. Pakaian tuaku yang sudah agak pudar kupasang rapi setidaknya aku berusaha terlihat sesopan mungkin meski bahan kainnya jauh dari mewah.
Sepanjang jalan menuju asrama, tatapan sinis mengikuti langkahku. Para siswa berseragam mewah berbisik bisik sambil melirik keranjang rotiku dengan pandangan merendahkan.
"Roti itu menjadi ternodai oleh tangannya.”
“Aku merasa kasihan yang memesan roti itu.”
"Berani sekali dia masuk area asrama dengan pakaian seperti itu,"
Biarkan, berpura pura tidak mendengar. Yang penting rotiku habis terjual setidaknya itu yang selalu kukatakan pada diriku sendiri.
"Hei, si miskin!" Sebuah suara mengejutkanku.
Ketiga pemuda dengan wajah merendahkan bersama pakaian seragam mewah berdiri menghadang.
"Navam.. Aku yakin kau tidak bisa masuk akademi hasi daril menjual roti,” dia tertawa mengejek.
"Iya, harga roti dia murah. Kemampuan apa yang dia punya aku ragu." Ucap salah satu rekannya yang bertubuh gemuk.
Tangannya yang kotor meraih keranjangku kasar. "Biar kubeli semuanya. Mungkin bisa untuk makanan anjingku."
“Benar, benar lebih baik kau ikut turnamen dan cepatlah tewas. Hahaha..”
Dadaku terasa panas mendengar hinaannya, tapi kucoba tetap tenang.
"Maaf, tapi roti ini pesanan beberapa siswa lain."
"Hei kalian! Pergi atau kalian aku keluarkan dari akademi atas tindakan rendah kalian."
Sebelum situasi memburuk, sebuah suara lembut menyela. Seorang gadis sekitar 16 tahun usia dengan rambut panjang kuning keemasan mengikal tiara, berjalan mendekat. Seragamnya sama mewahnya, dengan sorot matanya sebiru diamond lebih ramah dan bijaksana.
"Putri Lera!" Ketiga laki laki asing mundur sedikit.
"Aku yang memesan roti-roti itu," katanya tenang. "Dan kuharap kau tidak mengganggu penjual yang sudah kuundang sendiri."
Mereka mendecih pelan sebelum berlalu. Lera tersenyum padaku.
"Jangan dipikirkan, mereka itu selalu seperti itu," gadis manis itu mengambil keranjang roti ku.
"Hmm, aromanya enak sekali. Pantas ibu kepala asrama merekomendasikan toko kalian."
Aku terpaku sejenak. Tidak menyangka ada bangsawan yang mau bicara seramah ini padaku.
"Terima kasih, tuan putri."
"Panggil Lera saja," dia mengeluarkan beberapa keping perak.
"Ini untuk semuanya. Kak Noah aku dengar kau ikut turnamen?"
Navam terkejut dengan nada panggilan itu. "Hah! Noah, kau tahu sesuatu tentang Noah," dia ingin lebih tahu lebih lanjut.
"Ironis sekali kak, kamu dijatuhkan menjadi seperti ini. Sebagian ingatan kaka hilang bahkan itu menyangkut ingatan seratus tujuh puluh juta tahun lalu.”
Aku mulai merasa bingung dan tidak mengerti, "apa itu? Aku hidup selama itu,"
Navam menatap Lera penuh kebingungan tapi tidak bisa menyembunyikan wajah kejut.
"Aku yakin kak Noah akan masuk akademi sihir tapi perjalanan ke depannya akan sulit dan tidak mudah. Aku adikmu akan selalu mengikuti kaka."
"Apa hubungan kamu dengan aku, kenapa menyebut dirimu sebagai adikku?"
"Tentu saja aku adikmu yang paling kau sayangi. Aku akan membantu mengingat kembali masa lalu kaka,”
"aku bermimpi semalam,"
Noah memotong, "aku melihat manusia-manusia berhamburan mencoba menyelamatkan diri dari tanah retak yang menyemburkan larva panas, sosok itu apakah aku yang kejam?" Lanjutnya.
"Bukan. Dia adalah the ln dia berpura-pura menjadi pilar kedua dewa surgawi.”
"Ceritakan lebih lanjut siapa the ln,"
Lera mengangkat tangan kanan menempatkan ke dahi Navam, cahaya kebiruan berpendar lembut
"Kaka harus segara mengingat semuanya, [Buried Memory Key Magic of Yirdola]."
Navam merasakan sebuah sensasi aneh, seperti ada sesuatu yang terbuka di dalam otaknya. Ia kemudian mulai mengingat fragmen memori yang terlupakan, termasuk kejadian yang terkait dengan kehancuran tanah divine dan surga atas akibat duel dengan Atara.
Kilas balik ingatan Noah...
Pikiran nya dipusatkan perlahan, otaknya seperti melihat hamparan gambar yang cemerlang, dengan keindahan yang luar biasa.
Dalam pengulangan sistem awal.
Noah berada di aula kastil agung dimensi tanah surgawi
“Aku ini Noah, sesosok paling agung dewa utama penguasa wilayah tanah surgawi.”
Noah tersenyum dia mulai mengingat, kemudian kilas balik yang lain.
"LERA, KAU AKAN AKU BUNUH ATARA!”
Senyuman Noah berubah menjadi kesedihan yang amat mendalam saat melihat fragmen ingatan tentang Lera, yang mati dibunuh. Membuka kembali luka paling dalam saat itu, kali ini Noah meneteskan air mata masih teringat betapa buruknya dia dalam melindungi adiknya.
Dalam pengulangan sistem kedua.
Noah meliat dalam fragmen ingatannya. Langkah terakhir di dalam ingatannya Noah menjentikkan jarinya.
Ctik
Kali ini Noah mengerutkan alisnya, disaat tubuhnya sekarat untuk apa dirinya melepaskan sihir. Pedang penghancur dalam genggamannya mulai kehilangan struktur realitas nya.
Saat fragmen ingatan Noah selesai dan dia kembali ke kesadaran masa kini, air mata Lera menetes deras terdiam sangat lama memeluk Noah membanjiri pakaian kucel nya, matanya berderai air mata tanpa henti.
"Maaf telah meninggalkan Lera begitu lama, kaka selalu ingin bertemu dengan kamu," pelukan Noah begitu hangat pada Lera keduanya merasa tentram sampai berderai air mata yang penuh haru.
Air mata berderai dipipi Lera diusap Noah lembut, "kali ini tidak akan terpisahkan lagi," kata Noah penuh tekad.
"Sebelum aku mati, aku melepaskan sihir penghancur, ingatan aku hilang sebagian kenapa?" Ada yang janggal menurut Noah.
"Aku juga tidak mengingat hal itu kak. Seperti ada yang sengaja menghapus sebagian ingatan kita, aku berusaha sangat keras untuk mengingat semuanya tapi tetap saja ada yang salah dalam ingatan aku," Lera menghela napas, kesulitannya dalam mengembalikan ingatan membuat rasa jengkel yang berlebih.
"Bagaimana mungkin, apa kamu mengingat dewa lain?"
"Tidak. Hanya mengingatkan kak Noah, diriku dan dewa utama Atara yang selalu menjadi rivalitas kaka."
"Apa Atara yang membunuh aku? Kita mengalami hilang ingatan yang parah."
"Tidak. Kematian kaka seolah olah merupakan keputusan yang kaka Noah sendiri inginkan.”
"Jawaban itu terlalu mudah untuk ditebak, mungkin kamu benar mengingat di pengulangan sistem pertama The creator menemui aku untuk mengatakan sesuatu."
Noah terdiam sejenak, "kali ini, aku merasa seperti yang terlemah di antara seluruh dewa. Esensi dewataku telah terkikis setengahnya, mungkin delapan puluh persen,” lanjut Noah.
"Kita harus memiliki rencana yang matang. Mari kita berjuang bersama untuk kembali ke dimensi tanah surgawi dan mengalahkan musuh yang menghalangi jalan kita. Tolong, jangan biarkan rivalitasmu dengan dewa Atara memperburuk keadaan kita. Kita sudah kehilangan terlalu banyak, dan sekarang saatnya kita membalas dendam dan merebut kembali semuanya."
Noah menyeringai pada tekad Lera, "aku tidak bisa membiarkan kamu ikut dalam peperangan pengulangan sistem kedua tapi adikku adalah adikku yang terkuat.”
"Apa kak Noah mulai percaya disetiap perjalanan, kaka akan menemukan serpihan ingatan lainnya?"
"Tidak. Aku sendiri yang akan mengembalikan ingatanku ke keadaan semula, secara utuh. Aku tidak akan menunggu dalam mengungkapkan nya."
"Ah benar itu seperti ciri khas kaka. Kak Noah masih tidak lupa bahwa kekuatan sejati adalah kekuatan tentang keseimbangan dan keteraturan alam," tawa Lera yang renyah menarik perhatian orang lain.
"Oh tidak, rakyat miskin itu bercanda dengan tuan putri negeri ini. Malang sekali nyawa dia," kedekatan keduanya membuat kesalahpahaman terhadap orang-orang disekitarnya tetapi mereka tertawa riang.
Noah membelai paras adiknya dengan penuh kasih sayang saat Lera tertawa renyah.
"Apa rencanamu hari ini kak?" Tanya Lera saat tawanya berubah menjadi senyuman lebar yang lucu.
"Ikutlah denganku, ke rumah."
"Iya aku ikut, aku ingin sekali bertemu orang tua kaka."
Mendengar kata-kata Noah dia langsung berdiri penuh semangat dari kursi taman.
"Baiklah,"
Di kediaman keluarga Bulan Faris..
"Nav, Apa yang sudah kamu lakukan! Ibu menyuruhmu berjualan bukan mencari istri," teriak Ibu penuh kehebohan suaranya yang melengking sampai terdengar ke bengkel bawah tanah milik Ayah.
Faris mendobrak pintu seperti penari, menyebut namaku dengan suara melengking.
"Kamu bisa menaklukkan hati seorang gadis yang terlihat seperti putri Lera, bahkan Ayahmu tidak mungkin melakukannya di usia muda sepertimu,"
"Keluarga kaka benar-benar heboh. Bahkan keduanya tidak menyadari aku seorang putri yang mereka maksud hanya dengan menatap penampilan aku yang familiar semua tidak bisa disembunyikan," Lera merasa kagum pada kedua langkah kaki mereka seperti penari semangat.
Aku mengerti, memiliki orang tua di dunia seperti ini tidaklah buruk.
"Sudah hentikan!"
"Benar, mari berdiskusi masalah pernikahan kalian," kata ibu dengan wajah serius.
"Bukan itu maksudku bu.." bantah aku.
"Ibu perkenalkan dia adalah putri negeri ini, Putri Lera," kataku menunjuk Lera.
Dia memperlihatkan pose anggun dan elegan, mengangkat roknya dengan kedua tangan dan membungkuk dengan hormat, menunjukkan kesopanan dan keanggunan yang luar biasa.
"Putri, negeri ini? Astaga rumah ini benar-benar diisi bunga yang bermekaran..”
Kalimat itu merupakan penyambutan yang tulus dan penuh keberkahan, sebagai bentuk ungkapan syukur dan rasa hormat atas kedatangan tamu yang terhormat.
"Tidak perlu berlebihan, maaf kedatangan aku disini membuat kalian repot."
"Tentu saja tidak putri Lera..” Kata Faris.
"Tolong, jangan biarkan ketakutan menguasaimu setelah kamu mengenalku," kata Lera dengan senyum yang menenangkan.
Ratusan tahun lalu hidup pemuda yang keluarganya dibunuh oleh bangsawan, kabur dari negerinya dari tempat ke tempat lain menjadi seorang penyair mencekokan stigma buruk kemasyarakatan terhadap kelakuan bangsawan, kekejaman bangsawan, sifat serakah bangsawan benar benar digambarkan buruk olehnya.
"Ehm, putri Lera.. apakah prajurit akan mendobrak atau meruntuhkan rumah kami?”
Kekhawatiran mereka mulai diperlihatkan pada kedatangan Lera sekilas mereka menunduk tidak suka.
"Tidak perlu khawatir."
Jamuan dihidangkan..
"Apa ini, Kak?" tanya Lera dengan penasaran saat melihat hidangan daging ikan berkuah.
"Ini makanan favorit Navam apa kamu ingin mencobanya?" Tanya Irasbella sambil menuangkan kuah dan daging ikan ke mangkuk Lera, "cicipi terlebih dulu" lanjutnya.
Perpaduan kaldu ikan asin dan kuahnya sangat tidak cocok untuk Lera, dia membuat mimik wajah yang lucu, "asin sekali".
"Tentu saja, coba celupkan roti kering ke kuahnya pasti akan terasa enak" saran Noah, memberikan roti padanya.
Lera tidak bisa menelan makanan seperti ini, jamuan yang lain dihidangkan kali ini soft krim dan salad segar di hidangkan.
Keesokan, bangku pendaftaran turnamen.
"Catat anak muda ini, dia akan ikut turnamen," kata Lera menunjuk Noah didepan pengurus pendaftaran. "Baik tuan putri," kedua pengurus membungkuk penuh hormat.
Noah mendapat hak eksklusif dia tidak perlu berdebat dengan status atau pengecekan kekuatan sihir sebagai persyaratan ikut turnamen.
"Kak Noah akan semakin dekat dengan aku di akademi sihir ini, semua yang menghalangi bunuh!"
"Haha, kita akan melakukannya sesuka hati untuk mengetahui semuanya." Noah mengikuti gurauan Lera.
"Siapa yang harus dibunuh?" Suara yang familiar terdengar beberapa mater dari tempat berdirinya Lera.
"Ah Rikka, temanku.."
Saat menoleh dia adalah Rikka Amani dari keluarga Indu bangsawan, sifatnya yang kompeten dan patuh pada ketertiban membuat orang orang disekitarnya sangat kesulitan.
"Siapa namamu?" Noah menyeringai pada Rikka yang berada dihadapannya.
"Rikka Amani.”
Meski kepribadiannya sangat kaku dan tegas dia sangat baik pada seseorang yang lemah dan terlihat kumuh seperti pakaian Noah.
"Jawab pertanyaan aku?" Rikka memaksa kejelasan ucapan Lera.
"Aku dengannya mendaftar turnamen, dia telah menolong aku jadi aku mencoba untuk balas budi dengan ini. Ngomong-ngomong bagaimana persoalan tugas kamu.”
"Iya aku akan segara kesana menghabisi orang itu," kata Rikka dingin langsung meninggalkan Lera tanpa penghormatan.
"Lera perempuan itu sangat tidak asing bagiku dia pasti memiliki ingatan di alam para dewa."
"Hah maksudmu, dia berhubungan dengan ingatan kaka? Pantas saat aku di dekatnya seperti aroma kak Noah selalu melekat pada Rikka."
"Aku tidak bisa mengatakan jika dia berhubungan dengan semua ingatan aku tapi dia seperti?”
Noah masih ragu diantara semua misteri yang bisa dipikirkan nya.
Keesokan hari turnamen kualifikasi.
"Yo.. Noah, apa kau yakin tidak ingin membunuhnya? Seratus tujuh puluh juta tahun lalu dialah yang membawamu sampai kesini."
Ucapan itu membuat Noah terdiam, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Berapa banyak dewa yang telah bereinkarnasi di kehidupan ini? Noah mulai bertanya-tanya tentang banyak hal, tragedi apa yang membuat mereka memilih untuk bereinkarnasi, dan apakah mereka berhubungan dengan aku.
Penonton meledak dalam sorak sorai dan bisikan kagum. Noah menunjukkan kemampuan luar biasa dengan menguasai dua jenis sihir sekaligus prestasi langka di dunia ini, dimana kebanyakan orang hanya mampu menguasai satu.
"Sebelum kutanyakan siapa dalang di balik semua ini, apa tujuanmu bereinkarnasi ke dunia ini?" Tanya Noah, berdiri tegap menghalangi sinar matahari dari wajah lawannya.
“Tidak ada alasan tertentu aku disini hanya melarikan diri berpura-pura dan berbaur dengan para manusia ini. Aku tahu kau bukan lagi dewa penguasa tanah surgawi yang terkuat dan Atara juga telah tewas sejak pertikaian terakhir kalian dengan Laksamana Gigi Mythic. Kau beruntung bisa hidup lagi karena Enah.”
“Aku ingin berbicara lebih lanjut dengan mu Ukhyu. Aku harus mengakhiri pertandingan ini terlebih dahulu.” Kata Noah menyerang Ukhyu membabi buta dengan pedang perak bulan Faris.
Lonceng kemenangan bergema di seluruh arena. "Pemenang, Navam Shin Faris!" Sorak penghormatan terus membahana.
Noah mengangkat tangannya layaknya pemenang sejati, namun matanya tertuju pada Rikka dengan pandangan sendu. Tatapannya tak lepas dari Rikka, hatinya yakin bahwa gadis itu adalah Enah yang telah lama.
Noah menemui Ukhyu ke sudut sepi, jauh dari area turnamen.
"Ceritakan padaku tentang yang kau ketahui. Mengapa kau kabur ke dunia ini ancaman apa yang kau hadapi?”
“Tebakan bagus Noah. Sejak kematian kalian alam dewa sangat tidak teratur, pertempuran kekuasaan dimensi belum berakhir. Dewa bencana Abravrehevic menjadi teman Leherdic untuk menguasai dimens
“Maksud kamu apa? Bukankah aku menggunakan [Gehnodov: Absolute System Reset]” Tanya Noah matanya tajam mengintimidasi.
Ukhyu tersenyum tipis. "Setelah kau melakukannya kemudian, tidak lama The Creator menciptakan bulan penciptaan [Arcieljenove] untuk membangkitkan semuanya dan dia sendiri yang mengatakan mulailah peperangan kembali dalam perebutan wilayah dimensi. Ln adalah arsitek kehidupan dunia
“Aku tidak peduli rasa kagum mu itu. Dia melakukan sesuatu yang tidak bisa aku lakukan kurasa bukan dia arsiteknya,” Noah menyangkal sekilas tidak percaya.
“Fakta bahwa dia menciptakan dunia ini dan lebih hebat dari dirimu. Dia adalah salah satu musuh para dewa, yang terkuat termasuk Abravrehevic dan Leherdic. Ln
dia selalu berpura-pura menjadi pilar kedua dewa kutub, menggantikanmu, Noah. Dan kini, semua para dewa mulai melupakan sosok raja iblis dan pilar dewa kutub kedua yang asli. Itu yang aku ketahui, tanyakan langsung pada istrimu Enah lebih tepatnya dewi Hane, Dewi sumber penghidupan, apa kau masih peduli dengannya jika tidak aku ingin membunuhnya, sebab dialah puncak alasan terciptanya dunia ini!" Ukhyu tertawa dengan sosoknya yang berjalan perlahan menjauhi Noah.
Noah mengepalkan tangannya, marah menjalar ke tubuhnya. Atara telah tewas, dan peperangan kekuasaan terus berlanjut. Aku mulai tidak mengerti kenapa ini bisa terus berlanjut.
Di kejauhan, dengan wajah berbinar Lera mendekati Noah untuk mengucapkan selamat dan kekaguman pada kakaknya.
Amarah Noah terusik oleh suara langkah riang yang mendekat. Dia berbalik pada suara Lera.
"Kak Noah!" Lera berteriak dengan wajah berseri.
"Kerja bagus, yeay!" seru Lera sambil menepuk tangannya bersemangat.
"Dua sihir sekaligus! Bahkan para guru tidak percaya!"
Dia tersenyum tipis melihat kegembiraan adiknya yang meluap-luap.
"Kamu pikir kakamu ini siapa identitasnya? Dimasa lalu ataupun sekarang identitas aku tidak akan pernah pudar."
"Haha iya sangat benar!" Lera berseru dengan mata melebar.
"Para senior bahkan mencatat semua gerakanmu!"
Ketulusan Lera menarik Noah kembali ke masa kini, mengingatkannya pada ikatan yang nyata di kehidupan sekarang ini.
Di tengah malam.
Rikka menyelinap masuk lewat jendela kamar Noah. Jubah hitamnya menyatu dengan malam tudungnya menutupi wajah hingga hanya matanya yang terlihat.
Kamar Noah tampak gelap. Noah tidur lelap di ranjangnya. Rikka mengendap endap mendekati, lalu menarik sabit hitam pekat dari bilik sesuatu.
Sabit Rikka bukan sesuatu yang biasa.
Rikka mengangkat sabitnya tinggi tinggi, siap menebas.
"Ini akhirmu," bisiknya penuh dendam. "Berterima kasihlah, kau hanya sesuatu yang dibuat dari buku usang."
Tapi sebelum sabit mengenai Noah, tangannya tiba-tiba bergerak cepat menangkap pergelangan Rikka. Matanya langsung terbuka.
"Siapa yang kau sebut buku usang?” Katanya bertanya tenang.
Dalam sekejap, Noah membalik keadaan. Dia mendorong Rikka ke lantai dan menendang sabit hitam dari tangannya. Rikka berusaha melawan, tapi Noah terlalu kuat.
"Kau siapa sebenarnya, menyentuh sabitku saja bisa membunuh siapa saja bahkan hanya dengan goresan," kata Rikka terbelalak sebelum tudung yang menutupi sosoknya dibuka oleh Noah.
"Akhirnya kau datang juga Enah?" Noah tersenyum ringan padanya.
"Siapa Enah?"
"Tidak perlu berpura pura seperti itu," kata Noah dengan suara tenang.
"Apa yang terjadi? Sudah seratus tujuh puluh juta tahun kita berpisah.”
Kata-katanya membuat Rikka terdiam, pemahamannya tentang masa lalu mereka mulai terkuak, dan ekspresi sedih mulai terlihat di wajahnya yang mungkin saja sangat mengharukan untuk dikatakan.
Reunian.
"Kamu Noah" Rikka meraba wajah Noah yang kemudian memeluknya penuh hangat. Tidak ada dendam dalam diri Noah.
“Sekarang, bisakah kamu ceritakan apa yang terjadi?" tanya Noah dengan mata yang menatap serius Rikka.
“Mengapa ingatan aku sebagian telah hilang? Dan mengapa kekuatan aku sebagai Dewata hampir kehilangan delapan puluh persen esensial?"
"Penyebab utama kekuatanmu yang telah hilang mungkin karena sabit ini. Sabit ini terbuat dari esensial energi dewata milikmu sendiri, yang aku ambil. Karena itu, kau tidak terpengaruh terhadapnya."
"Bisa kau kembalikan?" pinta Noah.
"Iya. Dan aku minta maaf," katanya menunduk. Noah mengelus rambut Rikka dengan tangan kanannya kemudian membisikkan sesuatu yang lembut, "aku masih mencintaimu". Kemurungan Rikka berubah menjadi senyum manis.
Noah mengambil sabit yang tergeletak di lantai. Saat digenggam olehnya, sabit itu beresonansi dan merespon kekuatan cahaya keemasan dewata dan energi hitam kehancuran. Kekuatan itu semakin cepat melebur, meninggalkan bentuk sabit.
"[Reversal Magic of Aighit]!" Kini kekuatan Noah kembali seperti semula tapi dia memilih untuk menekan kekuatan nya lebih dari yang diduga mencegah runtuhnya dunia ini sekitar delapan puluh delapan persen.
"Noah, penyebab kehilangan ingatanmu mungkin adalah dia pembunuh anak kita. Dia juga sosok yang mengendalikan diriku."
"Siapa yang kau maksud, Rikka?" Tanya Noah. Matanya menyiratkan kemarahan yang tertahan.
Rikka berubah ekspresinya, wajahnya penuh dengan kebencian. "Navael," katanya dengan suara penuh kemarahan.
"Dia adalah orang yang berpura pura menjadi penguasa tanah surgawi, dalang di balik semua kehidupan palsu ini. Navael adalah arsitek utama yang merancang kehidupan ini sebagai contoh pemberontakan terhadap sang pencipta."
"Apakah dia disebut the ln?" Navam berbisik, berusaha meraih ingatan yang masih samar di dalam mimpinya. Dalam benaknya muncul bayangan sosok bertopeng.
"Dia yang telah memaksa aku untuk membagi semua [ayat Dathlem], sehingga aku terpaksa menciptakan manusia manusia ini. Bisa dikatakan, akulah ibu dari seluruh umat. Namun, aku juga telah menjadi pembunuh bagi siapa saja yang memiliki dua bait kekuatan, karena aku khawatir mereka akan menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi Navael,"
"kamu masih ingat, sudah seratus tujuh puluh juta tahun berlalu, aku pernah mengatakan bahwa aku adalah makhluk yang dibentuk dari [ayat Dathlem], buku maha rahasia yang menentang ayat suci [ayat Geyna]. Mereka ini adalah makhluk yang diciptakan hanya dengan satu kata sihir, sehingga menjadikan mereka sangat rendahan. Berbeda dengan aku, yang tercipta dari esensial [Dathlem] murni."
"Bagaimana cara terciptanya?"
"Navael dengan paksa menyuruhku untuk membagi semua ayat sihir, pengetahuan dan segala unsur esensial, layaknya jiwaku dirobek dengan sangat paksa."
Noah mengusap dahinya, "lalu kenapa kau bereinkarnasi, Rikka, Apa kau berhasil menjadi satu mahkluk utuh dari bantuan sabit [Elhernoa]? Apa kau kini tidak lagi sepenuhnya esensial [ayat Dathlem] melainkan sosok yang memiliki kesadaran asli, kau manusia.”
Mata Rikka menyipit. Suaranya dingin seperti es. "Balas dendam. Navael membunuh anak kita dalam kandungan seratus tujuh puluh juta tahun lalu."
"Ya. Dia takut anak kita akan mewarisi kekuatan penuh [ayat Dathlem] dan dendam terbunuh ayahnya," Rikka mengepalkan tangannya.
"Itulah mengapa aku kembali untuk membalas apa yang telah dia renggut dariku. Seandainya aku tidak punya sabit [Elhernoa] mungkin aku tidak ada. Aku bersyukur bisa mencintaimu lagi,"
"dan, aku selalu beruntung bisa merayakan kasih sayangmu Enah," Noah menenangkan batin istrinya yang selama ini bergemuruh cukup lama ribuan tahun.
"Bersama kita akan membunuh para mahkluk rendahan ini sampai mengusik ln keluar dari persembunyiannya untuk membunuhnya.”
Rikka menatapnya lekat, meski sabit pencabut
...Sejarah seratus tujuh puluh juta tahun di masa lalu pertarungan para dewa sebelum pengulangan sistem kedua...
Dimensi kecil
Enah bersembunyi di balik reruntuhan dimensi, matanya tak berkedip memperhatikan pertarungan epik yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Energi pertempuran begitu dahsyat sampai dimensi dalam jangkauan pertarungan mereka lebur seperti bulu yang beterbangan.
Noah, sesosok tegap sang dewa penguasa tanah surgawi dengan jubah hitam pekat, mengeluarkan pedang
Setiap ayunannya menciptakan retakan menghancurkan ratusan timeline sekaligus.
Pertarungan mereka begitu intens, energi sihir yang mereka keluarkan menjangkau
"[The Vortex of The Sea of Blood God of War Magic of Agil Leveth Grines]!" Serangan sihir Atara.
Atara mengacungkan
Bilah pedangnya berwarna merah darah dengan garis-garis hitam yang bergerak seperti urat nadi. Setiap ayunan
Di tengah kepungan energi maha dahsyat, Enah tak sengaja terlempar ke pusat pertarungan. Kekuatan membabibuta mengepungnya, energi destruktif dari pertarungan Noah dan Atara nyaris mencabik-cabik tubuhnya.
"PERGI!" teriak Noah melihat kehadiran Enah, namun terlambat.
Enah terjebak dalam pusaran lautan darah energi mematikan milik Atara, nyawanya bergantung pada sehelai benang tipis.
Dimensi tanah surgawi
"Holy Dimensi
Noah menjawab dingin dari dalam pusaran lautan darah, "Kau tak akan pernah mendapatkannya. Selama aku masih hidup"
Setiap benturan pedang menciptakan ledakan yang membutakan.
“Bagaimana mungkin, sebentar lagi kau mati tidak kuat menahan [Magic Vortex] milikku!”
Dalam sekejap, Enah berada di titik paling berbahaya tepat diantara dua dewa dengan kekuatan yang mampu menghancurkan segalanya.
Noah melihat Enah dengan kilatan mata yang menusuk. "Makhluk asing kau tak seharusnya berada di sini!" Teriaknya di tengah pusaran,
Pedang
"Tidak semudah itu!"
Enah merasa kesadarannya mulai terbelah. Ayat
"Aku... tidak... akan... mati!" bisik Enah dengan susah payah.
Noah sempat terkejut melihat pertahanan Enah. Sedetik kemudian, Atara melancarkan serangan balik dengan
Enah tersungkur, nyaris kehilangan kesadaran dia berhasil keluar dari pusaran. Sihir milik Atara tidak terpengaruh, bukan karena meleset tapi Enah tidak memiliki asal muasal dia bukanlah dewa, malaikat ataupun iblis tapi ayat
"Kau... ingin merelakan Holy Dimensi
Atara tersenyum misterius. "Kau sudah memiliki dimensi tanah surgawi
Enah yang tersungkur diantara mereka mulai sadar, mencoba memahami percakapan dua dewa tersebut.
Ayat
"Apa maumu sebenarnya?" Noah bertanya dingin,
Atara memutar
"Itu hanya alasan kau memikirkan kebohongan tapi kebohongan kamu payah," balas Noah.
Atara tertawa. "Kau tidak punya pilihan lain."
Noah memandang Atara dengan tatapan tajam, mencoba membaca setiap celah maksud tersembunyi di balik tawaran mengejutkan itu. "Di atas Holy Dimensi tidak ada siapapun terkecuali dia yang sedang mengawasi kita The Creator
di atasnya tidak ada siapapun lagi," gumam Noah.
"Holy Dimensi
“Kau tahu itu bukan sekadar dimensi biasa. Ada sesuatu yang tersembunyi jauh di dalamnya sebuah rahasia yang bahkan kita belum pahami."
"Aku memiliki dimensi tanah surgawi
Atara melangkah perlahan,
"Bukan sekadar menukar, melainkan membuka portal rahasia tersembunyi."
Noah terdiam. Sejenak, pertahanannya mulai runtuh.
Seketika, emosi Atara meledak. Ekspresinya berubah dari senyum misterius menjadi amarah yang membabi buta.
"HANYA ITU JAWABANMU?" teriak Atara.
Pedang
Noah sigap,
Atara tertawa gila, "TIDAK ADA PILIHAN LAIN!"
Noah menangkis dengan
Enah tersungkur, berusaha melindungi diri dari gelombang energi yang saling bertubrukan. Ayat
Pertarungan kembali memuncak, lebih dahsyat dari sebelumnya.
Dalam ledakan energi yang membelah dimensi, Enah tiba-tiba bangkit. Energi gelap dari ayat
"HENTIKAN!" teriak Enah dengan suara yang mampu mengguncang hati mereka.
Baik Noah maupun Atara seketika terhenti. Pedang
"Kalian berdua sama-sama ingin Holy Dimensi
Atara menatap tajam, "Kau siapa berani mencampuri urusan kami?"
"Aku Enah," jawabnya tenang, "Seorang pengembala yang melakukan perjalanan" lanjutnya.
Atara tertawa, "Makhluk lemah ingin menghentikan pertarungan dewa?"
Enah merasa kesal. "Bukan menghentikan, tapi menawarkan negosiasi."
Noah bergerak mendekati Enah,
"Holy Dimensi
"Aku punya informasi yang kalian butuhkan," lanjut Enah, "Tapi pertama, kalian harus berhenti bertarung."
Noah melipat tangannya,
Enah mengambil napas dalam. "Holy Dimensi
Atara yang semula marah, kini tertarik. "Entitas macam apa?"
"Dia adalah yang terkuat dijuluki sebagai yang mengetahui jalan kehidupan ini yang pertama sebelum penciptaan dimensi," jawab Enah.
"Siapa namanya?" tanya Noah tajam.
"Godsduelda," bisik Enah,
Atara tersenyum dingin, "Ceritamu menarik, tapi tidak cukup untuk menghentikanku."
Dalam sekejap, energi
kembali memuncak. Atara mengangkat pedangnya, energi darah kegilaan kembali membanjiri pertempuran. "Aku tetap akan mengalahkan Noah!”
Enah yang berdiri di tengah-tengah mereka mencoba berteriak, "TUNGGU! Kalian tidak mengerti.”
Tapi terlambat.
Enah tersungkur, terpaksa menyaksikan pertarungan yang tak terelakkan.
"Kalian akan membangunkan sesuatu yang tidak bisa kalian kendalikan!" teriak Enah.
Tapi Noah dan Atara sudah terlalu terbawa emosi untuk mendengarkan.
Pertarungan berlanjut, semakin gila dan destruktif.
Pertarungan Noah dan Atara telah berlangsung begitu lama, melewati berbagai dimensi.
Dari
Enah yang terus mengikuti mereka mulai merasa lelah menyaksikan pertarungan tanpa akhir ini.
"Sampai kapan mereka akan seperti ini?" gumam Enah pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba, sebuah kehadiran yang anggun namun penuh kekuatan muncul di belakang tempat Enah. Sosok wanita dengan rambut keperakan dan jubah putih berkilau dewi Exiriazurna Lera.
"NOAH!" suara Dewi Exiriazurna Lera menggelegar, "HENTIKAN KEGILAAN INI!"
Namun Noah tetap fokus pada pertarungannya dengan Atara, mengabaikan kehadiran sang adik angkat.
Enah yang penasaran dengan sosok dewi yang baru muncul ini memberanikan diri bertanya, "Maaf… Anda siapa?”
Dewi Exiriazurna Lera menoleh, matanya yang berwarna biru seperti rembulan menatap Enah dengan lembut. "Aku Exiriazurna Lera, adik dari makhluk keras kepala yang sedang bertarung itu," dia menunjuk ke arah Noah.
Dewi Exiriazurna Lera memandang Enah dengan senyum tipis, ada kilatan geli di matanya.
"Ada yang lucu?" tanya Enah bingung.
Lera tertawa kecil, "Maaf, hanya saja. Kau mengingatkanku pada diriku dulu. Selalu mencoba menghentikan pertarungan Noah yang tak ada habisnya."
Ledakan energi dari
"Bagaimana cara menghentikan mereka?" tanya Enah penuh harap.
Lera menggeleng pelan, senyumnya berubah getir. "Menyerah saja. Mustahil menghentikan Noah kalau dia sudah seperti ini. Kakakku itu..." dia menghela napas, "...terlalu keras kepala” lanjutnya.
"Tapi pertarungan ini bisa menghancurkan segalanya!" Protes Enah.
"Kau pikir berapa kali aku mencoba menghentikannya?" Lera menatap jauh ke arah Noah yang masih bertarung.
"Ratusan tahun, ribuan dimensi. Noah tetap Noah. Dia tidak akan berhenti sampai mendapatkan apa yang dia inginkan."
Di kejauhan, Noah dan Atara terus bertarung tidak memperdulikan sekitarnya meski hancur luluh lantak.
"Lalu kita harus bagaimana?" tanya Enah putus asa.
"Yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu. Noah, dia memiliki alasan yang jauh lebih dalam dari sekadar perebutan Holy Dimensi
"Alasan yang lebih dalam?" Enah mengerutkan kening.
"Ya," Lera mengamati pertarungan di kejauhan. "Kau tahu kenapa dia begitu terobsesi dengan Holy Dimensi
Noah dan Atara masih tenggelam dalam tarian maut mereka.
"Merebut
"Dulu, jauh sebelum semua ini... Noah pernah memiliki banyak sekali pendukung untuk menghadapi Atara tapi semua mati tidak tersisa kakak melanjutkan tekad dari para pendukung. Di sisi itu Noah ingin tempat kelahirannya, ingatannya, kenangan di masa lalu membuatnya sangat bertekad. Mereka itu kuat satu sama lain."
Enah menatap pertarungan dengan pemahaman baru. "Jadi itu sebabnya..."
"Ya," Lera mengangguk. "Noah percaya dengan menguasai Holy Dimensi
"Bukankah Atara jauh lebih kuat?" Tanya Enah.
Lera tersenyum misterius, "yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu. Noah, punya kartu truf meski Dimensi lain akan hancur itu bisa diulangi kembali."
"Sihir apa itu?" Enah mengerutkan kening.
"Ya," Lera mengamati pertarungan di kejauhan. "Pedang yang menghapus system, tetaplah disini melihat nya langsung lebih mudah dipahami kau akan menunggu lebih dari sembilan ribu tahun disini.
Lera menatap Enah dengan lebih seksama, matanya yang kebiruan menyipit penuh selidik. "Tunggu sebentar ada yang aneh denganmu."
"Apa maksudmu?" Enah mundur selangkah, merasakan tatapan menyelidik Dewi Exiriazurna Lera.
"Kau... bagaimana bisa kau bergerak dengan begitu bebas di dimensi setinggi ini? Kau sebenarnya siapa.." Lera mengambil langkah mendekat, aura dewatanya membuat udara di sekitar mereka bergetar. "Bahkan para divine yang mendiami dunia
Ledakan energi dari pertarungan Noah dan Atara menggetarkan dimensi, namun Enah tetap berdiri tegak tanpa kesulitan. Ayat
"Aku hanya seorang pengembala biasa yang melakukan perjalanan." Jawab Enah dari pertanyaan Lera tapi Lera masih mencurigai nya.
"Hm, kau ingin melihatnya sampai akhir?"
Lima ribu enam ratus enam puluh enam tahun telah berlalu sejak pertemuan dengan Dewi Exiriazurna Lera.
Dimensi-dimensi telah berubah, hancur, dan terlahir kembali terus memperbaiki dirinya sendiri. Namun pertarungan antara Noah dan Atara masih terus berlangsung, seperti tarian abadi yang tak mengenal lelah.
Enah masih di sana, menyaksikan semuanya. Ayat
"Kau masih di sini?" Suara yang familiar terdengar di belakangnya. Dewi Exiriazurna Lera muncul, masih dengan jubah putihnya yang berkilau. Tidak ada yang berubah dari sosoknya sejak pertemuan pertama mereka ribuan tahun lalu.
"Seperti yang kau lihat," jawab Enah tanpa mengalihkan pandangannya dari pertarungan. "Aku ingin melihat akhirnya."
Lera tersenyum tipis. "Dan sekarang kau mengerti mengapa aku memintamu untuk menunggu? Lihat..." Dia menunjuk ke arah
Di kejauhan, Noah menggenggam pedangnya dengan cara yang berbeda.
"Itu bukan lagi pedang [Venuszirad] tapi pedang [Gehnodov] yang ditempa dari berbagai serangan yang diterima," bisik Lera. "Senjata terakhir Noah yang akan menghapus seluruh sistem dimensi. Atara tidak akan bisa menahan, bukan hanya menghancurkan, tapi benar-benar menghapusnya dari eksistensi."
Enah mengangguk pelan. Setelah ribuan tahun, dia akhirnya memahami. "Itukah yang dia rencanakan? Menghapus seluruh sistem untuk memulai dari awal?"
"Ya," jawab Lera. "Tapi ada harga yang harus dibayar. Penggunaan pedang [Gehnodov] akan..." Kata-katanya terhenti saat ledakan energi yang luar biasa mengguncang dimensi.
Noah telah mengangkat
"Atara!" Suara Noah menggelegar. "Kau yang telah menghancurkan segalanya, kau yang telah membunuh mereka semua. Hari ini, kita akan mengulang semuanya dari awal [Gehnodov: Absolute System Reset]!"
"Tidak akan ada yang bisa lari atau menghindar dari jangkauan [Gehnodov].” Kata Lera.
Dimensi terus mengelupas, dan cahaya
Ayat
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...SISTEM TELAH DIHAPUS....
...DAN YANG TERSISA HANYALAH AWAL YANG BARU....
Keheningan.
Tidak ada suara. Segala unsur telah terhapus. Tidak ada waktu. Tidak ada energi penghidupan.
Kemudian, perlahan-lahan, setitik cahaya mulai berpendar dalam kegelapan absolut. itu membesar, memancarkan gelombang energi penciptaan yang murni The Creator telah memulai karyanya yang baru.
Dimensi-dimensi mulai terbentuk satu per satu, seperti kristal yang tumbuh dalam kegelapan. Masing-masing memiliki karakteristik uniknya sendiri, yang lain tenggelam dalam bayangan. Ada yang bergetar dengan energi kehidupan, sementara yang lain tetap sunyi dalam kedamaiannya.
Di jantung penciptaan ini, di sebuah dimensi yang baru terbentuk
Noah mengerjap, memandang sekelilingnya dengan kebingungan. Dia berada di sebuah padang rumput yang luas, dengan langit berwarna biru di atasnya dan awan terlihat bagaikan emas yang melayang. Angin sepoi-sepoi membelai rambutnya yang kini berwarna seputih salju berbeda dari hitam pekatnya di kehidupan sebelumnya.
"Di mana..." dia mencoba menggerakkan tubuhnya yang terasa asing. Ingatannya masih kabur, seperti mimpi yang perlahan memudar.
Dia mencoba berdiri, kakinya gemetar seperti bayi rusa yang baru belajar berjalan. Tangannya meraba-raba, mencari sesuatu yang tidak ada.
"Selamat datang kembali," sebuah suara yang familiar terdengar di belakangnya.
Noah berbalik perlahan, matanya melebar saat melihat sosok yang berdiri di sana. Rambut keperakan, jubah putih yang berkilau...
"Lera?"
Dewi Exiriazurna Lera tersenyum lembut. "Kau ingat padaku, kakak?"
"Aku, mengapa aku bisa mengingatmu? Bukankah seharusnya sistem telah..."
"The Creator memiliki rencananya sendiri," Lera melangkah mendekat. "Beberapa ingatan dibiarkan tetap ada, seperti benang merah yang menghubungkan masa lalu dan masa depan."
Noah memandang tangannya yang kini tampak lebih muda. "Atara..."
"Dia juga dilahirkan kembali, di dimensi yang berbeda," Lera menjelaskan. "The Creator memberikan kesempatan baru bagi kalian berdua untuk memilih jalan yang berbeda."
"Dan Enah?"
Lera tersenyum misterius. "Ah, dia... atau lebih tepatnya, itu... adalah misteri yang akan terungkap pada waktunya."
Noah mencoba melangkah, kali ini dengan lebih mantap. Dimensi di sekitarnya masih dalam proses pembentukan, seperti lukisan yang belum selesai. Di kejauhan, dia bisa melihat struktur-struktur dimensional yang masih tumbuh dan berkembang.
"Apa yang harus kulakukan sekarang?" tanyanya, lebih kepada diri sendiri.
"Itu terserah padamu," Lera menjawab. "The Creator telah memberikan kanvas yang baru. Kali ini, kau bisa melukis cerita yang berbeda."
"Aku ingin melihat dimensi-dimensi yang baru ini," katanya akhirnya.
Lera mengangguk. "Kalau begitu, mari kita mulai perjalanan baru ini. Kali ini, sebagai saudara dan teman perjalanan"
Noah dan Lera melintasi berbagai dimensi yang masih dalam proses pembentukan. Setiap langkah mereka meninggalkan riak energi perak yang perlahan menyatu dengan struktur dimensional yang baru. Memancarkan aura misterius.
"Dimensi
Noah merasakan getaran familiar dalam dirinya. Ada sesuatu yang menariknya ke dimensi ini, sebuah panggilan yang tidak bisa dijelaskan. "Apa yang ada di dalam sana?"
"Kekuatan," jawab Lera. "Tapi juga bahaya.
Noah mengulurkan tangannya, menyentuh portal yang berpendar. Ingatan samar tentang pertarungannya dengan Atara berkelebat dalam benaknya. Dulu, dia memiliki
"Kau tidak perlu senjata untuk memasuki
"Pemahaman tentang apa?"
"Tentang mengapa The Creator memberimu kesempatan kedua. Mengapa dia harus memberikan [Gehnodov] dan mengapa sang The Creator masih menciptakan kakak." Lera menatap kakaknya dengan serius. "Lehfilma bukan sekadar penjaga dia adalah manifestasi dari tujuh aspek kebijaksanaan yang harus dikuasai sebelum seseorang bisa menguasai
Noah melangkah memasuki
Suara mendesis terdengar dari kejauhan, diikuti geraman rendah yang membuat tanah bergetar.
"Lehfilma sudah merasakan kehadiranmu," kata Lera.
"Setiap kepalanya mewakili satu aspek Kebijaksanaan, Keberanian, Pengampunan, Kesabaran, Keseimbangan, Pengorbanan, dan Kebenaran."
Noah merasakan energi yang berbeda mengalir dalam tubuhnya bukan lagi kekuatan destruktif seperti dulu, tapi sesuatu yang lebih dalam dan fundamental. "Bagaimana cara mengalahkannya?"
"Bukan mengalahkan," Lera menggeleng. "Tapi memahami. Setiap kepala akan mengujimu dengan cara yang berbeda. Kau harus membuktikan bahwa kau layak menguasai
Geraman semakin dekat, dan dari balik pepohonan, sosok Lehfilma mulai terlihat. Tubuhnya yang bersisik putih berkilau memantulkan kristal merah di setiap kepala, tujuh kepalanya masing-masing memancarkan aura yang berbeda. Mata-matanya yang berwarna merah menyala menatap tajam ke arah Noah.
"Aku tidak bisa membantumu dalam ujian ini," kata Lera, mundur beberapa langkah. "Ini adalah perjalananmu sendiri."
Noah mengangguk, melangkah maju menghadapi Lehfilma. Kali ini, dia tidak mencari-cari senjata atau kekuatan. Ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya pemahaman bahwa pertarungan ini bukan tentang siapa yang lebih kuat.
Kepala pertama Lehfilma yang mewakili kebijaksanaan maju mendekat, matanya menatap langsung ke dalam jiwa Noah.
"Katakan padaku," suara Lehfilma bergema dalam pikiran Noah, "apa yang kau cari?” Lanjutnya.
Dan dengan pertanyaan itu, ujian Noah di
Noah menatap mata merah Lehfilma yang berkilat dalam kegelapan. "Aku mencari pemahaman," jawabnya dengan suara tenang. "Pemahaman tentang mengapa The Creator memberiku kesempatan kedua,” lanjutnya.
Ketujuh kepala Lehfilma bergerak dalam harmoni yang sempurna, mendesis pelan. Kepala yang mewakili Kebijaksanaan tetap menatap Noah, sementara kepala lainnya mulai bergerak mengitarinya.
"Kesempatan kedua?" Kepala Kebenaran mendesis. "Atau kesempatan untuk mengulangi kesalahanmu?" Lanjutnya.
"Tidak," Noah menggeleng. "Dulu aku mengejar kekuatan demi kekuatan. Sekarang. aku ingin memahami," lanjutnya.
Kepala Pengampunan maju, matanya berkilat dengan warna terang. "Kau bicara tentang pemahaman, tapi apakah kau sudah memaafkan dirimu sendiri atas apa yang terjadi di sistem yang lama?"
Pertanyaan itu menghantam Noah seperti gelombang energi. Bayangan pertarungannya dengan Atara, kehancuran dimensi-dimensi, penggunaan
"Aku..." Noah terdiam sejenak. "Aku menerima apa yang telah kulakukan. Dan aku siap untuk belajar dari itu." Lanjutnya.
Kepala Kesabaran mendesis panjang. "Kau masih mencari pedang, Noah. Kami bisa merasakannya dalam jiwamu."
"Ya," Noah mengakui. "Tapi bukan untuk menghancurkan. [Venuszirad] ada hubungan yang lebih dalam dengan pedang itu. Sesuatu yang belum kupahami sepenuhnya."
Ketujuh kepala Lehfilma saling berpandangan, seolah berkomunikasi dalam diam. Kemudian, kepala Keseimbangan berbicara, "Kau benar. [Venuszirad] bukan sekadar senjata. Ia adalah kunci."
"Kunci?"
"Kunci menuju takdirmu yang sebenarnya," kepala pengorbanan menjelaskan. "Tapi sebelum kau bisa menemukannya kembali, kau harus membuktikan bahwa kau layak,” lanjutnya.
Noah berdiri tegak, merasakan energi asing mengalir dalam tubuhnya. "Aku siap."
Ketujuh kepala Lehfilma mengangkat diri secara bersamaan, mata mereka bersinar semakin terang. "Kalau begitu, terimalah ini sebagai langkah pertama."
Tubuh raksasa Lehfilma mulai bergerak, dan dari mulut kepala keberanian, sesuatu mulai muncul. Sebuah pedang dengan bilah berwarna keperakan
"Pedang ini akan membimbingmu menuju [Venuszirad]," Lehfilma menjelaskan.
"Tapi ingat, kekuatannya berbeda. [Vianemur] adalah pedang pemahaman, bukan penghancur,” lanjutnya.
Noah mengulurkan tangannya, dan
"Aku akan menemanimu dalam pencarian ini," Lehfilma mengumumkan. "Bukan sebagai penjaga atau penguji, tapi sebagai pembimbing. Karena dalam sistem yang baru ini, bahkan kami para penjaga harus belajar untuk berubah.”
Lera, yang sejak tadi mengamati dalam diam, tersenyum tipis. "Sepertinya perjalanan kita akan bertambah satu anggota."
Noah mengangguk, memandang
"Ke dunia permukaan dimensi
Dan dengan itu, sebuah babak baru dalam perjalanan Noah dimulai. Kali ini, dengan
Noah, dan Lera melintasi portal dimensional menuju dunia misterius
"Tempat ini..." Noah memandang sekelilingnya.
"Lifrihnie," Lera menjelaskan. "Dunia pertama dibawah dimensi
“Sebenarnya mengapa aku yang harus lebih dulu menjadi penguasa utama dimensi
Mereka berjalan di atas permukaan air yang padat seperti kristal. Cahaya dari tubuh mereka menciptakan panorama yang memukau.
Dari kedalaman air laut
"Noah," suara The Creator bergema dalam pikiran mereka. "Kau telah menemukan [Vianemur]."
"Ya," Noah menggenggam pedang peraknya. "Tapi saya masih mencari [Venuszirad], apakah aku harus beralih menjadi dewa utama dimensi
"[Venuszirad] tidak hilang. Ketahuilah di masa depan akan ada perang besar melibatkan semuanya lebih parah dan memakan banyak korban, semuanya akan terjadi di dimensi
"Apa yang harus saya lakukan untuk menemukannya kembali?"
Cahaya The Creator berpendar lebih terang. "[Vianemur] akan membimbingmu dalam perjalanan ini kesadarannya terbagi dengan mahkluk agung Lehfilma panggil saja. Kunjungi setiap dunia supaya kamu memahami.”
"Ya. Lakukan perjalanan dan bersabarlah, jika kamu sampai di dunia
Noah menatap
"[Vianemur] adalah kompas spiritualmu," The Creator menjelaskan lagi, "Tapi ingat Noah, kekuatan sejati tidak terletak pada pedang, tapi pada pemahaman yang kau dapatkan dalam perjalanan mencarinya."
"Saya mengerti," Noah mengangguk. "Ke mana saya harus pergi pertama kali?"
"Mulailah dari dunia yang kau pijak itu, " The Creator menjawab.
Lehfilma dalam wujud
"Ya," The Creator setuju. "Tapi ingat, setiap ujian adalah milik Noah sendiri. Kalian hanya bisa membimbing, tidak bisa mengambil alih pertarungannya."
"Saya siap," Noah menggenggam
"Kalau begitu, pergilah," The Creator memberi restu. "Tunjukkan padaku jangan ulangi kesalahanmu dulu akan ada aturan baru yang harus kau patuhi."
Cahaya The Creator mulai meredup, namun sebelum menghilang sepenuhnya, suaranya terdengar sekali lagi:
"Dan Noah... kali ini, gunakan kekuatanmu dengan bijak. Karena dalam sistem yang baru ini, setiap pilihan memiliki konsekuensi yang jauh lebih besar dari sebelumnya."
Dengan itu, Noah, Lera, bersama pedang
"
"Tempat ini..." Noah menggenggam
"Tentu saja," suara Lehfilma terdengar dari
Mereka berjalan menyusuri padang rumput, mengikuti arah getaran
Bunga-bunga berwarna perak bermekaran di sekitar langkah mereka, mengeluarkan aroma manis yang menenangkan.
"Lihat itu," Lera menunjuk ke arah sebuah pohon raksasa yang berbeda dari yang lain. Batangnya berwarna putih mengkilap, dengan sulur-sulur energi keemasan yang melilit ke atas.
Noah melangkah mendekat.
"Pohon Kehidupan Rihayat," Lehfilma menjelaskan. "Salah satu manifestasi kekuatan The Creator yang tertua akarnya berada di dunia paling dangkal dimensi ini."
Saat Noah semakin mendekat, sesuatu mulai muncul dari dalam batang pohon sosok seorang wanita yang terbuat dari energi murni.
"Selamat datang, Noah," suara wanita itu terdengar seperti gemericik daun. "Aku adalah Elhaine, penjaga Pohon Kehidupan."
"Apa yang harus kulakukan di sini?" tanya Noah.
"The Creator mengirimmu untuk belajar," Elhaine tersenyum. "Dan pelajaran pertama adalah tentang nilai sebuah kehidupan, dulu kau menggunakan untuk menghancurkan. Kali ini, kau harus memahami bagaimana melindungi."
Tiba-tiba, langit berubah gelap. Dari kejauhan, terdengar raungan mengerikan.
"Para hewan Devourer," Elhaine menatap ke kejauhan.
"Mereka datang untuk memakan energi pohon kehidupan. Tunjukkan padaku, Noah apakah kau akan menggunakan [Vianemur] seperti kau menggunakan pedang kehancuran dulu?"
Noah menatap pedang di tangannya, kemudian memandang ke arah monster-monster kegelapan yang mendekat. Kali ini, dia harus membuat pilihan yang berbeda.
Ujian pertamanya di
Para hewan Devourer mendekat dengan cepat makhluk-makhluk kegelapan berbentuk naga, dan mahkluk jenis aneh lainnya. Energi kehidupan di sekitar pohon kehidupan tersedot, membuat bunga-bunga perak layu dan rumput menghitam.
Noah menggenggam
"Lehfilma," Noah berbisik pada pedangnya. "Apa yang kau ketahui tentang para Devourer ini?"
"Mereka adalah makhluk keseimbangan," suara Lehfilma menjawab. "Diciptakan untuk mengontrol energi kehidupan agar tidak berlebihan. Tapi sekarang mereka kehilangan kendali."
Noah melihat gerakan para Devourer dengan seksama. Di tengah kegelapan yang mereka pancarkan, dia melihat sesuatu titik-titik cahaya kecil yang berpendar di dada mereka.
"Inti kehidupan," Elhaine menjelaskan, seolah membaca pikiran Noah.
"Bahkan makhluk penghancur memiliki cahaya kehidupan dalam diri mereka."
Noah mengangguk paham. Dia mengangkat
"Apa yang kau lakukan?" tanya Lera.
"Mencoba cara yang berbeda," Noah menjawab. Dia mengarahkan
Seketika, sulur-sulur itu bercahaya lebih terang. Energi kehidupan murni memancar ke segala arah, membentuk kubah pelindung yang mengelilingi area itu.
Para Devourer menabrak kubah itu, tapi tidak bisa menembusnya. Lebih dari itu, cahaya dari kubah mulai mempengaruhi mereka. Titik-titik cahaya di dada mereka berpendar semakin terang.
"Mereka tidak perlu dihancurkan," Noah berkata pelan. "Yang mereka butuhkan adalah keseimbangan."
Perlahan, para Devourer mulai berubah. Kegelapan yang menyelimuti mereka memudar, digantikan oleh keperakan. Mata merah mereka melembut menjadi putih.
"Kau memahami esensi sejati dari kekuatan," Elhaine tersenyum. "Bukan untuk menghancurkan, tapi untuk mentransformasi. Untuk menyembuhkan."
Dari tubuh para Devourer yang telah berubah, serpihan energi keemasan mulai berkumpul. Mereka melayang ke arah Noah, bersatu membentuk sebuah kristal kecil yang bercahaya.
"Pecahan itu, simpanlah pasti ada sesuatu dibalik nya," Elhaine menjelaskan. "Aspek Penyembuhan. Simpan dan pahami maknanya." Noah menerima kristal itu.
"Ke mana selanjutnya?" tanya Lera.
"Dunia bawah
"Semoga keberuntungan ada padamu Noah." Doa Elhaine.
Noah mengangguk, menggenggam kristal pertama. Satu langkah telah dilalui, namun perjalanan masih panjang dan kali ini, dia akan menempuhnya dengan pemahaman baru tentang arti sejati dari kekuatan.
Mereka memasuki lubang portal menuju
Kristal-kristal raksasa menjulang tinggi, memantulkan cahaya dalam spektrum warna yang memukau.
"
"Disini, udara adalah racun. Tiada mahkluk yang bisa hidup. Mungkin mereka ada beberapa, tapi sebagian memiliki bentuk aneh dan tumbuhan lebih banyak berduri dan mengeluarkan nanah."
Mereka menyusuri jalan yang penuh dari akar yang menjalar.
"Mengapa The Creator menyegel mereka?" Tanya Noah melihat sesuatu di depannya.
"Karena bahkan The Creator tahu ada hal-hal yang terlalu berbahaya untuk dibiarkan bebas," Lehfilma menjawab.
"Kekuatan-kekuatan yang bisa menghancurkan keseimbangan sistem itu sendiri,” lanjutnya.
Tiba-tiba, mereka mendengar suara retakan. Salah satu kristal raksasa mulai menunjukkan garis-garis pecah, cahaya merah menyala memancar dari dalamnya.
"Tidak mungkin," Lehfilma terdengar cemas. "kristal itu seharusnya tidak bisa pecah!"
"Kecuali..." Lera menatap Noah. "Kecuali ada yang memiliki kekuatan setara di dekatnya." Lehfilma menjawab dari pedang.
Noah menyadari arti katakata itu.
Kristal itu akhirnya pecah sepenuhnya. Dari dalamnya, muncul sosok yang terbuat dari api hitam dan petir merah dia dijuluki mahkluk Gavdria, salah satu kekuatan kuno yang paling ditakuti.
"Bebas..." suara mahkluk yang telah sekian lama dalam tempurung bergema seperti guntur. "Setelah sekian lama, akhirnya bebas!"
Noah mengangkat
mengajarinya bahwa kekerasan tidak selalu menjadi jawaban. Tapi bagaimana menghadapi kekuatan yang memang diciptakan untuk menghancurkan?
"Noah," Lehfilma berbicara. "Ingat apa yang kau pelajari. Bahkan dalam kehancuran, ada kehidupan. Bahkan dalam kegelapan, ada cahaya."
Gavdria melancarkan serangan pertamanya gelombang api hitam yang membakar segala yang disentuhnya. Noah menggunakan
Dia memandang pecahan. Mungkin kali ini, ujiannya bukan tentang mengalahkan atau menyegel kembali tapi tentang memahami.
Noah mengambil langkah pertama menghadapi tantangan barunya di
"Tunggu!" Noah berteriak, mengejutkan semua yang hadir.
"Aku ingin berbicara denganmu."
Petir disekitar tubuhnya berkobar lebih tinggi. "Berbicara? Dengan makhluk yang telah memenjarakan aku selama ribuan tahun?" Dia mulai menjawab dengan rasa angkuh.
"Bukan aku yang memenjarakan mu," Noah menjawab tenang, menurunkan
Petir merah menyambar di sekitar mereka, tapi Noah tetap berdiri tegak sihir lemah seperti itu tidak mungkin bisa melukai Noah. Kristal di tangannya bercahaya lembut, seolah memberikan kekuatan.
"Noah, apa yang kau lakukan?" Lera berbisik cemas.
"Mencoba memahami," Noah menjawab. "The Creator pasti punya alasan untuk setiap tindakannya,” lanjutnya.
Gavdria tertawa menggelar. "Kau ingin tahu ceritaku? Baiklah."
Petirnya membentuk imaji gambaran masa lalu yang kelam. "Aku diciptakan sebagai penyeimbang. Ketika kehidupan tumbuh terlalu pesat, akulah yang membersihkan. Ketika ciptaan menjadi terlalu kuat, aku yang melemahkan."
"Tapi kemudian kau kehilangan kendali," Lehfilma menambahkan melalui
"Kehilangan kendali?" Gavdria mendesis.
"Tidak. Aku justru melakukan tugasku dengan sempurna. Terlalu sempurna sampai akhirnya membuat seseorang muncul dan menyegelku, aku ingat! Dia memiliki suara perempuan tapi tubuhnya seperti mengeluarkan partikel hitam.”
Noah mengangguk paham. "Kau seperti para Devourer di
"Kemudian apa?" tantang Gavdria.
"Sosok itu mengurung karena aku melakukan pekerjaan dengan baik. Udara disini tidak sepenuhnya racun, semua terjadi setelah aku tersegel.”
"Siapa yang kau maksud itu? Sosok dengan tubuh partikel hitam,” Noah melangkah maju.
"Yang lebih penting Gavdria kau telah bebas cobalah untuk melakukannya kembali dan tumbuh kau mungkin bisa membalas dendam untuk terus melindungi dunia ini,” lanjut Noah.
Gavdria terdiam sejenak. Petirnya berkobar lebih tenang. "Kau berbicara seperti seseorang yang pernah kehilangan kendali atas kekuatannya sendiri."
"Ya," Noah mengakui. "Dan aku belajar bahwa kekuatan sejati bukan tentang seberapa banyak yang bisa kau hancurkan, tapi tentang bagaimana kau bisa menciptakan keseimbangan."
Lera mengangkat kristal yang digenggam Noah. Membiarkan cahayanya menerangi kegelapan.
"Lihati? Bahkan dalam cahaya paling terang ada bayangan, dan dalam kegelapan paling pekat ada secercah harapan.”
Petir merahnya melembut menjadi kekuningan.
"Apa yang terjadi padaku?" Gavdria bertanya, suaranya tidak lagi menggelegar.
"Kau menemukan keseimbangan," Noah tersenyum. "Seperti para Devourer, kau tidak perlu dikurung atau dihancurkan. Kau hanya perlu memahami tujuan sejatimu."
Dari tubuh Gavdria yang berubah, serpihan energi kedua mulai terbentuk kristal berwarna ungu gelap yang berpendar dengan kekuatan yang terkendali.
"Pecahan Kendali," Lehfilma menjelaskan. "Aspek kedua dari hati,” lanjutnya.
“Hah apa maksud kau?”
Noah menerima kristal itu, merasakannya beresonansi dengan kristal lain. "Ke mana selanjutnya?"
"Dunia
Gavdria, yang kini lebih tenang dan seimbang, membungkuk pada Noah.
"Terima kasih telah menunjukkan jalan yang berbeda. Mungkin ini yang aku ingin sejak awal bukan pengekangan, tapi pemahaman, sekarang aku akan mencoba terus memahami."
Noah mengangguk. Dua pecahan telah ditemukan, dan pemahaman barunya tentang kekuatan semakin dalam.
Dengan Lera di sisinya dan
Portal dimensi membawa mereka ke
"
"Tempat di mana realitas dan ilusi bercampur menjadi satu."
Noah merasakan sensasi aneh saat melangkah di tanah yang bergerak.
"Di sini, persepsi adalah segalanya," Lehfilma menjelaskan. "Apa yang kau lihat mungkin nyata, mungkin juga tidak. Tergantung bagaimana kau memahaminya."
Di kejauhan, mereka melihat sebuah menara putih seperti kertas tanpa warna namun saat awan berada diatasnya seolah menara itu menyatu dengan warnanya Aurora.
"Menara Ilusi," Lera berkata. "Apakah itu menara yang disebut segala kemungkinan yang tidak terwujud?"
Tiba-tiba, udara di sekitar mereka bergetar. Sosok-osok transparan mulai muncul bayangan dari berbagai realitas alternatif.
"Ini..." Noah terkesiap saat melihat dirinya sendiri dalam berbagai versi. Ada Noah yang memilih jalan berbeda, Noah yang gagal, Noah yang menjadi penguasa tirani, bahkan Noah yang tidak pernah menemukan
"Realitas paralel," Lera menjelaskan. "Di
Salah satu bayangan melangkah maju versi Noah yang tampak lebih gelap dan berbahaya.
"Kau pikir kau sudah belajar dari kesalahanmu?" bayangan itu bertanya dengan nada mengejek. "Kau pikir kau sudah berubah?" Tatapannya kosong ke bawah.
Noah menggenggam
"Benarkah?" bayangan itu tertawa. "Lalu mengapa kau masih mencari kekuatan? Mengapa masih mengejar?"
"Karena..." Noah terdiam sejenak, mencari jawaban yang tepat.
"Noah," Lehfilma berbicara melalui
"Aku mencari ," Noah akhirnya menjawab, "bukan untuk mendapatkan kembali kekuatan, tapi untuk memahami makna sejati dari kekuatan itu sendiri."
Bayangan-bayangan di sekitar mereka mulai bereaksi terhadap kata-katanya. Beberapa memudar kemudian sesaat mereka tersenyum, sementara yang lain menjadi lebih jelas.
"Dan menurutmu apa makna sejati dari kekuatan?" tantang versi gelapnya.
"Keseimbangan," Noah menjawab mantap. "Bukan tentang menghancurkan atau menciptakan, tapi tentang memahami kapan harus melakukan. Seperti Gavdria yang akhirnya menemukan tujuan sejatinya, seperti para Devourer yang belajar menjadi bagian dari siklus kehidupan."
Saat dia berbicara, kristal-kristal di tangannya mulai beresonansi dengan lebih kuat. Cahaya mereka menerangi bayangan-bayangan, membuat yang gelap memudar dan yang terang semakin bersinar.
"Dan di sinilah ujian sejatimu dimulai," sebuah suara baru terdengar. Dari puncak Menara Ilusi, sosok figur turun perlahan dia Ebenveth, penjaga realitas yang tidak terwujud.
"Untuk mendapatkan pecahan ketiga," Ebenveth melanjutkan, "kau harus menghadapi semua kemungkinan dirimu. Hanya dengan memahami siapa dirimu di semua realitas, kau bisa menemukan siapa dirimu yang sebenarnya."
Noah mengangguk, siap menghadapi ujian berikutnya. Kali ini, pertarungannya bukan melawan musuh luar, tapi melawan berbagai versi dari dirinya sendiri sebuah perjalanan untuk menemukan kebenaran sejati di antara ribuan kemungkinan.
Ebenveth mengangkat tangannya, dan seketika ruang di sekitar mereka berubah. Mereka kini berada di dalam Menara Ilusi, dikelilingi oleh cermin-cermin yang menampilkan berbagai versi kehidupan Noah.
"Setiap cermin," Ebenveth menjelaskan, "menunjukkan pilihan yang bisa kau ambil. Yang telah kau ambil. Yang mungkin akan kau ambil."
Noah melihat dirinya dalam berbagai situasi ada Noah yang memilih untuk tetap menggunakan kekuatan untuk kekuasaan, Noah yang menyerah dan hidup sebagai mahkluk biasa (tidak abadi), Noah yang berhasil menemukan keseimbangan lebih awal.
"Tapi mana yang nyata?" tanya Noah.
"Semuanya nyata," Lera menjawab. "Di
"Dan itulah tantanganmu Noah," Ebenveth menambahkan. "Kau harus memilih bukan versi terbaik dari dirimu, tapi versi terbenar dari dirimu."
Noah melangkah mendekati cermin-cermin itu. Setiap bayangan memiliki ceritanya sendiri, pengalaman dan pelajaran yang berbeda.
"Bagaimana aku bisa tahu mana yang benar?" Noah bertanya pada Lehfilma.
"Gunakan apa yang telah kau pelajari," Lehfilma menjawab melalui
"Kristal Penyembuhan mengajarkan tentang kehidupan. Kristal Kendali tentang keseimbangan,” tegas Lehfilma pada Noah.
Noah memejamkan mata, merasakan energi dari kedua kristal yang dia bawa. Saat dia membuka mata, dia melihat sesuatu yang berbeda di salah satu cermin versi dirinya yang tidak tampak terlalu kuat atau terlalu lemah, tidak terlalu baik atau terlalu jahat.
"Versi itu," Noah menunjuk, "tampak paling... nyata."
"Karena itulah dirimu yang sebenarnya," Ebenveth mengangguk.
"Bukan yang terkuat atau terlemah, tapi yang paling seimbang. Yang memahami bahwa kekuatan sejati datang dari penerimaan akan semua sisi dirimu,” lanjut Ebenveth.
Saat Noah melangkah mendekati cermin itu, bayangan-bayangan lain mulai bereaksi. Beberapa mencoba menariknya, menggodanya dengan janji-janji kekuatan atau kedamaian absolut.
"Jangan tertipu," Lera memperingatkan. "Kesempurnaan bukan tujuanmu."
"Aku tahu," Noah tersenyum. "Kesempurnaan adalah ilusi. Keseimbangan adalah kenyataan."
Dia mengulurkan tangan, menyentuh cermin yang menampilkan versi dirinya yang seimbang. Seketika, cermin itu bersinar terang, dan dari dalamnya muncul kristal ketiga berwarna biru safir yang berkilau dengan cahaya dalam.
"Kristal Kebenaran," Lehfilma menjelaskan.
Noah mengambil kristal itu, merasakannya beresonansi dengan dua kristal lainnya. Penyembuhan, Kendali, dan Kebenaran tiga aspek yang perlahan mulai membentuk pemahaman utuh tentang kekuatan sejati.
"Selamat," Ebenveth tersenyum. "Kau telah menemukan dirimu yang sejati. Tapi perjalananmu belum selesai."
"Masih ada banyak dunia lagi," Lera menambahkan. "Dunia
Noah mengangguk. Tiga kristal telah ditemukan, masing-masing membawa pelajaran yang berbeda.
"Dunia
Ebenveth melangkah mendekat, jubah hitamnya berdesir lembut. "Juranghaya adalah tempat di mana semua realita bertemu seperti titik pusat dari roda yang tak terhingga. Di sana, kekuatan mencapai puncaknya."
"Tapi juga tempat yang paling berbahaya," Lehfilma menambahkan, suaranya bergema melalui
"Aku siap," kata Noah mantap. "Tapi bagaimana cara mencapai
Ebenveth mengangkat tangannya, dan udara di sekitar mereka bergetar. Cermin-cermin di Menara Ilusi mulai berputar, menciptakan spiral cahaya yang memukau.
"
"Tapi ingat," Ebenveth memperingatkan, "kekuatan sebesar itu bisa menghancurkanmu jika kau tidak siap. Bahkan dengan semua yang telah kau pelajari."
Noah mengangguk, memahami risiko yang dia hadapi. Dia telah belajar bahwa kekuatan sejati bukan tentang dominasi, melainkan tentang pemahaman. Tentang menerima semua aspek dari dirinya kebaikan dan kegelapan, kekuatan dan kelemahan.
"Pegang kristal-kristal itu," Lehfilma menginstruksikan, "dan bayangkan mereka sebagai satu kesatuan. Bukan tiga kekuatan terpisah, tapi satu kekuatan yang utuh."
Noah memejamkan mata, memusatkan konsentrasinya. Dia merasakan energi dari ketiga kristal mulai berpadu. Kristal Penyembuhan memberikan kehangatan yang menenangkan. Kristal kendali menawarkan kekuatan yang stabil. Kristal Kebenaran membawa kejernihan pikiran yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Ruangan mulai berputar lebih cepat. Cermin-cermin berkilau semakin terang hingga cahayanya membutakan. Noah merasakan tubuhnya seolah ditarik ke segala arah sekaligus.
"Jangan melawan!" dia mendengar suara Lera berseru. "Biarkan energinya mengalir!"
Noah melepaskan semua resistensi dalam dirinya. Dia membiarkan energi ketiga kristal membawanya, mempercayai bahwa keseimbangan yang telah dia temukan akan menuntunnya.
Ketika cahaya mulai meredup dan ruangan berhenti berputar, Noah membuka matanya. Pemandangan di hadapannya membuat napasnya tercekat.
Mereka tidak lagi berada di Menara Ilusi. Di sekeliling mereka terbentang lansekap yang mustahil puluhan, mungkin ratusan dunia yang berbeda, semua terlihat secara bersamaan seperti mozaik realitas yang rumit.
"Selamat datang di
Inishnaya mengangkat tongkatnya
"Tujuh dunia," Inishnaya menjelaskan, "masing-masing memiliki perannya dalam menyeimbangkan realitas dan yang pertama harus kalian jelajahi adalah
"
"Dunia ini adalah tempat di mana energi murni terbentuk," Inishnaya menjawab sambil menunjuk ke arah salah satu lingkaran yang berpendar keunguan.
"Di sana, kalian akan menemukan sumber dari kekuatan yang mengalir ke semua dunia lainnya. Pohon kehidupan Rihayat tidak bisa menjangkau bahkan tidak bisa tumbuh disini dia tidak melewati dan tidak menembus langit dunia
Inishnaya mengayunkan tongkatnya sekali lagi, dan sebuah portal mulai terbentuk gerbang berpilar kristal dengan energi keunguan yang berputar di tengahnya.
"Kalian harus bersiap," Inishnaya memperingatkan. "
"Tidak, aku tidak lagi memikirkan kekuasaan."
Noah dan Exiriazurna saling pandang, komunikasi tanpa kata yang hanya bisa dipahami oleh saudara. Mereka telah melalui banyak hal bersama, dan ini adalah babak baru dalam perjalanan mereka.
"Kami siap," kata mereka bersamaan.
"Satu hal lagi," Inishnaya berkata saat mereka hampir mencapai ruang. "Di
Dengan kata-kata misterius itu bergema di telinga mereka, Noah dan Lera melangkah memasuki dunia bawah. Cahaya keunguan menyelimuti mereka, dan mereka merasakan tarikan yang kuat ketika struktur dunia di sekitar mereka mulai berubah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!