NovelToon NovelToon

Istri Tuan Muda Casanova

Prolog.

Reno Zesnard Phoenix.

Tuan Muda Phoenix Grup, pesona akan pria Casanova yang baru menginjak usia 27 tahun.

di sebuah perkampungan yang cukup penduduk. pembangunan sebuah Mall sedang dilakukan di daerah tersebut, tak lain dibawah kekuasaan pengusaha ternama Phoenix. seorang CEO muda yang diberi kepercayaan langsung oleh sang papa, untuk menjalankan bisnis di perusahaan cabang.

Reno sedang duduk manis di ruangannya sembari berpangku kaki, tak lama sekertaris Alan masuk untuk memberikan laporan mingguan, mengenai pembangunan yang hampir 75 persen selesai.

namun semuanya tak berjalan mulus, beberapa warga mendesak marah. akan pembangunan Mall yang mengambil sebagian lahan mereka, sekalipun sudah di bayar. tetap saja mereka masih menuntut hak, agar dengan segera pembangunan tersebut diberhentikan.

tragedi tolak menolak terus terjadi setiap harinya, hingga beberapa warga maupun pekerja mengalami luka-luka dari perlawanan Masing-masing pihak. Reno ikut geram akan tindakan warga yang semena-mena, padahal Ia sudah mengeluarkan cukup uang untuk menutup mulut dan membayar tanah milik warga.

"Maaf Tuan, sepertinya Tuan Aston menekan Anda untuk memberhentikan proyek ini. karena Tuan besar tidak ingin mengambil resiko dan memperburuk nama kita di mata masyarakat." Ucap sekertaris Reno yang bernama Alan itu. menyerahkan laporan mingguan sembari menunggu jawaban Tuanya.

"Kau pikir aku setuju? jangan meremehkan kinerjaku, tetap lanjutkan pembangunannya. hanya aku yang boleh memutuskan," Ujar Reno tidak terbantahkan.

Karena keputusan Tuannya, Alan mengangguk kemudian meraih beberapa dokumen yang telah Reno tanda tangani. Alan keluar untuk menyerahkan dokumen tersebut pada asisten pribadinya. untuk diserahkan langsung ke kantor utama.

...----------------...

"Anak itu memang besar kepala." Umpat Aston di ruangannya, sembari menatap beberapa dokumen yang ada di atas meja. Aston lantas melirik Sekertaris Jack dan menyuruhnya memanggil seseorang ke ruangannya.

tak lama dari itu, seorang wanita dengan setelan jas rapih. rambut tergerai indah, dengan raut wajah tegas namun masih baby face. mengetuk pintu, lalu masuk kemudian membungkuk hormat. "Maaf Tuan, Anda memanggil saya." Ujar Carine, seraya menunggu perintah Tuannya.

Carine Anastasya Conwer.

Nama samaran yang diberikan Aston sejak Carine diangkat jadi mata-mata Aston di dunia bawah, atau Mafia. Carine sangat ahli di bidang penyamaran. untuk itulah, Ia kerap menjadi andalan Aston untuk mengusut informasi musuh.

Dua puluh tahun menempuh pendidikan di Italia, Carine memilih kembali ke tanah air dan mengabdikan diri untuk Phoenix Grup. sesuai janjinya pada Aston sebelum ke italia. dan sekarang genap tahun ke enam di usia 26 tahun, Carine berkecimpung sebagai mata-mata.

"Carine, aku punya tugas baru untukmu. sekarang kau kuberhentikan jadi supir Araaku, biar yang lain mengurusnya. aku yakin keahlianmu di atas rata-rata, menyamar jadi gadis desa dan berbaur dengan masyarakat. aku ingin tahu dampak apa yang mereka rasakan, Reno benar-benar keras kepala. padahal tanpa proyek itu, kita tidak akan jatuh miskin, apalagi kekurangan uang." Ujar Aston menarik napas dalam. lalu menyuruh carine agar memulai tugasnya dengan segera.

Carine keluar dari ruangan Aston, tanpa menunggu waktu lama. Carine meninggalkan gedung Phoenix grup, menuju apartement nya dan menyusun segala perlengkapan yang Ia butuhkan selama di desa.

Setelah selesai packing, Carine menaruh semuanya ke bagasi mobil. dan memutuskan untuk tak menunda pekerjaannya, Carine langsung menuju desa tersebut.

perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan itu, Carine tiba di sebuah desa. Ia lalu meninggalkan mobilnya begitu saja, seseorang akan mengurusnya nanti. sambil melirik sekitarnya, banyak petani sawah yang sepertinya sudah mau pulang kerumah. membawa bakul di bahu bahu mereka.

"Permisi Tuan, rumah kepala desa di sebelah mana yah?" Tanya Carine sembari menghapus pelu yang membasahi dahinya. cuaca terik di siang hari, menambah sedikit kelelahan di wajah Carine. namun sebaliknya dengan orang-orang kampung, mereka tak kenal yang namanya kata letih. mereka senantiasa berjuang demi sesuap nasi untuk anak dan istri dirumah. adapun para wanita yang ikut ke ladang. sungguh indah memang pemandangan kampung.

"Oh masih agak jauh dari sini dek, kamu pasti bukan warga kampung sini yah." Ucap salah seorang ibu ibu yang kebetulan searah jalannya. melihat wanita muda yang putih bersih bagai kapas pun kalah putihnya, dalam hati si ibu terkagum-kagum. seperti melihat berbie hidup atau bule bule kesasar.

"Iya Buk, saya mahasiswa dari kota. dan sedang turun penelitian. kebetulan saya dapatnya di desa ini. sedang mencari tempat nginap juga Bu. siapa tahu disini ada Villa atau hotel." Ucap carine tersenyum ramah, Carine sudah menyusun skenario senatural mungkin. agar warga desa tidak ada yang menaruh curiga padanya.

"Yah ampun Dek, disini mana ada Villa atau hotel. yang ada hanya rumah rumah penduduk. kalau gitu, hayuk tinggal dirumah ibu saja. dirumah, ibu cuman berdua sama bapak. kami belum punya anak." Ajak sang Ibu yang bernama Narti, walaupun sedikit menaruh curiga pada wanita muda yang baru Narti lihat. karena biasanya para mahasiswa itu minimal beberapa orang, ini hanya seorang saja.

"Ya ampun makasih Buk, tapi ngga ngerepotin?" Ujar Carine merasa sungkan, namun dalam hatinya mengucap syukur. akhirnya ada penduduk desa yang mau menampung dirinya.

"Tidak apa-apa, Yuk, ikut ibu." Ajak Narti sembari melangkah menyusuri jalan, beberapa meter dari ladang. akhirnya Carine dan Narti tiba dirumah, sederhana namun nyaman dan pastinya Bu Narti terbilang keluarga berkecukupan.

Sebelum sampai di rumah Bu Narti, bangunan Mall yang tak jauh dapat dilihat. karena rumah Bu Narti lumayan dekat dengan proyek pembangunan Mall Tuan Muda. Carine hanya menatap sekilas kemudian masuk ke dalam rumah, Ia tidak ingin bertanya agar tidak dicurigai.

...----------------...

Di kediaman Berlin.

Catlin Frenzond Berlin.

Catlin berusia 26 tahun, Ia adalah kekasih sekaligus teman ranjang Reno, wanita yang menemaninya di kala bosan. selain melampiaskan hasrat dunia Reno, Catlin juga mendapat fasilitas bombastis dari Reno. apapun yang diinginkan Catlin, selalu dituruti. entah karena perasaannya, atau agar Ia tidak kehilangan wanita seperti Catlin. yang selalu memuaskannya di tempat tidur.

...----------------...

Maxilian Barzer atau sering disapa Max.

Salah satu tangan kanan Aston di dunia bawah, berkecimpung di dunia mafia sejak pertama kali di beri kepercayaan oleh Aston. dan kini Max dengan usia matangnya 33 tahun di atas wanita yang Max sukai secara diam-diam. Max dengan percaya dirinya akan melamar wanita yang Ia sukai itu. di usianya nanti ketika sudah genap 35 tahun. gerak cepat Om sebelum ditikung!

...bersambung......

bagi pembaca di Cerita ISTRI TUAN MUDA CASANOVA. yang bingung dan bertanya-tanya, siapa Aston dan tokoh-tokoh lain yang disebutkan. silahkan mampir di Cerita Mom berjudul, SUAMIKU CEO TAMPAN BERDARAH MAFIA. disana semuanya terjelaskan yah.

Terima kasih😘💕

Salam hormat Mom Ji Ji☝

Selamat membaca dan Mohon apresiasinya.

Bagi yang suka silahkan komen dan beri dukungan yah. likenya jangan ketinggalan 😅💪

Konflik...

Hari kedua....

Carine bangun di jam empat subuh, setelah membersihkan diri disaat orang rumah masih tidur. Carine kini sibuk dengan laptopnya. sembari mengecek beberapa file yang harus Ia urus selain misi utamanya saat ini.

Fokus dengan pekerjaannya di ruangan tamu dan menikmati segelas kopi panas, tak lupa Carine sudah membersihkan piring kotor didapur. kebetulan Carine melihat Bu Narti mengerjakan pekerjaan tersebut sore kemarin, dan dari pengamatan Carine. Ia sudah paham walau dengan sekali lihat.

di hampir jam lima pagi, Bu Narti dan Pak Herman suaminya itu baru bangun. sepasang suami istri itu secara kompak melaksanakan sholat subuh di kala azan berkumandang.

selesai sholat subuh berjamaah, Pak Herman dan Buk Narti keluar kamar. suasana rumah yang masih sunyi membuat sekitar terasa hening, hanya suara ayam berkokok di luar rumah. pertanda sebentar lagi sang fajar akan datang.

Bu Narti berlalu ke dapur untuk membuat sarapan Pak Herman dan juga tamu mereka yaitu Della yang sangat Bu Narti senangi. Bu Narti memuja kecantikan Della, sebagai seorang wanita dengan usia hampir 40an yang bekerja di ladang dan tinggal di pedesaan. tentu saja bening putih dan mulus seperti Della sangatlah langkah. walau banyak anak gadis desa juga cantik. namun, wanita muda yang baru ditemuinya itu sangatlah terawat, pasti Della dari keluarga kaya raya. pikir Narti.

siapa Della? tentu saja Carine, Ia mengubah namanya agar semuanya berjalan dengan mulus. demi Tuan Aston dan Phoenix grup, juga demi mendapatkan info mengenai proyek Tuan Muda.

Pak Herman menuju ruang tamu sederhanya. untuk membuka jendela rumah, Ia dikagetkan dengan sosok Della yang ternyata sudah bangun lebih dulu sebelum Ia dan sang istri.

"Nak Della, jam berapa bangunnya?" Tanya Pak Herman sembari menyibak gorden dan membuka jendela rumah.

"Jam empat subuh," Ujar Carine melirik pak Herman, lalu menutup laptopnya dan memerhatikan apa yang Pak Herman lakukan.

"Sedang menyusun tugas? sudah semester berapa Nak Della?" Tanya Pak Herman basa basi dan duduk di kursi bagian depan, berhadapan dengan Della.

"Semester akhir Pak." Tutur Carine mengukir senyum senatural mungkin. Carine sangat pandai berakting. dan menurutnya ini lebih muda ketimbang harus senyam senyum di hadapan Nona Araa, istri Tuan Aston. bahkan membuat buluk kuduknya berdiri tak karuan, setiap kali Nona Araa memaksanya agar tak kaku. bukan tidak bisa, hanya saja Carine terlalu segan akan tuannya juga untuk Nona. jadi setiap kali Nona mengatainya mirip sekertaris Jack, Carine tersenyum simpul dalam hati. dan beranggapan Nona itu imut.

apalagi waktu itu, Nona mengira dirinya masih belasan tahun. dan ketika tahu Carine sudah berusia 26tahun, Nona sontak kaget akan hal itu. ahh, beliau lucu sekali.

"Jurusan apa Nak?" Tanya Pak Herman penasaran. "Jurnalistik." jawab Carine menyeruput kopi yang mulai hangat.

"Ternyata kau suka kopi juga," Tutur pak Herman sembari tertawa singkat. Carine tersenyum simpul, "Pak Herman suka? biar aku buatkan. ini kopi langkah yang di buat langsung di Italia." Ujar Carine atau Adell sambil mengangkat gelasnya dan menunjukkan tekstur kopi.

"Di Italia?" Seketika mata Pak Herman membola, sepertinya yang dikatakan Narti benar. Della ini anak orang kaya, buktinya dari segi penampilan dan juga cara berbicara Della sangat teratur dan sopan.

"Ya benar, jadi Pak Herman mau?" Tanya Carine lagi, menunggu jawaban Pak Herman.

"tidak usah, Ibu pasti sudah membuatnya dibelakang. Oh yah, sepertinya bapak punya rekomendasi untukku. mengenai permasalahan akhir-akhir ini, yang terjadi antara warga dan buru bangunan Mall itu. sejujurnya kami tidak tahu siapa pemilik pembangunan Mall baru di desa ini, karena yang dihadapi hanyalah para pekerja. setiap harinya warga pasti memberontak dan menuntut untuk diberhentikan, itu sejak jauh-jauh hari sebelum pembangunan dimulai."Tutur Pak Herman seolah merasakan sakit hati warga yang lainnya. selaku penduduk lokal, tentu saja Pak Herman berada di pihak warga desa.

"Kepala desa dan warga yang lain tidak tahu siapa pemiliknya?" Ujar Carine mulai mendapatkan titik terang.

Pak Herman menggeleng, "tak ada yang tahu, negosiasi sepihak kepala desa dan beberapa warga. jumlah uang yang sangat banyak, kami juga dijanjikan untuk membangun kemajuan di desa ini. namun sejak awal, seolah para pesepakat itu menutup semua informasi tentang pemiliknya. sejauh kami mencari tahu agar bisa menuntut dengan tuntutan yang jelas, seolah informasi itu menyusut begitu saja." Kata Pak Herman terhenti kala Bu Narti masuk dengan nampan berisi kopi, teh, dan gorengan simpel buatannya.

"Udah bangun Nak Della," Sapa Bu Narti dengan girang, wajah Della melengkapi rumahnya yang suram ini dengan kecantikannya. Della mengangguk, senyum tak lupa Ia pasang untuk kedua suami istri itu.

"bukannya mereka sudah membayar, lalu yang menjadi masalah utamanya apa Pak Herman." Tanya Carine penasaran, seperti laporan Tuan Muda. jumlah uang yang dikeluarkan sudah lebih dari cukup. namun warga semena-mena akan hak yang seharusnya sudah milik Tuan Muda.

"Masalahnya adalah cuci tangan Nak Della, para pesepakat itu memanipulasi dana. kami tidak mendapatkan sesuai dengan yang dijanjikan, di awal mereka memang membayar sesuai kesepakatan. namun saat 50% pembangunan dilakukan, kami tidak mendapatkan bayaran. dan kini proyek itu hampir selesai, kami sama sekali tidak mendapatkan apa-apa. itu kan tanah milik saudara-saudaraku. kalau memang mau membayar kenapa tidak sekalian di awal? kenapa harus bertahap. sekalipun di awal dengan jumlah besar, tetapi perjanjian tetaplah perjanjian bukan. terlebih sikap angkuh para buru terhadap warga sangatlah semena-mena. kami meminta bertemu dengan pemiliknya malah di halang-halangi, kami hanya ingin berbicara bukan berdebat apalagi terjadi konflik seperti ini. andai saja pemiliknya itu lebih konsisten dan profesional, pasti tidak sampai sejauh ini. bawahan adalah anjing yang siap mengigit jari, jadi lebih baik turun langsung jangan perwakilan." Ujar Pak Herman mulai emosi, Bu Narti melihat raut wajah sang suami. lalu Ia memenangkan Pak Herman agar tak terbawa emosi. Della bukan pelakunya, tidak lucu kan kalau Della yang dilabrak.

Terjawab sudah tujuan utamanya datang ke tempat ini, jadi langkah yang harus Carine ambil saat ini apa? tidak mungkin Carine langsung menuju kantor pusat dan melaporkan pada Tuan Aston. bahwa masalah yang sebenarnya seperti ini, tapi Ia tidak habis pikir. seorang Tuan Muda terkecoh akal hal sepele, atau apa yang sedang direncanakan sebenarnya.

...bersambung..........

Tragedi penggrebekan.

Di sore menjelang malam.....

Carine sudah menyusun rencana dan mengambil beberapa dokumentasi siang tadi, ketika terjadi adu lempar antara buru dan warga. sangat tragis bukan.

sekarang Carine berada di dekat-dekat pembangunan, memakai topi dan juga masker. serta kamera di tangannya, Carine menyusuri tanpa menjeda setiap inci proyek Tuan Muda.

beberapa waktu Carine menjalani kegiatannya, tak jauh dari tempatnya, pintu masuk perumahan. mobil sport mewah memarkir di depan, terlihat seorang pria muda, tampan dan gagah turun sembari melangkah masuk. mengecek lapangan dengan matanya sendiri, semuanya aman. laporan dari manajernya.

Carine melihat dan mengenali siapa yang turun, dengan cepat Carine bersembunyi di semak-semak belukar. dari tempatnya, seseorang mengagetkan Carine dengan mukul pundaknya.

"Heii Dek Bule, apa yang kau lakukan saat mau magrib begini. dimana kau tinggal, sepertinya aku tidak pernah melihatmu. apa kau orang-orang mereka?" Tanya pemuda desa dengan bakul yang masih setia di pundaknya, menandakan Ia baru dari ladang.

"Maaf Kak, aku penduduk lokal Indonesia. bukan, aku hanya sedang bersembunyi saja." Tutur Carine tersenyum simpul, sudah berapa banyak yang mengatainya bule. padahal wajahnya biasa saja.

"penduduk lokal? berarti wajahmu langkah sekali yah. bibit unggul ini mah, gak baik diluar saat menjelang mau magrib begini. pulang ke rumah, jangan berkeliaran. jam segini main petak umpet."Tutur sang pemuda kemudian mendapat anggukan dari Carine yang masih dengan posisi jongkok di semak-semak.

Kemudian pemuda tersebut berlalu meninggalkan Carine yang masih setia di tempatnya. "Main petak umpet? permainan macam apa itu." Tutur Carine merasa bingung dengan ucapan pemuda yang sudah melewatinya itu.

Carine berdiri dan membersihkan bokongnya dari bekas-bekas rumput yang tak sengaja menempel, padahal Carine hanya jongkok. hari sudah mulai malam, Carine harus kembali ke rumah Pak Herman dan Bu Narti. ketika baru saja berdiri satu menit, Tuan Muda dan sekertaris Alan keluar dari dalam pintu keluar proyek.

Netra Tuan Muda menangkap sosok Carine, seketika ketiganya terpaku beradu pandang. sekertaris Alan melihat sumber tatapan Tuan Muda. Carine memegang maskernya dan mengangkatnya sampai mendekati kedua mata. topi di turunkan agar wajahnya tak dapat dilihat.

"Alan, sepertinya aku mengenal postur tubuh itu. siapa dia dan sedang apa disana sendirian." Ujar Reno menatap intens, aneh sekali. padahal jalanan mulai sunyi. entah kenapa, suasana hati dan jantung Reno berdebar tak karuan. tanda apa ini, karena penasaran. "masuk dan tunggu di mobil, aku mau memastikan siapa dia." Tutur Reno menyuruh sekertaris Alan menunggunya di mobil.

"Tapi Tuan, bagaimana kalau.. " Ujar sekertaris Alan terpotong. "Tunggu di kemudimu." Ujar Reno lagi dengan suara lebih menekan.

"Biar saya saja Tuan," Tutur Alan supaya Tuannya tidak repot-repot mengecek orang random di saat mulai malam begini. "Kau tak dengar!!!!" Kini Reno mulai emosi. "maaf Tuan Muda." Alan masuk mobil dengan segera menyalakan lampu mobilnya. hingga cahayanya terkena tubuh Carine yang masih berdiri kaku.

Reno melangkah mendekati wanita tersebut dengan penasaran.

"Aduhh, Tuan Muda pake kesini segala. kenapa tidak langsung pergi sih, bukannya aku sudah berdiri dan tak lari supaya tidak terlihat mencurigakan." Umpat Carine mulai panas dingin, jantungnya berdetak tak karuan. takut bila ketahuan Ia memata-matai kinerja Tuan Muda, mampus. akan menambah kebencian Tuan Muda yang memang sudah membencinya sedari dulu.

Carine mulai mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri, namun dengan langkah panjang Reno. segera menarik lengan Carine dan menahan tubuh wanita itu agar tidak kabur. "Lepaskan saya Tuan, saya mau pulang kerumah." Ujar Carine sudah ketakutan.

"Kau siapa?" Tanya Reno seperti mengenali suara wanita di dalam dekapan tangannya, tidak asing.

"Warga sinih, lepaskan Tuan. sakit!" Keluh Carine sembari merintih, berusaha lepas dari dekapan Tangan Tuan Muda.

Srekkk!!! Srekkk!!

Topi yang Carine gunakan di hempaskan begitu saja, Masker Carine ditarik lepas oleh Tuan Muda, seketika kedua manik mata Reno dan Carine beradu pandang. jantung memacu kuat di dalam sana, pada pemilik tubuh Masing-masing. Reno dengan mata elangnya menelisik wajah Carine tanpa jeda, wanita bertubuh lebih pendek darinya. Reno melepaskan Ikal rambut Carine hingga rambut lurus nan orange milik wanita itu tergerai indah. berkilau dan menyatu dengan sorot lampu mobil.

"Kau memata-mataiku!?" Tanya Reno dengan sorot membunuh, semakin mengikis jarak di antaranya dan Carine. melihat Tuan Muda yang seram, Carine terus mundur untuk mencari ruang pijakan di belakangnya.

"Tidak seperti itu Tuan Muda." Tutur Carine menggeleng kepala, semakin mundur malah Tuan Muda terus maju. tanpa Sengaja kaki Carine menginjak dahan ranting pohon dan mulai hilang keseimbangan akibat goresan di salah satu kakinya. karena Carine memakai sendal jepit milik Bu Narti.

"Akhh!" Teriak Carine ketika tubuhnya terhuyung jatuh ke rerumputan semak belukar. plot twist nya, tangan Carine menarik dasi Tuan Muda. hingga mau tak mau keduanya jatuh bersamaan, dengan tubuh Tuan Muda menimpa tubuh Carine. adegan tak terduga lainnya, bibir manis nan perawan milik Carine. beradu kesatuan, menempel mesra di bibir Tuan Muda.

Lama dalam posisi keterkejutan dengan hampir serangan jantung akibat kekurang ajaran yang Carine lakukan saat ini, Carine menghempas wajah Tuan Muda dengan kasar. tolak menolak kedua tubuh mengundang pikiran negatif bagi yang mungkin saja melihat, apalagi kaki panjang Tuan Muda yang menendang semak belukar. siapa yang tak curiga kalau mereka sedang berbuat anu anu di semak-semak.

benar saja, tiga orang bapak petani sawah kebetulan lewat. dan melihat adegan tersebut dengan mata membola. seketika mereka memanggil petani-petani yang lain, yang berhubung baru pulang juga.

"Ayooo seret mereka ke rumah kepala desa." Teriak para bapak-bapak petani yang berjumlah delapan orang. sontak, Carine dan Reno terkejut bukan main. seperti digrebek sedang berbuat mesum.

...----------------...

Di rumah Kepala Desa....

"Della mahasiswa sedang turun penelitian kades." Ujar Buk Narti mencari solusi, membela Della yang sedang menunduk takut. disampingnya Tuan Muda juga sekertaris Alan duduk tak berdaya. semua warga memegang bambu di tangan mereka, karena perlawanan Tuan Muda dan Alan beberapa waktu lalu.

"Oh jadi kau menyamar jadi Della si gadis mahasiswa!?" Pekik Reno dengan suara gamblang.

"Maaf Tuan Muda," Carine menunduk takut. "Jadi kalian saling mengenal," Tanya Kades mencari jawaban.

"Tentu saja aku mengenal wanita ini!" Seru Reno dengan sorot membunuh, menatap para warga yang tak kalah kesal.

"Apa dia istrimu?" Tanya kepala desa serius. "Istri? matamu buta! sejak kapan pria cool sepertiku memiliki istri. kalau kau tanya aku punya wanita ranjang, akan aku jawab sebanyak apa yang ingin kau dengar. aku yakin pria tua sepertimu dua saja langsung penyok." Ujar Reno kesal, Carine istrinya? jangan mimpi.

Justru perkataan Reno membangkitkan tatapan menusuk para bapak-bapak, bicaranya sama sekali tidak disaring. ternyata memang benar. pria berjas ini sudah melakukan perbuatan asusila dengan gadis yang mereka sudah saling mengenal. udah gitu, Jangan-jangan mereka main dua. pikiran negatif mereka melirik dua pria di samping Carine, yakni Reno dan Alan. apa mereka melakukannya secara bergantian? tapi kenapa tidak cari tempat nyaman, malah di semak belukar.

"Kades, kami tidak mau tahu. desa kita sudah terjerat konflik tak habis-habis, malah muncul lagi perbuatan asusila muda-mudi bule ini. nikahi saja, pokoknya salah satu diantara pria bule harus menikahi gadis bule ini." Tutur seorang warga berargumen. serempak sahut mulai terdengar setuju.

"Nikah!!!?" pekik Reno dan Alan bersamaan, Reno ingin menghabisi warga desa dihadapanya. andai mereka tidak dilarang pegang ponsel, pasti masalah akan selesai saat ini juga dengan mendatangkan para anak buah Reno. sungguh sial.

"Ya, setuju. salah satu diantara kalian harus menikahi gadis ini." Ucap kepala desa titik akhir keputusan. tidak dapat diganggu gugat dan menunggu kesediaan salah satunya.

Reno dan Alan terlihat bingung sembari mencerna situasi, apakah mereka sudah bisa melarikan diri? tapi mobil begitu jauh.

...bersambung......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!