Eclipse | Nohyuck
Eps — 00 Prolog
Masih banyak tembakan yang terus keluar dari pistol disana, sementara lelaki pirang ini sedari tadi hanya terdiam di ambang pintu masuk.
Menatap beberapa orang yang tengah melatih atau bahkan hanya untuk bersenang senang disana.
Ia berbalik dan terkejut dengan sosok yang ada di hadapannya itu, bagaimana tidak? Sebelumnya sosok ini meminta ijin padanya untuk tak menemaninya disini, ada urusan mendadak yang tak bisa ia lewati.
tetapi melihat sosok itu ada di hadapannya sepertinya urusannya sudah selesai cepat.
Lelaki pirang itu terdiam sejenak, hingga kakinya mulai melangkah melewati lelaki yang bernama Jaemin ini.
Berlalu dari sana Jaemin masih terdiam menatap lelaki pirang itu hingga akhirnya ia mengikutinya di belakang.
Sebenarnya entah ada alasan apa sang calon suaminya ini selalu mengajaknya ke shooting range, tempat untuk berlatih menembak.
Tetapi lelaki itu hanya mengajaknya sebentar dan setelahnya kembali tanpa menembak apapun.
Kini keduanya sudah sampai di mobil lelaki itu dengan Jaemin yang masih menyimpan sejuta tanya di benaknya.
Dengan tas selempangnya yang sengaja satu arah di tangan kanannya ia menghampiri lelaki itu.
Jaemin
Bukan sekali atau dua kali kamu gitu, alasannya apa?
Ia masih terdiam dan langsung membuka pintu mobilnya mengabaikan Jaemin yang menghela nafas lelah melihat perilakunya itu.
Lelaki yang bernama Jeno itu membuka kaca mobilnya dan menatap Jaemin yang terlihat kesal.
Jaemin
Kamu kira aku kesini pake ap—
Mobilnya melaju meninggalkan Jaemin yang kembali terbakar amarahnya, Ia kesal karna Jeno yang mengajak dan kini berakhir dirinya di tinggal disana.
Jaemin
Benar benar lelaki brengsek.
Hubungan keduanya memang lah tidak bisa di bilang akur, diikatkan hanya karna bisnis keluarga membuat Jeno tak menerima ikatan ini meskipun terlihat Jaemin dapat menerimanya.
Tetapi Jeno jelas pada pendiriannya, ia tak suka dengan hal kuno seperti ini, hanya karna bisnis ia harus menikahi orang yang tak ia cintai.
Dunia bisnis ternyata bukan berputar pada rekan kerja saja, tetapi berputar sampai dimana anak dari rekan kerja ini harus di nikahkan untuk meningkatkan penghasilan.
Apa mereka kira anak adalah sebuah investasi?
Jeno melaju pelan mobilnya membelah ramainya kota, ia tak memiliki tujuan lain selain menenangkan perasaannya itu.
Perasaan tak karuan dan bersalahnya yang terus menyelimutinya.
Hingga kini ia berhenti di pantai yang lumayan jauh dari tempat sebelumnya.
Dengan segenggam ponsel yang terus berdering karna Jaemin menelepon dirinya.
Tanpa dihiraukan Jeno mematikan ponselnya.
Angin kencang tepi pantai terasa menenangkan untuknya, meskipun ada kenangan pahit di dalamnya.
Kenangan yang benar benar membuat Jeno takut.
Tiba tiba sebuah suara terdengar di sampingnya, Jeno menoleh dan terlihat seorang lelaki tanpa sengaja menjatuhkan barang yang ia bawa.
Reflek Jeno berlari kearahnya dan membantu buah yang berhamburan disana.
Haechan
Makasih udah bantu.
Jeno hanya mengangguk dan kembali berjalan ke tempatnya, meninggalkan Haechan yang masih terdiam dengan setumpuk buah apel di tangannya.
Ia terdiam karna baru kali ini melihat lelaki tampan yang melebihi kakaknya.
Eclipse ; ia hanya ingin menjadi bulan yang hanya bisa mengelilingi bumi, mengalihkan perhatian bumi yang terus menghadap ke sang matahari dan ingin menutupi sinar Matahari untuk buminya.
Eps — 01 1×2
Taeyong kakak dari Haechan ini heran karna tak biasanya Haechan lama hanya untuk membeli apel yang sebelumnya ia pesan.
Haechan
Gapapa, tapi ada apel satu yang ancur.
Taeyong
Selagi kamu gapapa ya gamasalah.
Haechan memberikan apelnya kepada Taeyong, ia sendiri tidak tau Taeyong ingin membuat apa dengan apel itu, ia hanya menurutinya disaat sang kakak menyuruh dirinya.
Haechan
Aku balik kamar ya.
Taeyong
Iya, selesaiin aja tuh jurnalnya.
Haechan tak membalas, ia langsung memasuki kamarnya dan terlihat laptop miliknya masih menyala dengan isi jurnal yang tengah ia kerjakan.
Bekerja sebagai Jurnalis lapangan cukup menguras energi Haechan, ia harus mencari sumber secara langsung belum lagi dengan dirinya yang harus menyusun semuanya.
Tetapi Haechan lumayan menikmati pekerjaannya, ia bisa bertemu dengan berbagai orang orang yang berpengaruh di sana.
Apalagi Haechan bekerja di kantor siaran yang khusus menyiarkan masalah bisnis, hanya bisnis yang di siarkan oleh perusahaannya.
Terdengar notip ponselnya berbunyi, terlihat orang yang sangat ia kenali tengah memberinya pesan.
Haechan menghela nafasnya, Seninnya benar benar sangat buruk saat ini.
ia hanya memiliki 6 jam untuk menyelesaikan jurnal miliknya sebelum sang atasan mengambilnya.
Oke, mari kita selesaikan Jurnalnya.
Pintu kamar di ketuk pelan oleh Taeyong, semenjak keluar membeli apel Haechan belum kunjung keluar lagi dari kamarnya dan ini sudah pukul 3 sore.
Pintu terbuka, terlihat Haechan sudah berpakaian rapih dengan wangi parfum yang tercium oleh Taeyong.
Taeyong
Rapih banget? Mau kemana?
Haechan
Iya, di tunggu katanya jam 4.
Haechan mengeleng, ia keluar dari kamarnya dan Taeyong masih terdiam.
Haechan
Kakak mau ngapain?
Taeyong
Oh iya, ayo makan dulu.
Taeyong
Tadi juga buat appel pie, siapa tau kamu suka.
Taeyong langsung menyiapkannya untuk Haechan, waktu memang sudah menunjukan pukul 3 tetapi keduanya belum melaksanakan makan siangnya.
Taeyong
Berangkat pake mobil kakak aja, kamu kebiasaan gamau pake.
Haechan
Iya nanti aku pake.
Keduanya kembali hening dan fokus pada makanannya hingga akhirnya Haechan selesai.
Haechan
Aku mau berangkat ajalah.
Baru saja Haechan ingin berlalu Taeyong langsung memanggilnya, bagaimana tidak? Haechan berangkat tak membawa laptop atau jurnalnya.
Taeyong
Bawa Laptop sama Jurnalnya, Kebiasaan kamu ituloh.
Haechan
Ah iya, Maaf Kakak.
Haechan kembali berlalu menuju kamarnya, beruntung jika Taeyong mengingatkannya, bisa bisa ia kena omel oleh Umji karna lupa membawa hal penting.
Haechan
Kalau gitu aku berangkat dulu kak.
Sore hari pukul 5 Jeno terdiam dengan secangkir kopinya, Semenjak keluar dari pekerjaan sebelumnya entah kenapa Jeno lebih banyak bersantai.
Apa lagi restorannya yang memang setiap hari Senin ini selalu tutup.
Jeno menghela nafasnya melihat orang yang berlalu lalang disana.
Cafe yang ia tempati juga terlihat sangat penuh, mungkin sudah akan memasuki jam makan malam? Entahlah Jeno malas untuk berfikir.
Pintu cafe terbuka reflek Jeno menoleh dan terlihat lelaki yang tak asing baginya tengah berjalan lesu menuju kasir.
Ah tidak lupa dengan laptop yang tak di masukan ke dalam tasnya.
Entah kenapa itu menarik perhatiannya.
Terlihat setelah memesan lelaki itu melihat sekelilingnya yang ternyata kursi di dalam ataupun luar sedang penuh.
Jeno melambaikan tangannya dan terlihat olehnya.
Ia tersenyum dan berjalan menuju Jeno dengan sedikit lesu, sangat terlihat bagaimana tatapan lelaki itu.
Haechan
Maaf, aku ikut duduk disini.
Haechan
Kita sepertinya pernah ketemu.
Jeno
Tadi pagi pas kamu ga sengaja jatuhin apel.
Ah benar, Haechan kita itu hanya pertemuan sesaat, ia tak menyangka jika akan bertemu kembali dengan lelaki ini.
Keduanya kembali terdiam, Haechan menatap keluar Jendela yang memang kebetulan Jeno duduk di samping.
Jeno
Ada yang bikin kamu ga semangat?
Haechan menoleh, ia langsung menggeleng lagian bukan hal baik menceritakan yang tengah ia hadapi ke orang yang baru ia temui dua kali.
Melihat respon Jeno membuat Haechan tak bisa memendamnya, ia benar benar harus mengeluarkan keluhannya itu.
Haechan
Jurnal aku lagi lagi di tolak.
Jeno terdiam memerhatikan Haechan yang kembali menceritakan soal Jurnalnya yang di tolak oleh Umji.
Dengan alasan jika tulisannya kurang rapih dan sulit untuk di bawakan oleh sang reporter.
Haechan
Dia yang minta ngebut tapi giliran di kasih seadanya malah marah marah.
Haechan
Harus ngulang tahap edit lagi.
Haechan
Arghh pengen resign aja rasanya.
Tak lama Pesanan milik Haechan datang dan dengan cepat moodnya langsung berubah ketika melihat makanan dan minuman manis yang kini ada di hadapannya.
Jeno yang belum merespon hanya terkekeh gemas melihatnya.
Eps — 02 Sore
Umji
Ini beneran tulisan kamu?
Haechan mengangguk, sebenarnya ia malas menyerahkan langsung jurnal itu tetapi Umji selalu menyuruhnya untuk sekalian datang saja.
Dan lihat, ini adalah hal yang paling Haechan malas.
Umji
Ini banyak typo, dan beberapa kata juga ga sesuai.
Umji
revisi lagi, saya tunggu sampe besok.
Umji
Kalau besok masih begini saya ga bisa bantu kamu lagi disini.
Haechan menghela nafasnya saat Umji pergi dari hadapannya, memang ia tengah tahap untuk naik jabatan tetapi melihat bagaimana atasannya itu membuat niat Haechan urung.
Ia lebih baik keluar di bandingkan terus bekerja disini.
Tetapi ia sangat menyukai pekerjaannya.
Ia keluar dengan wajah kesalnya, begitu pintu terbuka terlihat seorang lelaki baru saja keluar dari ruang siaran.
Chenle
Iya nih, Kakak abis ngapain disana?
Chenle yang paham hanya mengangguk dan kini ia merangkul Haechan dan mengajaknya keluar.
Chenle
Ayo kita cari makan.
Chenle menghela nafasnya mendengar Umji memanggilnya, ia reflek menoleh dan terlihat Umji tengah melambaikan tangannya untuk menyuruh Chenle kesana.
Chenle
Kayaknya lain waktu kak.
Haechan
Iya sana, Kalo ga di samperin bisa bisa gedung ini di bakar.
Chenle tertawa dan langsung pergi menuju ruangan dimana Umji berada meninggalkan Haechan yang kembali lesu.
Sial, ia malas untuk merevisi jurnalnya.
Saat ini Haechan turun dari mobilnya setelah memperbaiki moodnya di cafe tadi dengan bercerita dengan Jeno.
Begitu masuk ia terkejut dengan Taeyong yang tengah duduk di pangkuan kekasihnya, Ah Haechan dengan cepat kembali menutup pintunya dengan kencang.
Taeyong bangkit dan berjalan cepat menuju pintu, begitu ia ingin membukanya jelas Haechan menahannya di luar.
Haechan
Gamau, aku gamau liat!
Taeyong
Udah selesai, buru buka!
Haechan membuka pintunya dan terlihat Taeyong yang menatapnya terkejut.
Taeyong
Kaget tau, kamu langsung tutup pintu kenceng banget.
Haechan
Maaf, habisnya aku lebih kaget.
Haechan menatap kekasih kakaknya yang masih duduk di sofa jelas itu terlihat di pintu depan.
Haechan melambai, jelas kekasih Taeyong membalas lambaian si manis.
Taeyong
Kita mau makan malam di luar, kamu mau ikut?
Haechan
Engga, aku harus revisi jurnal.
Haechan
Iya, Kalian aja aku engga ikut.
Haechan berjalan lesu menuju kamarnya, padahal moodnya tadi lumayan baik tapi setelah mendengar kata jurnal entah kenapa moodnya langsung menciut.
Taeyong terdiam menatap kekasihnya sejenak dan langsung menutup pintunya.
Memang bukan hal biasa Haechan akan menghabiskan harinya dengan jurnalnya meskipun berakhir dengan revisi.
Taeyong
Masih mau makan di luar? tapi aku ga tega ninggalin Haechan sendirian.
Bukan hanya tak tega, Taeyong khawatir jika Haechan akan melewati makan malamnya, bahkan mau sarapan atau makan siangpun Haechan harus di ingatkan oleh Taeyong.
Itulah resiko sibuk kerja tapi yang ingetin makan gaada.
Jaehyun
Yaudah kita makan malam disini aja.
Jeno memasuki unitnya begitu masuk ia melihat sepasang sepatu di sana, bisa ia yakini jika seseorang baru saja memasuki unitnya.
Jaemin
Makan malam udah aku siapin, mau makan sekarang atau nanti?
Jaemin memang sering berkunjung ke unit Jeno atas suruhan dari ayah Jeno, sering sering berkunjung agar keduanya saling mengenal lebih dalam.
Meskipun Jeno masih terlihat enggan.
Ia berjalan melewati Jaemin dan berkata pelan sebelum memasuki kamarnya.
Hanya itu dan setelahnya Jeno memasuki kamarnya meninggalkan Jaemin yang terdiam mendengar suara berat Jeno.
Jaemin terdiam menatap pintu kamar Jeno yang kembali rapat dan terkunci.
Jaemin sebenarnya tak masalah dengan hubungannya ini tetapi ia terlalu banyak tuntutan mengharuskan dirinya membuat Jeno luluh padanya.
Meskipun ia tak tau lebih banyak latar hidup Jeno sebelum dirinya datang.
Ia hanya ingin menjadi anak yang berbakti bagi kedua orang tuanya.
Ia berjalan menuju pintu kamar Jeno dan mengetuknya perlahan.
Jaemin
Jen, tadi aku ke restoran kamu tapi malah tutup.
Jaemin
Kamu kemana aja hari ini?
Jeno tak menjawab, ia membuka pintunya dan terlihat pakaiannya sudah mengenakan pakaian santai.
Jaemin tersenyum, melupakan pertanyaan yang sebelumnya ia tanyakan, ia paling menyukai ketika Jeno memakan masakannya.
Melihat bagaimana lahapnya calon suaminya itu membuat Jaemin semakin semangat.
Jaemin tersenyum senang sebari memakan masakannya itu, inilah yang selalu Jaemin suka dari Jeno.
Jeno selalu melakukan hal yang Jaemin suka meskipun sebelumnya ia di buat kesal terlebih dahulu.
Jaemin
Restoran kamu setiap Senin selalu tutup?
Jaemin
Padahal itu bisa jadi peluang.
Jeno
Aku buka restoran bukan buat cari keuntungan.
Jaemin terdiam mendengar nada dingin Jeno, ia kembali melanjutkan makannya mengabaikan lagi pertanyaan yang ingin muncul di benaknya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!