NovelToon NovelToon

Cinta Dibalik Cahaya Lampu

dunia bilha

Langit Jakarta hari itu terlihat seperti biasa—biru pucat, dengan awan tipis-tipis menyebar, dan matahari yang menggantung malu-malu. Tapi bagi Bilha Priyanka, hari ini tidak biasa. Hatinya berdebar sejak pagi, dan bukan karena tumpukan naskah yang harus ia revisi di kantor editorial tempatnya bekerja, melainkan karena satu notifikasi yang muncul di ponselnya tadi malam.

Grup idol kesayangannya, Moonlight, baru saja mengumumkan sebuah event langka bertajuk “One Day With Taro”. Sebuah kesempatan emas—bukan hanya untuk melihat langsung sang idol, tapi menghabiskan waktu seharian penuh bersama. Fans dari seluruh Indonesia bisa mendaftar. Tapi hanya satu orang yang akan dipilih secara acak.

Dan untuk Bilha, Taro bukan sekadar selebriti. Dia adalah pelarian di tengah padatnya dunia nyata, semangat di balik lembur panjang, dan inspirasi di balik novel-novelnya yang tak pernah selesai. Sejak menonton debut Moonlight lima tahun lalu, Bilha langsung jatuh cinta—bukan hanya pada visual Taro yang memukau, tapi pada ketenangannya. Di atas panggung, dia tampak ramah dan hangat, tak seperti idol lainnya yang berusaha keras terlihat sempurna. Taro terasa... nyata.

“Eh, Bilha. Lagi nonton siapa tuh?” tanya Dita, rekan kerjanya yang duduk di meja sebelah.

Refleks, Bilha langsung meminimalkan jendela browser. “Hah? Enggak, ini… lagi buka email kerjaan.”

Dita mengintip ke layar. “Email kerjaan kok warnanya ungu-ungu gitu? Jangan-jangan MV Moonlight lagi?”

Bilha menghela napas pasrah. “Iya, iya, Taro lagi live barusan. Tapi cuma sebentar kok.”

Dita terkekeh. “Udah deh, ngaku aja. Kamu tuh fangirl paling militan yang pernah aku kenal. Kalau besok Taro bilang dia mau ke Mars, kamu ikut gak?”

Bilha menatap kosong ke langit-langit. “Kalau dia ngajak, aku langsung daftar jadi astronot.”

Dita menepuk dahinya. “Aduh... parah.”

Tapi memang begitu kenyataannya. Dunia Bilha mungkin penuh naskah yang perlu dibaca, revisi yang bikin pusing, dan meeting yang tak ada habisnya. Tapi di sela-sela semua itu, Taro adalah oasis kecil yang selalu bisa menenangkan hatinya. Menjadi fans Taro bukan cuma hobi, tapi seperti... teman yang tak pernah benar-benar pergi.

 

Malam itu, setelah pulang kerja dan mengganti bajunya dengan piyama bermotif kucing, Bilha berbaring di tempat tidur sambil membuka ponsel. Ia membuka fanbase resmi Moonlight dan membaca ulang pengumuman event spesial itu. Jantungnya kembali berdebar.

“Cuma satu fans yang terpilih? Ah, palingan anak sultan mana gitu yang beruntung…”

Tapi jari-jarinya tetap bergerak cepat. Ia mengisi form pendaftaran dan menuliskan satu paragraf singkat tentang kenapa ia ingin bertemu Taro.

"Aku hanya ingin melihat apakah Taro sama hangatnya di dunia nyata seperti yang terlihat di layar. Dan jika bisa, aku ingin mengatakan terima kasih—karena sudah menjadi cahaya kecil di hari-hari yang berat."

Klik. Submit.

Bilha tertawa kecil. “Yah, anggap aja kirim surat ke semesta.”

Lalu ia menaruh ponselnya, menarik selimut, dan mencoba tidur.

 

Keesokan harinya, saat istirahat makan siang di kantor, Bilha membuka email dan hampir menjatuhkan ponselnya.

[Selamat! Anda terpilih untuk event "One Day With Taro".]

Matanya membelalak. Jantungnya berdetak makin cepat. Nafasnya pendek-pendek.

“Aku… aku…” gumamnya, tak percaya.

Dita yang duduk di seberang langsung curiga. “Kenapa? Kamu liat apaan?”

Bilha hanya menunjuk layar ponselnya dengan tangan gemetar.

Dita mendekat dan membaca. “YAAAAA AMPUNNNN! SERIUS INI?!”

Bilha hanya bisa mengangguk pelan. “Aku… terpilih…”

“Astagaaa! Kamu bakal ketemu Taro beneran?!”

Bilha menggenggam ponselnya erat-erat. “Aku takut pingsan pas ketemu. Atau ngomongnya belepotan. Atau... aduh, gimana kalau aku keringetan terus? Nanti dikira gak mandi lagi.”

Dita tertawa sampai terbatuk. “Tenang, nanti kita make up-in kamu, kasih parfum terbaik, terus ajarin kamu latihan senyum anggun kayak cewek di drama Korea.”

Bilha tertawa sambil menutupi wajah. Tapi di balik tawanya, hatinya benar-benar bergetar.

Karena ini bukan mimpi. Dia benar-benar akan bertemu dengan seseorang yang selama ini hanya ia lihat dari layar.

 

Malam itu, Bilha duduk sendirian di kamarnya, cahaya dari laptop menyinari wajahnya yang masih syok dan penuh emosi. Dia menatap dinding kamarnya yang penuh poster Taro—bukan yang gede-gede, hanya cetakan kecil yang ia simpan sejak dulu.

“Kalau ini benar-benar takdir… aku harap kamu bisa lihat aku bukan cuma fans.”

Dia menarik napas dalam, menatap langit malam dari balik jendela.

“Aku enggak tahu gimana nanti. Tapi aku akan datang… sebagai aku yang paling jujur.”

Dan entah kenapa, malam itu, langit terasa lebih tenang. Seolah bintang-bintang ikut tersenyum… karena dua dunia yang selama ini terpisah, akhirnya akan bertemu.

Teman yang selalu ada

Sepulang bekerja Audrey dan Freya pun bertemu di sebuah mall untuk membeli baju serta aksesoris yang mereka cari.

''Frey elu ada dimana? Gua udah di mall ni, di lantai 2", Audrey yang tengah duduk di sebuah kafe sambil minum.

"Iya sabar, gua bentar lagi sampek kok. Sepuluh menit lagi gua sampek sana", jawab Freya yang tengah menyetir mobil di tengah kemacetan.

"Yaelah lama bener lu Frey, molor terus tuh jam. Entar lama lama bakal jadi karet ban tuh jam", ledek Audrey.

"Sialan lu ya. Gak tau ni jam segini jalanan pada macet apa? Sabar kali, bawel amat lu kayak bos gua", jawab Freya yang kesal.

Tiiin

Tiiin

Tiiin

"Cepetan doang jalannya, lelet amat tuh motor",kesal Freya yang memarahi kendaraan di depannya.

"Ya ampun Freya, elu marah marah muluh. Entar cepet tua loh, nampak tuh kerutan di muka lu kayak omah gua", ledek Audrey sambil tertawa kecil mendengar temannya yang sangat tidak sabaran.

"Kampret lu ya, malah ngeledek gua. Nanti kalok gua udah dapet banyak duit bakalan operasi plastik di korea. Biar gua tetep awet mudah trus bisa nikah deh ma suamiku tercinta",Freya yang begitu pedenya sambil tersenyum memegang kedua pipinya.

"Halu tros halu tros. Sampek lu seribu kali operasi juga gak bakal mau tuh Luke nikah sama cewe judes kaya lu", ledek Audrey sambil tertaa kecil.

"Sialan lu ya. Udah deh bagus lu tunggu aja gua di sana kayak anak SD yang lagi makan es krim. Bye", kesal Freya yang langsung mematikan telpon.

Audrey yang mendengar sahabatnya yang begitu kesal hanya bisa tertawa kecil sambil menatap ponselnya.

"Freya Freya, emang gak pernah berubah tuh anak dari SMP".

Sedangkan Bilha yang sedang membereskan barang barangnya agar segera menyusul kedua sahabatnya tersebut.

"Huuh, akhirnya selesai juga kerjaan gua. Sampek gak berasa ini jari karena nyelesaiin tuh naskah yang banyak bener", Bilha yang melihat jam yang berada di tangannya.

"Duh, gua bisa telat ni nyusul mereka ke mall. Gua harus buru-buru ni", Bilha bergegas merapikan semua dokumen yang berada di atas mejanya.

Tuiing

"Bil, elu dimana ? Elu jadi nyusul kita di mall kan? Kita berdua lagi di kafe lantai dua ni", chat dari Freya.

Bilha yang mendengar notif dari ponselnya pun seketika meletakan dokumen tersebut, dan langsung mengecek ponselnya.

"Pasti dari mereka ni", Bilha dengan cepat melihatnya.

"Iya gua bentar lagi nyusul kalian ke sana, kerjaan gua udah kelar kok", balas Bilha.

Bilha yang hendak pergi menyusul teman-temannya di mall, seketika terhenti. Baru selangkah saja Bilha hendak pergi, langkah kakinya terhenti karena mendengar namanya di panggil oleh lelaki paruh baya.

"Bilha"

"iya kenapa pak?"

"Kamu mau kemana?''

"Ya mau pulanglah pak, masa saya mau nginep di kantor. Lagian kerjaan saya juga udah seleai semua", jawab Bilha dengan santainya.

"Kamu jangan pulang dulu"

"Hah? Emangnya kenapa pak?"tanya Bilha yang ke bingungan.

"Kamu di suruh datang ke ruang rapat, di tunggu pak Rio", jelas lelaki tersebut.

"Hah? Ngapain saya ikut rapat pa? Kan kerjaan saya udah selesai, pun saya juga gak ada jadwal rapat hari ini? Lagian ini ya pak, bukannya lagi ada rapat novel horor di ruangannya? Kenapa saya di suruh ikutan rapat? Gak nyambung bener", Bilha yang memberikan peratanyaan yang begitu bertubi tubi.

"Aduh Bilha, bapak gak tau kenapa kamu di suruh ikutan rapat. Yang bapak tau, kamu di panggil pak Rio buat ikut rapat. Kalok mau nanyak yaudah tanyak aja sama pak Rio, kok nanyak ke saya", jawab lelaki paruh baya tersebut dan langsung meninggalkan Bilha.

Bruak

Dengan kesal Bilha membanting tas yang berada di bahu kirinya ke atas meja.

"Kapret tuh anak kecebong. Ngeselinya jadi manusia. Gak bisa emang tuh anak satu hari aja gak ganggu gua. Emang ga cukup apa dengan kerja satu kantor, meja kerja deket gua, trus jadi atas gua. Apa gak bisa biarin gua hidup bahagia", kesal Bilha yang langsung duduk kembali ke kursi kerjanya.

Tuiing

"Elu udah dimana Bil?" tanya Freya yang mengechat Bilha.

Dengan wajah yang kesal, Bilha yang mendengar notifikasi ponselnya langsung mengambil dan melihatnya.

"Pasti dari mereka ni", suara Bilha yang begitu sedihnya.

"Maaf Freya, kayaknya gu gak bisa nyusul kalian deh. Soalnya anak kecebong nyuruh gua ikutan rapat di tim horor. Padahal gua udah kerja sampek jari-jari tangan gua ini udah gak berasa karna sampek pegelnya",curhat Bilha

"Whait ! Whait ! Anak kecebong bukannya sih Rio yang suka sama elu gitunya? Duh kasihannya temen gua. Kenapa sih luh gak keluar aja dari tuh kantor?" cerocos Freya.

Audrey yang melihat isi percakapan kedua temannya pun langsung menarik paksa ponsel milik Freya.

" is apaan sih ni anak,main ngambil hp orang aja",kesal Freya.

"Stuut! Udah diem ajah deh lu",sahut Audrey.

"Bil,ni gua Audrey. Elu gak usah dengerin kata katanya Freya ya,anggap ajah dia tuh setan yang ngajak lu ke neraka. Sekarang lebih bagus elu ikutan meeting,soal baju dan yang lainnya biar kita yang ngurus. Elu tinggal pakek aja besok",Audrey yang mencoba menenangkan Bilha.

"Makasih ya,maaf gua selalu ngerepotin kalian",balas Bilha.

"its oke,kita kan bestei".

Audrey pun langsung mengembalikan ponsel milik Freya.

"Nih udah selesai",Audrey yang menyodorkan ponsel tersebuk ke hadapan Freya.

"Kenapa sih lu pakek ngambil paksa? Padahal kan bisa elu chat Bilha dari hp lu sendiri",tanya Freya sambil melihat isi chat tersebut.

"Elu tuh gilak ya? Sahabat sendiri lagi susah malah elu komporin yang gak bener,udah deh elu diem ajah lebih bagus kita cari baju sekarang",Audrey yang langsung bangun dari tempat duduknya.

Pertemuan pertama

"Huh... Untung aja mereka gak marah karena aku gak ikut belanja buat lusa". Bilha yang menghembuskan nafas kasar meletakkan ponselnya di atas meja.

Dari kejauhan Rio yang mengamati semua yang di lakukan oleh Bilha melalui jendela ruang rapat.

"Bilha Bilha, begitu sulit sekali mendapatkan mu. Bahkan haya sekedar mendapatkan simpati mu saja sangatlah sulit", batin Rio yag menatap Bilha dengan lekat dari kejauhan.

Bilha pun langsung begegas menuju ruang rapat tersebut untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Di mall Freya dan Audrey sedang memilih dan menganti pakaian mana yang akan mereka kenakan.

"Frey, gimana cocok gak ini?" Audrey yang keluar dari ruang ganti sabil memutarkan tubuhnya.

"Cocok, nah sekarang tinggal kita cari baju buat Bilha ni",Freya yang memilih milih baju yang berada di hadapannya.

"Eh iya,kenapa kita gak couple bertiga aja. Kan warnanya juga sama cuma model sama bentuknya yang beda" ,usul Audrey dengan senangnya.

"Tapi entar Bilha mau gak kita couple bertiga?''

"Ya ampun Freya, elu kenal Bilha udah berapa lama? Elu tau sendirikan kalok Bilha tuh gak masalah kalok soal yang beginian", jelas Audrey.

Bilha yang tengah rapat merasa bosan karena hanya melihat dan mendengarkan yang di presentasikan mereka,sambil menyangga kepalanya dengan tangannya di atas meja.

"Ini kapan sih selesainya? Udah jam sembilan loh, perut gua juga udah bunyi terus ni dari tadi", batin Bilha.

Bilha yang tengah memegangi perutnya karna menahan lapar dan berusaha agar tidak mengantuk.

Namu Rio yang sejak awal rapat di mulai hanya memperhatikan Bilha di kursi duduk nya sambil tersenyum tipis.

"Oke, bagus presentasi kalian. Saya suka cara kalian membuat promosi dengaan membuat perlombaan seperti ini. Jadi saya tunggu besok pagi berkasnya sudah ada di meja saya",Rio yang langsung merapikan jasnya dan langsung berdiri dari tempat duduknya.

Bilha yang merasa kegirangan karena rapat telah selesai langsung bergegas keluar dari ruangan tersebut.

Rio yang melihat tingkah Bilha hanya bisa tertawa kecil.

"Bangkelah. Tuh rapat buat lomba atau rapat buat datengin artis sih. Udah lama presentasinya,gak ada menariknya sama sekali,ribet pula tuh. Gara gara meeting gak jelas tuh sampek cacing yang ada di perut gua pada demo sana sini",gerutu Bilha sambil berjalan keluar.

"Ini gua pesen ojol dulu deh, bir sampek lobi gak usah nunggu lagi",Bilha langsung membuka layar ponselnya.

"Bilha", teriakan suara berat dari kejauhan.

"Yaelah, ngapain lagi sih pakek ngikutin segala",Kesal Bilha yang mengenali suara tersebut dan terus berjalan.

"Bilha, tunggui gua", teriak Rio lagi dan lngsung mengejarnya.

"Bil, buru buru amat sih lu jalannya udah kayak di kejar setan aja", Rio yang sudah berjalan sejajar dengan Bilha.

"Iya, elu setannya. Ngapain lu pakek ngikutin gua segala? Gak puas apa lu buat gua kayak orang bego ikutan rapat yang gak berfaedah sama sekali buat gua?" kesal Bilha yang memarahi Rio.

"Bukannya bagusnya kalok elu ikutan meeting dari tim lain biar nambah ilmunya", jawab Rio dengan santainya tanpa merasa bersalah.

"Terserah lu deh, gua mau pulang", Bilha yang langsung berjalan lebih cepat meninggalkan Rio.

"Eh tunggu bil, gua anterinnya?" teriak Rio sambil mengejar Bilha yang sudah mendekati lift.

"Gak perlu dan gak butuh", teriak Bilha yang langsung bergegas masuk lift dan menutupnya.

Rio yang sudah berlari mengejar Bilha pun akhirnya tidak bisa memasuki lift tersebut.

Bilha yag berada di dalam lift hana sibuk memesan makanan melalui aplikasi.

Tiiing

Suara pintu lift pun terbuka, Bilha yang asik memainkan ponselnya berjalan keluar tanpa melihat di sekitarnya tersebut sampai sampai harus menabrak sesorang di depannya.

Bruaaak

Seketika mereka berdua terjatuh kelantai karena tidak melihat sekeliling.

"Aduh, malah jadi nabrak orang gara gara fokus liatin makanan", rintih Bilha sambil memegang lututnya.

"Hp gua mana?" mencari sekelilingnya.

''Maaf, tadi saya tidak sengaja", seorang lelaki yang menggunakan masker hitam dan topi hitan serta suara yang begitu lembut dan memberikan ponsel di hadapan Bilha.

Bilha hanya bisa menatap kedua bola mata pria yang berada di hadapannya tersebut.

"Taro" ucap Bilha tanpa sadar.

Pria tersebut seketika langsung bertingkah aneh dan membantu Bilha untuk berdiri.

"Ini hpnya,maaf tadi saya buru buru sampai nabrak kamu. Apa kamu ada yang terluka?''

"Hah, ga gak ada yang luka kok. Saya juga yang salah keluar lift malah main ponsel", Bilha yang tertawa kecil karena merasa tidak enak.

"Yasudah saya permisi dulu", pria itu langsung pergi meninggalkan Bilha dan masuk ke dalam lift.

"Tuh cowok kenapa kok mirip bangetnya tatapannya sama Taro? Ah gak mungkin Taro di sini, ini pasti efek gua laper makanya mata sama otak gua gak singkron",Bilha yang langsung berjalan keluar.

Di dalam lift pria tersebut hanya bisa tersenyum mengingat kejadian tersebut. Namun seketika langsung menghilang karena dering ponsel dari kantong celananya.

"Halo, ini gua udah sampek di kantor lu. Oke gua ke sana",ucap pria tersebut.

Di dalam sebuah ruangan kecil, Bilha yang tampak sedang duduk di depan sebuah meja kecil yang terdapat begitu banyak makanan.

"Huh, akhirnya bisa makan juga", ucap Bilha sambil memakan Pizza di hadapannya.

"Besok gua kemananya? Hmm, apa pergi ke tempat Rangga aja kalinya. Kan udah lama juga gak main PS, sekalian besok ngambil baju ke rumah Audrey buat lusa", Bilha yang sedang berbicara sendiri sambil mengunyah makanannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!