Perayaan Tahun Baru 2023 akan menjadi tahun menyenangkan bagi masyarakat Indonesia...
Setelah 3 Tahun terkena wabah Covid-19 kini wabah mulai mereda.
Walaupun begitu Masyarakat Indonesia masih tetap selalu waspada hingga menunggu waktu pemerintah mereka menyatakan akan mengubah status Covid-19 dari pandemi menjadi endemi.
Tapi terlepas dari itu masyarakat Indonesia kini sudah dapat bersuka cita karena mulai hari ini mereka bisa merayakan pesta tahun baru 2023 melupakan segala kenangan pahit dan membuka sebuah lembaran baru untuk masa depan mereka.
Pada siang hari di kota bernama Pavolia yaitu sebuah kota maju di Indonesia tepatnya berdekatan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, kini terlihat banyak sekali masyarakat di pusat kota mulai mempersiapkan sebuah festival tahun baru 2023 yang akan mereka rayakan nanti malam.
Berbagai stock makanan, kembang api, balon, bahkan peralatan untuk panggung konser sudah mereka siapkan hanya untuk meriahkan malam festival tahun baru 2024..
"Hey Pak Arkon apakah semua peralatan konser sudah disiapkan untuk konser nanti malam?"
"Sudah pak! tinggal nanti sore seluruh band yang ikut konser menguji peralatan musiknya!"
"Sip! tidak boleh ada yang terlewat ya!"
"Baik Pak!"
Arkon kemudian mulai mengangkat berapa gitar dan menaruhnya dekat dengan sound system.
"Fiuh...capek sekali hari ini ya", ujar Arkon kemudian mengusap keringatnya dengan handuk kecil terletak di punggungnya.
Disaat yang sama tampak seseorang mendekatinya.
"Kerja bagus sayang..."
Arkon kemudian menoleh ke sumber suara, terlihat seorang wanita cantik disampingnya berumur 45 tahunan yang merupakan istrinya bernama Elisa mulai berjalan menghampirinya dengan membawakannya sebuah botol minuman.
Arkon tentu dengan senang hati menerima botol minuman dari istrinya itu dengan senyuman bahagia.
"Terima kasih sayang ini yang aku butuhkan"
"Kamu pasti cukup kelelahan setelah membantu membangun panggung konser ini dengan pekerja lainnya"
"Hahaha ini tidak ada apa-apanya kamu tahu kalau aku laki-laki kuatkan!"
"Tentu saja apalagi malam ini akan menjadi sebuah kenangan menyenangkan untuk anak-anak kita"
Arkon kemudian meminum botolnya dan sambil menatap panggung konser yang telah dia bangun bersama pekerja lainnya.
Dimana ia mulai memikirkan anak-anaknya terutama anaknya paling bungsu bernama Emmy.
"Ahhh...aku harap Emmy juga pulang lebih awal sesuai janjinya anak itu setelah tumbuh menjadi dokter malah menjadi pekerja cukup gila bahkan hari libur-pun dia masih saja gas bekerja"
"Hahaha memang Emmy anak pertama kita memang mirip denganmu saat pertama kali bertemu"
"Hei! tapi saat itu aku masih mau mengambil cuti!"
Elisa tertawa kecil melihat suaminya mulai menunjukkan kemerahan di wajahnya setelah ia menyamakan dirinya dengan anak pertama mereka.
Namun tawanya seketika terhenti ketika Elisa melihat ke-arah langit di mana seketika wajahnya jadi tampak cemas..
"Hmm sayang ada apa?"
"Arkon...lihat diatas langit "
Arkon kemudian melihat langit dimana ketika matanya telah menatap langit di sekitar mereka sudah tertutup oleh banyangan dari awan gelap.
Tidak...ini bukan mendung biasa jika mendung karena akan turun hujan pasti wajah Elisa tidak akan secemas seperti ini.
Awan di langit memang bewarna hitam tapi langit mulai bewarna kemerahan darah sebuah fenomena yang tidak pernah Elisa dan Arkon lihat sebelumnya.
Tidak hanya itu tetapi matahari seakan berubah menjadi bola bewarna hitam pekat yang mengerikan.
Semua orang di kota Pavolia tentu mulai menjadi waspada dan ketakutan akan kemunculan mata itu.
"Ada apa ini?", ujar salah satu pekerja dengan keadaan panik.
"Lihat di langit dan matahari kok jadi gelap gitu?", ujar salah satu ibu-ibu yang sedang menggendong anaknya.
Kemunculan bola misterius mengganti matahari sontak membuat Arkon dan Elisa mulai berpegangan tangan merasa akan ada sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Sayang...sepertinya kita harus pulang ke rumah"
"Iya Arkon...apapun ini bukanlah sesuatu yang baik...mari kita utamakan kedua anak kita dulu dirumah dulu!"
Namun saat Arkon dan dan Elisa hendak berjalan pergi dari panggung konser sebelum.....
"NGINGGGGGGGG!!!!!!"
Suara seperti suara mic rusak yang mengerikan begitu keras muncul, sontak membuat semua orang di kota menutup kuping mereka karena kesakitan saat mendengar suara bising begitu keras.
Bukan hanya itu suara itu juga mengakibatkan gempa bumi begitu dahsyat membuat semua bangunan dan panggung konser telah dibangun oleh Arkon mulai roboh.
"Kyaaa!"
"Elisa!!"
Arkon kemudian mulai meloncat mendorong tubuhnya dan istrinya menjauh dari lampu-lampu panggung yang berjatuhan akibat gempa.
"Bruk!"
Suara perabotan konser dan lampu-lampu mulai terjatuh begitu kencang.
"Kamu tidak apa-apa?"
"Iya aku baik-baik saja...tapi kita harus keluar dari sin----"
"NGINGGGGGG!"
Sontak sebelum menyelesaikan kata-katanya Elisa dan Arkon menjadi terdiam ketika suara itu berbunyi lagi dan kali ini mulai menunjukkan sesuatu yang sangat mengerikan.
Matahari yang kini berupa bola hitam itu mulai seperti membuka bagian tengahnya menunjukkan sebuah mata bewarna kemerah-kuningan menatap masyarakat di kota tersebut dengan tatapan seperti orang sedang marah.
"Ya Tuhan apa itu?!", Teriak Arkon dengan panik yang kemudian semakin memegangi tangan istrinya itu agar tidak menjauh darinya.
"NGIIINGGGGGG!!!!!!"
Mata itu mengeluarkan suara kerasnya sekali lagi...membuat semua orang melihat mata itu semakin ketakutan.
Orang-orang mulai berlari terberit-birit untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing.
Sementara mata yang memandangi mereka seperti mengumpulkan energi bercahaya kekuningan dan siap melepaskannya ke arah orang-orang yang berlarian.
"ZZZINGGGG!!!!"
Mata itu kemudian menembakan sinar energi berbentuk seperti sinar laser keluar dari matanya secara lurus menuju arah Arkon dan Elisa.
"Nak........"
"BOOM!!!! "
laser itu mengenai semua orang yang berdiri lurus searah dengan laser di penampakan satelit terlihat laser itu tidak kunjung berhenti dan sinarnya layaknya melingkari bumi.
Menghanguskan setiap manusia dan hewan yang terkena laser mata tersebut, serta merusak bangunan dan rumah-rumah yang dilewatinya.
...
....
..................................
"Kak!....Kak! bangun kak!"
"Ehmm..."
Disuatu rumah yang telah hancur dan terlihat api sudah mengelilingi puing bangunan tersebut...
Terdengar suara tangisan seorang bocah perempuan berusaha membangunkan kakak laki-lakinya..
"Kak kumohon bangun!"
"Aahh....?"
Kakak dari bocah perempuan yang merupakan bocah masih berusia 10 tahun, seketika mulai membuka matanya dimana dengan pandangan yang sedikit kabur mulai melihat wajah adik perempuannya yang memiliki luka goresan kecil di wajahnya menangis dengan perasaan ketakutan.
"Kakak...kamu baik-baik saja?!"
"Mery...? apa yang terjadi ?", tanya bocah laki-laki itu kepada adiknya bernama Mery.
"Aku tidak tahu kak!...tiba-tiba gempa dan ada semacam sinar mengerikan melewati rumah kita..menghancurkan semuanya"
Bocah laki-laki itu kemudian mulai memposisikan tubuhnya menjadi duduk..
Ia lalu memegangi kepalanya yang ternyata terluka...menandakan tadi ia sempat pingsan kejatuhan benda keras saat gempa dan tidak mengetahui cahaya apa yang dimaksud oleh adik perempuannya yang 2 tahun lebih muda darinya.
"Ngingggggg!!"
Suara mata itu mulai muncul kembali sontak membuat mereka berdua sangat ketakutan ketika sosok mata yang menggantikan matahari seperti memandangi mereka yang sekarang hanya berada di puing-puing rumah mereka tanpa ada atap ataupun tembok yang bisa melindungi mereka dari mata itu.
"Kak.....apa...itu?"
"Aku....tidak...tahu..Mer...Dimana...ayah dan ibu?."
"Mereka...belum...pulang kak..."
Kedua bocah itu kemudian saling berpelukan satu sama lain..walaupun penuh dengan ketakutan dan luka mereka berusaha mencoba melindungi satu sama lain dari mata itu.
"Brummm!!"
Hingga mereka terkejut ketika dengan munculnya suara motor mendekat kearah mereka berdua...terlihat seorang memakai jas dokter dengan helm di kepalanya menghampiri mereka dengan motor sejenis vario-nya dengan tergesa-gesa.
"Astel! Meryy!", teriak seorang pria dengan nada begitu panik.
Teriakan dari pria itu sontak dikenali oleh kedua bocah itu.
"Kak Emmy! kami disini!"
Mendengar suara kedua adiknya pria bernama Emmy itu langsung mengarahkan motornya ke sumber teriakan mereka.
"Brakkk!"
Motor milik Emmy kemudian menabrak tembok rumahnya yang telah menjadi puing bangunan, dikarenakan akibat gempa tembok tersebut menjadi rapuh sehingga motor Emmy bisa menjatuhkannya.
Emmy kemudian melihat kedua adiknya sudah berpelukan dengan kondisi sangat ketakutan
Bahkan Emmy juga melihat mata berukuran raksasa itu seakan melihat mereka bertiga, bukan hanya itu mata itu seperti mengumpulkan energi lagi se-akan akan melepaskan tembakan berikutnya.
Melihat itu Emmy kemudian menjatuhkan motornya dan buru-buru berlari sekuat tenaga menuju kedua adiknya itu...
"Awas!!"
Emmy kemudian memeluk dan membelakangi mata yang hendak menembakan sinarnya lagi ke-arah kedua adiknya..Emmy melakukan ini supaya apapun yang mata itu keluarkan akan mengenai dirinya dan bukan kedua adiknya.
"ZZZINGGGG!!!!"
Terlihat cahaya kemerahan begitu terang menyilaukan seluruh area sekitar mereka bertiga yang saling menutup mata mereka masing-masing.
Namun setelah berapa saat cahaya itu muncul Emmy dan kedua adiknya seperti tidak merasakan apapun. Mereka bertiga kemudian saling membuka mata mereka masing-masing dan mereka masih berada di rumah mereka yang telah hancur.
"Apa kalian terluka?"
"Tidak kak...kami baik-baik saja..."
Sontak Emmy menengok ke-arah mata raksasa tersebut yang rupanya mata itu menembakan cahaya yang terlihat berbeda....
Mata itu menembakan cahaya bulat di depannya membentuk sebuah portal bewarna hitam seperti black hole.
"Apa yang...dia lakukan...sekarang?"
"Kak lihat!"
Mery kemudian menunjuk sebuah cahaya kecil terangkat menuju ke portal tersebut..awalnya jumlahnya hanya ada sepuluh namun kemudian bertambah banyak sehingga membuat bumi seakan dilewati oleh banyaknya bintang jatuh.
Namun Emmy kemudian sadar bahwa cahaya kecil yang menuju portal mata tersebut bukanlah cahaya biasa...melainkan manusia yang terkena laser dari mata tersebut.
"Oh ya Tuhan...mereka mau dibawa kemana?"
Mereka bertiga melihat peristiwa itu sampai semua cahaya kecil sudah terserap semua kedalam portal..
Setelah semua cahaya kecil terserap portal kemudian menghilang secara langsung dan kemudian hanya menyisakan mata raksasa itu menempel tetap di posisi matahari.
Emmy kemudian tetap membuat kedua adiknya berada dibelakangnya berjaga-jaga bila ada kemungkinan terburuk berikutnya.
Namun mata itu kemudian perlahan-lahan menutup dan kemudian menghilang di ikuti langit menjadi orange kesorean dan matahari kembali bersinar.
Emmy kemudian menghela nafas lega ketika semua sudah berakhir..pria yang pekerjaannya menjadi dokter itu terduduk lemas setelah peristiwa yang di alaminya.
Astel dan Mery juga kemudian memeluk kakaknya itu sambil masih menangis ketakutan.
"Kak kami takut"
Emmy yang merupakan kakak yang sayang dengan kedua adiknya kemudian mengelus kedua punggung adiknya itu dengan perlahan-lahan berusaha untuk menangkan mereka.
"Sudah-sudah..ini sudah berakhir"
Saat mereka menangis dan memeluk kakaknya, Mery mulai teringat dengan orang tua mereka yang belum juga pulang..
"Kak...lihat ayah dan ibu?"
Emmy terlihat gugup..mendengar pertanyaan Mery tentang kedua orang tua mereka namun kemudian ia mengelus kepala kedua adiknya itu.
"Kakak juga tidak tahu...tapi semoga mereka masih selamat dan kembali bersama kita"
Emmy kemudian memandangi matahari yang mulai tenggelam sambil terus mengelus kepala kedua adiknya itu.
Disaat bersamaan terlihat dari kejauhan sebuah mobil ambulans dan pemadam kebakaran sedang menuju ke rumah mereka yang telah hancur.
-----------------------------------------------
Pada hari itu perayaan tahun baru berubah menjadi sebuah tragedi menakutkan bagi seluruh umat manusia di bumi.
Peristiwa itu telah menewaskan sekitar 10.000 manusia dan menghilangkan 25% populasi manusia di seluruh dunia, di tahun berikutnya penampakan mata itu tidak terlihat kembali begitu juga 2 tahun berikutnya sehingga orang-orang mulai percaya bahwa mata raksasa misterius yang muncul pada tahun 2023 hanya muncul sekali.
Namun melihat banyaknya korban akibat peristiwa tersebut pada akhirnya seluruh umat manusia sepakat menamai mata tersebut sebagai *"Eye of Massacre" * dan menobatkan peristiwa awal tahun 2023 sebagai pembantaian mengerikan di sejarah umat manusia yang disebut "Pembantaian oleh mata misterius di tahun 2023".
Sudah 4 tahun sejak insiden Eye Of Massacre, dunia telah mengalami banyak perubahan, terutama di sektor ekonomi dan pendidikan.
Hal ini tentu bisa saja terjadi karena 25% populasi manusia yang hilang bukanlah angka yang sedikit dan sangat berpengaruh akan keberlangsungan kehidupan manusia. Misalnya, kota Pavolia, akibat peristiwa ini, telah kehilangan 63,5% penduduknya, yang mengakibatkan banyak toko dan perusahaan kekurangan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menopang keuangan kota.
Itulah sebabnya Wali kota Pavolia membuat banyak kebijakan yang diterapkan antara lain:
Menyediakan perumahan murah bagi orang luar yang ingin berinvestasi di kota mereka
Hilangkan hari libur pada hari Sabtu dan Minggu, pengecualian untuk hari libur nasional dan perayaan akan tetap ada. Hal ini tentu dilakukan untuk meningkatkan kualitas siswa dan mempercepat masuknya mereka ke dunia kerja sehingga dapat membantu keuangan kota.
Meskipun aturan ini awalnya menuai penolakan, namun pada akhirnya dilaksanakan dan untungnya setelah 4 tahun kondisi kota Pavolia mulai beranjak pulih.
Itulah sedikit informasi mengenai kejadian di kota Pavolia sejak kejadian 4 tahun lalu, kini pada hari sabtu tanggal 30 Desember 2027 di SMA Pribumi Luhur, tepatnya di lapangan sekolah telah terjadi pertengkaran antar 3 orang murid pria.
"Ahh!"
"Uwaa!"
Jeritan kesakitan seorang siswa SMA Pribumi Luhur yang badannya didorong keras oleh siswa lain ke tembok lapangan olahraga sekolah. Siswa yang didorong juga mendapat pukulan di wajah oleh siswa yang mendorongnya.
Melihat temannya babak belur membuat teman di sebelahnya sangat takut saat melihat seorang pelajar kurus berjaket merah mulai berjalan ke arahnya.
"Tunggu! .... Kamu salah paham!", ujar salah satu teman mahasiswa yang terdorong ke tembok sambil memohon kepada siswa pria berjaket merah yang mulai berjalan mendekat.
"Hah? Apa kau bilang kau minta maaf setelah kalian berdua mengolok-olok Hanako di kelas tadi?"
Siswa yang memakai jaket merah itu mulai menjentikkan jari-jarinya satu-persatu, pertanda ia sudah siap menghajar siswa berikutnya yang mengejek temannya di kelas pagi itu.
"Aku bilang kamu salah paham!"
"Diam!", Siswa tersebut kemudian menarik baju siswa yang telah ketakutan setengah mati tersebut dan hendak memukulnya.
"Kau sadar dia anggota gengku, kan?"
"Iii..iya....a"
"Terus mengapa kamu macam-macam dengannya?"
"Tidak....tidak, tunggu sebentar!"
Tiba-tiba tanpa mendengar ucapannya, siswa berjaket merah itu langsung meninju wajah siswa yang telah memohon-mohon diampuni itu.
"Uwaaa tolong aku!", teriaknya dengan penuh kesakitan, namun siswa itu masih terus memukulinya.
"Keluar dari sini, bocah bodoh!"
Ketika ia sedang asyik memukuli pelajar itu, tanpa disadarinya ada 2 orang berlari tergesa-gesa ke arah mereka bertiga.
"Astel, tolong berhenti!", teriak seorang perempuan yang memakai seragam sama dengan ketiga pria itu.
"Hmm!", mendengar suara temannya siswi berjaket merah itu yang ternyata adalah Astel yang kini telah berusia 14 tahun mulai menoleh ke belakang dan melihat kedua temannya yang merupakan sahabatnya sudah tiba di lapangan sekolah.
"Ahh...ternyata itu kalian", ujar Astel sambil tersenyum menyapa mereka, namun jelas wajah 2 sahabatnya itu terlihat panik atas apa yang Astel perbuat.
"Astel, kumohon! Hentikan semua ini! Kau salah paham!", teriak Hanako Kiyoshita yang merupakan salah satu siswi dalam geng tersebut ia duduk 1 kelas 1-A bersama Astel dan ia merupakan murid keturunan Indo-Jepang.
"Benar sekali, Astel, ini berbahaya! Guru sudah memperingatkanmu untuk tidak bertarung lagi!" , ujar seorang siswa berbadan besar, berkulit coklat, dan berambut keriting di sebelah Hanako yang bernama Brahma doko Dimara alias Bram sahabat SD Astel.
Mendengar itu Astel seketika kebingungan
"Salah paham? apa maksudmu?", tanya Astel dimana Hanako tampak kesal dengannya.
"Benar ! mereka tidak mengolok-olokku sama sekali, Astel, tolong berhenti!"
"Apaan dah tadi aku dengar mereka baru saja mengucapkan kata 'one-chan' atau 'nee-chan' seperti itu?! Bukankah itu sebuah ejekan terhadap orang Jepang, kan?"
"Astel kamu bodoh! 'One-chan' itu maksudnya kakak perempuan! Itu bukan ejekan! Malahan mereka malah memintaku dengan baik untuk mengajari mereka beberapa bahasa Jepang!", ujar Hanako dengan marahnya hingga kakinya menghentak-hentak ke lantai.
"Hah?", Astel kemudian melirik ke arah laki-laki yang baru saja dia hajar, dimana dengan keadaan setengah sadar dan lebam di wajahnya, siswa itu masih berusaha menjelaskan kepada Astel.
"Benar sekali...kami hanya ingin belajar pehafalan bahasa Jepang dengan Hanako...agar kami bisa mengerti sedikit bahasa karakter anime yang kami tonton..."
"Dasar bodoh, kenapa kau tidak memberitahuku lebih awal!"
"Kami sudah beritahu padamu...tapi kamu malah memukul kami.", ujar siswa itu yang pada akhirnya pingsan ditangan Astel.
Mengetahui dirinya salah paham, Astel menjadi panik kemudian perlahan menurunkan tubuh siswa itu.
"Ugh...kalau begitu aku minta maaf...deh", ucap Astel dengan pelan...
"Kamu terlambat, dia sudah pingsan!" teriak Bram kemudian dia dan Hanako memarahi Astel atas tindakannya.
Astel hanya menggaruk-garuk kepalanya di bagian belakang karena kesalahan yang telah ia perbuat.
"Kamu sadarkan konsekuensinya kamu melakukan ini lagi ?", bentak Hanako dengan jengkelnya kepada Astel.
"Iya...", ujar Astel kemudian hanya bisa tertunduk dengan perasaan malu karena ia berkelahi lagi dengan alasan konyol.
"Ahh, baiklah, setidaknya belum ada guru yang melihat tindakanmu... jadi kita harus--",
"Ada apa ini?"
Sebelum Bram dan Hanako bisa menyelesaikan kata-kata mereka, tubuh mereka mulai refleks berkeringat dingin setelah mendengar suara mengerikan di belakang mereka.
Bram dan Hanako kemudian menoleh ke belakang dan mendapati Ibu Suryatini, guru SMA Pribumi Luhur yang dikenal sangat cerewet dan galak.
"Ahh....."
Bram dan Hanako mulai berkeringat dingin setelah menyadari bahwa Ibu Suryatini ada di belakang mereka dengan tatapan yang sangat marah.
"Ibu butuh penjelasan dari kalian bertiga tentang apa yang terjadi di sini"
Melihat tatapan gurunya, Bram dan Hanako saling bertukar pandang.
"Itu Astel ibu! Kami berusaha menghentikannya berkelahi lagi " Ujar Hanako sambil menunjuk ke arah Astel.
"EHHH??", Astel sontak terkejut ketika Hanako langsung menunjuk jarinya ke-arahnya
"Benar sekali, Bu! kami baru saja datang dan ternyata Astel sudah menghajar mereka berdua," kata Bram sambil menunjuk ke arah Astel.
"HAHHH???", Astel tiba-tiba terkejut dengan pengkhianatan mereka berdua, ia mengira Bram dan Hanako akan ikut datang untuk menjelaskan kesalahpahaman yang telah ia buat sebelumnya.
Mendengar itu, ibu Suryatini menatap Astel dengan tatapan lebih marah dari sebelumnya.
"Astel...."
Ibu Suryatini kemudian mencubit telinga kanan Astel dan kemudian menariknya,
"Ikut...ibu ke kamar BK sekarang!"
"Aduh!...tolong Bu! Sakit...Ahhhh!"
Bram dan Hanako hanya bisa terdiam melihat Astel diseret dengan cara yang mengenaskan oleh Bu Suryatini menuju ruang BK.
"Maaf Astel tapi kami juga tidak ingin berakhir sepertimu..."
....
.......
..................
Di Ruang BK, seperti yang selalu ditakutkan Astel dan mungkin seluruh siswa di sekolah, ia diberi teguran panjang oleh Bu Suryatini.
"Berapa kali aku harus memberitahumu, Astel!..."
"Aduh...."
Astel tampak pucat, mengingat bahwa ia akan segera menerima teguran cukup panjang dari guru BK. Dia sebenarnya ingin menutup telinganya tetapi dia jelas tidak bisa melakukannya karena itu akan membuat gurunya makin marah padanya.
(Setelah 10 menit, Ibu Suryatini memarahi Astel)
“Hah.. capek deh cerewet terus”, Bu Suryatini mengambil gelas minumnya dan langsung menuangkan air putih ke dalamnya, Bu Suryatini langsung merasa segar kembali setelah 10 menit ngobrol.
"Ahh... Segar!"
Sementara itu, Astel yang baru saja mendengar ceramah Bu Suryatini, hanya tampak pusing mencerna perkataan panjang sang guru, tetapi akhirnya Astel hanya mengatakan 1 paragraf kalimat seperti ia biasa lakukan/
"Iya, Bu...aku tahu aku salah hari ini", ujarnya dengan penuh penyesalan, namun kemudian Ibu Suryatini menatapnya dengan tajam.
"Astel, kau tahu kan? Ini terakhir kalinya aku memperingatimu seperti yang kujanjikan."
"Ya..."
Astel teringat akan janji yang dibuatnya dengan Bu Suryatini, mengingat bahwa ini bukan kali pertama dirinya berkelahi di sekolah, tercatat ia sudah berkelahi sebanyak 10 kali di dalam dan luar sekolah. Ibu Suryatini selalu memarahinya dan membawanya ke ruang BK, namun ia hampir tidak pernah mendengarkan guru BK dan masih saja berkelahi.
Kini ia akan menghadapi akibat yang berat sesuai janjinya dengan gurunya, yaitu jika ia berkelahi lagi maka gurunya akan mengeluarkannya dan kali ini benar-benar dilakukan oleh Ibu Suryatini.
Ibu Suryatini kemudian memberikan sebuah surat kepada Astel.
"Ini adalah surat peringatan terakhir dari Astel...setelah perayaan tahun baru dua ribu dua puluh delapan kamu akan diskors berapa hari dan jika skorsing tersebut tidak membuatmu berubah maka kami terpaksa harus mengeluarkanmu dari sekolah", jelas ibu Suryatini kemudian menggeserkan suratnya kepada Astel.
Astel pun menerima surat yang diberikan oleh Ibu Suryatini dengan wajah kecewa, tapi mau bagaimana lagi? Dia mengingkari janjinya, maka ini memang hukuman yang paling berat baginya.
"Besok setelah perayaan tahun baru, bawalah surat yang sudah ditandatangani saudaramu, maka skorsing akan dijalankan semoga kali ini menjadi pelajaran berharga untukmu, Astel."
"Baiklah, Bu.."
“Kalau begitu pulanglah sekarang dan nikmatilah kebahagiaanmu di malam tahun baru 2028 besok dan jangan terlalu banyak memikirkan hari ini.”
Walaupun Astel mendengar ucapan gurunya untuk merayakan malam tahun baru 2028 besok, hal itu tentu tidak akan mengubah suasana hatinya yang kacau karena ia diskors dari sekolah, apalagi ia harus mengantarkan surat ini langsung kepada kakak laki-lakinya yang mungkin cukup kecewa. mendengarnya.
"Baiklah, Bu, selamat tahun baru juga...", kata Astel dengan nada kecewa mulai berjalan meninggalkan ruangan.
**Lanjutan: Bab 2: Pertemuan The Ones**
Astel berjalan keluar gerbang sekolah, matanya kemudian menatap langit yang mulai berubah menjadi jingga, menandakan hari telah berganti sore...
Astel menatap dengan perasaan campur aduk antara jengkel dan sedih, kalau saja dia lebih bisa mengendalikan diri pagi ini, mungkin dia tidak akan menerima surat skorsing.
"Ahhh aku benar-benar bodoh", katanya dalam hati sontak Sesaat wajahnya berubah muram ketika dia memikirkan bagaimana dia akan menyampaikan hal ini kepada saudara laki-lakinya.
"Astel! Sudah selesai?"
Astel kemudian menoleh ke sumber suara memanggilnya dan mendapati Bram dan Hanako telah menunggunya di luar gerbang sekolah.
Wajahnya yang awalnya murung seketika berubah ceria kembali, meski Bram dan Hanako meninggalkannya sendirian untuk dihukum oleh Bu Suryatini, ia tidak bisa menyalahkan mereka karena dialah yang salah dan mereka telah berusaha mencegahnya.
Mereka bertiga lalu berkumpul bersama di mana Astel melihat jelas raut wajah khawatir di wajah Bram dan Hanako.
“Astel, bagaimana pertemuanmu dengan Ibu Suryatini?” tanya Hanako yang khawatir Astel akan mendapatkan hukuman berat dari Bu Suryatini.
Astel kemudian hanya tertawa dan menggaruk bagian belakang kepalanya.
"Hahahaha...ini masalah serius tapi lebih baik aku bicarakan nanti di kafe Pak Ahmad", kata Astel lalu berjalan mendahului kedua sahabatnya.
"Kafe Pak Ahmad?"
"Ya, saya haus setelah mengobrol selama 10 menit dengan Bu Suryatini. Mungkin lebih baik kalau saya ceritakan saja di sana."
Mereka kemudian berjalan menuju ke Kafe Pak Ahmad.
....
.........
.........................
Sesampainya di kafe , mereka memesan makanan dan minuman, seta mencari tempat untuk mengobrol, yaitu meja di dekat pintu keluar dengan jendela kaca di sampingnya dan 2 kursi kayu panjang yang dapat menampung 6 orang.
Setelah makanan diantar ke meja mereka, Astel akhirnya menceritakan semuanya ia alami selama di ruangan BK.
"Apa! hukumanmu seberat itu?!" kata Bram dan Hanako dengan cukup terkejut, setelah mendengar Astel akan menerima skorsing dan peringatan DO jika berkelahi lagi.
"Ya, hukumannya berat, tapi apa yang bisa kulakukan sore ini? Ini salahku," ujar Astel lalu meminum milkshake vanilla-nya yang ia telah pesan.
"Bodoh! Kenapa kamu masih saja tenang-tenang saja? Apa kamu tidak takut dikeluarkan dari sekolah?", Ujar Bram dengan perasaan khawatir setelah ia melihat Astel tampak santai saja setelah menerima surat itu.
"Ya aku takut sih tapi mau bagaimana lagi ?", ujar Astel dimana ia kemudian hanya menghela nafasnya.
Hanako kemudian terdiam sejenak dan menatap Astel.
"Maaf Astel, seharusnya aku ikut denganmu untuk membicarakan kesalahpahaman ini agar ibu Suryatini bisa meringankan hukumanmu.", ujar Hanako dengan perasaan bersalah kepada Astel.
Namun Astel lalu hanya mendesah.
"Tidak, Hanako...ini semua salahku dan kalaupun kamu ikut Bu Suryatini belum tentu mau meringankan hukumanku."
"Tetapi..."
"Tidak apa-apa Hanako, kalau kau ikut campur situasinya bisa bertambah buruk dan kau juga akan dihukum... sudah biar aku saja yang dihukum."
"Baik..." ujar Hanako dengan pelan, tampak wajah pada siswi perempuan itu masih merasa bersalah.
Astel menatap Hanako sejenak yang masih terlihat tampak bersalah... namun Astel berusaha untuk tetap tegar meski di pantulan kaca jendela yang terletak tepat di samping meja berkata lain.
Astel kemudian mulai mengalamun tentang apa yang harus ia lakukan berikutnya...
Tetapi di kala ia sedang mengalamun tiba-tiba muncul sebuah wajah seorang siswi perempuan di depan jedelanya.
"BAAAAAAA!!!"
"HIYAAAAAAAAA!!", teriak Astel dengan terkejut setengah mati setelah siswi perempuan itu membuatnya terkejut.
Terlihat dengan jelas seorang wanita tinggi berambut hitam yang mengenakan seragam sekolah yang sama dengan Astel muncul di jendela dan mengejutkan Astel hingga tubuhnya terpental ke belakang hingga kepalanya membentur kursi kayu yang keras.
"ADUH!!!", Astel menjerit kesakitan, lalu ia memegang kepalanya yang terbentur dan kembali ke posisi duduk sambil menahan rasa sakit akibat kepalanya/
"HAHAHAHAHAHA! KAMU ASTEL!", ujar siswi itu dengan tertawa terbahak-bahak.
"Kau---Kau!!! Putri!", ujar Astel dengan kesal.
Sontak siswi bernama Putri yang juga merupakan anggota gengnya masih tertawa bahagia dan karena perbuatan Putri sebelumnya Hanako dan Bram pun juga ikut menahan tawa mereka karena melihat reaksi terkejut Astel.
Tentu saja Astel segera menyadari bahwa Hanako dan Bram sebenarnya menertawakannya.
"Oh ayolah! Itu sama sekali tidak lucu!" ujar Astel yang terlihat wajahnya langsung memerah karena malu.
"Maaf Astel...teriakanmu...lucu sekali", balas Bram sambil berusaha menahan tawanya namun akhirnya sahabat kecilnya itu tidak lagi dapat menahan tawanya.
Sementara di luar, Putri masih tertawa sebelum akhirnya dipukul kepala bagian belakang kepalanya dengan kertas yang digulung oleh seorang murid lainnya.
"Oh! apa-apaan sih?", kata putri seketika menengok kebelakang dimana sudah ada Karls seorang bocah berkacamata, berkulit putih, dan rambutnya kelihatan berantakan serta dialah yang memukul putri menggunakan kertas digulung yang merupakan laporan PR-nya.
Selain itu di samping Karls juga ada murid laki-laki lain bernama John berpenampilan mirip dengan Bram hanya saja perutnya sedikit gemuk, kepalanya botak dan tidak kekar seperti Bram. Heri juga merupakan seorang siswa cukup nakal dan cerewet seperti Putri, hanya saja dia masih bisa lebih mengendalikan diri.
Karls kemudian memukul sekali lagi kertasnya ke kepala Putri.
"Sakit tau! apaan sih Karls?", jerit putri tetapi Karls tampak kesal.
"Lo bisa gak sih tau situasi dikit!? bukannya Bram sudah kontak kamu kalau tujuan kita untuk menghibur Astel? lalu kenapa kamu malah bikin dia semakin kesal?", ujar Karls sambil memarahi Putri.
"Ehh...iya juga tapi ada kesempatan sih...jadi aku kaget saja"
Mendengar ucapan Karls sontak menghela nafasnya di ikuti John dan Putri mereka kemudian masuk kedalam kafe, Astel kemudian langsung memandangi Bram yang seketika membuang mukanya berpura-pura tidak tahu apa-apa.
"Bram....Kenapa kamu memberitahu masalahku ke-anggota geng the ones yang lain?"
"Maaf Astel....."
Astel masih tetap memandangi Bram disaat ketiga temannya yang lain akhirnya masuk dan mulai duduk mengisi bangku yang kosong.
Astel kemudian menghela nafas padahal hari ini setelah berbicara dengan Hanako dan Bram tapi malah berakhir ramai begini pikirnya. Astel yang awal hanya ingin mengobrol dengan Hanako dan Bram kini jadi berpikiran untuk segera pulang karena bila anggota gengnya yang lain sudah datang maka akan ada obrolan panjang yang akan terjadi.
"Hah...ya sudahlah sebenarnya kenapa sih juga kamu undang yang lain ke sini hanya cuma untuk menghiburku doang? ", Kata Astel sambil menggigit sedotan di gelas milkshake vanillanya dengan perasaan sedikit kesal.
"Hahaha! tenang pak ketua! disini kami datang bukan cuma hibur kamu kami juga ingin mendengar pesan ingin disampaikan oleh Bram!", kata Heri kemudian merangkul Astel seperti memberinya pesan bahwa tidak ada obrolan tidak penting seperti yang Astel akan bayangkan.
"Tenang saja Astel...kami juga cuma sebentar setelah kami mendengar Bram kami akan menemanimu sebentar lalu pulang...karena aku juga masih banyak PR dari liburan ini...dan kusaranin kalian semua juga jangan lupa mengerjakannya", kata Karls sambil membetulkan posisi kacamatanya.
"Ahhhh! Karls kenapa sih harus bahas PR segala saat kita kumpul-kumpul gini! kamu gak liat tuh wajah Hanako sudah mulai panik dengar kata PR??", Kata Putri sambil menunjuk Hanako yang sebenarnya masih cemas dengan Astel.
Sontak Hanako langsung terkejut mendengar ucapan Putri yang mengira ia cemas karena belum mengerjakan PR-nya.
"Ehhh?? Tapi PR-ku sudah kuselesaikan dari kemaren ", ujar Hanako mencoba meluruskan kesalah pahaman Putri.
"Hah? terus kenapa kamu masang wajah cemas seperti itu?"
"Tidak...aku...."
"Apa jangan-jangan kamu masih cemas dengan Astel?"
"Tidakk! kamu salah paham!"
Astel kemudian menyedot minuman Milkshake vanilanya sampai habis sambil menaruh kepalanya di meja dengan tatapan malas Putri dan Hanako, tetapi di pandangan mereka Astel sepertinya kelihatan marah karena wajah malas Astel terlihat seperti orang marah.
"Hiiiiiiii!", jerit Hanako dan Putri dalam hati karena mengira Astel marah dengan mereka.
.
"Hahaha ya sudah-sudah...biar tidak terlalu lama dan juga supaya Astel bisa beristirahat untuk memutuskan tindakan selanjutnya aku akan segera beritahu ke kalian kenapa aku mengumpulkan kalian semua disini!", ujar Bram untuk melerai keributan yang telah terjadi.
Mendengar ucapan dari Bram akhirnya mereka semua pun berhenti, sedangkan Astel hanya menghela nafas merasa lega semuanya akan berakhir.
"Baiklah jadi apa yang sebenarnya kamu ingin katakan Bram?", tanya Hanako yang memang sudah mulai penasaran mengingat Bram juga tidak memberitahukannya bahwa akan ada pertemuan geng.
Bram kemudian tersenyum kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya yang ternyata adalah 6 tiket konser nonton band The Januar yang akan diadakan di pusat kota pada hari esok...tepat perayaan tahun baru 2028.
“Wahhhh! Ini kan tiket konser The Jaguar besok kan????”, kata Putri dengan nada penuh kegirangan mengingat band The Januar adalah band musik favoritnya.
Sontak mereka Astel,Hanako,Karls dan John juga ikutan terkejut mendengar teriakan kegirangan Putri.
“Ehhhhh??? Masak”, Hanako kemudian mengambil salah satu tiket dan melihatnya dengan seksama.
“Yang benar??", di ikuti oleh John dan Karls yang langsung mengambil tiket tersebut dan memeriksanya dan mereka bertiga sama-sama yakin bahwa tiket itu asli.
“Bram darimana kamu mendapat tiket ini bukankah 1 tiket aja harganya mahal???”, kata Jeff yang kemudian langsung menoleh ke arah Bram.
Bram kemudian tertawa seperti orang berlagak sombong setelah melihat wajah teman-temannya yang terkejut.
“Jadi gini teman-teman ayahku kemaren barusan pulang kerja dari Malaysia dia telah sukses membuka bisnis perusahaan udang disana..nah kebetulan ia juga bingung ingin memberikanku apa jadinya dia memutuskan membeli tiket konser the jaguar untukku dan kalian", jelas Bram kembali sontak semua teman-temannya pandangannya menuju ke-arah Bram.
“Wah ayahmu baik banget!! aku sembah deh ayahmu besok hehehe”, kata Putri dengan kegirangan.
"Hahaha tidak perlu lebay seperti itu..yang penting pesannya berhati-hati saja ketika menonton"
"Kalau begitu tolong beritahukan ke ayahmu kami semua mengucapkan terima kasih ya Bram", ujar Karls dimana siswa laki-laki itu sebenarnya berharap bisa bertemu dengan ayahnya Bram dan mengucapkan terima kasih secara langsung.
"Iya Karls nanti aku sampaikan kepadanya"
Bram kemudian menoleh ke-arah Astel yang terlihat ragu-ragu mengambil tiketnya dan mukanya juga terlihat cemas…bukan masalah karena ia mungkin tidak diperbolehkan kakaknya karena mendapat skorsing...tetapi dia sebenarnya punya memiliki masalah lain yaitu : “itu” pada dirinya yang membuatnya cemas.
Bram dan anggota geng lainnya sebenarnya mengetahui soal masalah lain di dalam diri Astel karena sebagai sahabat dan geng solid mereka bisa semua bisa tahu masalah satu sama lain.
“Astel…kamu tidak perlu ikut lo..jika memang kamu masih dalam kondisi belum baik tidak apa-apa kita juga tidak ada akan memaksamu untuk ikut”, ujar Bram yang langsung menasehati Astel dengan kondisi yang ia alami.
"Iya Astel tidak apa-apa tiketmu mungkin bisa kamu berikan kepada Mery kan ? adikmu itu juga suka ama band tersebut kan?", kata Hanako juga memberikan nasehat pada Astel.
Astel kemudian hanya menarik nafas panjang-panjang dan dengan tatapan serius ia kemudian melihat kelima sahabat gengnya tersebut.
"Tidak apa-apa...aku akan ikut", jawab Astel dengan tegas.
"Tapi...."
"Tidak apa-apa hanako....aku yakin aku akan baik-baik saja mengikuti konser tersebut", ujar Astel yang kemudian memberikan senyuman kepada Hanako supaya temannya itu bisa tenang dan tidak terlalu mengkhawatirkannya.
"Bagaimana dengan kakakmu apakah ia akan memberikanmu ijin?", tanya John yang kemudian Astel menoleh ke-arahnya.
"Santai! aku yakin dia akan ijinkan aku lagipula aku juga perlu membiasakan diri lagi mengikuti hal seperti ini", kata Astel dengan nadanya dibuat periang Walaupun ia sendiri masih ragu kakaknya akan mengijinkannya.
"Terlebih lagi....aku ingin bersenang-senang juga dengan kalian semua"
Mendengar ucapan Astel, teman-temannya saling memandang satu sama lain namun pada akhirnya mereka sepakat membiarkan Astel ikut.
“Baik kalau begitu ...kita besok akan kumpul di pusat kota pada jam 10 pagi dan untuk Astel besok aku akan ikut mengawasimu nanti sampaikan juga ini ke kakakmu supaya menyakinkan dia mengizinkanmu”, kata Bram yang kemudian menyerahkan tiket konsernya band The Jaguar terakhir kepada Astel.
Astel menerima tiket itu dengan perasaan gembira melihat teman-temannya sangatlah mendukung keputusannya ini.
"Semua terimakasih mulai besok kita akan bersenang-senang!", kata Astel dengan nada gembira sontak di ikuti dengan teman-temannya yang lain.
"IYA!"
Sore itu mereka berenam menghabiskan waktu mereka hingga pukul 7 malam, setelah itu mereka berpamitan dan pulang kerumah mereka masing-masing.
Hari ini memanglah hari sedih sekaligus menyenangkan bagi Astel hanya saja saat perjalanan pulang ia masih memikirkan bagaimana caranya membujuk kakaknya untuk mengijinkannya ikut. Astel sontak melihat bulan yang bewarna kekuningan indah.
.....
.......
.............
Namun yang tidak Astel ketahui adalah terdapat dunia berbeda namun mirip seperti di bumi..terdapat sosok wanita berambut merah dengan kuping runcing seperti elf melihat bulan ke-arah bulan juga yang membedakan dengan bulan Astel lihat adalah bulan dilihat wanita itu bewarna merah darah.
"Huh...sudah mulai lagi ya?", kata wanita itu sambil menarik pedangnya dari kepala seorang prajurit manusia yang barusan ia bunuh...mengeluarkan darah dan isi otaknya.
**Lanjutan: Bab 3: Mishophonia dan Konflik**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!