NovelToon NovelToon

Ruang Hati Sang Kekasih

Bab 1 (tragedi terjadi)

Verona 23 Juli.

sebuah keluarga terlihat berkumpul dengan senyum yang tak luntur menghiasi, suasana malam sangat menyenangkan meski terasa dingin karena musim panas telah berlalu.

" ayah biarkan aku membantu membawa kue nya. " pinta seorang anak laki-laki kecil sambil berjinjit- jinjit dengan wajah sumringah.

namun sang ayah tak mendengarkan, mencolek hidung putra nya gemas, dan berlalu menuju meja yang di sana sudah terlihat istrinya tengah sibuk menata hidangan yang lain.

" biar aku yang menyiapkan nya, kamu duduk saja sayang, jangan sampai kelelahan. ingat, masih ada satu nyawa lagi dalam perut mu. "

sang istri tersenyum sambil menggeleng, mengamati raut wajah cemas suami nya, lalu tanpa membantah mendudukkan diri di salah satu kursi yang sudah tersedia dan menarik tangan putra satu- satu nya supaya ikut duduk di sana.

sementara menunggu sang ayah kembali dari dapur, ibu itu membuka pembicaraan karena tak tahan melihat putra nya yang sangat menggemaskan dengan topi ulang tahun yang menempel di kepala nya.

" apa Tin senang nak? " tanya sang ibu.

Dengan antusias anak laki-laki itu mengangguk, tak lupa juga cengiran lebar dan mata sipit yang tenggelam menjadikan nya seperti boneka hidup yang lucu.

" Tin sangat bahagia, bisa kumpul sama Ayah, ibu dan Adek juga... " ucap Krittin mengusap lembut perut buncit ibu nya, lalu bergerak turun untuk mencium nya sekilas. " Tin sangat sangat bahagia, terima kasih ibu. " lanjut nya.

terdiam cukup lama untuk menikmati usapan hangat dari sang ibu di kepala. hingga tak lama, suara ayah terdengar memecah keheningan.

" tada, " seru Ayah, dia masih berjalan di kejauhan dengan tangan terangkat memegang sepiring buah melon kesukaan sang buah hati.

" hidangan penutup sudah tiba. "

" yeeyyyy. " sorak Krittin kecil, melompat lompat kegirangan.

tapi belum sempat ayah sampai di meja bundar yang mereka gunakan untuk acara potong kue ulang tahun Krittin, suara tembakan tiba- tiba hadir memekakkan telinga.

Dor Dor...

" AYAHHH... " Krittin menjerit melihat tubuh ayah nya tumbang dengan mulut yang memuntahkan darah segar.

" Tidak sayang... " ibu bangkit dan berlari, memangku tubuh suaminya tak peduli dengan darah yang mengotori gaun putih itu.

" sayang tolong bangun, buka mata mu, buka matamu Hans... hiks... ku mohon jangan tinggal kan aku, jangan tinggal kan kami Hans... "

" ayah," Krittin ikut berlutut, mengamati tubuh ayah nya yang sudah tak bergerak " ibu ayah berdarah... ibu ayah kenapa ibu, hiks... ayah bangun, Tin belum tiup lilin dan potong kue, ayo bangun ayah... ayah sudah janji mau melakukan itu bersama Tin hiks... ayah. "

Suara langkah kaki mendekat, atensi anak ibu itu teralihkan pada dua orang yang memakai masker wajah hingga hanya menyisakan mata saja.

" Siapa kalian? apa yang kalian lakukan pada suami ku? "

tak ada jawaban, salah satu tangan pria di sana bergerak. Krittin beringsut mundur untuk menghindari, tapi ia kalah cepat karena detik berikutnya tubuh nya terseret hanya dalam satu tarikan kasar.

" Akhhh... sakit, ibu tolong ini sakit... " rintih Krittin, wajahnya menampilkan raut ketakutan dan berderai air mata kala sebuah senjata api di todongkan ke sisi kepala nya.

" lepaskan anak ku, tolong jangan sakiti dia. " pinta sang ibu penuh permohonan, ketakutan menguasai hati dan pikiran nya. kalau mereka dengan ringan menarik pelatuk untuk membunuh suaminya, lalu apa akan berbeda dengan anak dari orang yang mereka benci. tapi sebisa mungkin sang ibu akan berjuang menyelamatkan sisa keluarga yang ia miliki, bagaimana pun caranya, tak ada yang boleh terluka lagi.

" ku mohon lepaskan kami, apa pun yang kalian inginkan, aku tak peduli. ambil saja semuanya... tapi tolong, biarkan kami pergi. "

" ibu... " Krittin terisak sejadi-jadinya, hidung nya memerah dengan mata sembab karena terlalu lama menangis.

" hahaha... " tawa para penyusup itu pecah, "yang kami ingin kan adalah nyawa kalian semua. " lanjut nya, lalu dengan kasar mendorong tubuh Krittin hingga anak laki- laki itu terjatuh dengan kepala membentur kaki meja.

"TIDAKKK."

" Tin... Tin... " rasa kram di perut nya membuat sang ibu kesulitan untuk bangkit, keringat membanjiri pelipis nya. perlahan bangkit mendekati Krittin, abaikan rasa ngilu dan basah dari darah yang mengalir di paha nya.

Dor

" Akkhh.... "

" IBUUU... "

Dor

*****

" IBUUU... "

Krittin membuka mata dengan nafas terengah-engah, jantung nya berpacu dua kali lebih cepat dengan keringat dingin yang membanjiri pelipis nya. entah sampai kapan ia harus menghadapi mimpi buruk yang sama setiap malam. bahkan ketika usianya menginjak dua puluh lima tahun, kejadian mengerikan itu tetap menghantui nya tanpa jeda.

Hingga sebuah tangan lembut mendarat di pelipis nya, Krittin baru menyadari jika ia tak seorang diri di kamar itu. Menatap wajah teduh di hadapannya, terdiam sejenak, namun ketika kesadaran nya terkumpul sempurna, dengan kasar Krittin menghempas tangan lentik itu.

" siapa yang mengizinkan mu masuk ke kamar ku? " tanya Krittin dengan tatapan tajam dan nada rendah penuh penekanan.

" T-tidak ada... A-aku mendengar mu menjerit... "

" SUDAH KU BILANG JANGAN PERNAH MENDEKATI KU, APA KAU TAK MENGERTI DENGAN ITU VELORA?! "

Velora terkesiap, tubuh nya gemetar ketakutan, tapi diri nya masih enggan untuk meninggalkan sang suami yang sekarang terlihat pucat, " maaf, aku menghawatirkan mu. "

" pergi. " ucap Krittin cepat, membuang muka dan menghela nafas kasar.

" tapi tuan... "

" apa kau mulai tuli sekarang, KU BILANG PERGI, " dada Krittin naik turun dengan mata merah menyala karena amarah " KELUAR DARI KAMAR KU SEKARANG JUGA. "

" akan ku lakukan, tapi ku mohon makanlah sesuatu, anda sedang sakit tuan. " sekuat tenaga Velora berusaha untuk terlihat biasa saja ketika menyodorkan semangkuk bubur buatan nya, berdoa penuh harap agar Krittin bisa membaik meski tak ada pujian untuk masakan yang ia buat dengan penuh cinta. tapi ia salah besar dengan menaruh harapan seperti itu, karena di detik berikutnya, Krittin dengan amarah nya kembali berbuat kasar, menepis tangan Velora hingga membuat pegangan pada mangkuk itu terlepas.

Bruakk...

Velora menatap mangkuk yang sekarang sudah tak berbentuk lagi, berserakan di atas lantai, dan memperlihatkan bubur yang berceceran. air mata yang sejak tadi ia tahan seketika luruh membasahi wajah nya.

" makanan nya sudah habis, kau bisa pergi sekarang!!" ucap Krittin, tak sedikit pun mengubah ekspresi nya. bahkan ia hanya diam saja ketika melihat wanita yang hampir dua tahun ini menjadi istri nya tengah menangis, dan tak berniat sedikit pun untuk menghentikan sampai ia meninggal kan kamar.

di dalam kamar yang lain, Velora menangis dengan tubuh meringkuk di atas kasur. memeluk tubuhnya sendiri dan memukul-mukul dada ketika rasa sesak menikam jantung nya. ini bukan pertama kali nya Krittin berbuat kasar, tapi tetap saja rasa sakit yang ia terima tak berubah hingga rasanya Velora ingin menyerah untuk melepaskan Krittin meski di pikir ia tak akan mampu karena sudah terlanjur jatuh cinta pada sang suami. terlalu lama menangis membuat Velora kelelahan, hingga tanpa sadar wanita itu tertidur dengan sendirinya tanpa ada selimut yang menutupi tubuh.

Next

Jangan lupa komentar dan dukungan kalian, terimakasih 🥰🥰🥰

Bab 2 (prahara yang tak pernah berakhir)

Pagi ini Velora kembali menyiapkan sarapan untuk sang suami. Seperti biasa, ia akan menunggu di meja makan sambil mengamati pintu kamar Krittin yang masih tertutup rapat. Menunggu dengan sabar dan menampilkan senyum indah yang tak luntur menghiasi wajah cantik itu. Hingga tak menunggu lama, sosok pria yang sangat ia cintai muncul bergerak menuruni anak tangga. Dari pintu depan terlihat Jayden yang merupakan asisten pribadi Krittin tengah berjalan menghampiri sang majikan. Menunduk sopan pada Velora yang lekas di balas anggukan kepala juga senyuman lembut.

" Kita berangkat sekarang. " Ucap Krittin pada Jayden.

" Tapi sarapannya sudah siap... " Suara Velora tertahan kala mata elang suaminya menatap tajam tanpa sepatah kata. Siapapun yang mendapat tatapan itu pasti sudah sangat ketakutan detik itu juga, tak berbeda dengan Velora yang seketika bungkam namun tak berniat berhenti membujuk suami nya.

" Apa aku menyuruh mu untuk melakukan itu? " Tanya Krittin datar hendak melangkah pergi namun suara Velora kembali terdengar menyalakan api amarah yang berusaha ia tahan.

" Sayang... " Velora bergerak cepat meraih pergelangan tangan Krittin, belum lama menggenggam namun langsung di tepis kasar oleh sang empunya.

" JANGAN MENYENTUH KU! " bentak Krittin yang sekali lagi membuat Velora tersentak kaget.

" Kenapa? Kenapa aku tidak boleh menyentuh mu, bukankah aku berhak melakukan itu." Ucap Velora, dengan suara bergetar karena perih di tenggorokan akibat menahan air mata yang ingin menerobos keluar.

" Punya hak kata mu? Sejak kapan? SEJAK KAPAN AKU MEMBERIMU HAK UNTUK MENYENTUH KU, APA KAU LUPA AKU SELALU MENYURUH MU UNTUK MENJAUH, MENJAUH LAH DARI KU! APA KAU TAK MENGERTI DENGAN KATA ITU HAH!!" Krittin geram hingga tanpa sadar mencengkeram dagu Velora yang semakin terisak, bahkan tak peduli dengan rintihan wanita itu karena terlalu kuat cengkraman tangan nya.

Velora berhasil lepas, tatapan nya nanar melihat ke arah Krittin yang masih menatap nya tajam.

Krittin mencoba mengatur nafas nya, kembali berbicara dengan nada se normal mungkin "Dan satu yang perlu kau ingat, jangan pernah memanggilku dengan sebutan menjijikkan itu lagi, paham." Ujar nya penuh dengan penekanan.

" Sebenarnya apa yang salah, aku istri mu dan aku... "

" Oh... Jadi karena kamu istri ku makanya kamu bilang berhak menyentuh ku sesuka mu begitu? " Sela Krittin tersenyum sinis.

Melihat ke terdiam an Velora, Salah satu sudut mulut Krittin melengkung ke atas, pandangan mata nya tak berubah masih tajam dan menekan.

" Apa kau juga berharap aku akan menyentuh mu, kau ingin kita melakukan hubungan intim. "

" TUAN. " Bentak Velora yang sudah kehilangan kendali.

" Kau berani membentak ku. "

Prankk...

Guci yang semula terlihat cantik kini sudah tak berbentuk lagi, pecahan nya berserakan. Krittin dengan sadar melempar benda beling itu tepat di sebelah tubuh Velora, hingga tanpa di duga beberapa kepingan beling nya menggores betis wanita itu. Jayden hanya mampu memejam dan menarik nafas, meski bukan pertama kali melihat Krittin menghancurkan barang-barang rumah nya dan membuat istri nya terluka juga ketakutan ketika meluapkan amarah, tetap saja Jayden tak tega melihat Velora yang menangis gemetar.

Padahal aku sudah berusaha untuk menjadi lebih baik, tapi tetap aku yang memulai pertengkaran ini sampai membuat mu kembali emosi, maafkan aku Tin... Sungguh aku tidak berniat membentak mu.

Velora terisak dengan tangan memegang dada nya yang terasa sesak, rasa bersalah menyelimuti nya karena tanpa sadar selalu dia yang menjadi penyebab kebencian Krittin bertambah.

" Sampai kapan kau akan menangis, sudah cukup, kau semakin membuat ku muak. "

Velora sebisa mungkin meredam sesenggukan nya, mendongak untuk melihat sang suami yang sekarang mulai melangkah menjauh dengan langkah cepat dan tenang, tak terburu-buru meski emosi pria itu tak stabil. Jayden mendekat, memunguti beberapa beling yang berserakan hingga tak sengaja netra nya melihat luka menganga di betis Velora yang mengeluarkan darah segar. Sekali lagi Jayden hanya mampu menarik nafas, tak bisa melakukan apapun karena memang ia tak sedang berada dalam posisi bisa memperbaiki hubungan majikan nya yang sudah lama berantakan.

" Sebaiknya anda mengobati luka anda nyonya. " Ucap Jayden dengan tutur kata lembut, tersenyum simpul lalu bergerak cepat menyusul Krittin ke luar.

Tak lama suara mobil Lamborghini Aventador milik Krittin terdengar mulai meninggalkan mansion. Para pelayan yang sejak tadi bersembunyi kini berhamburan keluar mengelilingi Velora, bertanya dengan penuh kecemasan dan bertindak cepat untuk mengobati sang majikan.

" Aku tidak apa-apa, kalian tenang saja. " Ucap Velora setelah berhasil menenangkan diri sendiri dan kembali menampilkan senyum manis nya. meski sakit di hatinya tak dapat ia pungkiri begitu dahsyat hingga membuat kepala nya pening.

" Oh astaga, apa yang sebenarnya terjadi." Gena datang dengan ekspresi terkejut nya, tatapan wanita paruh baya itu berpindah-pindah antara pelayan yang membersihkan lantai dan pelayan lain yang membantu mengobati luka Velora.

" Nyonya bagaimana anda bisa terluka seperti ini? " Tanya Gena setelah mendudukkan diri di samping Velora yang seketika itu di tinggal berdua oleh para pelayan di sana, kembali ke kesibukan masing-masing dan membiarkan sang nyonya mengistirahatkan tubuh dan juga pikiran nya.

" Bukan masalah besar, aku hanya terlalu ceroboh. " Jawab Velora masih dengan senyum tulus yang mengembang indah.

Tapi itu tak dapat membohongi Gena yang langsung tahu setelah melihat pecahan Guci mahal milik majikan nya, meski tak melihat kejadian nya langsung, tetapi Gena sempat melihat tuan besar nya berjalan ke arah mobil dengan wajah merah padam dan tatapan tajam yang menakutkan. Dari situ saja Gena bisa menebak jika pasangan suami istri itu kembali berdebat, perdebatan yang seperti nya tak akan ada habisnya dan berlangsung lama hingga salah satu dari mereka memilih menyerah atau menghilang.

" Nyonya... Apa anda tidak lelah? " Gena tak bisa lagi menahan kesedihan nya, meski Velora tak pernah memperlihatkan itu, ia tahu wanita itu terluka sedalam- dalamnya. Merasa sakit hingga tak mampu membedakan apakah ia bahagia atau sedih karena harus di paksa untuk selalu tersenyum setiap saat agar terlihat kuat.

Velora terdiam, kepala nya tertunduk memikirkan perkataan Gena. Apa aku tidak lelah? Aku juga tidak tahu kenapa aku seakan tak memiliki rasa lelah meski di perlakuan begitu kasar, sekali saja Tin tak pernah bersikap lembut aku tetap tak memiliki kelelahan untuk mengejar nya, aku mencintai nya, sangat amat mencintai dia... Dan mungkin karena itu tubuh ku menolak untuk menyerah.

" Gena..? " Panggil Velora.

" Iya nyonya? "

" Sebenarnya kenapa tuan Krittin menerima perjodohan ini? "

" Untuk itu saya tidak tahu, hanya tuan besar yang mengetahui alasannya, nyonya. " Suara gena lirih penuh perhatian.

" Aku bingung Gena, kenapa dia sangat membenciku. apa mungkin aku tak sengaja melakukan kesalahan... Tapi seharusnya dia memberi tahu ku, aku janji akan berusaha memperbaiki diri. Aku sungguh tak mengerti kesalahan seperti apa sampai tuan Krittin menganggapku Begitu hina... "

" Nyonya, " Gena meraih tangan Velora untuk digenggam erat, mata nya berkaca-kaca ikut merasa sesak setiap kali melihat Velora yang begitu rapuh.

" Aku akan istirahat di kamar, dan tolong jangan beri tahu ayah tentang apapun yang terjadi di sini. " Pinta Velora, mengusap sisa air mata di pipi dan lekas beranjak menuju kamar nya setelah mendengar jawaban Gena.

" Baik nyonya, istirahatlah dengan tenang. " Gena tersenyum sendu melihat punggung Velora yang perlahan menjauh dari pandangan nya. Velora selalu mengatakan itu setiap kali terjadi pertengkaran. padahal meski tak di minta Gena juga tetap akan diam saja. Wanita itu tak mungkin membuat keadaan nyonya muda nya semakin sengsara karena pertengkaran dua kubu. Meski ia sedikit curiga dengan rencana perjodohan yang di lakukan tuan Orion, tapi Gena lebih tak tega melihat tekanan bertambah yang di dapat Velora selain dari suaminya. Gena percaya suatu saat majikan nya pasti akan membuka hati, meski tak tahu kapan waktu itu datang, tapi dengan penuh harap Gena berdoa semoga Krittin bisa secepatnya sadar dan tak menyesali keputusannya untuk berbuat kasar pada wanita yang begitu mencintai nya.

" Tuhan lindungilah mereka semua. "

Next

Terimakasih sudah mampir, btw ini karya terbaru aku setelah lama hiatus. Nggak tau ya apa ini cocok di selera kalian atau gimana? Tapi sungguh sangat senang kalo seandainya kalian terhibur dengan ini.

please like komen dan subscribe

Lop youu

Bab 3 (kedatangan Orion)

Moonveil Corporation.

Mobil mewah itu berhenti tepat di gedung pencakar langit yang terletak di pusat Kota. Salah satu perusahaan ternama yang banyak di kagumi karena kesuksesan dan kejujuran sang CEO dalam mengatur usahanya. Krittin keluar dari mobil dengan Jayden yang membukakan pintu, berjalan masuk dengan tenang yang di sana ke hadirannya langsung di sambut oleh dua pengawal bertubuh tegap dan para karyawan yang tertunduk dalam untuk memberi hormat.

Keheningan beberapa saat itu hancur ketika pria paling berpengaruh di sana sudah memasuki lift Khusus, para karyawan berhamburan untuk kembali ke tugas mereka masing- masing, ada juga yang masih bergerombol untuk menceritakan kekaguman terhadap pria pujaan dengan kekehan kecil dan mengutarakan harapan- harapan gila jika suatu hari mereka bisa berkencan dengan sang CEO. Melupakan kenyataan jika pria tampan yang menggugah keimanan kaum hawa itu telah memiliki pasangan yang sah.

Setibanya di ruangan, Krittin menjatuhkan diri di kursi kebesaran nya, memejamkan mata dengan tangan yang tak henti memijat tengkuk leher yang sedari tadi menegang.

" Tuan anda baik-baik saja? " Tanya Jayden, menyadari guratan tak biasa dari wajah Krittin yang biasanya hanya menampilkan ekspresi datar dan dingin.

Perlahan Krittin membuka matanya, "yah, aku hanya merasa sedikit sesak. "

" Tuan, sepertinya anda sudah berlebihan." Kata Jayden yang lekas mengembalikan ekspresi datar Krittin karena tahu ke mana arah pembicaraan pria itu.

" Apa sekarang kau mulai berpihak padanya? " Tekan Krittin dengan sorot mata tajam dan helaan nafas panjang.

" Tidak seperti itu tuan, hanya saja saya berpikir nyonya Velora tak mengetahui apapun tentang masalah yang di perbuat ayah nya dan... "

" Tapi dia anak dari pria iblis itu, " Sela Krittin cepat, membungkam rapat mulut Jayden yang sudah tak memiliki kesempatan untuk memberi saran.

" Darah lebih kental dari air, itu yang harus kau ingat ketika merasa iba padanya, salahkan dia yang memiliki ayah seorang psikopat. "

siapa pun tak bisa memilih orang tua tuan, anda tahu jika perbuatan anda selama ini salah, anda juga tersiksa... Tapi kenapa anda tak berniat menyudahi nya saja, malah memilih menikmati rasa sakit itu sendirian. Keluh Jayden dalam hati.

" Baik tuan. "

Krittin meraih dokumen yang tersedia di meja kerja nya, namun tak lama setelah menyusuri setiap kata di sana, pandangnya kembali pada Jayden yang juga fokus mengoreksi setiap lembar dokumen.

" Bagaimana dengan rencana kita? " Tanya Krittin menyadarkan Jayden hingga berposisi tegap menghadap nya.

" Sejauh ini aman tuan, pihak Raventhorn Corp masih tak ada yang menyadari, orang-orang kita sangat mampu untuk mengalihkan badan keuangan mereka sampai berpikir semua nya berjalan dengan sesuai padahal sebagian saham sudah berada di bawah kendali anda. "

Krittin tersenyum smirk " Bagus, kita lihat saja bagaimana reaksi pak tua itu nanti. Pasti akan sangat menyenangkan jika bisa melihat nya meledak-ledak karena kecerobohan yang di perbuatan bawahan nya. "

.

.

.

Mansion Sylvester.

Setelah hampir tiga jam beristirahat, Velora menjadi terlihat lebih segar walau mata indah itu masih bengkak. Menikmati udara sejuk dengan netra yang tak teralihkan dari rimbunnya tumbuhan bunga mawar hingga membuat Velora lupa jika diri nya sudah terduduk di sana hampir dua jam. Tak melakukan aktifitas apa pun, hanya menyiram dan sesekali menghirup aroma semerbak bunga favorit nya, lalu terduduk untuk mengamati kecantikan yang begitu memanjakan mata.

Bagaimana Tin sekarang? Apa dia akan pulang terlambat lagi untuk menghindari ku? Ini memang salahku... seharusnya aku bisa menahan diri agar tak membuat nya marah. Dia pasti sangat kelelahan karena pekerjaan kantor, Dan aku tidak bisa menyalahkan Tin jika dia melampiaskan hal itu padaku.

Velora menghela nafas panjang, memejamkan mata dengan kepala menyandar pada sandaran kursi taman, membiarkan dedaun pohon Ek berguguran mengenai wajahnya. Pikiran Velora menerawang pada tiga tahun lalu tepat pertama kali dirinya bertemu dengan Krittin, mengingat bagaimana ekspresi khawatir pria itu ketika mendapati dirinya kesakitan akibat terjatuh hingga membuat luka berdarah di betisnya. Sejak awal Krittin tak pernah ramah, perkenalkan mereka di mulai dengan kecanggungan yang mungkin hanya di rasakan oleh Velora. Tapi meski begitu dingin, kepedulian Krittin yang membantu mengobati luka Velora membuat hati wanita itu menghangat, merasakan debaran jantung yang menggila ketika Krittin dengan lirih membuka percakapan di antara mereka.

" Masih bisa berjalan? " Suara Krittin terdengar biasa saja waktu itu, tak ada kebencian ataupun perhatian yang menonjol, namun hal itu menjadi kan nya terlihat menawan di mata Velora.

" Emm... Yah, luka nya tidak terlalu parah. " Velora kepalang malu karena bersikap ceroboh, tapi sedikit pun ia tak ingin membuang muka atau memalingkan wajah untuk menyembunyikan rona merah di pipinya, karena dia tidak mau sedetik pun mengabaikan Krittin yang saat itu terlihat sangat tampan dengan setelah All black.

Tanpa mengatakan sepatah kata setelah terdiam cukup lama, Krittin bergerak turun, berjongkok di hadapan Velora. Terkejut? Tentu saja, Velora tidak pernah memiliki bayangan jika pria berwajah datar itu bisa melakukan hal yang manis, bahkan tanpa kata-kata pujian atau gombalan, hati Velora sudah terombang- ambing hingga tak bisa menutupi raut wajah bahagia nya.

" Naik, sebelum aku berubah pikiran! " Tutur Krittin, tak menoleh sedikit pun untuk bersitatap namun tangan nya tar angkat seolah menunggu tangan yang lain untuk melingkar di lehernya.

Tak mau membuang kesempatan langka, Velora dengan sangat hati- hati mendekat pada tubuh Krittin, memeluk leher Krittin dan membiarkan pria itu menahan kedua tangan nya di paha Velora untuk menyeimbangkan berat beban tubuhnya. Suara langkah kaki mengalun di jalan setapak menuju mansion, tubuh mereka menempel. Velora dapat menghirup aroma yang mengguar dari tubuh Krittin, keharuman yang asing tapi begitu memabukkan hingga rasanya Velora ingin lebih lama berada dalam posisi itu.

Ingin sekali mengulang hari itu lagi, meski tak akan ada perubahan karena harapan itu terasa sangat mustahil, tapi Velora yakin Tuhan memberikan cinta ini bukan untuk di sia-siakan.

" Nyonya, "

Velora membuka mata, mendapati seorang pelayanan berdiri di samping nya, " Ada apa? "

" Tuan Orion berkunjung ke mansion. "

" Ayah? " Velora mengerut bingung, pasalnya yang ia tahu jika beberapa tahun terakhir sang ayah sedang berada di luar negeri untuk mengurus bisnis, bahkan mereka tak pernah berkomunikasi atau saling tanya kabar sejak pelaksanaan pernikahan Velora dan Krittin.

" Apa ayah baru saja sampai? " Tanya Velora sambil bangkit dari duduk nya.

" Sekitar lima belas menit lalu, sejak saya berdiri di samping anda nyonya. "

" Apa? " Velora menghentikan langkah nya, dan melihat pada sang pelayan " Kenapa tak memberitahu ku lebih awal?! "

" Maaf nyonya, saya pikir anda terlelap. "

" Aku tidak tidur. "

" sekali lagi maafkan saya nyonya, saya tidak tega membangunkan anda, karena ini baru pertama kali nya saya melihat anda tersenyum begitu tulus dan... Bahagia. "

Velora terdiam, kembali mengingat hal yang selalu membuat nya melakukan sesuatu seperti yang pelayan itu katakan. Selama bertahun-tahun kenangan itu yang mampu mengembalikan semangat Velora, menjadi pelipur lara setiap kali perdebatan terjadi dengan suaminya.

" Nyonya, " Suara pelayan itu terdengar, menghentikan lamunan singkat Velora.

Tak ingin membuat ayah nya menunggu lebih lama lagi, Velora dengan langkah tergesa mulai memasuki mansion. Hingga beberapa detik berlalu, akhirnya ia tiba di ruang tengah dan di sana sudah terlihat Orion sedang terduduk di kursi Sofa bersama orang lain yang selalu ia rindukan. Velora merasakan jantung nya berdebar, rasa senang dan bahagia membuat langkah nya berat untuk mendekat, entah apa yang sedang di bicarakan kedua pria di sana sampai terlihat begitu serius, tapi Velora menikmati pemandangan itu. Menikmati raut wajah tenang namun selalu terlihat mengesankan dari sosok Krittin yang sangat ia puja.

Krittin menoleh kala merasakan kehadiran orang lain di sana, begitu pula dengan Orion. Tatapan suami istri itu bertemu, terkunci beberapa saat sebelum akhirnya Krittin memilih untuk menyudahi nya dengan membuang pandangan ke arah lain.

" Kalian bisa mengobrol, jangan sungkan meminta jika ada yang anda perlukan tuan Orion. "

Velora menatap punggung lebar itu dengan sendu, tapi cepat- cepat menyudahi karena ada sang ayah yang tengah memperhatikan nya.

" Kenapa ayah tak memberitahu ku dulu jika mau berkunjung. " Ujar Velora, berhambur ke dalam pelukan sang ayah yang sangat ia sayangi guna menumpahkan segala perasaan nya yang ia pendam selama ini.

" Maaf ayah tak sempat mengabari mu, bagaimana kabar mu? Apa kau bahagia? "

Velora mengangguk dengan air mata yang menitik membasahi pipi nya, bahagia? Iya aku sangat bahagia ayah, siapapun pasti akan merasa bahagia jika hidup dengan orang yang dicintai, dan aku tidak pernah menyesali kebersamaan kami selama ini. Meski kadang kala aku berpikir sudah tidak mampu untuk bertahan di samping nya.

" Iya ayah. " Jawab Velora, setelah berhasil memenangkan hati nya. Melepas pelukan dan menatap wajah sang ayah dengan penuh sayang.

" Ayah sendiri bagaimana kabarnya? "

" Baik seperti yang kamu lihat. " Orion melempar senyuman " Lalu, Di mana anak mu? "

Kening Velora mengerut " A-anak... "

" Iya, pernikahan kalian sudah lama, seharusnya kalian sudah punya anak bukan? "

" Ayah... " Velora kesulitan menjawab pertanyaan itu, tatapan nya gelisah dengan tangan yang meremat ujung dress nya.

" Ada apa? Hubungan kalian baik-baik saja kan Velora? "

" Tentu saja, memang nya apa yang bisa terjadi. " Sekuat tenaga Velora terdengar teguh, berharap bisa menghapus keraguan di mata ayah nya.

" Tapi kenapa sampai sekarang kamu belum hamil? "

" Kami sudah berusaha ayah. "

" Sebaiknya cepat lah, aku sangat menginginkan cucu sekarang. "

Velora mengulas senyum untuk membalas perkataan sang ayah, bukannya aku tidak mau menuruti permintaan mu ayah, tapi itu sangat sulit karena selama ini Tin tidak pernah menyentuh ku, Tin membenci ku ayah, tapi anakmu ini sangat mencintai nya, anak mu sangat amat cinta pada menantu mu yang kau pilihkan untuk nya.

Next

Don't forget to like, komen dan subscribe. Bantu kasih bintang juga ya....

Lop yuu

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!