Aku mati.
Bukan karena hal yang dramatis atau heroik, aku hanya... ya, cukup mati begitu saja.
Mungkin orang lain akan merasa malu mengingat akhir hidupku, tapi aku, ya, aku tidak peduli. Itu bukan sesuatu yang bisa dibanggakan atau disesali. Aku hanya seorang pria biasa, yang terlalu malas untuk melakukan apa pun yang membutuhkan usaha lebih dari sekadar hidup sehari-hari. Makan, tidur, bekerja, sekolah, dan kembali tidur. Begitulah rutinitasku.
Tapi kini, aku melihat sosok itu. Dewa? Entahlah, dia lebih mirip karakter dari komik yang nyentrik dengan gaya rambut jamet, jaket kulit hitam, dan—apakah itu sarung? Kenapa dia mengenakan sarung, bukannya celana atau apapun yang lebih layak? Aku tidak tahu, mungkin itu salah satu atribut dewa zaman sekarang?
Pikiranku masih terputus-putus setelah momen kematianku, dan segala sesuatu terasa kabur. Namun, sosok di hadapanku jelas berbeda dari semua gambar tentang dewa yang pernah aku bayangkan sebelumnya.
"Wah, kamu cukup tenang ya," kata dewa itu dengan suara santai, menatapku dengan mata yang setengah terbuka. Wajahnya entah kenapa tampak seperti seseorang yang terlalu banyak tidur tapi tetap penuh rasa ingin tahu. "Biasanya orang-orang yang datang ke sini agak lebih emosional, tapi kamu? Hahaha, cukup santai, ya?"
Aku mengangkat bahu, "Aku terlalu banyak membaca novel web kayak gini, sampai-sampai jadi mati rasa sama situasi aneh seperti ini."
Dewa itu tertawa, terkesan menikmati tanggapanku. "Pantas. Tapi serius deh, kamu manusia yang cukup menarik, serius! Kalau aku amati dari aura kamu—terus terang, kamu... Yah, manusia yang cukup biasa-biasa saja, tapi anehnya, unik?”
Aku cemberut. "Maksudnya?"
Dewa itu terkekeh, mengusap dagunya seakan berpikir. Dia tiba-tiba mendekat, matanya menyala. "Jadi, menurut kamu, kenapa kamu bisa ada di sini sekarang?"
Pikiranku mulai kembali, walaupun masih sedikit kabur. 'Pertanyaannya agak berat, ya... Tapi aku rasa aku tahu jawabannya.'
Aku menatapnya bingung, lalu menjawab dengan santai, "Bukankah karena aku mati?"
Dewa itu langsung tertawa terbahak-bahak. "Hahaha! Oh, kamu ini... serius? Cuma itu yang kamu pikirin? Yah, sih, benar juga, tapi ada banyak alasan kenapa kamu ada di sini. Banyak orang mati, tapi nggak semuanya berakhir kayak kamu."
Aku terdiam, mencerna kata-katanya.
‘Jadi... Pertemuan ini bukan rutinitas biasa setelah kematian, yah? Lalu, apa alasanku berakhir disini?’
Sang dewa hanya menatapku dengan senyuman yang semakin lebar di wajahnya, seakan dia bisa membaca isi kepalaku.
Mengingat banyaknya novel web yang sudah aku baca, kemampuan membaca pikiran untuk karakter dewa sepertinya menjadi unsur wajib, dan harus dimiliki oleh mereka deh.
Dan seakan membenarkan dugaanku, dewa itu malah makin tersenyum lebar. Sebelum tertawa lepas, dan menepuk-nepuk bahuku, “Hahaha, kamu benar-benar manusia yang menarik. Tapi untuk menjawab pertanyaanmu, jawabannya seperti yang kamu pikirkan."
Mendengar jawabannya, alisku sedikit mengkerut, sebelum menjawab, “Jadi, apakah aku istimewa? Maksudku, bukankah kamu bilang tadi, biasanya orang mati tidak harus kesini, bukan?"
Dewa itu terkekeh, mengusap dagunya sambil melihatku dari atas kebawah, seakan menilai diriku, sebelum membuat ekspresi 'lihat apa yang baru saja dikatakan ikan mola-mola ini.' Yang membuatku terdiam sambil mencoba mengalihkan pandanganku dari dewa kurang ajar satu ini.
“Hahaha.... Kamu benar-benar manusia yang sangat menarik, tahu?" ucap dewa itu, membuatku menatapnya dengan pandangan aneh, “Sepertinya kamu cocok untuk menjadi pelawak pribadiku, hahaha... Jarang loh ada manusia yang bisa membuatku banyak tertawa seperti ini."
Aku cemberut. "Lalu, apa maksud semua ini? Apakah kamu cuma mencari hiburan, atau ada alasan lebih besar di balik semua ini?"
Dewa itu berhenti tertawa sejenak, menatapku dengan ekspresi yang lebih serius. “Hm... Kamu cukup tajam, ya. Aku suka itu. Baiklah, kalau kamu bertanya langsung... Aku akan jawab. Kamu bukan hanya mati, kamu juga... tersesat. Keberadaanmu di sini, di hadapanku, adalah sebuah Fenomena.”
Aku mencerna kata-katanya, lalu berdehem pelan, "Oke, aku kira aku mulai paham, tapi jangan harap aku langsung percaya begitu saja," ucapku dengan ekspresi serius, walaupun aku sama sekali tidak paham dengan maksudnya, sedikitpun.
Tapi, aku benar-benar tidak percaya dengan dewa ini, hal itu sudah pasti dan akan menjadi fakta tidak terbantahkan.
Dewa itu tersenyum lebar lagi, dengan ekspresi aneh di wajahnya, "Jangan khawatir, kamu akan mengerti seiring waktu. Tapi untuk sekarang, aku hanya ingin memberikanmu kesempatan kedua."
Aku terdiam sejenak. "Kesempatan kedua?"
"Ya, kesempatan untuk kembali hidup," jawabnya, "Tapi tidak seperti yang kamu bayangkan. Ada hal yang lebih besar yang menunggumu, dan aku merasa kamu akan cukup menarik untuk itu."
Aku mengernyit. "Kembali hidup... dengan syarat?"
Dewa itu mengangguk pelan, senyum masih mengembang di wajahnya yang penuh misteri. "Oh, tentu saja. Tidak ada yang gratis di dunia ini. Tapi jangan khawatir, syaratnya sederhana... Kamu hanya perlu menjalani hidup yang sedikit lebih 'berwarna' dibanding sebelumnya."
Aku menghela napas panjang. "Apakah aku harus bertarung melawan monster atau jadi pahlawan besar gitu?"
Dewa itu tersenyum santai. "Tidak juga. Tapi siapa tahu? Dunia ini penuh kejutan."
Aku menggelengkan kepala, meski ada rasa ingin tahu yang mulai tumbuh. Aku menahannya dan langsung menjawabnya, "Kamu memang benar-benar aneh. Tapi, oke... Kalau aku diberi kesempatan kedua, aku akan menerima kesempatan itu dengan lapang dada."
‘pokoknya aku harus cepat-cepat menjauh dari makhluk dewa satu ini, instingku bilang orang ini pasti sangat merepotkan. Tingkatannya mengingatkanku dengan bibi tetangga.'
Dewa itu tertawa ringan. "Begitu baru menarik! Kalau begitu, mari kita lihat apakah kamu bisa menjalani hidup barumu dengan cara yang lebih menarik."
Dulu, ada seseorang yang memiliki kehidupan biasa-biasa saja, di kota biasa-biasa saja, keluarga biasa-biasa saja, dan bersekolah di sekolah umum yang biasa-biasa saja pula.
Namun, di hari kelulusan SMA-nya, orang biasa-biasa itu—kehilangan nyawanya. Dan berakhir dengan pertemuan dengan makhluk yang ia yakini sebagai Dewa, yang memberinya kesempatan kedua untuk menjalani kehidupan biasa-biasa impiannya lagi.
Nah, orang itu adalah aku, ironisnya aku kehilangan beberapa ingatan tentang kehidupan pertamaku. Lebih jauh, aku bahkan lupa siapa namaku dulu, tapi aku masih mengingat beberapa informasi, walaupun sejujurnya sedikit kabur untuk diingat.
Jika boleh jujur, sebenarnya alasan hilangnya beberapa ingatanku adalah karena efek samping dari cheat yang aku peroleh dari Dewa.
Total, aku mendapatkan tiga cheat yang secara acak aku dapatkan dari Gacha Karma Hidup. Jika diambil garis besarnya, ketiga cheatku adalah kemampuan belajar, adaptasi, dan... fotocopy?
Pokoknya kurang lebih seperti itulah, aku tidak terlalu suka menggunakan cheatku. Tapi karena cheat pertama dan kedua adalah kemampuan pasif, aku secara tidak sadar pasti menggunakannya. Namun untuk kemampuan ketiga... Aku hanya pernah menggunakannya sekali, dan rasanya keren abis...
Pokoknya, karena impianku adalah hidup biasa-biasa saja, aku selalu menekan penyakit Chunibyo-ku, yang secara bawah sadar selalu ingin menggunakan kemampuan cheat nomor tiga. Dan Alhamdulillah, setelah kepergok Nee-chanku (hanya karena dia lahir lima menit lebih awal), aku sekarang benar-benar bisa menahan dorongan penyakitku, dan sekarang sudah dinyatakan normal kembali.
Selama 15 tahun kehidupan keduaku, aku sangat bangga dengan bagaimana, aku bisa menjalani hidup biasa-biasa saja yang aku inginkan. Dan walaupun ada sedikit pergolakan dalam hidup, setidaknya kehidupan biasa-biasaku masih berlanjut.
‘Setidaknya sampai hari ini.’
Sekarang, pertemuan keluarga sedang berlangsung di ruang tamu keluarga. Topiknya kurang lebih tentang rencana kepindahan keluarga (aku dan Nee-chan) ke Jepang.
Di ruang tamu dengan set sofa mewah, yang menurutku memiliki kelembutan berlebihan untuk diduduki. Aku, Kirisaki Kenma, sekarang sedang menonton perdebatan panas antara Nee-chan dan papaku di dunia ini.
“Nee~ papa, KENAPA TIBA-TIBA SAJA ADA AGENDA PINDAH KE JEPANG SEKARANG INI!?" Ucap Nee-chanku, yang meskipun nadanya tinggal, senyumnya tidak pernah luntur sedetikpun.
Aku hanya menatapnya dengan senyum tipis. Keputusan ini sangat penting bagiku(Nee-chan juga), dan sebenarnya aku lebih mendukung kepindahan ini daripada yang dia duga. Sebagai seorang yang sangat mendukung hubungan Chitoge x Raku, aku tahu bahwa kepindahan ini bisa membawa perubahan besar dalam hidup kami(Nee-chan tentunya).
“Ayo, Nee-chan, pikirkan baik-baik. Jepang adalah tempat yang lebih aman, dan kamu bisa melanjutkan pendidikanmu di sana. Dan siapa tahu, mungkin kamu akan mendapatkan teman atau bahkan pacar, kan?” Ucapku, mencoba mengubah pendapat Nee-chan.
Yang hasilnya adalah Nee-chan melotot ke arahku, jelas dia tidak terlalu senang dengan intervensiku. Namun, aku tahu dia tidak bisa menahan argumen ini lebih lama lagi. Papaku pun mendukung penuh kepindahan ini. Beliau ingin menstabilkan hubungan bisnis dan sosial di Jepang, dan aku juga merasa ini adalah waktu yang tepat untuk memulai kehidupan baru.
‘Debut SMA-ku yang kedua!! Dulu sedikit buruk, tapi kali ini pasti sukses!!'
Nah, walaupun Nee-chan masih keras kepala dengan dan terus berargumen dengan papa. Karena kepala keluarga sudah memutuskan, kami tentu saja hanya bisa mengikuti arus.
Jadi...
...----------------...
...Seminggu Setelah Diskusi Panas Itu...
Akhirnya aku, Kenma. Pindah ke rumah yang baru saja aku beli di Jepang. Awalnya, papa dan Nee-chan keberatan dengan ide hidup terpisah, tapi karena bantuan The Real Big Bos, Hana Kirisaki, mamaku yang jarang aku dan Nee-chan temui, rencana ini berhasil. Mereka akhirnya setuju meskipun setiap liburan aku harus pulang ke rumah keluarga.
‘Sejujurnya Nee-chan membuat perlawanan yang sangat hebat, tapi dengan satu atau lain cara aku sukses membujuknya, hebatnya diriku,'
Jika di tanya kenapa aku ingin hidup sendiri? Jawabanku simpel: “Keluarga mafia jelas jauh dari kehidupan biasa-biasa saja, bukan?” Aku tidak ingin identitas keluargaku yang sebenarnya terungkap. Selain itu, aku juga ingin menjauh dari segala drama yang ada dalam kisah Nisekoi, terutama yang melibatkan Nee-chan dan calon kakak iparku.
‘Efek kupu-kupu itu nyata, loh...’
Perpindahan berjalan lancar berkat bantuan Claude Ringheart, anggota Beehive Gang, pengawal pribadiku(yang menjadi salah satu syarat izin tinggalku). Membuatku bisa bersantai sejenak di siang harinya, sebelum mulai memasak untuk hadiah salam tetangga baru? Bagi para tetangga.
Sore itu, setelah semua beres, aku memutuskan untuk berkunjung ke salah satu rumah tetanggaku. Berdiri di depan pintu rumah tetanggaku, indra keenamku menjerit merasakan ancaman akan kehidupan idealku.
Mataku terlambat sejenak untuk melihat papan marga, yang tertulis di samping pintu rumah. Saat kepalaku menoleh, papan kayu bertuliskan nama marga itu, baru memasuki pandanganku.
Dan ketika aku menekan bell di samping pintu secara tidak sadar, “Yah... Tunggu sebentar," suara seorang dari dalam rumah, yang dari suaranya, mungkin seorang remaja, mulai berjalan mendekati pintu, dan... Aku disambut oleh seseorang yang mungkin baru pertama kali ini aku jumpai. Untuk sesaat aku hanya merasa tetanggaku cukup familiar.
Aku merasa Deja vu akan situasiku saat ini, perasaan yang sama yang pernah aku rasakan, saat mengingat identitas sebenarnya keluargaku.
Otakku bekerja sangat keras saat ini. Perusahaan mental Memorys Days di otakku mulai memilah ribuan informasi yang aku simpan di sana.
Ratusan Chibi Kenma mulai memilah-milah dokumen, yang dalam catatan mentalku berisi semua informasi yang aku miliki. Baik sebagai Kenma Kirisaki di dunia ini, ataupun aku yang lain di dunia lamaku.
Dan setelah kesadaran bawah sadarku (Chibi Kenma) berhasil menemukan sumber perasaan tidak menyenangkan itu, akhirnya aku ingat akan identitas pemuda di hadapanku, dan alasan rasa pahit dan tidak enak yang muncul dari gambaran kegagalan, dari rencana hidup damai yang aku idam-idamkan.
Saat ini, aku sedang berhadapan dengan makhluk yang suatu saat nanti akan dikenal sebagai Kaisar Naga Oppai/Oppai Hunter. Atau apapun julukannya, berdiri dengan wajah bingung (bodoh?) saat melihatku.
“Selamat sore, maaf mengganggu harimu. Aku tetangga yang baru pindah di rumah sebelah... Emm, namaku Kirisaki Kenma, salam kenal!" ucapku dengan ekspresi senyuman terindahku, sambil mengulurkan tangan mencoba berjabat tangan dengan "Oppai Hunter" masa depan.
Issei menatap tanganku dengan ekspresi terkejut, kemudian ragu-ragu meraih tanganku. Genggamannya terasa kuat, namun ada kekakuan yang jelas terlihat. Wajahnya memerah, dan dia tidak langsung berkata apa-apa. Ada semacam ketegangan di udara yang tidak bisa aku jelaskan.
“E.. Etto, salam kenal juga, Kirisaki-san. Na-namaku Issei, Hyoudou Issei. Mo-mohon bantuannya untuk kedepannya," ujarnya dengan nada canggung, terlihat lebih gugup dari yang biasanya kuharapkan.
Aku sedikit bingung melihat reaksi berlebihan Issei, tapi hanya tersenyum ramah, berusaha membuatnya merasa lebih nyaman.
“Hahah... Tidak usah gugup begitu, Issei-san. Boleh aku panggil begitu?” ucapku, memberi jeda sejenak. Issei mengangguk dengan cepat. “Ah... Issei-san, juga silahkan panggil aku dengan namaku saja.”
Ada keheningan sesaat, kemudian aku memutuskan untuk melanjutkan. “Sebenarnya, aku tadi membuat beberapa hidangan, rencananya ingin aku bagikan kepada para tetangga. Silahkan ambil, jika berkenan."
Aku mengeluarkan bungkus kue yang sudah kubuat siang tadi. Issei terkejut sejenak, tapi langsung menatapku dengan senyum agak canggung.
“Te... Terimakasih, Kir–Kenma-san. Maaf sudah merepotkan, silahkan masuk dulu, bagaimana?” tawarnya, sambil melangkah ke samping mempersilahkan aku masuk.
Aku menghargai tawarannya, namun aku tidak berniat untuk masuk. “Ah, terima kasih, tapi aku harus pergi ke tetangga yang lain juga,” jawabku sambil sedikit tertawa.
Setelah itu, aku memberi salam singkat sebelum berbalik pergi. “Sampai jumpa lagi, Issei-san. Terima kasih dan maaf merepotkan,” ucapku sambil membungkuk sopan khas budaya jepang.
Yang juga Issei balas dengan sopan, meskipun tampak sedikit bingung, seakan ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi urung melakukannya.
Saat aku berjalan pergi, langkahku terasa sedikit lebih ringan, meskipun ada perasaan aneh yang muncul dari pertemuan pertama ini.
Langit senja mulai menghitam, dan pikiranku melayang. Dan, entah itu halusinasi atau bukan, di mataku Aku melihat awan yang membentuk mirip seperti acungan jempol raksasa di atas sana.
Huft...
Bahkan jika aku tahu itu hanya halusinasi optik, aku masih ingin mengatakannya dengan lantang saat ini juga padanya.
"Huncur sudah dunia Romcom-ku... Chikso! Kami-sama...!! Shine...!! ."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
{Ini sekedar catatan tambahan, untuk menjelaskan beberapa bagian dalam bab yang mungkin tidak di pahami oleh pembaca}
- Chunibyo : Chūnibyō (中二病) adalah istilah dalam bahasa Jepang yang merujuk pada fase perkembangan di mana seorang remaja, biasanya pada usia sekitar 14 tahun, mulai berperilaku atau berpikir seolah-olah mereka memiliki kekuatan atau kemampuan khusus yang luar biasa, atau merasa seperti karakter protagonis dalam cerita fantasi. Ini sering kali mencakup imajinasi berlebihan, seperti berpura-pura memiliki kekuatan super atau menyembunyikan "rahasia besar" yang membuat mereka tampak istimewa.
Istilah ini sering digunakan dengan nada humor dan kadang-kadang merujuk pada keinginan remaja untuk merasa berbeda atau lebih dari orang lain. Dalam anime Chūnibyō demo Koi ga Shitai! (juga dikenal sebagai Love, Chunibyo & Other Delusions), istilah ini digunakan untuk menggambarkan karakter yang memiliki perilaku seperti ini, terutama seorang gadis bernama Rikka Takanashi yang menganggap dirinya memiliki kekuatan supernatural.
– Nee-chan : Nee-chan (姉ちゃん) adalah kata dalam bahasa Jepang yang digunakan untuk menyebut kakak perempuan dalam konteks yang lebih akrab atau informal. Biasanya digunakan oleh adik (baik laki-laki maupun perempuan) untuk merujuk pada kakak perempuannya, sering kali dengan nuansa keakraban atau kehangatan. Dalam situasi formal atau lebih sopan, orang mungkin menggunakan "ane" (姉) untuk menyebut kakak perempuan, namun "nee-chan" lebih sering dipakai dalam percakapan sehari-hari antara keluarga atau teman dekat.
Secara harfiah, "nee" berarti kakak perempuan, dan "chan" adalah akhiran yang menunjukkan keakraban atau rasa sayang.
– Oppai : ......
– Perusahaan Mental Memorys Days, atau begitulah Kenma menyebutnya, adalah pertahanan mental milik Kenma, yang juga menjadi perpustakaan yang menyimpan ingatan atau informasi yang dimiliki Kenma, Anggap saja ini seperti kemampuan kumoko di kumo desu wa nani ka, atau kemampuan Sherlock Holmes yang memiliki perpustakaan pikiran di otaknya, yah seperti itu pokoknya.
– Nah MC alias Kenma Kirisaki bereinkarnasi menjadi saudara kembar Chitoge kirisaki, Heroine pemenang dari anime Nisekoi, jadi jelas plot kedepannya akan menambah karakter anime tersebut.
Lebih jauh, Issei Hyoudou, adalah protagonis dari anime semi hentai Highschool DXD, sebenarnya author gak pernah nonton apalagi membaca manga atau animenya sebelumnya. Tapi gara-gara novel web langganan author penuh dengan itu, author jadi tahu. Yah walaupun jelas kepribadian Issei bakal rada beda dengan di animenya, jadi author mencoba buat maraton animenya biar dapet pemahaman.
Nisekoi ✓
Highschool DXD ✓
Untuk pengembangan plot berikutnya jelas rahasia... Hahaha.... Tapi akan ada satu bab prolog lagi setelah ini... Setelahnya akan jadi bab biasa dengan pengembangan cerita yang semoga saja kalian nikmati?
Kembali ke kediaman baruku, aku harus mengurungkan niatku untuk berkunjung ke tetanggaku yang lain. Setidaknya dampak pertemuanku dengan Issei, sangat mempengaruhi kesehatan mentalku.
Kediaman baruku ini cukup sederhana, namun memiliki semua yang aku butuhkan untuk merasa nyaman. Rumah bergaya Jepang tradisional ini berlantai dua, dan terletak di ujung sebuah jalan kecil di kawasan pinggiran kota. Bangunan ini memiliki atap melengkung khas Jepang, dengan desain yang seakan memeluk udara dingin malam yang semakin terasa. Di lantai pertama, aku bisa merasakan kesederhanaan yang begitu terasa—lantai tatami yang rapi, dan ruang tamu dengan meja rendah serta beberapa bantal yang nyaman untuk bersantai. Ruangan itu begitu tenang, hanya ditemani suara suara alam dari luar rumah. Taman kecil yang berada di belakang juga cukup menenangkan, dihiasi dengan tanaman hijau dan pohon bonsai kecil.
Lantai kedua lebih privat, terdiri dari beberapa kamar tamu, dan juga kamar tidur yang aku gunakan untuk tidur. Sebuah futon yang digulung rapi dan rak buku sederhana adalah pemandangan yang menyambut setiap kali aku memasuki kamarku. Jendela besar menghadap ke jalan sepi yang hanya dihiasi cahaya lampu jalan yang temaram di malam hari, memberikan rasa damai yang hampir seperti impian. Semua terasa begitu ideal—hanya aku, dunia yang sepi, dan rutinitas yang tenang. Namun, kedamaian itu terusik setelah bertemu dengan Issei dan menyadari bahwa dunia yang sekarang aku huni lebih kacau dari yang aku bayangkan.
...----------------...
Setelah menjernihkan pikiranku, dan pergi mandi air hangat untuk menyembuhkan kelelahan mentalku, aku duduk di depan komputerku—komputer super rakitan yang aku rakit sendiri dengan kemampuan terbaikku di dalamnya. Sambil mengamati layar yang penuh dengan berbagai jendela pencarian, aku mencoba menggali lebih dalam tentang dunia baruku ini.
Dulu, aku hanya mengenal dunia ini melalui layar televisi, awalnya aku kira dunia baruku hanya dunia Romcom biasa. Namun setelah pertemuan dengan Hyoudou Issei, semuanya terasa berbeda. Kekuatan supernatural yang sebelumnya aku kira tidak ada, ternyata tersembunyi tanpa aku ketahui selama satu dekade lebih hidupku di dunia ini.
Krisis, aku merasakannya. Mungkin karena terbuai dengan zona nyamanku, aku melepaskan kehati-hatianku dan hanya menerima informasi umum tentang dunia. Tanpa niat untuk terjun lebih dalam, takut akan kotak Pandora yang mungkin ada, namun hari ini menandakan titik baru dalam hidupku.
Jadi...
Aku membuka situs demi situs, berusaha mencari informasi yang bisa menjelaskan semua ini. Namun hasil pencarianku berakhir sia-sia. Semua yang aku temui hanya omong kosong atau berita yang tak ada kaitannya dengan dunia yang kutahu. “Kenapa semua ini terasa begitu kacau?” gerutuku dalam hati, frustasi. Tidak ada satu pun penjelasan yang masuk akal.
Dengan rasa cemas yang mulai menggerogoti pikiranku, aku sadar bahwa aku harus mencari informasi melalui cara yang lebih ekstrem. Mengakses situs yang tidak umum, menggunakan kemampuan komputasi milikku yang luar biasa untuk meretas berbagai database tersembunyi. Meskipun aku selalu menghindari menggunakan kemampuan ini untuk hal-hal ilegal, kali ini aku tidak punya pilihan lain. Aku tidak bisa membiarkan kehidupan yang kutunggu-tunggu ini berantakan begitu saja—terutama bukan karena hal-hal yang tidak aku pahami.
Dengan cepat, aku menghubungkan komputer ke jaringan yang lebih gelap, mengakses berbagai sumber data yang sangat sulit dijangkau. Kode-kode hijau berpindah dengan cepat di layar, membuka pintu ke informasi yang lebih sensitif. Aku tahu ini berbahaya, tapi aku tidak bisa berhenti. Aku menemukan hal-hal yang lebih mengerikan tentang kota tempat aku tinggal. Semua yang kutahu tentang kota ini ternyata salah. Nama kota ini bukan Kouh—seperti yang aku kira dari setting anime Highschool Dxd—tetapi Sainan.
Aku mual. Nama itu membawa ingatan buruk yang mendalam ke dalam pikiranku. Sainan adalah kota dari anime To Love-Ru, kota yang dipenuhi dengan kekuatan supernatural yang bahkan lebih gila dari yang pernah aku bayangkan. “Sial... Belum cukup iblis dan malaikat, sekarang ditambah alien? Kami-sama…” Aku menghela napas panjang, merasa seperti terjebak dalam kehidupan yang sama sekali bukan impian.
...----------------...
Aku memutuskan untuk keluar rumah, merasakan udara malam yang dingin di sekitar Sainan. Aku butuh waktu untuk mencerna semua informasi yang baru kutemukan. Suasana di luar rumah terasa agak asing bagiku, yah... Mengingat aku baru pindah seminggu yang lalu dan pindah kesini hari ini.
Di sekitar jalanan, aku bisa melihat gedung-gedung tinggi yang modern, namun juga banyak elemen tradisional Jepang yang tetap dipertahankan. Lampu-lampu jalan berpendar di antara gedung-gedung, menciptakan suasana yang agak suram namun juga menenangkan. Suasana kota yang sepi ini terasa seperti dunia antara—seperti tempat di mana semua hal bisa terjadi.
Aku berjalan pelan, menelusuri jalanan yang mulai sepi, saat mataku tertuju pada taman kecil yang berada di tengah kota. Di sana, di pintu masuk taman, ada seorang remaja berambut pirang yang berjalan santai sambil menikmati ramen instan dari mangkuk besar.
Aku menatapnya, dan dalam sekejap, aku tahu siapa dia. Tidak butuh bagiku untuk menggunakan memory superku untuk mengingatkannya, karena sangat akrabnya dia bagiku di kehidupan pertamaku. Itu adalah Naruto Uzumaki. Dari Naruto Shippuden, anime favoritku, pahlawan masa kecilku.
Aku hampir tak bisa mempercayai apa yang kulihat. Kenapa dia bisa ada di sini? Tanpa berpikir panjang, aku berbalik, mencoba untuk mengabaikan kehadirannya. Tetapi, tiba-tiba langkahku terhenti. Aku merasa seperti ada sesuatu yang tidak beres, dan saat aku berusaha berganti arah, aku tanpa sengaja menabrak seseorang.
Sosok itu terhuyung kehilangan keseimbangan akibat bertabrakan denganku. Awalnya aku tidak mengenalnya, tetapi segera, dengan bantuan Memorys Days Company di otakku, aku ingat. Hachiman—protagonis Oregairu, anime yang pernah aku tonton berkali-kali. Ini gila, aku tak bisa mengerti bagaimana bisa mereka semua ada di sini.
Namun, itu bukan akhir dari kekacauan. Saat Hikigaya akan terjatuh, ia secara tidak sengaja menabrak Naruto yang sedang berjalan mendekat dari sampingku tanpa aku sadari. Membuat mangkuk ramen Naruto terlempar ke udara, dan ramen tersebut jatuh berantakan ke tanah. Aku hanya bisa tertegun, bingung, melihat keabsurdan yang terjadi di depan mataku. Ini seperti adegan dalam anime yang berakhir kacau tanpa alasan.
Kenapa mereka bisa ada di sini, di dunia ini, di tempat yang tidak seharusnya? Aku hanya bisa terdiam, merasa seperti hidupku menjadi sebuah serial yang penuh dengan kebetulan dan kekacauan yang semakin sulit dipahami.
Namun, aku tahu satu fakta yang jelas.
‘Kami-sama....!! Shine...!!'
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!