NovelToon NovelToon

Istri Mayor Gu Yang Dimanjakan

1. Awal Mula

Li Ranran dibangunkan oleh silau sinar matahari yang masuk ke jendela kamarnya.

"Aiish, kenapa silau sekali?" Li Ranran membuka matanya merasa ada yang aneh, karena dia merasa kalau kamar di apartemennya tidak seperti ini.

"Ding, selamat datang di dunia ini nona. " Li Ranran terkejut, dia menoleh kekanan-kiri untuk mencari suara tersebut.

"Saya adalah sistem serbaguna, dan saya ada difikiran anda nona. "

Li Ranran diam berfikir, ada sistem, lalu dia terbangun ditempat aneh. Apakan dia mengalami sesuatu seperti yang selalu dia baca di novel.

"Apa aku menyebrang seperti dinovel-novel?" tanyanya pada suara sistem.

"Anda cukup membatin saja jika ingin berkomunikasi dengan saya."

Li Ranran hanya mengangguk.

"Baiklah, sekarang saya akan menceritakan segalanya. Anda saat ini berada dicerita novel 'Bunga Persik yang Indah'. Novel ini menceritakan tentang kehidupan di tahun 90an tentang gadis desa yang berhasil memikat hati seorang pemuda pelajar dari kota. Gadis desa itu bernama Mei Yuri, dia seorang yang lemah lembut dan  ramah. Lalu pemuda pelajar itu bernama Song Dawai. "

"Lalu aku?"

"Anda adalah teman Mei Yuri dan sebagai peran pendukung yang akan banyak membantu bersatunya kisah mereka. Tapi disini anda akan berakhir menikah dengan adik Protagonis laki-laki karena Mei Yuri tidak ingin berpisah dengan anda"

Li Ranran mengerutkan keningnya.

"Anda akan menikah untuk bisa menemani Mei Yuri, karena dia tidak bisa melakukan perkerjaan apapun. Dan anda yang selalu melakukan tugas Mei Yuri. Intinya sebenarnya Mei Yuri ini selalu memanfaatkan kebaikan dan kepolosan anda dengan kedok teman baik. Sampai anda harus berkorban banyak hal hanya karena seorang Mei Yuri"

"Tugas anda disini adalah untuk menjalani kehidupan yang lebih baik sesuai dengan keinginan anda nona. "

"Baiklah, intinya saya akan hidup dengan cara saya sendiri, terserah apa yang terjadi dengan Mei Yuri itu. Aku tidak berhutang apapun padanya, malah dia yang harus membayar segalanya untukku." Tekat Li Ranran. "Oh ya berapa usiaku disini? "

"Disini anda berusia 19 tahun nona."

"Masih muda, didunia asli aku berumur 23tahun."

Li Ranran segera bergegas bangun, dalam ingatannya dia tinggal bersama kakaknya yang sudah menikah, dan untungnya kakak iparnya adalah orang baik. Jadi dia hanya bertugas membersihkan rumah dan memasak makan siang selama kakak dan kakak iparnya berkerja.

Li Ranran juga memiliki keponakan laki-laki yang baru berusia 3 tahun, saat ini keponakannya sedang ikut ibunya ke ladang. Li Ranran berjalan masuk ke dapur, disana sudah ada sarapan yang ditinggalkan kakak iparnya. Ada bubur kental dan tumis sayuran, lalu ada juga acar yang disimpan didalam toples.

Setelah selesai menyantap makanannya, Li Ranran segera membersihkan rumah, mencuci baju miliknya dan milik keponakannya. Awalnya dia mencuci baju milik semua orang, tapi kakak ipar melarangnya, biar dia membantu milik keponakannya saja.

Selesai membereskan urusannya, dia lanjut untuk memasak hidangan makan siang, kali ini dia akan membuat hidangan sederhana. Yaitu bubur lembut dan orak arik telur tomat. Lalu untuknya dan kakak-kakaknya dia membuat tumis kentang asam manis dan dadar telur kubis.

Setelah itu dia menempatkan semua masakannya diwadah.

"Host, sebentar lagi Protagonis wanita akan datang kemari untuk meminta anda memasak sekaligus meminta tambahan bahan lainnya" Suara sistem membuat Li Ranran hampir menjatuhkan wadahnya.

"Kau mengagetkan saja, jangan memanggilku seperti itu(host) kesannya sangat kurang indah"

"Maafkan saya host, saya ingin mengingatkan anda. Kalau begitu saya akan memanggil anda nona saja"

"Baiklah, terimakasih pengingatnya, sepertinya aku harus segera bergegas pergi ke ladang. "

Setelah mengunci pintu, Li Ranran bergegas berangkat ke ladang untuk mengantar makanan keluarganya. Saat dijalan dia bertemu Mei Yuri.

"Ranran, kau mau pergi kemana? " Tanya Mei Yuri.

"Yuri, aku akan ke ladang mengantar makan siang kakak dan keponakanku."

"Tapi kamu kan harus membantuku memasak untuk Dawei." Ucap Mei Yuri tanpa malu.

Dasar benalu berjalan, batin Li Rabran.

"Maafkan aku Yuri, tapi hari ini aku harus segera membantu kakak memanen kacang. Lagipula bahan bahan dirumah semua habis." Li Ranran menunjukan wajah sedih.

"Lalu bagaimana denganku." Mei Yuri memarahi Li Ranran.

"Apa hubungannya denganku." Ucap Li Ranran santai.

Mei Yuri segera menyadari sikapnya, "Maafkan aku Ranran, maksudku bagaimana dengan aku yang harus memasakkan makan siang untuk Dawei. "

"Yuri, itu adalah urusanmu, dan lagi aku selalu dimarahi kakakku karena selalu memakai bahan-bahan dirumah, dan kamu tidak mau menggantinya." Li Ranran berpura-pura menyesal. "Dan lagi kamu kan bisa memasak sendiri dirumahmu. "

"Tapi selama inikan aku selalu memasak dirumahmu." Mei Yuri tetap ngotot.

Benar-benar tidak tahu malu sekali gadis ini. "Yuri, mulai hari ini aku berhenti membantumu memasak."

"Kalau kau berhenti membantuku, bagaimana aku bisa mengambil hati Dawei." Mei Yuri mulai menaikkan suaranya.

Beberapa bibi yang ada disana mendengarnya. Dan Li Ranran memanfaatkan hal tersebut.

"Yuri, kenapa kau memarahiku, urusan kau mengambil hati Kamerad Dawei bukanlah tanggung jawabku. Selama ini aku selalu memasakkanmu dan bahan-bahannya juga diambil dari rumahku." Ucap Li Ranran sedih.

"Tapi selama ini kamu kan tidak pernah keberatan."

"Gadis Yuri, kenapa kamu memaksa gadis Ranran. Kalau kamu ingin mengambil hati seseorang lakukanlah sendiri, jangan seperti itu." Ucap seorang bibi disana.

"Iya benar itu, lagipula untuk kepentinganmu sendiri, kenapa kau harus menyusahkan orang lain." Tambah bibi lain.

Mei Yuri baru sadar jika banyak bibi disana, beberapa orang melihatnya dengan pandangan aneh. Mei Yuri marah karena gagal memanfaatkan Li Ranran, dan berakibat buruk pada dirinya.

"Aku harus segera mengirimkan bekal kakakku." Li Ranran segera pergi meninggalkan Mei Yuri.

Melihat Li Ranran pergi, Mei Yuri  harus kembali pulang kerumahnya dengan perasaan marah. Karena dia tidak punyan alasan untuk bertemu Dawei.

___**___

Setelah sampai diladang, Li Ranran segera menghampiri kakaknya. Dia meletakkan makanan yang dibawanya di gubuk kecil yang dibuat kakaknya untuk berteduh saat istirahat.

"Kakak, kakak ipar, istirahat sebentar." Ucap Li Ranran.

"Iya Ranran, sebentar lagi. Tolong kamu temani Bakpao dulu." Jawab kakak iparnya yang bernama Sun Weiwei.

"Bibi cantik." Suara lucu anak kecil kala melihat Li Ranran mendekat.

"Bakpao." Li Ranran mencubit pipi keponakannya. Dia lalu membuka tempat minum yang dibawanya, dia memberikan minum Bakpao.

"Ayo Bakpao, minum dulu, lalu Bibi akan menyuapimu."

"Bibi baik." Laki laki kecil itu tersenyum menunjukkan giginya yang belum lengkap.

Li Ranran sangat menyukai keponakan kecilnya ini, karena Bakpao termasuk pada anak kecil yang manis dan tidak nakal.

"Ranran hari ini masak apa?" Tanya Sun Weiwei yang sudah duduk disebelah Li Ranran.

Li Ranran segera menyerahkan botol minum yang dibawanya untuk kakak iparnya, "Coba tebak kakak." Jawab Li Ranran.

Sun Weiwei mencium wadah makanan yang masih tertutup, "Dari aromanya ini seperti sesuatu yang segar."

"Apa yang kamu lakukan menantu?" Suara laki laki yang adalah kakak Li Ranran, namanya Li Maoran.

"Aku sedang menebak masakan apa yang dibuat Ranran kita siang ini suami."

Li Maoran terkekeh melihat tingkah konyol istrinya. Dia sangat bahagia saat melihat adik dan istrinya sangat dekat. Dia bersyukur memiliki istri yang juga menyayangi adiknya itu.

"Kakak, kakak ipar, segeralah makan dulu, biar Bakpao aku yang mengurus." Li Ranran membantu membuka wadah makanannya.

"Telur gurih." Suara susu Bakpao membuat tiga orang dewasa itu tertawa.

"Iya Bakpao, hari ini Bibi membuat hidangan telur untukmu." Li Ranran segera menyuapi keponakannya makan.

Sun Weiwei segera mengambilkan makanan untuk suaminya, saat bekal itu dibuka, tercium aroma harum Kentang Asam manis dan Telur dadar. Beberapa tetangga di ladang sebelah juga mengeluarkan air liurnya. Mereka iri karena keluarga Li Maoran selalu membuat masakan yang enak.

Sedangkan dijaman itu, telur masih termasuk bahan makanan yang langka, mereka lebih memilih untuk mengumpulkan telur dari ayam yang mereka ternak lalu menjualnya ke kota.

"Kakak, besok aku akan pergi ke komune untuk membeli beberapa bahan yang habis. " Ucap Li Ranran.

Sun weiwei dan Li Haoran langsung menoleh, mereka berfikir jika selama ini bahan cepat sekali habis karena Li Ranran selalu memberikannya kepada Mei Yuri.

Li Ranran paham ketika kedua kakaknya itu melihatnya, "Tenang saja kakak, mulai sekarang aku tidak akan membantu Mei Yuri lagi. Aku sudah sadar kalau selama ini dia hanya memanfaatkanku saja."

Kedua kakak Li Ranran menghela nafas lega, "Akhirnya kamu sadar." Ucap Sun Weiwei.

"Maafkan aku selama ini kakak."

Li Haoran hanya mengelus rambut adiknya itu.

____***____

Hari ini Li Ranran bangun sangat pagi, dia berencana untuk melihat pasar komune di jaman ini. Li Haoran memberikan uang 10 yuan pada Li Ranran.

"Kakak ini terlalu banyak." Ucap Li Ranran.

"Tidak apa-apa, belilah sesuatu yang kau suka." Sun Weiwei yang menjawab.

Li Ranran semakin bertekat untuk membuat keluarganya bahagia dimasa depan.

Li Ranran segera berjalan ke ujung desa, karena kereta kuda yang akan membawa penduduk ke komune biasanya menunggu disana setiap pagi. Kalau kesiangan dia harus mau berjalan selama 30 menit.

"Selamat pagi paman Doyang." Sapa Li Ranran pada pemilik kereta

"Pagi gadis Ranran, apakah kamu akan ke komune?" Jawab pemilik gerobak.

"Iya paman, aku ingin berbelanja beberapa bahan. "

"Selamat pagi Bibi." Sapa Li Ranran pada beberapa Bibi yang juga akan naik gerobak ke komune.

"Pagi gadis Ranran." Beberapa Bibi memiliki fikiran bagus untuk Li Ranran karena dia adalah gadis yang lemah lembut dan ramah.

Setelah sampai di komune, Li Ranran bahagia karena akhirnya dia bisa melihat kondisi jaman dahulu. Dia segera berkeliling, dia ingin melihat-lihat barang apa saja yang dijual disana. Dia juga penasaran dengan istilah pasar gelap. Sebenarnya dia bisa saja mengeluarkan bahan-bahan dari sistem, tapi lebih baik melihat keadaan dan harga bahan-bahan tersebut.

Setelah melihat sebuah gang tersembunyi, Li Ranran segera memasuki gang tersebut, ketika melihat tidak ada orang, dia segera merubah penampilannya seperti seorang wanita baya.

"Nona, anda disini ingin berjualan atau membeli sesuatu. "

"Haiiis, kau mengagetkanku saja, aku ingin melihat-lihat dulu. " Li Ranran mengelus dadanya.

Setelah berkeliling dan memahami sistem pasar gelap, Li Ranran ingin mencoba berjualan. Disebuah gang sepi, dia meminta sistem mengeluarkan keranjang yang didalamnya ada telur, daging, buah dan sayuran yang sangat segar.

Dia lalu berjongkok diujung gang tersebut, dia membuka sedikit keranjangnya yang ditutupi dengan kain. Ketika dia melihat seorang wanita yang memakai baju lumayan bagus berjalan didepannya, wanita itu sedikit melirik kearah keranjangnya.

"Saudari, apakah kamu ingin membeli sesuatu?" tawar Li Ranran.

"Apa yang kau jual?" tanya wanita tersebut.

Li Ranran hanya menyingkap kain penutup keranjangnya, wanita tersebut tercengang melihat barang yang dijual Li Ranran terlihat lebih baik dari yang dijual di koperasi pemasok.

"Saudari aku mau daging itu 5 kati, sayuran 5 ikat, telur 20 butir, dan buahnya 3 bungkus." Tanpa menanyakan harganya wanita itu segera membeli barang jualan Li Ranran.

Setelah kepergian wanita itu, beberapa orang juga segera membeli barang jualan Li Ranran, mereka juga berpesan jika Li Ranran memiliki barang bagus mereka ingin membelinya. Li Ranran berjanji jika memilik sesuatu yang baik untuk dijual, akan datang lagi.

Segera setelah dagangannya terjual habis, Li Ranran memilih untuk meninggalkan pasar gelap, dia segera menuju sebuah gang terpencil untuk mengubah penampilannya kembali. Lalu dia juga mengeluarkan beberapa bahan kebutuhannya dari sistem, dia tidak berniat untuk membeli di koperasi pemasok, karena menurutnya kualitasnya kurang bagus.

Li Ranran merasa ada seseorang yang mengikutinya, dia membiarkan saja. Kalaupun orang itu hendak berbuat jahat, dia adalah gadis mandiri dari masa depan. Dia memiliki beberapa seni beladiri. Setelah menuju tempat yang sepi, Li Ranran dihadang oleh dua orang pria yang berpenampilan mengerikan.

"Gadis sebaiknya kau serahkan semua barang yang kau bawa itu dan ayo ikutlah dengan kami." Ucap lelaki yang memiliki bekas luka di lengannya.

"Bagaimana jika aku tidak mau?" Li Ranran memutar matanya.

"Jangan berani macam-macam, tidak ada seorangpun disini, cepat ikuti perintah kami!" Perintah lelaki satunya.

Li Ranran hanya diam saja, membuat lelaki yang memiliki bekas luka dilengannya tersulut amarah, dia bergegas menuju Li Ranran. Melihat lelaki itu mendekat, Li Ranran segera meletakkan tasnya di tanah, dia lalu bersiap untuk menyerang lelaki itu.

Saat lelaki pemilik bekas luka akan menyentuhnya, Li Ranran segera menendang lelaki itu. Lelaki itu terjatuh dengan memegangi perutnya, dia terlihat sangat kesakitan. Melihat temannya terjatuh, lelaki satunya juga bergegas menyerang Li Ranran. Mendapati seseorang akan memukulnya, Li Ranran juga melakukan tendangan yang sama. Lelaki itu juga terjatuh dengan memegangi perutnya.

Li Ranran menoleh, melihat sebuah balok kayu, dia segera mengambilnya. Dia menggunakan kayu itu untuk menghajar dua penjahat butuh belaian itu. Dua penjahat itu berteriak kesakitan, mereka merasa menyesal karena bertemu gadis yang sangat kuat.

_____$$$$_____

#akhirnya author memutuskan untuk up cerita disini karena ada yg dengan pedenya MENJIPLAK karya asli author disini.

#jangan lupa vote ya bestie semua

#terimakasih yang sudah mendukung🥰🥰🥰

2. Pertemuan

Saat Li Ranran sedang memukuli dua penjahat itu, ada beberapa orang yang mendekat.

"Apa yang sedang terjadi disini? " Tanya salah seorang dari mereka.

Mendengar suara, kedua penjahat itu segera meminta tolong, "Tolong saya tuan, gadis ini memukuli kami. "

"Apa maksudmu dengan aku memukulimu haa?" Li Ranran semakin mengeraskan pukulannya, tanpa menoleh pada beberapa orang yang datang, "Aku memukuli kalian karena kalian akan merampokku dan akan berbuat sesuatu yang tidak baik."

"Kamerad tolong berhenti dulu." Ucap pria yang terlihat seperti pemimpin dari rombongan itu.

Li Ranran menghentikan pukulannya, lalu menoleh kepada rombongan tersebut, dia melihat seorang pria yang memakai kemeja dengan celana bahan. Pria tersebut terlihat sangat gagah, walaupun kulitnya terlihat sedikit kecoklatan, tapi terlihat bersih. Pria itu terkejut setelah melihat Li Ranran.

"Apakah kamu Li Ranran." Ucap pria itu.

Li Ranran mengerut heran, karena pria itu mengenalnya. "Siapa dia?" Batin Li Ranran bertanya pada sistem. Karena menurut ingatan yang diberikan sistem tidak ada pria ini.

"Dia adalah Gu Shaoting nona, dia dulu adalah teman kakak anda, tapi dia sudah lama meninggalkan desa karena bergabung dengan ketentaraan."

Melihat Li Ranran terdiam, seperti tidak mengingatkannya, pria itu terlihat sedikit kecewa.

Li Ranran pun mengingat, "Apakah kamu Kakak Gu? "

Mengetahui Li Ranran masih mengingatnya, pria bernama Gu Shaoting itu tersenyum. "Rupanya Ranran masih mengingat Kakak."

Beberapa orang yang bersama Gu Shaoting terkejut saat melihat pimpinan mereka tersenyum. Pasalnya Gu Shaoting terkenal sebagai pria yang mengerikan, tegas dan kaku.

"Apakah kalian barusan melihat pimpinan tersenyum." Bisik seorang lelaki yang memakai seragam pada teman-temannya.

"Kalaupun itu ilusi, sepertinya akupun melihatnya." jawab seorang lainnya.

"Akupun sama." dua orang lainnya juga menjawab pertanyaan temannya.

Pria Gu Shaoting itu tidak memperdulikan ucapan-ucapan anak buahnya.

"Apa yang terjadi disini Ranran?" suara Gu Shaoting terdengar sedikit lembut saat berbicara dengan Li Ranran.

"Aku sedang berbelanja beberapa bahan, lalu karena melihat seekor kucing berjalan kearah sini, aku mengikutinya. Tapi setibanya disini aku dihadang oleh dua penjahat ini. Karena dulu Kakak Gu dan Kakak Haoran pernah mengajariku sedikit keterampilan bela diri, akhirnya aku melawannya Kak." jawab Li Ranran, tidak mungkin dia akan mengatakan jika baru keluar dari gang pasar gelap, apakah dia mencari mati.

Gu Shaoting ingat dia dulu dengan Kakak Li Ranran memang mengajari sedikit ketrampilan bela diri untuk Li Ranran saat mengetahui gadis ini ingin meneruskan sekolah menengah. Sebenarnya Gu Shaoting cukup kawatir ketika mengetahui fakta jika Li Ranran menghadapi dua pria itu sendirian, tapi ketika melihat keadaan dua penjahat itu yang lumayan parah, Gu Shaoting justru bangga dengan gadis itu.

"Baiklah, biar masalah ini Kakak yang menyelesaikannya." Gu Shaoting menoleh kearah anak buahnya, "kalian bawa dua pria ini ke kantor yamen, katakan saja dua pria ini ketahuan mencuri akhirnya dihajar beberapa penduduk. Lalu pastikan keduanya mendapat hukuman yang berat." Dua pria penjahat itu semakin menyesali perbuatan mereka, dan merasa jika hari ini adalah hari tersialnya.

Dua orang rombongan Gu Shaoting segera membawa penjahat itu pergi.

"Kalian berdua ikutilah mereka, nanti aku menyusul kalian." Perintah Gu Shaoting pada sisa rekannya.

Dua orang tersisa pun segera mengikuti dua temannya tadi. "Baik pemimpin. "

Gu Shaoting berjalan mendekati Li Ranran, "Apakah Ranran masih akan membeli sesuatu, jika iya Kakak Gu akan menemanimu. "

Sebenarnya Li Ranran masih ingin pergi berkeliling, tapi ketika dia melihat waktu yang sudah semakin siang, dia takut keluarganya kawatir, "Tidak Kakak Gu, karena waktuku sudah tertunda cukup lama karena kejadian ini, aku harus segera pulang, nanti Kakak dirumah kawatir. " Li Ranran bergegas mengambil dua bungkusan tasnya.

Melihat barang bawaan Li Ranran lumayan banyak, Gu Shaoting segera mengambil tas itu untuk membantunya. "Biar Kakak yang membawanya. "

"Eh, apa yang Kakak Gu lakukan, ini akan merepotkan." Li Ranran terkejut. Sebenarnya dia berniat memasukkan barang bawaan ke sistem, dia hanya ingin terlihat membeli sedikit saja karena tidak ingin menghadapi tatapan beberapa penduduk yang penasaran.

" Sudahlah, ayo Kakak antar kamu ke tempat pertemuan gerobak." Gu Shaoting berjalan sambil membawa dua tas besar Li Ranran.

Sesampainya ditempat bertemu gerobak pengangkut, beberapa Bibi terkejut melihat Li Ranran berjalan dengan seorang pria.

"Gadis Ranran siapa pria yang bersamamu ini." tanya Bibi Liang yang juga merupakan tetangga Li Ranran.

"Bibi Liang, dia adalah Kakak Gu Shaoting, dia teman Kakak Li Haoran. Tadi aku menemui sedikit masalah, dan Kakak Gu ini yang datang membantuku." Li Ranran segera menjelaskan kepada Bibi Liang, yang juga sebenarnya menjawab rasa penasaran beberapa orang lainnya.

"Apakah kamu Pria Gu yang adalah anak dari Gu Shaolin dari Desa Bulan yang telah pergi ke kentaraan?" tanya seorang Bibi Liang.

"Benar Bibi." Jawab singkat Gu Shaoting dengan ekspresi datarnya.

"Waaah sekarang kamu jadi orang besar, lalu apakah kamu sudah selesai dengan tentaramu." beberapa Bibi mulai melakukan QnA ya readeeers.

"Saya masih di tentara, hanya sedang ada tugas disini. " Jawab Gu Shaoting

"Ranran segeralah naik gerobak, biar barangmu nanti Kakak antar kerumahmu sekalian Kakak ingin bertemu dengan Kakakmu Haoran." Perintah Gu Shaoting pada Li Ranran.

"Apakah tidak apa-apa Kakak Gu?" Sebenarnya Li Ranran senang jika ada yang mau repot untuknya(realistis saja laah). Tapi dia tidak mau dianggap merepotkan apalagi ini dipertemuan pertama mereka.

"Tidak apa-apa. Setelah selesai dengan urusan tadi, Kakak akan segera pergi ke rumahmu. "

Beberapa Bibi yang melihat percakapan itu berfikir. Walaupun Li Ranran adalah adik dari teman Gu Shaoting, bagaimanapun Li Ranran sekarang telah menjadi Gadis yang dewasa. Ada juga sebagian Bibi yang berharap jika pria hebat seperti Gu Shaoting bisa menjadi menantunya.

____***____

Setelah sampai di desanya kembali, Li Ranran segera bergegas pulang, dia ingin memberitahu kakaknya tentang pertemuannya dengan Gu Shaoting. Tapi sebelum itu saat melihat tidak ada orang, Li Ranran mengeluarkan tas kecil yang berisi beberapa kue ayam, kue persik, kue bulan, dan susu malt.

Sesampainya dirumah ternyata kakak dan kakak iparnya sudah pulang dari ladang.

"Bibi baik." Teriak Bakpao saat melihat Li Ranran berjalan memasuki pekarangan rumahnya.

"Hai Bakpao, lihat apa yang Bibi bawakan untukmu." Li Ranran bergegas mendekati keponakannya itu.

"Cuci tangan dulu Ranran, kamu baru dari luar." Nasihat kakak iparnya sambil memukul pelan tangan Li Ranran yang akan mencubit pipi Bakpao.

"Hehe iya kakak ipar, aku lupa. Salahkan Bakpao kita ini yang sangat menggemaskan." Li Ranran hanya meringis, lalu dia masuk ke dalam rumah untuk mencuci tangannya.

Setelah mencuci tangan, Li Ranran keluar dengan membawa setengah gelas susu malt dan beberapa kue yang sudah dipindahkan ke piring.

"Ayo minum susu dulu Bakpao, kakak cobalah kue yang aku beli tadi di komune, aku melihat ada bibi yang menjual kue ini, sepertinya enak jadi aku ingin mencobanya. " Li Ranran meletakkan kue itu disebelah kakak iparnya, lalu dia memberikan gelas susu pada keponakannya.

Mata Bakpao berbinar ketika melihat susu yang diberikan olah bibinya itu. "Susu-susu, manis-manis. " Terdengar celotahan Bakpao.

Syn Weiwei mengingat jika adik iparnya ini hanya membawa bungkusan kecil, "Apa kamu hanya membeli sedikit barang? "

"Aah, tidak kak. Aku membeli semua kebutuhan dapur, tapi tadi aku bertemu teman Kakak Haoran, jadi dia mengatakan untuk membawakan barang-barang milikku. Nanti akan dia antar kesini. " Jelas Li Ranran.

"Teman kakakmu, siapa? "

"Itu kak, Kakak Gu Shaoting yang sekarang sudah menjadi tentara. "

Sun Weiwei terlihat diam berfikir, dia mencoba mengingat siapa teman suaminya yang menjadi tentara. Sepertinya suaminya itu berteman sebelum dia menikah, jadi dia tidak terlalu jelas.

"Oh ya kak, dimana kakak Haoran. Kenapa aku tidak melihatnya? " Li Ranran celingukan mencari kakaknya.

" Dia baru saja memotong kayu bakar, mungkin sekarang sedang membersihkan diri. " Jawab Sun Weiwei sambil melanjutkan acara mengupas kulit kacang tanah.

Melihat susu yang sudah diminum keponakannya, Li Ranran ikut membantu kakak iparnya mengupas kacang tanah. Li Ranran berencana untuk membuat kue kacang, tapi bahan tepung dan gulanya masih belum datang karena dibawa oleh Gu Shaoting.

Li Ranran mendengar suara mobil berhenti di depan pekarangan rumahnya, dia menoleh dan melihat beberapa pria turun, salah satunya adalah Gu Shaoting. Li Ranran bergegas menghampirinya.

"Kakak Gu, kau sudah datang. " Sapanya.

Gu Shaotint menoleh, dia tersenyum kala mendapati Li Ranran berjalan kearahnya, "Ya, apakah kamu menunggu lama? "

"Tidak lama kak. "

Gu Shaoting menyerahkan dua tas besar kepada Li Ranran, " Ini barang-barang milimu, periksalah apakah ada yang hilang! "

" Apa maksud kakak Gu, apakah ada yang memeriksa tas milikku tadi? " Li Ranran segera menerima tas itu.

"Tid.. "

"Ranran" Tiba-tiba suara seorang gadis memotong ucapan Gu Shaoting.

Li Ranran dan Gu Shaotin menoleh, mendapati Mei Yuri berjalan kearahnya, mata Mei Yuri berbinar ketika melihat kearah tasnya.

"Ranran, apakah kamu baru saja berbelanja" Tanya Mei Yuri ketika sudah berada di dekat Li Ranran.

" Ya. " Jawab singkat Li Ranran.

Mei Yuri segera menyadari ada seseorang dengan Li Ranran, dia melihat seorang pria yang sangat gagah dengan penampilan yang bagus. Mei Yuri segera berpura-pura membenahi rambutnya.

"Li Ranran siapa dia? " Tanya Mei Yuri sok lembut.

Li Ranran memutar matanya malas, "Dia teman kakak Haoran. " Li Ranran terlalu malas untuk menjelaskan pada Mei Yuri.

"Halo kamerad, aku Mei Yuri, aku adalah teman dekat Li Ranran. " Ucap Mei Yuri tersenyum malu-malu.

"Segeralah bawa barangmu masuk, itu terlalu berat, kakak pulang dulu. " Gu Shaoting tidak memperdulikan Mei Yuri sama sekali.

"Eh, apakah Kakak Gu tidak ingin bertemu Kakak dulu, dia pasti senang bertemu dengan kakak Gu. "

" Nanti malam kakak akan datang kemari lagi untuk bertemu kakakmu, sekarang kakak masih ada hal yang harus diurus. "

"Baiklah, kalau begitu datangladatanglah saat makan malam Kakak Gu. "

Mei Yuri tidak suka ketika dua orang di didepannya itu mengacuhkannya. Apalagi mereka berdua terlihat sangat dekat. Dia iri karena Li Ranran dapat mengenal pria yang bagus.

Dapat dilihat jika pria ini seperti orang yang kaya, penampilan yang bagus dan terlihat sangat gagah. Walaupun Song Dawei juga terlihat bagus, tapi siapa disini yang tidak ingin mendapat pasangan yang akan membuat iri banyak orang. Mei Yuri sudah membayangkan jika dirinya diperebutkan oleh dua pria yang bagus ini.

Mei Yuri disadarkan oleh suara mesin mobil yang melaju pergi, "Eh kemana perginya pria tadi? " Dia menoleh mendapati Li Ranran berjalan masuk dengan membawa dua tas besar.

"Ranran kenapa kamu meninggalkanku. " Mei Yuri berjalan menyusul Li Ranran.

Li Ranran hanya diam saja saat Mei Yuri mendekat, "Ranran, kulihat kamu sudah membeli bahan daput, apakah aku bisa memintamu untuk memasakkan makan siang untuk Dawei lagi. "

Li Ranran langsung berhenti, dia heran dengan sikap tidak tahu Mei Yuri, "Maaf Yuri, aku kan sudah bilang kalau aku tidak akan membantumu lagi. "

"Tapi jika kamu tidak membantuku, bagaimana aku bisa memberikan makan siang pada Dawei. "

"Itu adalah urusanmu Yuri, itu tidak ada hubungannya denganku. Lagipula barang-barang ini dibeli dengan uang kerja keras kakak dan kakak iparku. Aku tidak tega menghabiskan barang-barang ini untuk keuntunganmu. " Li Ranran mulai jengah dengan Mei Yuri.

Mei Yuri terkejut dengan respon Li Ranran, dia merasa jika tidak bisa memanfaatkan Li Ranran dia tidak akan bisa mendekati Song Dawei lagi. "Tapi Ranran, aku kan sahabatmu, kamu seharusnya menolongku. Lagipula kalau aku menikah dengan Dawei nanti aku akan mengenalkanmu dengan pria kota juga. "

" Aku tidak tertarik dengan urusanmu Yuri, sudahlah aku mau sibuk dulu. " Li Ranran semakin malas untuk meladeni Mei Yuri.

"Apakah kamu tidak akan mengundangku, aku bisa membantumu. " Mei Yuri masih berusaha untuk mendekati Li Ranran, bukankah dengan ini dia juga memiliki kesempatan untuk mengenal pria tadi.

"Tidak usah, sudah ada kakak iparku, dan lagi apakah kamu tidak membantu orangtuamu dirumah. " Tolah Li Ranran mentah-mentah. Tanpa menoleh Li Ranran berjalan cepat untuk masuk kerumah dan segera menutup pintu.

Melihat itu, Mei Yuri menghentakkan kakinya, dia semakin tidak suka dengan respon Li Ranran yang terlihat menjauhinya. Tanpa Li Ranran, dia benar-benar tidak berarti apa-apa. Keluarganya sangat patriarki, orangtuanya sangat mementingkan kakak lelakinya saja. Selama ini dia selalu memanfaatkan kepolosan Li Ranran untuk bisa tampil cantik sehingga bisa memikat pemuda pelajar dari kota. Dia membuat Li Ranran meminjamkan beberapa barang tanpa mau mengembalikannya, dan memaksa Li Ranran memasak untuk diberikan kepada Song Dawei.

#seharusnya bikin cerita baru, malah di bikin repot sama pihak yang tidak bertanggung-jawab

#semoga othor manis diberikan kesabaran yang agak tebal yaaa

#terimakasih yang sudah vote

3. Janji Lama

Li Ranran sedang sibuk memasak untuk makan malam. Sebelum itu dia memberi tahu kakaknya tentang kedatangan Gu Shaoting nanti. Kali ini dia akan membuat tumis daging babi dengan paprika hijau. Tumis kecambah kedelai dengan kubis dan tahu. Dia juga membuat pangsit kukus isi daging cincang dengan daun bawang.

Setelah selesai Li Ranran segera menata masakannya di meja ruang tamu, karena akan ada tamu jadi akan makan disana.

Terdengar suara pintu diketuk, Sun Weiwei yang sedang menyulam segera bergegas untuk membukakan pintu. Dia melihat seorang pria yang tampan disana. Tadi siang dia tidak melihat penampakan Gu Shaoting karena Bakpao mengantuk.

"Apakah saudara Haoran ada?" tanya Gu Shaoting pada Sun Weiwei.

"Siapa yang datang menantu?" Li Haoran berjalan ke pintu. Dia melihat seorang pria yang gagah sedang berdiri di depan pintu. "Apakah kamu Gu Shaoting?"

Gu Shaoting tersenyum kala melihat Li Haoran.

"Haiii, cepat suruh dia masuk menantu, dia adalah temanku yang diceritakan Ranran tadi siang." Li Haoran segera menyuruh Gu Shaoting masuk. Dia sangat senang bisa bertemu sahabatnya dulu. Walaupun umurnya lebih tua 3 tahun, mereka masih senang bermain bersama.

Gu Shaoting lalu menyerahkan barang yang dibawanya ke Sun Weiwei, "Kakak Ipar, ini ada sedikit oleh-oleh untuk keluargamu. Tolong diterima, ini adalah niat baikku."

"Haiiis, kamu ini masih saja seperti dulu, kalau datang kesini selalu saja membawa sesuatu." protes Li Haoran.

"Aku sudah lama tidak kesini, biarlah."

Sun Weiwei segera berjalan kebelakang dengan barang yang dibawa Gu Shaoting.

"Apa itu kakak ipar?" tanya Li Ranran ketika melihat kakak iparnya membawa sebuah tas.

"Ini adalah barang yang dibawa teman kakakmu." Sun Weiwei mengeluarkan barang yang ada dalam tas, dia meletakkannya diatas meja di dapur. Dari dalam tas ada 2 kati gula, 2 kati daging, susu matl, mie putih, buah dan toffe kelinci.

"Banyak sekali barang yang dibawanya, apakah tidak merepotkan." Sun Weiwei terkejut  dengan barang-barang yang dibawa Gu Shaoting.

Sedangkan Li Ranran hanya tersenyum, "Kakak Gu masih saja seperti dulu, apa dia masih berfikir aku ini anak kecil sehingga dia membawakanku toffe ini. Kalau begini kan ini jadi jatah Bakpao manisku." Li Ranran menyentuh toffe kelinci.

"Ya sudak kakak ipar, tolong bawa mangkuk dan sumpit ini kedepan, aku akan membuatkan minuman hangat dulu dan susu untuk Bakpao."

Sun Weiwei segera membawa mangkuk dan sumpit kedepan. Dia memanggil suaminya, memintanya mengajak Gu Shaoting untuk ikut makan malam.

Sampai dimeja makan, Gu Shaoting melihat hidangan yang menggugah seleranya. Aroma harum tercium dari masakan di meja.

"Ayo Shaoting, ini masakan yang dibuat Ranran kita. Dia sangat pintar memasak." Li Haoran memamerkan keahlian adiknya.

"Sudah jangan hanya dilihat saja, ayo segera makan, Li Ranran akan segera datang, dia sedang membuatkan minuman hangat untuk kita." Sun Weiwei menggendong Bakpao membantunya duduk disebelahnya. "Bakpao ayo sapa Paman Gu."

"Paman baik. " Bakpao tersenyum pada Gu Shaoting.

"Halo pria kecil." Gu Shaoting cukup menyukai anak kecil ini. Karena dia terlihat sangat manis dan sopan.

"Kakak Gu, kau sudah datang." Sapa Li Ranran yang baru keluar sambil membawa minuman. Dia meletakkan minuman itu satu persatu untuk mereka.

Gu Shaoting tersenyum hangat saat melihat Li Ranran.

Mereka segera duduk untuk menyantap masakan Li Ranran. Gu Shaoting terkejut saat memakannya, dia merasa ini adalah rasa yang sangat enak. Suasana dimeja makan sangat hangat, sesekali terdengar celotehan Bakpao.

Setelah selesai makan, Li Ranran dan Sun Weiwei segera membersihkan meja, makanannya sama sekali tidak bersisa. Gu Shaoting akan ikut membantu, tapi Li Haoran melarangnya. Dia mengajaknya mengobrol saja.

Selesai mengobrol dan dirasa sudah larut, Gu Shaoting segera berpamitan. Li Haoran meminta Li Ranran untuk mengantarkannya sampai depan pekarangan.

"Kakak Gu, aku mengucapkan terimakasih untuk semua tadi siang." ucap Li Ranran sambil berjalan berdampingan dengan Gu Shaoting.

Gu Shaoting hanya berdehem saja, saat sampai di depan pagar, Gu Shaoting tiba-tiba menoleh ke Li Ranran. "Ranran apakah kamu masih ingat apa yang kamu ucapkan sebelum Kakak Gu berangkat ke tentara?"

Pertanyaan mendadak Gu Shaoting membuat Li Ranran mendongak "Haa?"

Gu Shaoting menghela nafas, dia juga sudah menduga jika gadis didepannya ini sudah melupakan ucapannya 5 tahun lalu. "Dulu ada seorang gadis kecil yang memintaku untuk berjanji suatu hal padanya."

"Janji apa ini sistem?" Li Ranran segera bertanya pada sistem.

"Li Ranran dulu pernah meminta pada Gu Shaoting jika sudah besar untuk menjadi pengantinnya nona."

"Apaaaa?" Li Ranran melotot lalu berkedip-kedip saat sistem memberitahuanya sebuah kenyataan yang uwwaaooww.

Gu Shaoting masih memperhatikan gadis didepannya yang sedang menunjukkan banyak ekspresi, dia tersenyum. Sepertinya gadis ini ingat dengan ucapannya dulu. Hanya saja dia masih sedikit ragu dengan tanggapan yang akan diberikan gadis itu padanya.

"Apa Ranran sudah ingat?" tanya Shaoting dengan hati-hati.

Li Ranran hanya mengangguk malu, seluruh wajahnya memerah.

"Lalu bagaimana menurut Ranran sekarang? Karena terus terang saja kedatanganku kali ini sebenarnya untuk memastikan apakah Ranran masih sendiri?" Gu Shaoting memberanikan diri memegang tangan Li Ranran.

"Maksud Kakak Gu apa?" Menurut Li Ranran sendiri, akan bagus jika dia bisa memiliki pasangan seperti Gu Shaoting. Dia adalah pria yang mapan dan baik. Hanya saja dia masih belum terlalu mengenalnya.

"Aku ingin menikah denganmu Ranran. Tanpa kejadian siang tadipun aku memang berniat untuk datang kesini untuk menemuimu. Apakah kamu mau bersamaku?"

Ya sudahlah, tidak ada salahnya juga bersama pria ini. Li Ranran akhirnya hanya menganggukan kepalanya lagi. Melihat itu Gu Shooting sangat senang hingga reflek mendekap tubuh Li Ranran.

"Terimakasih Ranran, aku bernjanji akan membahagiakanmu." Lagi-lagi Gu Shaoting dengan berani mengecup pucuk kepala Li Ranran.

Li Ranran sedikit terkejut dengan respon Gu Shaoting, karena bagaimanapun di era ini masih sedikit kuno dengan kedekatan antara pria dan wanita.

"Kak nanti ada yang melihat." Li Ranran mengingatkan.

"Ah, maafkan ku." Gu Shaoting segera melepaskan pelukannya. "Baiklah, tunggu aku menyelesaikan urusanku, aku akan pergi menemui dan berbicara dengan kakakmu tentang hubungan kita. Besok setelah 5 hari aku akan datang kesini."

"Humm." Li Ranran lagi-lagi hanya mengangguk.

Gu Shaoting mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya, itu adalah sebuah liontin batu Giok berwana merah yang sangat indah. Entahlah berapa harganya itu dijaman ini. Gu Shaoting lalu memakaikan kalung itu pada Li Ranran. "Tunggu aku yaa." Lagi-lagi mengecup kening Li Ranran.

____***____

Di dalam kamar Li Ranran.

"Sist, apakah Gu Shaoting ini bersih, dan kenapa dicerita tidak ada namanya."

"Anda tenang saja nona. Pria bernama Gu Shaoting ini bersih, dan tidak pernah berhubungan dengan wanita manapun kecuali keluarganya. Dan kenapa dicerita tidak ada namanya, sebenarnya saat Gu Shaoting dulu akan menemui anda, saat itu anda sudah dekat dengan saudara protagonis pria. Jadi dia memilih untuk mundur."

"Lalu berapa usia Gu Shaoting?"

"Dia berusia 26 tahun nona."

"Jadi seperti itu, syukurlah akhirnya si Gu Shaoting ini belum terlambat. Usianya juga sudah pas dengan seleraku." Li Ranran menyentuh liontin giok yang di berikan oleh Gu Shaoting. "Sekarang tinggal berurusan dengan Mei Yuri, gadis tak tahu malu ini pasti akan terus mendekatiku. Saat ini dia pasti kebingungan karena tidak bisa apa-apa dan tidak punya modal apa-apa tanpa aku."

"Anda benar nona, apalagi saat ini orangtuanya akan menjodohkan dia dengan seorang pria dari desa sebelah. Keluarga Mei Yuri sedang butuh uang untuk membeli pekerjaan di pabrik untuk kakaknya. Pria ini menyanggupi memberikan mahar senilai 300yuan nona."

Li Ranran terkejut mendapati kenyataan tentang Mei Yuri. Saat ini gadis itu pasti sedang merencanakan sesuatu untuk menghindari perjodohan itu. Li Ranran penasaran melihat apa yang akan dilakukan Mei Yuri padanya besok.

Esok paginya di desa Menghai.

Setelah makan sarapan pagi yang ditinggalkan kakak iparnya, Li Ranran segera bersiap untuk pergi ke gunung. Dia juga ingin melihat suasana gunung di jaman ini. Dia juga penasaran seperti apa nanti sayuran liar. Apakah dia juga bisa menemukan kelinci atau burung pegar seperti dicerita novel.

Ketika sampai dijalan masuk ke gunung Li Ranran bertemu dengan rombongan Protagonis pria yang sepertinya baru saja dari gunung.

"Kamerad Li, apakah kamu akan ke gunung." Sapa Song Dawei ketika melihat Li Ranran. Bagaimana dia bisa mengenal Li Ranran, itu semua karena dia adalah teman Mei Yuri.

"Halo kamerad Song, iya aku akan mencari sayuran liar digunung dan juga akan mencari beberapa rempah." Jawab Li Ranran, dia tahu jika Song Dawei sebenarnya adalah pria yang baik dan ramah.

"Eheem." Seorang pria dibelakang Song Dawei berdehem.

"Oh ya, kamerad Li perkenalkan ini adalah saudaraku. Namanya Song Dasan. Yang satu itu namanya Liu Jiyan. Mereka berdua baru saja sampai kemarin. "

"Song Dasan ini yang dicerita menjadi suami anda karena bujukan Mei Yuri nona. Anda harus berhati-hati nona, karena dia bukan pria yang baik. Dia juga hanya saudara jauh Song Dawei yang kebetulan bertemu di desa ini." Suara sistem mengingatkan Li Ranran.

"Halo kamerad Song Dasan, halo Kamerad Liu Jiyan. Saya Li Ranran. Semoga kalian betah di desa ini. Kalau begitu saya akan pergi ke gunung dulu, permisi." Li Ranran ingin segera pergi dari situ, karena risih dengan cara pandang Song Dasan ini.

"Hati-hati kamerad Li, oh ya sebentar dulu, tadi saya mendapatkan jamur liar yang lumayan banyak, ini terimalah sedikit." Song Dawei mengambil beberapa jamur dari keranjangnya lalu memberikannya kepada Li Ranran.

"Eh, jangan repot-repot kamerad Song." Li Ranran menolah pemberian Song Dawei.

"Tidak kamerad, ini tidak merepotkan. Karena selama ini Saudara Haoran sering membantuku bekerja. Jadi aku mohon terimalah sedikit dariku. Aku juga akan memberikan jamur ini kepada Kepala Desa." jelas Song Dawei.

Akhirnya Li Ranran menerima jamur pemberian Song Dawei, lagipula bukan hanya dia yang diberi. Jadi tidak akan menimbulkan gosip.

"Terimakasih kamerad Song" Li Ranran menerima jamur dari Song Dawei lalu setelahnya dia berjalan masuk ke gunung.

Setelah kepergian Li Ranran, "Saudara Dawei, apakah kamu kenal dekat dengan Li Ranran." Tanya Song Dasan

"Aku hanya tau saja, tidak begitu mengenalnya. Justru aku kenal dengan kakaknya karena sering membantuku bekerja di ladang." jawab Song Dawei sambil berjalan.

"Apakah dia masih sendiri?" tanya Song Dasan lagi.

"Dasan tolong jangan macam-macam disini, tugasmu disini adalah bekerja untuk mendapat nilai yang bagus supaya bisa segera kembali ke kota." Song Dawei memperingatkan Song Dasan, karena dia sangat tahu dengan sifat saudaranya itu.

Sedangkan Liu Jiyan hanya diam menyimak, dia membenarkan ucapan Song Dawei semakin cepat dia mengumpulkan nilai semakin cepat juga dia kembali ke kota.

Sesampainya di gunung, Li Ranran langsung melihat burung pegar yang sedang bertelur. Aneh burung itu diam saja saat Li Ranran akan menangkapnya.

"Maaf ya burung pegar, kamu dan calon anakmu ini harus rela menjadi korbanku yaa." ucap Li Ranran sambil mengikat kaki burung pegar dengan rumput liar.

Berjalan lagi Li Ranran melihat kelinci betina yang gemuk dengan dua anaknya. Lagi-lagi kelinci itu juga diam saja saat Li Ranran menangkapnya.

"Apa aku seberuntung itu yaa" gumam Li Ranran keheranan.

Setelah dirasa cukup mendapatkan jarahan, Li Ranran segera berjalan keluar gunung, dia juga menambahkan beberapa buah segar dari sistem. Dia menutupinya dengan sayuran liar.

Saat diperjalanan pulang Li Ranran bertemu denga Mei Yuri.

"Ranran apakah kamu dari gunung."tanya Mei Yuri.

"Iya Yuri, aku baru mencari sayuran liar dari gunung." jawab Li Ranran sambil terus berjalan, dia tidak berniat berhenti mengobrol dengan Mei Yuri.

"Ranran apakah kamu marah denganku." Mei Yuri berpura-pura sedih.

"Kenapa aku harus marah denganmu?" Li Ranran berpura-pura tidak tahu arah pertanyaan Mei Yuri.

"Ya-ya mungkin saja aku melakukan sesuati yang tidak menyenangkan. " Mei Yuri mencari alasan.

Sebenarnya aku sangat berhak marah denganmu wahai gadis tidak tahu malu. "Aku harus segera pulang Yuri, aku akan memasak dan mengirim makan siang keluargaku."Li Ranran buru-buru meninggalkan Mei Yuri.

Mei Yuri yang ditinggalkan begitu saja sangat marah. Berani-beraninya Li Ranran ini mengacuhkannya.

Sampai dirumah Li Ranran segera mengolah jamur dengan daging babi. Membuat mie jamur untuk keponakannya. Dia juga membuat minuman yang diberi daun mint dan madu.

Segera Li Ranran pergi mengirimkan makan siang untuk keluarganya, dia juga berniat untuk meminta kakaknya membuatkan kandang untuk kelinci yang tadi ditemukannya. Untuk burung pegar, dia masih mengurungnya dengan keranjang, karena tidak berani dan tidak tega membunuhnya.

🌸🌸🌸🌸🌸

#pokoknya authro ga Terima kalo karya author di JIPLAK😭😭😭

#terimakasih buat yang sudah vote yaa🥰🥰🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!