NovelToon NovelToon

Mengandung Benih Mafia

Bab 1

"Dasar beban!! Anak tidak berguna, pembawa sial!!!" Seolah tidak puas hanya mencaci maki anak tirinya, Teresa menja-mbak, menam-par bahkan menen-dang Audrey. Kondisi Audrey menyedihkan. Tapi apa Teresa menyesal? Tidak! Tidak sama sekali. Menyi*ksa dan melihat Audrey menderita adalah sebuah kesenangan baginya. Teresa akan terus melakukannya sampai dia puas.

Audrey menangis, tubuhnya meringkuk di lantai. Dengan luka lebam memenuhi wajah, kaki, dan tangannya. Tapi tidak ada yang lebih menyakitkan dari sik-saan itu kecuali hinaan dari Ibu tirinya.

"Aku mohon ampuni aku Mom,, ampuni aku,,," Air mata membanjiri wajah cantik Audrey. Namun sekacau apapun penampilan Audrey, tak membuat kecantikan Audrey luntur. Mata bulat dan jernih itu memancarkan kepolosan. Audrey memiliki mata hazel yang indah. Genetik dari Ibu kandungnya menurun pada Audrey. Juga rambut pirangnya yang bergelombang.

"Siala*n!! Aku tidak akan mengampuni mu!! Kau pembawa sial!!" Satu tenda*ngan yang cukup keras mendarat di paha Audrey. Tubuh kurusnya sedikit terpental. Rasa sakit itu menjalar ke seluruh tubuh. Audrey menjerit kesakitan.

"Aku menyuruhmu tidur dengan para Bos besar agar mengandung anaknya, bukan malah mencari pekerjaan kecil seperti sampah! Dasar bod*oh!!" Teresa masih memaki. Tidak ada satupun kata-kata baik yang keluar dari mulutnya.

Audrey seperti kutukan, malapetaka dalam hidupnya. Sampai kapanpun Teresa akan membencinya. Jika bukan karna suatu alasan, dia mungkin sudah menghab*si Audrey sejak dulu.

Audrey menggeleng cepat. "Tidak Mom, aku tidak mau melakukannya."

Melempar tubuh pada seorang Bos besar hanya menjadikannya wanita murahan dimata pria. Audrey tidak memiliki sesuatu yang berharga dalam hidupnya kecuali keperawanannya. Satu-satunya hal yang bisa dia banggakan dihadapan suaminya kelak. Jadi dia ingin mempertahankan keperawanannya.

Teresa berjongkok didepan Audrey, mengapit kuat dagu anak tirinya dengan telunjuk dan ibu jari. Sorot matanya penuh kebencian. Audrey adalah orang kedua yang sangat Teresa benci setelah Eleanor, Ibu kandung Audrey.

"Kau hanya perlu melahirkan keturunan seorang Bos besar dan mendapat banyak kompensasi!! Apa kau lebih senang melihat Daddymu tetap sekar*at?!!" Cengkraman Teresa di dagu Audrey menguat, kulit disekitar dagu Audrey tampak memerah akibat cengkraman itu.

"Baik, Baik! Aku akan melakukannya!" Audrey ketakutan. Menyetujui perintah Ibu tirinya adalah keterpaksaan. Membuat Daddynya tetap bertahan hidup jauh lebih penting dari pada kebagiannya, Audrey berpikir seperti itu.

...***...

Dan disinilah Audrey berada, disalah satu hotel bintang 5. Tidak mudah masuk ke dalam gedung ini, tapi Ibu tirinya melakukan segala cara supaya Audrey bisa menyusup ke dalam hotel, menyamar sebagai pelayan.

Malam ini ada pesta pernikahan besar-besaran. Pernikahan seorang putri dari salah satu anak pengusaha ternama di Amerika, yang dipersunting oleh putra bungsu dari pengusaha terkaya di Kanada.

Digelar selama 3 hari 3 malam. Pernikahan mereka digadang-gadang akan menjadi pernikahan terbesar sepanjang sejarah dalam dunia bisnis. Semua tamu undangan bukan berasal dari keluarga sembarangan. Mereka memiliki jabatan, kekuasaan dan kekayaan yang tidak akan ada habisnya. Teresa lebih cerdik dari yang Audrey bayangkan. Audrey pikir, dia mungkin hanya akan mendapatkan berlian, namun Teresa memilihkan tambang berlian untuknya dengan menyasar pebisnis kelas Dunia.

Dalam bayangan Audrey, Bos besar yang Teresa maksud setara dengan pengusaha menengah kebawah, bukan pengusaha kelas kakap yang bahkan dikenal di penjuru Dunia.

Kini Audrey hanya bisa pasrah. Dia tidak yakin akan berhasil mendapatkan target sesuai keinginan Ibu tirinya. Audrey pikir hanya akan ada dua kemungkinan, pertama bisa jadi dia di bun-uh. Kedua, di lempar ke penjara karna menjebak salah satu orang yang berkuasa.

Audrey merogoh ponselnya yang bergetar. Dia menerima pesan dari Teresa berupa foto seorang pria dan sederet pesan.

Dia adalah targetmu! Aku tidak mau mendengar kata gagal. Jika kau tidak berhasil, akan ku jual kau ke rentenir tua!

Pesan perintah beserta ancaman itu di tanggapi senyum miris oleh Audrey. Apa tidak cukup penderitanya selama bertahun-tahun hidup dengan Teresa? Kini penderitaannya malah bertambah. Audrey akan menantang bahaya dengan menjebak putra sulung pengusaha terkaya dari Kanada. Kakak dari mempelai pria yang akan melangsungkan pernikahan malam ini.

"Tamatlah riwayatmu Audrey!" Audrey bergumam pelan. Dia menyimpan kembali ponselnya selesai membalas pesan dari Teresa.

Jam menunjukkan pukul 8 malam. Ballroom hotel terbesar di kota New York itu mulai di penuhi tamu undangan. Barang-barang branded melekat di tubuh mereka. Tidak ada yang murah. Pebisnis kelas kakap hidup dalam gemerlap kemewahan dan tak bisa lepas dari barang branded yang menunjukkan bahwa kerja keras mereka benar-benar berhasil.

Audrey menjalankan tugasnya sesuai instruksi dari Teresa. Dia akan memainkan perannya ketika malam semakin larut, mungkin disaat orang-orang mulai lengah dan sibuk minum-minum.

Sejauh ini Audrey pura-pura menjadi pelayan yang menyiapkan makanan dan minuman di meja-meja tamu. Tapi bukan berarti dia tidak bergerak. Sedari tadi matanya terus memindai orang-orang disekitarnya. Audrey tengah mencari targetnya. Lucas Anderson.

"Lucas, kita bertemu lagi."

Audrey merasa jalan untuk menjebak Lucas dimudahkan. Dari ratusan orang yang memenuhi ballroom, akhirnya Audrey mendengar ada seseorang yang memanggil nama Lucas. Audrey tidak perlu repot-repot mencari Lucas diantara orang-orang bertubuh tinggi.

Diam-diam Audrey melirik ke arah wanita cantik yang menghampiri seorang pria. Posisi pria itu membelakangi Audrey. Dari postur tubuhnya, Audrey yakin pria itu benar-benar Lucas, targetnya.

"Aku Sharon, kau masih mengingatku kan?" Sharon mengedipkan mata. Senyum di wajahnya merekah, matanya menatap Lucas penuh minat dan menggoda. Malam indah bersama Lucas setahun yang lalu masih melekat di ingatan Sharon. Lucas begitu hebat, keras dan membuat Sharon menggila.

"Aku mengingat wanita? Kau hanya bermimpi!" Suara Lucas tegas, terdengar angkuh dan syarat akan hinaan pada Sharon.

Wajah Sharon seketika merah. Tangannya mengepal dan pergi dari hadapan Lucas dengan membawa amarah. serta rasa malu.

Audrey menelan ludah dengan susah payah. Lucas bukan pria sederhana. Bahkan wanita cantik dan seksi seperti Sharon, tidak bisa menarik perhatian Lucas. Lalu bagaimana Audrey bisa naik keranjang Lucas? Mungkin Audrey akan terlempar dari atas hotel ini sebelum berhasil naik ke ranjang Lucas.

Praaangg!!!

Gelas yang dibawa Audrey jatuh dari nampan dan hancur berkeping-keping. Dia tidak sengaja menabrak punggung Lucas saat akan pergi dari sana. Audrey terlalu gugup dan takut, dia buru-buru dan berakhir dengan kekacauan.

"Maaf Tuan, aku tidak sengaja, sungguh. Aku minta maaf." Audrey tidak berani mengangkat wajah, melihat tubuh tegap Lucas saja sudah membuat Audrey gemetar ketakutan.

"A-aku,, aku akan membereskannya." Audrey tergagap. Dia berjongkok guna memunguti serpihan kaca di lantai.

Audrey bisa merasakan orang-orang menatapnya. Dia menyesal karna ceroboh.

Lucas menunduk, tangannya terulur dan mencengkram dagu Audrey agar mendongak.

"Cepat bereskan kekacauan ini dan pergi sejauh mungkin. Jika aku masih melihatmu berkeliaran di Ballroom, akan ku buat kau menyesal!"

Lucas berbisik tapi penuh penekanan. Ancamannya terdengar tidak main-main. Mata tajam itu menakutkan, Audrey kehilangan nyalinya. Dia sudah kalah sebelum perang. Bahkan hanya dengan cengkraman di dagu dan ancaman dari Lucas, Audrey bisa membayangkan akan sehancur apa hidupnya jika berani ber main-main dengan Lucas.

"Baik, baik. Aku akan pergi secepatnya. Terimakasih sudah mengampuniku." Audrey gemetar, matanya berkaca-kaca menahan tangis.

Begitu Lucas melepaskannya, Audrey buru-buru membereskan kekacauan itu dan keluar dari ballroom.

"Aku lebih baik dijual pada rentenir." Gumam Audrey.

Bab 2

Teresa memantau kerja anak tirinya di dekat lift ballroom. Satu-satunya akses yang akan dilewati oleh Lucas jika pria itu akan pergi ke kamar hotelnya. Informasi yang Teresa dapatkan, Lucas dan keluarganya menginap di hotel ini selama 3 hari. Nomor kamar hotel milik Lucas bahkan sudah Teresa dapatkan. Lucas memesan kamar type president suite.

Jika dia melihat Lucas memasuki lift ini, Teresa hanya perlu menghubungi Audrey agar mengikuti Lucas ke kamarnya.

Rencana ini dibuat sematang mungkin oleh Teresa. Dia dan Audrey bisa lolos ke ballroom ini berkat bantuan seseorang. Tentu tidak didapatkan dengan cuma-cuma. Sebab Teresa harus melayani mantan bosnya demi mendapatkan kartu undangan. Tapi bagi Teresa, itu bukan sesuatu yang merugikan. Kelak ketika Audrey berhasil mendapatkan Lucas, dia akan ikut menjadi kaya bersama anak tirinya. Kekayaan Lucas tidak terhitung jumlahnya. Teresa sangat yakin Audrey bisa menaklukkan Lucas dan mendapatkan apa yang dia inginkan.

3 jam berlalu, Teresa tidak berhenti memantau situasi. Hingga detik ini, dia belum melihat sosok Lucas. Bahkan Audrey pun tidak tampak batang hidungnya. Teresa sudah mengepalkan tangan berkali-kali. Dia bersumpah akan menyik-sa Audrey lebih sadis dari biasanya jika gadis itu gagal tidur dengan Lucas.

"Anak sial*an!! Awas saja kalau melarikan diri diriku!" Teresa mengumpat pelan. Dia sudah memberikan tubuhnya pada mantan bosnya demi mendapatkan akses masuk ke hotel ini, jika Audrey mengacaukannya, Teresa akan memastikan Audrey menyesal seumur hidup.

Mata Teresa membulat sempurna melihat targetnya berjalan mendekat dengan seorang pria yang mengekorinya di belakang.

"Tuan!!" Lucas hampir tersandung dan pria di belakangnya berhasil menahan tubuh Lucas. "Anda yakin tidak perlu saya antar ke kamar?" Pria itu begitu mengkhawatirkan keadaan Lucas.

Lucas mengibaskan tangannya. "Kamu menganggap ku lemah?!. Pergilah!!" Usirnya tegas.

Pria itu membungkuk sopan. "Baik Tuan." Dia berlalu untuk kembali ke mejanya dan melanjutkan pesta. Dia memang mengkhawatirkan kondisi Lucas, tapi lebih khawatir lagi jika Lucas marah dan memecatnya karna membantah.

"Ternyata gadis bod*h itu bisa diandalkan." Gumam Teresa pelan. "Tapi dimana si bod*h itu?" Teresa sudah mengedarkan pandangannya disekitar Lucas, tapi tidak melihat Audrey di sana.

Langkah Lucas semakin dekat, Teresa dibuat geram dengan kecerobohan Audrey yang seharusnya mengikuti Lucas. Pria itu terlihat setengah mabuk dan efek obat perangsang sepertinya mulai bekerja.

Teresa merogoh ponsel, dia menghubungi Audrey setelah Lucas masuk ke dalam lift.

"Kau dimana bod*h?! Cepat susul Lucas ke kamarnya. Aku sudah mengirim nomor kamarnya. Jika kau gagal, Daddy mu akan tamat!!"

Teresa menyeringai dan menatap ponsel di tangannya setelah menghubungi Audrey. Kejayaan sudah di depan mata. Setidaknya jika Audrey tidak mengandung anak Lucas, mereka bisa menuntut kompensasi karna Teresa tau bahwa Audrey masih perawan. Teresa berfikir bisa memeras Lucas berapapun yang dia inginkan. Sayangnya Teresa tidak mengetahui fakta bahwa selain kaya raya, Lucas juga pria paling kejam di Kanada. Tidak ada seorangpun yang bisa bermain-main dengan Lucas.

...*****...

Audrey meninggalkan ballroom setelah diberi peringatan oleh Lucas. Dia tau sudah kehilangan kesempatan menjebak Lucas dan memilih pasrah pada nasibnya di tangan Ibu tirinya, daripada tetap menantang bahaya. Itu sebabnya Audrey tidak menjalan perintah Teresa sesuai rencana. Obat perangsang telah Audrey buang di tempat sampah sebelum keluar dari ballroom. Karna Audrey takut mati sia-sia di tangan Lucas.

Namun telfon dari Teresa cukup mengejutkan. Bagaimana mungkin Audrey akan menyusul Lucas jika pria itu tidak dalam pengaruh obat perangsang? Menggoda Lucas secara terang-terangan sama saja mengantarkan nyawa untuk di habisi. Wanita seperti Sharon saja tidak diminati, apalagi sekelas Audrey yang hanya gadis biasa.

Audrey berdiam diri di depan pintu lift. Jika dia mundur, nyawa Daddynya dalam bahaya. Tapi jika maju, Audrey tidak yakin bisa keluar dari hotel ini dalam keadaan masih bernafas.

"Cepat Audrey, tentukan keputusan mu!!" Serunya pada diri sendiri.

Audrey menarik nafas dalam kemudian menekan tombol lift dan seketika pintu lift terbuka.

Mungkin ini akan menjadi keputusan besar yang diambil Audrey sepanjang hidupnya. Audrey tau sehebat apa kekuasaan keluarga Thomson. Tapi Teresa selalu berhasil membuat Audrey terpaksa melakukan perintahnya.

Jarum jam seolah berhenti berputar. Rasanya sangat lama berada didalam lift, sendirian, tegang dan mencekam. Bahaya ada di depan mata, Audrey tidak menghindar, justru menantang bahaya.

Keringat mulai membasahi pelipisnya. Jari-jari tangannya pucat dan dingin.

Ting,,!!

Pintu lift terbuka. Audrey telah sampai di lantai 50. Lantai yang dikhususkan untuk kamar president suite.

Seorang petugas hotel berpakaian rapi menghampiri Audrey. Untungnya Audrey telah mengganti seragam pelayannya dengan dress hitam yang melekat di tubuh. Setidaknya Audrey terlihat seperti orang berada.

"Maaf Nona, ada yang bisa saya bantu?"

"Aku,,, aku diminta Tuan Lucas Thomson ke kamarnya. Apa kau bisa mengantarku?"

Sempat gugup, namun Audrey bisa mengendalikan diri. Dia sudah melangkah sejauh ini, jadi tidak akan membuat semuanya kacau.

Pria itu tiba-tiba membungkuk segan. "Tuan Lucas baru saja masuk ke kamarnya. Mari Nona, kamarnya di sebelah sana."

Audrey bernafas lega melihat petugas hotel itu tidak menaruh curiga padanya. Audrey sampai di antar ke depan pintu kamar Lucas. Suasana di lantai ini sangat sepi. Tentu karna hanya beberapa orang yang mengisi kamar-kamar president suite. Sedangkan orang-orang masih sibuk menikmati pesta di bawah.

"Terimakasih."

"Sudah tugas saya Nona. Permisi."

Petugas hotel itu berlalu pergi, meninggal Audrey tanpa seorangpun di depan pintu kamar Lucas.

"Semoga saja kamu tidak mati sia-sia Audrey."

Audrey bergumam lirih dan memberanikan diri menekan bel. Audrey tidak tau bagaimana rasanya berada di medan perang, tapi detak jantungnya seperti orang yang akan berperang.

Sekali, dua kali, pintu kamar itu terbuka setelah tiga kali Audrey menekan bel. Sosok pria bertubuh tinggi dan tegap menyambut Audrey dengan mata tajam yang mengerikan. Audrey merasa sudah terbunuh hanya dengan tatapan Lucas.

"Brengs*k!! Kau berani datang padaku?!!" Lucas mencengkram dagu Audrey dengan gerakan cepat tanpa bisa di tepis. "Katakan siapa yang menyuruhmu?!! Anthony?! Arthur?!! Atau Morgan?!!"

Audrey menggeleng. Apakah Lucas salah paham? Mengetahui itu, Audrey menjadi merinding dan semakin takut.

"Aku tidak mengenal nama-nama itu Tuan, sepertinya aku salah kamar. Tolong lepaskan aku."

Lucas tertawa, suara tawanya seolah membuat Audrey menjadi sangat kecil dihadapan Lucas. Dia akan habis hanya dengan sekali Lucas menginjaknya.

"Kau sudah susah payah mencampurkan obat perangsang kedalam minuman ku, sekarang kau ingin dilepaskan?!" Tawa Lucas menggema. "Kau datang kesini karna berharap aku akan menyentuhmu bukan?!"

Audrey membulatkan matanya. Demi apapun, bukan dia pelakunya. Obat perangsang dari Teresa sudah Audrey buang.

"Tuan, kamu salah paham. Aku berani bersumpah bukan aku pelakunya." Tubuh Audrey gemetar ketakutan, tapi itu tidak membuat Lucas melepaskan Audrey.

Justru dalam satu kali tarikan, Lucas menyeret Audrey ke dalam kamarnya.

"Aku akan mengabulkan keinginanmu, mari bersenang-senang malam ini, jal*ng sialan.!!"

Lucas melempar Audrey ke atas ranjang dengan keras. Tubuh Audrey seperti permen kapas yang ringan saat Lucas mengangkat dan membantingnya.

"Tidak. Tolong lepaskan aku,,,!!!"

Bab 3

30 menit yang lalu

Lucas merasakan keanehan di tubuhnya. Rasa panas yang menjalar, menurunkan fokus dan konsentrasinya. Saat itu Lucas sedang berbaur dengan para pebisnis kelas dunia, menikmati pesta pernikahan adiknya dengan minum-minuman. 4 botol wine telah tandas di tangan Lucas. Dia pecinta alkohol dan toleransinya terhadap alkohol cukup tinggi. Jadi menghabiskan 4 botol wine seharusnya tidak akan membuat Lucas mabuk. Apalagi kehilangan kesadaran sampai berhalusinasi. Tapi Lucas merasakan keanehan dalam dirinya.

"Sh*t!! Siapa yang berani bermain-main denganku!" Lucas mengumpat setelah diam-diam meninggalkan meja dan rekan-rekannya. Mereka bahkan tidak menyadari Lucas pergi dari sana.

Rasa panas di tubuhnya bukan efek alkohol. Lucas sangat yakin karna dia tidak pernah merasakan sepanas ini setelah menghabiskan berbotol-botol wine. Semakin lama, rasa panas itu menjalar ke seluruh tubuhnya dan bercampur rasa dingin. Lucas semakin yakin dia telah diberi obat perangsang.

Efeknya itu tidak familiar, 5 tahun yang lalu Lucas pernah merasakan efek panas seperti ini setelah diberi minuman oleh istrinya. Setelah di selidiki, ternyata minuman itu diberi obat perangsang.

"Tuan Lucas? Anda ingin kemana?"

Lucas memberi isyarat pada Felix agar mengikutinya. Mereka pergi ke sudut ballroom yang lebih sepi.

"Ada penyusup di pesta ini yang ingin menjebakku. Seseorang mencampurkan obat perangsang. Tangkap pelakunya dan bawa ke markas!" Titah Lucas tegas.

Felix menunduk. "Maaf Tuan, saya terlalu lengah sampai hal seperti ini harus terjadi." Dia merasa bersalah tidak bisa melindungi Bosnya.

"Aku tidak butuh maaf mu! Jalankan saja perintah ku, cari sampai dapat!" Lucas berkata dingin. Dia berlalu dengan langkah tergesa-gesa, tujuannya adalah kamar. Ya, Lucas harus segera tiba di kamarnya sebelum musuhnya datang dan membawanya ke kamar lain untuk di jebak.

Tubuh Lucas terhuyung, obat perangsang itu bekerja dengan cepat. Lucas merasa dirinya akan menggila jika tidak melampiaskannya.

"Tuan!!" Felix menahan tubuh Lucas. Hampir saja Lucas tersungkur dilantai. "Anda yakin tidak perlu saya antar ke kamar?"

Lucas mengibaskan tangannya. "Kamu menganggap ku lemah?!. Pergilah!!" Usirnya tegas.

Felix membungkuk sopan. "Baik Tuan." Felix mundur beberapa langkah dan menatap Lucas hingga menghilang di balik lift.

Kini di dalam kamar, tepatnya di bawah kungkungan Lucas, seorang gadis muda menjerit, menangis dan memohon agar dibebaskan.

Plaakkk!!

Lucas menampar wajah Audrey. Pipinya yang seputih susu berubah kemerahan. Tamparan itu sangat kuat, Audrey merasakan perih di seluruh wajahnya.

"Diam sial*n!! Bukankah ini yang kau inginkan?!" Lucas menyeringai. Kedua tangan Audrey disatukan dan ditekankan diatas kepala.

Audrey menggelengkan kepala kesana kemari, mencoba menghindari wajah Lucas.

"Tidak, tolong lepaskan aku. Aku tidak mau!!" Tubuh Audrey gemetar. Dia menyesal telah mengikuti perintah Teresa. Lucas lebih mengerikan daripada siksaan Teresa. Seharusnya Audrey meninggalkan hotel ini sejak awal.

Lucas tertawa. "Seseorang yang bermain-main dengan Lucas, dia tidak akan keluar dalam keadaan selamat! Kau hanya membuang-buang tenaga jika berteriak dan melawan! Tapi jika kau ingin cepat mati, lakukan saja!"

Audrey memejamkan mata, dia tidak berdaya dnegan ancaman Lucas. Nasi sudah menjadi bubur, Audrey takut mati sia-sia.

Saat Lucas mulai menciuminya, menggigit leher dan menyentuh tubuhnya, Audrey hanya bisa menangis tanpa suara. Tubuhnya tersentak ketika tangan besar Lucas menarik dressnya hingga robek. Tubuh Audrey hampir polos.

Lucas menyeringai. Jemarinya mengusap sudut mata Audrey. "Kau menangis?" Senyum itu jelas merendahkan. "Bukankah ini tujuanmu?! Kau ingin dimasuki oleh ku kan? Akan aku kabulkan sekarang!!" Kilat amarah terlihat jelas dimata Lucas.

Terlalu banyak musuh. Banyak orang yang menginginkan kehancuran dan nyawanya. Lucas sangat membenci orang yang diam-diam menjebaknya. Lucas justru senang jika musuhnya mengajak perang, tidak menjebaknya ketika dia sedang lengah.

Audrey meronta ketika sadar tubuhnya sudah polos. Lucas sangat beringas. Dia seperti hewan buas kelaparan yang sedang mengeksekusi mangsanya. Setiap gerakan Lucas terlalu cepat. Audrey bahkan tidak melihat kapan Lucas melepaskan celananya. Pria itu setengah telanjang, sedangkan bagian atas tubuhnya masih berbalut kemeja lengan panjang.

Lucas semakin kesulitan mengontrol dirinya akibat efek obat perangsang. Dia memposisikan diri di depan Audrey dan memasang pengaman. Lucas bukan orang yang ceroboh, dia selalu membawanya kemanapun dia pergi.

Melihat Audrey merapatkan kaki, Lucas dengan keras membentangkan paha Audrey hingga terbuka lebar.

"Aarrrh sakit!!" Audrey merasakan tubuhnya remuk. Tulang selangka-ngannya mungkin patah. Rasa sakit itu menjalar keseluruh tubuh.

"Ini belum seberapa jal*ng!! Aku pastikan kau tidak akan pernah melupakan rasa sakitnya!! Ini akibatnya jika bermain-main dengan Lucas!!" Lucas tertawa. Tawa yang membuat Audrey merinding.

"Aaarrhh!!" Mata Audrey terbuka sempurna. Dia bisa merasakan benda keras dan besar ingin memaksa masuk, tanpa membuat Audrey siap menerimanya.

"Tuan,, tolong lakukan dengan perlahan. A-aku,, aku tidak pernah melakukannya." Audrey memohon dengan air mata yang membanjiri wajahnya.

Pengakuan Audrey membuat Lucas terdiam, dia sempat menarik diri sedikit menjauh.

"Kau masih perawan?!"

Audrey mengangguk. "Bukan aku, bukan aku yang menjebak mu, aku berani bersumpah!!" Audrey memohon, berharap Lucas akan percaya dan melepaskannya.

Namun Audrey terlalu berharap. Lucas yang sudah dikuasai oleh gairah, tentu tidak akan melepaskan Audrey sebelum mendapatkan apa yang dia butuhkan. Dia bisa sekarat jika tidak melakukannya. Dosis obat perangsang itu sepertinya cukup tinggi.

Lucas melepas pengaman dan sembarangan membuangnya. Dia tidak membutuhkan itu karna Audrey masih perawan.

"Kau akan dilepaskan jika aku sudah berhasil menangkap pelaku yang sebenarnya!" Tegas Lucas dingin.

Dia menyerang Audrey dibeberapa titik, perlakuan tidak seburuk tadi, tapi tetap beringas dimata Audrey.

"Aaarrhh!!" Suara teriakan Audrey memenuhi kamar hotel. Air matanya kembali meleleh. Lucas berhasil membuat tubuh mereka menyatu. Entah Audrey harus senang atau takut. Dia berhasil tidur dengan Lucas, tapi bagaimana jika Lucas tidak menikahinya atau memberinya kompensasi?? Nasibnya akan tetap tragis di tangan Teresa jika tidak mendapatkan keduanya.

Lucas sempat menarik sudut bibirnya setelah berhasil merenggut kesucian Audrey. Gadis itu tidak berbohong. Lucas melihat sendiri darah segar mengalir di sekitar milik Audrey.

Tanpa membuat Audrey siap menerimanya, Lucas mulai bergerak. Dia tidak peduli sekalipun Audrey kesakitan di bawah kendalinya.

Lucas semakin cepat. Dia menggila. Efek obat itu bercampur dengan kenikmatan. Miliknya terjepit kuat, Lucas ingin meledak. Seumur hidup, dia tidak pernah merasakannya.

"Jal*ng sialan, kau sangat nikmat!!" Lucas meracau. Gerakannya semakin cepat. Tubuh Audrey terguncang-guncang. Tidak ada perlawanan, Audrey kehabisan tenaga untuk memberontak. Lucas terlalu sadis. Dia membuat seluruh tubuh Audrey terasa remuk.

Selama 30 menit, Lucas terus memacu tubuhnya. Suara khas percintaan memenuhi kamar. Kulit bertemu kulit, kelembaban di dalam sana menciptakan suara yang membuat Lucas semakin bersemangat.

Audrey menggigit bibir bawahnya, dia merasakan beda itu semakin keras dan kokoh di dalam sana, mengobrak-abrik pertahanan Audrey. Dan tidak sanggup lagi untuk melawan.

"Aahhh!!" Lucas mengerang, dia menekan dalam-dalam. Bersamaan dengan tubuh Audrey yang melemah dan cairan hangat mengalir dibawah sana.

Lucas menarik diri. Dia menyeringai lalu pergi ke kamar mandi.

Audrey menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, dia menangis dan meringkuk di bawah selimut.

Audrey salah jika dia berfikir bisa bebas. karna setelah Lucas kembali dari kamar mandi, pria itu kembali menggagahinya berkali-kali.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!