Prolog
Tahun 4025, dunia yang pernah dikenali oleh umat manusia telah berubah menjadi neraka. Virus yang dilepaskan oleh laboratorium ilegal telah mengubah manusia menjadi zombie buas. Tidak ada lagi hukum, moral, atau keadilan. Setiap orang hanya berjuang untuk bertahan hidup.
Namun, dalam kehancuran ini, seseorang muncul, bukan sebagai penyelamat, tetapi sebagai wanita yang penuh dendam, kemarahan, dan tekad. Namanya Lin Zirong.
Dua minggu sebelum kehancuran dunia
Lin Zirong duduk di sudut gang gelap, memeluk lututnya. Nafasnya tersengal, dan matanya penuh amarah. "Aku harus keluar dari neraka ini," gumamnya sambil mengingat wajah ayah dan bibinya. Mereka adalah dua orang yang selalu membuat hidupnya seperti mimpi buruk.
“Ayah... kau hanya bajingan yang tidak pernah layak disebut manusia,” dia mendesis pelan. Tangannya mengepal kuat hingga kukunya hampir menembus telapak tangan.
Kenangan pahit membanjiri pikirannya. Ayahnya, Lin Shaoyang, adalah seorang pria yang selalu sibuk mengejar wanita muda, dimana ia sangat suka sekali bercocok tanam dengan sembarang wanita.
Ibunya, seorang wanita lembut, akhirnya memilih mengakhiri hidupnya karena tak sanggup lagi menanggung penghinaan dan sakit hati selama bertahun-tahun. Lin Zirong yang masih remaja waktu itu hanya bisa menangis tanpa daya.
Setelah ibunya meninggal, bibinya mengambil alih rumah tangga. Bukan untuk merawat Lin Zirong, tetapi untuk memanfaatkan dirinya. "Kau harus menikah dengan pria tua itu, Rong'er. Dia kaya, dan dia bisa memberikan kita kehidupan yang lebih baik," bibinya berkata dengan nada manis yang membuat Lin Zirong ingin muntah.
Namun, Lin Zirong tidak bodoh. Dia mendengar percakapan bibi dan ayahnya malam itu. Mereka tidak peduli padanya. Mereka hanya ingin menjualnya seperti barang dagangan.
"Menikah? Dengan pria tua kaya? Tidak, aku tidak akan pernah!" Lin Zirong memutuskan saat itu juga untuk melarikan diri.
Dua minggu kemudian
Langit kelabu dipenuhi asap dan api. Kota tempat Lin Zirong bersembunyi selama dua minggu terakhir kini menjadi puing-puing. Ledakan besar dari laboratorium ilegal telah menyebabkan penyebaran virus yang mengubah manusia menjadi zombie.
Di tengah kehancuran, Lin Zirong terus bergerak hingga tanpa sadar ia mempunyai kekuatan baru, ia berjalan dan menghindari dan sesekali membunuh makhluk-makhluk yang mengejar bau darah. Sementara itu, pikirannya dipenuhi dengan rencana balas dendam.
“Aku tidak peduli dengan dunia ini. Tapi aku tidak akan mati sebelum aku menyelesaikan urusanku dengan mereka,” dia bergumam pada dirinya sendiri.
Tak lama, Lin Zirong melihat sosok yang tak asing berjalan dengan tergesa-gesa di seberang jalan. Itu adalah ayahnya dan bibinya yang berusaha melarikan diri dari kota.
Wajah Lin Zirong mengeras. "Kalian pikir bisa lolos dariku? Tidak semudah itu."
Dia mengikuti mereka dari belakang, memastikan mereka tidak menyadari kehadirannya.
Lin Zirong mendorong tubuh ayahnya ke dalam gudang tua dengan kekuatan penuh. Lin Shaoyang jatuh ke lantai, menatap putrinya dengan wajah penuh ketakutan. Bibinya, yang diikat dan dibungkam, hanya bisa menangis dan meronta-ronta.
“Rong'er, apa yang kau lakukan? Aku ini ayahmu!” Lin Shaoyang mencoba berbicara dengan suara lembut, tetapi suaranya bergetar.
Lin Zirong mendekatinya perlahan, memegang pisau besar di tangannya. "Ayah? Kau pikir aku masih menganggapmu ayah setelah semua yang kau lakukan?"
“Rong'er, tolong... kita bisa bicara…”
"Diam!" teriak Lin Zirong. Dia mengayunkan pisau ke lantai, membuat suara keras yang menggema di ruangan itu. "Kau telah menghancurkan hidup ibu! Kau tidak pernah peduli padaku! Sekarang, kau akan membayar semuanya."
Lin Shaoyang merangkak mundur, tetapi tidak ada tempat untuk melarikan diri.
"Rong'er... kumohon..."
Tanpa ragu, Lin Zirong mengayunkan pisaunya. Satu potongan. Dua potongan. Tangannya berlumuran darah, tetapi matanya tetap dingin. Dia tidak berhenti sampai tubuh ayahnya menjadi tumpukan daging yang tidak dikenali.
Setelah selesai, dia mendekati bibinya. Wanita itu menangis dan memohon melalui matanya, tetapi Lin Zirong tidak terpengaruh.
“Bibi, kau selalu bilang aku adalah anak yang tidak tahu terima kasih. Sekarang aku akan menunjukkan betapa baiknya aku.”
Dia menyeret wanita itu keluar dan melemparkannya ke kerumunan zombie yang berkeliaran di dekat gudang. Jeritan bibinya menggema, tetapi Lin Zirong hanya berdiri dan menyaksikan dengan ekspresi puas.
Ketika zombie mulai mendekati wanita itu, Lin Zirong berbisik, "Selamat tinggal, Bibi." Dia mengayunkan pisaunya, memenggal kepala wanita itu sebelum dia berubah menjadi zombie.
Setelah menyelesaikan urusan balas dendamnya, Lin Zirong kembali bergabung dengan tunangannya, Zhou Feng, dan teman dekatnya, Li Xiu. Bersama mereka, dia bertahan hidup di dunia yang penuh bahaya ini.
Selama lima tahun berikutnya, Lin Zirong mengasah kekuatannya. Kemampuan tumbuhan dan es yang dia miliki membawanya ke level 10, menjadikannya salah satu individu terkuat di dunia yang hancur ini.
Namun, tidak hanya kekuatannya yang berkembang. Di dalam ruang angkasanya, Lin Zirong memiliki tanaman roh yang bisa berbicara dengan tanaman, hewan, dan memberikan energi. Tanaman itu menjadi teman sekaligus gurunya, membantu dia memahami cara menggunakan air spiritual untuk menyembuhkan dan memulihkan energi.
“Zirong, kau semakin kuat,” puji Zhou Feng suatu hari.
Lin Zirong hanya tersenyum tipis. "Aku harus kuat. Dunia ini tidak memberikan ruang untuk yang lemah."
Namun, dia tidak tahu bahwa Zhou Feng dan Li Xiu memiliki rencana lain untuknya.
Lin Zirong mempercayai Zhou Feng dan Li Xiu sepenuh hati. Tetapi kepercayaannya dihancurkan ketika mereka menyeretnya ke markas penelitian rahasia.
Lin Zirong duduk di kursi logam dingin, tubuhnya terikat erat dengan rantai. Wajahnya dipenuhi luka dan darah kering. Tatapan matanya tajam meski tubuhnya lemah. Di depannya, Zhou Feng berdiri bersama Li Xiu, keduanya terlihat santai seolah-olah tidak ada yang salah.
Zhou Feng menatap Lin Zirong dengan senyum kecil. "Rong'er, aku harap kau mengerti. Semua ini demi masa depan."
"Diam," desis Lin Zirong, matanya membara. "Kalian mengkhianatiku. Aku mempercayai kalian!"
Li Xiu tertawa kecil, melipat tangannya di dada. "Oh, berhentilah bertingkah seolah-olah kau ini korban. Kau hanya alat, Lin Zirong. Alat untuk membuat kami lebih kuat."
Lin Zirong menatap Li Xiu dengan jijik. "Kau bahkan bukan manusia. Apa kau tahu artinya persahabatan?"
Li Xiu melirik Zhou Feng sambil tersenyum genit. "Zhou Feng, kau seharusnya menjelaskan padanya lebih awal. Mungkin dia tidak akan terlalu kecewa sekarang."
Zhou Feng mendesah pura-pura menyesal. "Rong'er, jangan salahkan kami. Kau tahu betapa berharganya kekuatanmu, bukan? Dunia ini kacau, dan orang sepertimu menjadi incaran. Kami hanya memastikan kami berada di sisi yang kuat."
Lin Zirong mengepalkan tangan, tetapi rantai logam membuatnya tidak bisa bergerak. "Kalian akan membayar untuk ini. Aku bersumpah."
Li Xiu mendekati Lin Zirong, membungkuk hingga wajah mereka hampir sejajar. "Oh, jangan terlalu bersedih, Lin Zirong. Apa kau tahu yang paling menyakitkan? Selama ini, aku dan Zhou Feng... kita lebih dekat daripada yang kau kira."
Lin Zirong terdiam sejenak, matanya menatap Li Xiu tajam. "Apa maksudmu?"
Li Xiu tersenyum penuh kemenangan. "Dia milikku, bodoh. Bahkan sebelum semua ini terjadi, aku sudah memilikinya. Kau terlalu sibuk dengan misi bodohmu untuk menyadarinya."
Zhou Feng menoleh, terlihat sedikit canggung. "Xiu, tidak perlu mengatakan itu..."
"Tidak," potong Li Xiu dengan nada tajam. "Dia harus tahu. Kau tahu, Lin Zirong, kami telah berbagi segalanya. Bahkan tubuh kami. Kau tidak pernah menjadi bagian dari hidupnya sepenuhnya."
Mata Lin Zirong membelalak, tetapi dia segera menyembunyikan keterkejutannya. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan amarah yang hampir meledak. "Jadi, kalian sudah tidur bersama selama ini?"
Zhou Feng tidak menjawab, tetapi wajahnya yang penuh rasa bersalah sudah cukup menjadi jawaban.
Li Xiu tertawa. "Oh, lebih dari itu, sayang. Kami tidak hanya berbagi ranjang, tetapi juga rencana. Semua ini, menggunakanmu untuk mendapatkan kekuatanmu, adalah ide kami bersama."
Lin Zirong mengertakkan giginya, menahan air mata yang hampir jatuh. "Kalian... benar-benar binatang."
Zhou Feng mendekati Lin Zirong, menatapnya dengan tatapan dingin. "Rong'er, aku ingin kau tahu, ini bukan tentang kebencian. Aku hanya memilih jalan yang lebih realistis. Kau terlalu idealis. Dunia ini tidak akan menyelamatkanmu. Kita harus berpikir pragmatis."
"Pragmatis?" Lin Zirong tertawa hambar, penuh kepahitan. "Kalian menjualku demi keuntungan. Itu bukan pragmatis, itu pengkhianatan. Dan kau, Zhou Feng, kau bahkan lebih rendah dari binatang."
Zhou Feng tampak tersinggung, tetapi sebelum dia bisa membalas, Li Xiu menepuk bahunya. "Sudahlah, Feng. Dia hanya marah karena dia kalah. Lagipula, dia tidak punya kekuatan lagi. Dia hanya wanita lemah sekarang."
Li Xiu berdiri dan menarik Zhou Feng untuk pergi. Sebelum mereka meninggalkan ruangan, Li Xiu berbisik dengan nada mengejek. "Nikmati waktumu di sini, Lin Zirong. Aku yakin para ilmuwan akan sangat menikmati tubuh dan kekuatanmu."
Lin Zirong merasa dunia runtuh di sekitarnya. Orang-orang yang dia anggap keluarga, yang dia percayai, telah menjualnya.
Selama satu tahun berikutnya, Lin Zirong dijadikan objek penelitian. Tubuhnya disiksa tanpa henti, kekuatannya dieksploitasi oleh para ilmuwan dan pejabat rakus.
Namun, di tengah keputusasaan itu, amarah Lin Zirong tumbuh. Dia bersumpah akan membalas dendam, meskipun itu adalah hal terakhir yang dia lakukan.
Hari itu akhirnya tiba. Dengan sisa kekuatannya, Lin Zirong memanfaatkan energi tanaman rohnya untuk menghancurkan seluruh laboratorium.
Ruangan itu dipenuhi ledakan, api, dan teriakan panik. Zhou Feng dan Li Xiu berusaha melarikan diri, tetapi Lin Zirong menghadang mereka.
"Zirong! Kita bisa memperbaiki ini! Kita bisa bekerja sama lagi!" Zhou Feng mencoba membujuknya.
Lin Zirong tersenyum dingin. "Bekerja sama? Setelah apa yang kalian lakukan? Tidak ada lagi yang bisa diperbaiki."
Dia mengarahkan kekuatannya ke arah mereka, membekukan tubuh mereka dengan es yang tajam. Sebelum ledakan terakhir terjadi, Lin Zirong menatap mereka dengan tatapan penuh kebencian.
"Selamat tinggal, para pengkhianat," katanya dengan suara rendah sebelum segalanya berakhir dalam ledakan besar.
"Yu Yuning, hei bangunlah. Jangan berpura-pura mati. Bukankah ini yang kamu inginkan?"
Lin Zirong membuka matanya lebar-lebar. Sepasang mata hitam tajam sedang menatapnya dari dekat, membuatnya hampir terlonjak kaget. Refleks, ia mengangkat tinjunya, melayangkan pukulan keras ke arah pria yang berada terlalu dekat dengannya.
Namun, tangan pria itu dengan mudah menangkap serangannya.
"Siapa kamu?!" Lin Zirong berteriak panik sambil berusaha melepaskan tangannya.
Mata mereka saling bertemu dalam tatapan tajam.
Pria itu tidak menjawab, hanya menatapnya dingin. Dengan gerakan cepat, ia menangkap tangan Lin Zirong yang lain dan mengikat kedua tangannya di atas kepala dengan kain merah yang ada di sekitar mereka.
"Hei, lepaskan aku! Aku bilang, siapa kamu?! Apa ini semacam lelucon?! Aku tidak mengenalmu!" Lin Zirong terus memberontak, tetapi pria itu tetap tenang, meskipun matanya menunjukkan kilatan marah.
"Kamu menikah dengan jenderal ini dengan segala tipu daya. Sekarang, malam pernikahan kita, dan kamu juga memberikan racun padaku," ucap pria itu dengan nada dingin dan menuduh.
"Racun? Apa maksudmu? Aku bahkan tidak tahu siapa kamu!" Lin Zirong memprotes dengan keras, tetapi kata-katanya hanya membuat pria itu menyipitkan mata.
"Jangan bercanda. Kamu adalah Yu Yuning, wanita licik yang melakukan segala cara untuk menikahi Shen Wei, Jenderal Kerajaan."
Lin Zirong tertegun. Nama itu… "Yu Yuning? Siapa itu? Dan jenderal? Kerajaan? Apa yang sedang terjadi?" ucap Lin Zirong bingung. Kepalanya terasa berat saat ia mencoba memahami semuanya. Ia melirik ke sekeliling kamar, matanya menangkap detail-detail yang aneh dan kuno.
Ruangan itu penuh dengan warna merah. Lilin-lilin besar menyala diberbagai tempat, menerangi kamar dengan cahaya temaram. Perabotan kayu antik, vas-vas porselen, tirai sutra merah menggantung di setiap sudut. Selimut merah dengan motif burung phoenix terlipat rapi di ujung tempat tidur besar. Semua ini tampak seperti kamar pengantin dari cerita kuno yang sering ia baca saat remaja.
Ini seperti kamar dari era kuno, pikirnya.
Ia kembali menatap pria di depannya. Sekarang ia memperhatikan dengan lebih seksama. Rambut hitam panjang di ikat, alis tegas, mata tajam, hidung lurus, dan bibir merah delima yang... terlihat sangat menggoda. Tubuhnya pun tampak sempurna dengan bahu lebar dan otot yang terlihat kokoh. Wajah tampan yang seperti diukir oleh dewa, sorot matanya tajam seperti elang.
"Dia bahkan lebih tampan daripada mantan tunanganku, sangat jauh. Bahkan dengan pria manapun, pria ini tak terkalahkan," pikir Lin Zirong, tanpa sadar menatap pria itu lebih lama.
Namun, ia juga menyadari sesuatu yang tidak biasa. Dahi pria itu berkeringat, dan napasnya terdengar berat. Mata tajamnya juga menunjukkan tanda-tanda ketegangan, seolah sedang menahan sesuatu.
"Sebentar… apakah ini malam pertama? Apa dia...?" Lin Zirong mulai mengerti situasinya. Ia menelan ludah, sedikit gugup tetapi juga penasaran.
"Hei, Dewa, apakah ini mimpi? Atau ilusi? Kalau memang iya… kenapa tidak menikmatinya saja? Lagipula, seumur hidupku, aku belum pernah mencicipi pria. Dan pria ini… terlalu tampan untuk dilewatkan," pikirnya dalam hati sambil melirik ke arah Shen Wei.
Tanpa peringatan, Lin Zirong mendekatkan dirinya ke pria itu. Tangannya yang terikat ia bawa ke leher Shen Wei, menariknya lebih dekat.
"Kalau begitu… mari kita nikmati malam ini," ucap Lin Zirong dengan nada menggoda. "Nanti kita bicara setelahnya. Biarkan aku melihat seberapa kuat pria tampan seperti dirimu."
Shen Wei terkejut mendengar kata-kata itu. Wanita di depannya, yang sebelumnya dikenal licik dan pengecut, kini bersikap sangat berbeda.
"Apakah racun itu memengaruhi pikirannya?" pikir Shen Wei sambil memandang Lin Zirong yang mendekatinya tanpa rasa takut.
Lin Zirong memanfaatkan kebingungan pria itu. Ia mendekatkan wajahnya ke leher Shen Wei, mencium kulitnya yang hangat. Kemudian, dengan sedikit keberanian, ia menggigit pelan.
"Apa yang kau lakukan?!" Shen Wei terkejut, tubuhnya menegang. Racun yang sudah bekerja dalam tubuhnya membuat reaksinya semakin sulit dikendalikan.
"Ah, tenanglah. Kau terlalu kaku, Tuan Jenderal," jawab Lin Zirong sambil tersenyum sinis.
Meskipun situasi ini aneh, Lin Zirong merasa anehnya menikmati peran barunya ini. Ia telah melalui banyak hal dalam hidupnya, pengkhianatan, pertumpahan darah, bahkan kematian. Jadi, menghadapi pria tampan ini tampak seperti hiburan.
Namun, Shen Wei tidak semudah itu terpengaruh. Dengan satu gerakan cepat, ia mendorong Lin Zirong ke tempat tidur, menatapnya dengan dingin.
"Jangan bermain-main denganku, Yu Yuning. Aku tahu semua rencanamu. Kau pikir aku akan terjebak?" ucap Shen Wei dengan nada yang mengancam.
"Rencana? Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan! Aku bahkan bukan Yu Yuning!" Lin Zirong berteriak, mencoba meyakinkan pria itu.
Shen Wei tertawa sinis. "Berhenti berpura-pura. Kau telah meracuni tubuhku dengan racun gairah. Tetapi, aku tidak akan jatuh begitu saja."
"Baiklah," ia memutuskan dengan nada pasrah, tetapi matanya memancarkan kilau licik. "Mari kita anggap aku benar-benar Yu Yuning. Kalau begitu, kenapa tidak kita lanjutkan saja kegiatan ini? Bukankah kau bilang racun gairah itu sudah menyebar di tubuhmu? Aku akan membantumu."
Ia menyelesaikan kalimatnya dengan senyum menggoda yang membuat pria di depannya sedikit terpana.
Shen Wei, meskipun wajahnya tetap dingin, tampak menegang. "Apa yang kau rencanakan sekarang?"
Namun, Lin Zirong tidak menjawab. Sebagai gantinya, ia menarik dirinya lebih dekat, mengabaikan fakta bahwa kedua tangannya masih terikat. Dengan satu gerakan cepat, ia mencium bibir pria itu. Bibir merah delima yang sejak tadi menarik perhatiannya kini menjadi sasaran keberanian barunya.
Shen Wei membelalak, tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi. Ia mencoba menarik diri, tetapi racun gairah yang mengalir dalam darahnya mulai menguasai tubuhnya. Ciuman lembut itu perlahan menghancurkan pertahanannya, membuat pikirannya mulai kabur.
"Berhenti," gumam Shen Wei dengan suara serak, tetapi tidak ada tindakan nyata untuk menahan Lin Zirong.
Namun, bukannya berhenti, Lin Zirong semakin memperdalam ciumannya, menikmati reaksi pria itu. Dalam hati, ia tertawa kecil. "Tadi sok menahan diri, sekarang malah terbuai. Dasar lelaki. Tak apalah, yang penting tampan."
Setelah beberapa saat, Shen Wei kehilangan kendali. Racun yang membakar tubuhnya membuatnya menyerah pada dorongan yang selama ini ia tahan. Ia membalas ciuman Lin Zirong dengan gairah yang lebih mendalam, membuat wanita itu hampir kehilangan napas.
"Hei, sebentar aku ingin bernafas!" Lin Zirong bergumam di sela-sela napasnya, mencoba mengembalikan kekuatannya.
Shen Wei menatapnya dengan mata yang kini penuh gairah, napasnya berat. "Bernafas lah!"
Shen Wei mendekatkan wajahnya kembali, hingga hanya beberapa inci dari wajah Lin Zirong. "Kau sangat berbeda malam ini. Aku tidak tahu apa yang merasukimu, tapi aku tidak akan membiarkanmu pergi setelah ini."
Sebelum Lin Zirong sempat membalas, Shen Wei menariknya lebih dekat, mengunci bibir mereka sekali lagi. Namun kali ini, ciumannya lebih mendalam, lebih intens, dan jauh dari kata lembut. Lin Zirong mencoba melawan, tetapi tubuhnya mulai menyerah pada kehangatan yang ditawarkan pria itu.
"Hei, kau tidak seharusnya terlalu menikmati ini," gumam Lin Zirong dengan napas terengah.
"Tapi kau yang memulainya," jawab Shen Wei dengan nada rendah dan sedikit menggoda, membuat Lin Zirong kehabisan kata-kata.
Mereka berdua melanjutkan kegiatan panas mereka. Bahkan Shen Wei menikmati tubuh istri barunya. Apalagi barang milik nya dimanjakan oleh sang istri. Ia kaget pertama kali, namun ia sangat menyukainya, bahkan meminta nya berkali-kali.
Lin Zirong juga mengajarkan bagaimana memanjakan miliknya. Sesuatu yang tak ada di buku pengetahuan di zamannya yang ia tahu.
Bahkan hingga tengah malam, mereka berada di puncak berkali-kali hingga bunyi suara peringatan dini hari menyudahi kegiatan mereka.
Shen Wei bahkan berkata terima kasih untuk malam ini kepada istrinya. Shen Wei melihat wajah istrinya yang matanya terpejam karena kelelahan. Shen Wei memeluk sang istri sebelum matanya juga ikut terpejam dan tidur dengan saling memeluk.
Pagi itu, mentari pagi menembus jendela kayu ukiran di kamar pengantin. Tirai merah yang menghiasi tempat tidur masih tergantung rapi, menciptakan nuansa hangat namun sedikit membebani.
Shen Wei membuka matanya perlahan. Tubuhnya terasa sedikit lelah, tetapi ada kepuasan aneh yang menggelayuti pikirannya. Ia menoleh ke samping, melihat sosok istrinya yang masih terlelap di pelukannya. Kulit putih pucat wanita itu terlihat bersinar di bawah cahaya mentari yang lembut, sementara rambut hitam panjangnya terurai di atas bantal. Hanya selimut merah yang menutupi tubuh polosnya.
Shen Wei tersenyum kecil. Seorang gadis yang tampak tak berdaya seperti ini bisa membuatku kehilangan kendali semalam.
Namun, senyumnya memudar perlahan saat ia mengingat peristiwa semalam. Wajahnya menjadi dingin, matanya yang tajam menyipit, memikirkan bagaimana racun gairah itu bisa berada di kamar pengantin mereka. Ia mencurigai ada intrik di balik semua ini.
Dengan hati-hati, ia mengangkat lengannya yang melingkari tubuh istrinya, mencoba untuk tidak membangunkannya. Setelah mengenakan pakaian dalam tradisionalnya yang berwarna putih, ia melangkah keluar kamar.
"Xukai," panggil Shen Wei kepada pengawal pribadinya yang setia, yang berdiri di depan pintu.
"Jendral." Xukai membungkuk dalam.
"Siapkan air hangat dan pakaian untukku. Aku akan segera pergi ke istana setelah ini," ucap Shen Wei singkat.
Xukai mengangguk, segera memerintahkan pelayan untuk menyiapkan keperluan sang jenderal. Beberapa saat kemudian, Shen Wei telah rapi mengenakan jubah resminya, dengan rambut panjangnya diikat rapi ke atas.
"Xukai, kau di sini saja, tak perlu ikut aku. tolong jaga kediaman ini, istri dan keluarga ku. beritahu pelayan wanita, Jika ia bangun, siapkan air hangat dan makanan untuknya," ucap Shen Wei sambil berjalan menuju pintu.
Xukai menunduk patuh. "Baik, Jendral."
Namun, sebelum pergi, Shen Wei berhenti sejenak di ambang pintu, menoleh kembali ke tempat tidur. Mata tajamnya melunak sedikit saat melihat sosok wanita itu, yang masih terlelap dengan wajah polos.
Lin Zirong sekarang berganti nama Yu Yuning ya...
Setelah Shen Wei pergi, Yu Yuning perlahan membuka matanya.
Namun, ia tidak langsung bangun. Ia masih mencoba memahami situasinya. Cahaya mentari yang masuk melalui celah-celah jendela terasa hangat, tetapi pikirannya terasa dingin dan penuh keraguan.
Ini masih mimpi? Atau kenyataan?
Ia menatap sekeliling. Kamar besar dengan dekorasi mewah dan dominasi warna merah tampak sama seperti yang ia lihat semalam. Tirai-tirai, lilin merah, dan hiasan bunga menyiratkan kemeriahan pernikahan.
Yu Yuning mendesah panjang. Ia adalah wanita yang telah bertahan hidup di dunia yang dilanda kiamat zombie selama lima tahun. Bahaya adalah sesuatu yang ia rasakan bahkan dalam tidur sekalipun. Namun kini, ia terlempar ke dalam tubuh seorang wanita muda di dunia yang sepenuhnya asing.
Yu Yuning turun dari ranjang, dan memakai pakaian dalamnya, sebuah baju putih dan celana panjang yang hanya bisa di ikat agar tak melorot. Disini tak ada pakaian dalam seperti di dunia nya dulu.
Yu Yuning lalu duduk di tepi ranjang. Tiba-tiba, kilasan ingatan menyerbu benaknya. Wajah wanita lain, suasana rumah besar yang megah, suara jeritan seorang wanita, dan cemoohan yang menusuk hati.
"Apa ini...?" Yu Yuning memegangi kepalanya, mencoba memahami semua potongan ingatan itu.
Kilasan itu akhirnya terhubung seperti puzzle yang lengkap. Ia adalah Yu Yuning, seorang gadis berusia 17 tahun, anak dari selir seorang bangsawan, Yu Gong. Ibu kandungnya, Lu Na, adalah seorang gadis pedagang sederhana yang hidupnya hancur setelah bertemu dengan Yu Gong.
"Ibu kandungku diperkosa... lalu dipaksa menikah..." Yu Yuning bergumam, mencoba mencerna kisah tragis itu.
Ia melihat kehidupan Yu Yuning yang penuh penderitaan. Sang ibu selalu dihina dan disiksa oleh Nyonya Go, istri sah Yu Gong. Ayahnya tidak pernah membela mereka, memilih berpura-pura tidak tahu demi menjaga hubungan dengan keluarga Nyonya Go yang berpengaruh.
Ibunya, Lu Na, di tuduh meracuni Nyonya Go, lalu ia disiksa hingga mati.
Lalu, bagaimana dengan Yu Yuning? pikir Yu Yuning.
Kilasan berikutnya membuat dadanya sesak. Sejak kecil, Yu Yuning diperlakukan seperti budak oleh Nyonya Go dan anaknya, Yu Hani. Ia tidak pernah dianggap sebagai anggota keluarga, sering dipukul, dipermalukan, dan dilarang ikut dalam pesta keluarga.
Hari itu, kediaman keluarga Yu dihiasi dengan dekorasi merah meriah, tanda sebuah pernikahan agung. Lampion-lampion besar tergantung di sepanjang lorong, dan tamu-tamu keluarga terpandang datang membawa hadiah. Yu Hani berdiri di depan cermin besar di kamarnya, mengenakan gaun merah elegan yang telah dipersiapkan untuk malam itu. Matanya berbinar penuh semangat, membayangkan dirinya akan menjadi istri Jenderal Shen Wei, pria paling tampan dan berkuasa di negeri itu.
Namun, suasana mendadak tegang ketika pintu kamar Yu Hani didobrak dengan tergesa-gesa oleh seorang lelaki tua berwibawa. Dialah Tuan Go, ayah dari ibunya, Nyonya Go.
"Han'er!" Tuan Go memanggil cucunya dengan nada penuh desakan.
Yu Hani menoleh, bingung. "Kakek? Kenapa datang terburu-buru seperti ini? Bukankah seharusnya kau berada di tempat pesta?"
Tuan Go menarik napas dalam, lalu menatap langsung ke arah Yu Hani. "Han'er, kau harus membatalkan pernikahan ini. Jenderal Shen Wei akan dihukum oleh raja yang baru naik tahta. Raja takut kekuasaan Shen Wei yang besar akan mengancam tahtanya."
Yu Hani tercengang, matanya melebar karena syok. "Apa?! Tidak mungkin! Shen Wei adalah pelindung negeri ini! Bagaimana mungkin raja menghukumnya?"
"Itulah kenyataannya," tegas Tuan Go. "Jika kau menikah dengannya, kau juga akan terseret dalam hukuman itu. Aku tidak akan membiarkan cucuku mati begitu saja."
Yu Hani mulai panik, dadanya berdebar keras. "Tapi... aku tidak bisa mundur sekarang. Semua orang tahu aku yang akan menikah dengannya!"
Tuan Go menggeleng tegas. "Tidak ada seorang pun di keluarga Shen yang tahu nama pengantin wanitanya. Kita masih bisa menggantimu."
Seolah mendapat ide cemerlang, Yu Hani segera menoleh ke arah ibunya, Nyonya Go. "Ibu, bagaimana kalau kita menggantikan aku dengan Yu Yuning? Lagipula, dia tidak berguna. Bukankah lebih baik dia yang menikah dan menanggung semua ini?"
Nyonya Go awalnya tertegun, namun kemudian tersenyum dingin. "Ide yang bagus, Han'er. Yu Yuning memang hanya beban bagi kita. Biarkan dia yang menderita."
Tuan Go tampak ragu, tapi akhirnya mengangguk setelah dipaksa oleh kedua wanita itu. "Baiklah, kita tidak punya banyak waktu. Segera bawa Yu Yuning dan siapkan dia."
Gadis malang itu sedang berada di kamarnya, menyulam, ketika dua pelayan menyeretnya ke ruang tengah.
"Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku!" teriak Yu Yuning.
Di ruang tengah, Yu Yuning dihadapkan pada Nyonya Go dan Yu Hani. "Mulai sekarang, kau akan menggantikan Hani menikah dengan Jenderal Shen Wei," ucap Nyonya Go dingin.
"Apa? Tidak mungkin!" Yu Yuning mencoba melawan, tetapi pelayan menahannya dengan keras.
Yu Hani mendekat, menyeringai. "Kau seharusnya merasa terhormat. Aku memberimu kesempatan untuk menjadi istri seorang jenderal."
Yu Yuning menatap mereka dengan marah. "Kalian tidak bisa memaksaku!"
"Tidak ada pilihan, Yuning," potong Nyonya Go tajam. "Ini untuk kebaikan keluarga."
Dengan kasar, mereka mengenakan pakaian pengantin pada Yu Yuning dan menunggu Jendral Shen Wei tiba untuk dibawa ke kediaman Jenderal.
Tak berselang lama, Jendral Shen Wei telah tiba untuk menjemput pengantin, kemudian melakukan proses seperti seharusnya.
Di kediaman Shen Wei, upacara pernikahan berlangsung dengan lancar. Jenderal Shen Wei, dengan ekspresi dinginnya, tidak banyak berbicara. Dia hanya menjalani prosesi seperti yang diminta. Setelah selesai, Yu Yuning, yang tertutup oleh kerudung merah, dibawa ke kamar pengantin.
Ruangan itu dipenuhi dengan dekorasi merah, tirai merah, lilin merah, bahkan tempat tidur yang dipenuhi kelopak bunga mawar merah. Tetapi suasana hati Yu Yuning sangat jauh dari bahagia. Ia tahu bahwa ini semua adalah jebakan.
Sedangkan Jendral sedang di menerima tamu. Jenderal Shen Wei, yang terkenal karena wibawa dan ketampanannya, duduk di aula utama dengan wajah tanpa ekspresi, mengenakan pakaian pengantin merah yang mencolok.
Setelah ritual pernikahan selesai, Yu Hani menyelinap ke kamar pengantin dengan membawa nampan minuman. Di atas nampan itu, terdapat dua cangkir teh yang salah satunya sudah dicampur racun.
Beberapa saat kemudian, pintu kamar terbuka pelan. Yu Hani masuk dengan senyum licik di wajahnya. Ia membawa nampan kecil berisi dua cangkir teh.
"Adik Yuning," katanya dengan nada manis yang penuh kepalsuan. "Ini teh untukmu. Minumlah sebelum kau bertemu suamimu."
Yu Yuning memandang Yu Hani dengan curiga. "Kenapa kau yang membawakannya? Bukankah seharusnya pelayan yang melakukan ini?"
Yu Hani tertawa kecil. "Jangan bodoh, adikku. Hari ini adalah hari istimewamu. Tentu aku ingin melayanimu secara pribadi."
Meski merasa ada yang aneh, Yu Yuning tidak punya pilihan. Ia mengambil cangkir itu dan meminumnya. Rasanya sedikit pahit, namun ia tidak memikirkannya terlalu jauh.
“Selamat tinggal, Yu Yuning,” bisik Yu Hani sebelum meninggalkan kamar dengan senyuman penuh kemenangan. Dan meletakkan aroma terapi yang baru ia nyalakan. Pengharum itu mengandung racun gairah dosis tinggi.
Yu Yuning mulai merasa tubuhnya melemah. Matanya terasa berat, dan napasnya semakin pendek. Ia jatuh ke ranjang, mencoba memanggil bantuan, namun tidak ada yang mendengar.
Sementara itu, aroma terapi yang mengandung racun gairah mulai memenuhi ruangan. Shen Wei, yang baru saja masuk ke kamar, segera merasakan efeknya. Wajahnya memerah, dan tubuhnya terasa panas.
"Ini... apa yang terjadi?" gumam Shen Wei dengan suara serak. Matanya beralih ke arah Yu Yuning yang tergeletak di lantai. Ia segera mendekat, namun langkahnya terhenti ketika melihat wajah Yu Yuning.
"Kau... istri yang penuh tipu daya," bisiknya dingin. Namun, racun gairah yang mengalir dalam tubuhnya membuatnya sulit berpikir jernih.
Setelah kilasan itu berhenti. Yu Yuning menyimpulkan dan berkata, “Jadi, aku adalah pengantin pengganti saudara tiriku, Yu Hani. Ia takut mati, jadi ia menyeretku ke dalam pernikahan ini. Ia bahkan meracuniku untuk memastikan aku tidak menjadi penghalang baginya. Jadi, inilah akhirnya. Bahkan dalam kehidupan ini, aku tidak akan mendapatkan kebahagiaan. Ayahku di kehidupan ini sama brengseknya dengan ayahku di kehidupan pertama. Begitupun keluarganya.”
Namun, kilasan itu tidak berhenti di situ. Ia melihat masa depan Jenderal Shen Wei dan keluarganya. Setelah pernikahan, Shen Wei dipanggil ke istana oleh raja baru. Raja, yang merasa terancam oleh kekuatan dan pengaruh Shen Wei, menjebaknya dengan tuduhan palsu. Shen Wei disiksa, reputasinya dihancurkan, dan tubuhnya dilumpuhkan. Keluarga Shen yang pernah berjasa bagi kerajaan dihancurkan, kekayaan mereka disita, dan mereka dipenjara.
Yu Yuning juga melihat dirinya sendiri dalam masa depan itu. Ia diperlakukan dengan buruk oleh keluarga Shen yang menyalahkan pernikahan ini atas kehancuran mereka. Dalam perjalanan menuju pengasingan, Yu Yuning meninggal karena kelelahan dan perlakuan kasar. Tidak lama setelah itu, Shen Wei, yang sakit parah, juga menghembuskan napas terakhirnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!